Anda di halaman 1dari 17

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Di dalam kajian teori ini akan dibahas mengenai kemampuan komunikasi

matematis yang dikaji melalui pemahaman konseptual siswa, khususnya yang

berhubungan dengan materi himpunan. Pembahasan ini bertujuan untuk

memberikan jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian yang telah

diajukan. Oleh karena itu, berikut akan dikaji mengenai: kemampuan komunikasi

matematis, pemahaman konseptual matematis, dan himpunan

A. Kemampuan Komunikasi Matematis

Kemampuan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berasal dari kata

“mampu” yang mempunyai arti kesanggupan, kecakapan, atau kekuatan.

Kemampuan juga bisa merupakan kesanggupan bawaan sejak lahir atau

merupakan hasil latihan atau praktek.

Lima kemampuan standar yang harus dimiliki siswa dalam belajar

matematika yang ditetapkan dalam NCTM (2000: 29) yaitu: kemampuan

pemecahan masalah (problem solving), kemampuan penalaran (reasoning),

kemampuan komunikasi (communication), kemampuan membuat koneksi

(connection), dan kemampuan representasi (representation). Sejalan dengan

hal tersebut, di dalam New York State Board (NYSBoard, 2005 : 3) lima

kemampuan standar (problem solving, penalaran dan bukti, komunikasi,

koneksi, dan representasi) disebut standar proses yang merupakan cara utama

untuk mendapatkan dan menggunakan pengetahuan konten.


11

Gambar 1.1 Tiga Standar Matematika (New York State Board, 2005: 3)
NCTM menyatakan bahwa program pembelajaran matematika sekolah harus

memberi kesempatan kepada siswa untuk:

1. Menyusun dan mengaitkan mathematical thinking mereka melalui

komunikasi.

2. Mengomunikasikan mathematical thinking mereka secara logis dan jelas

kepada teman-temannya, guru, dan orang lain.

3. Menganalisis dan menilai mathematical thinking dan strategi yang dipakai

orang lain.
12

4. Menggunakan bahasa matematika untuk mengekspresikan ide-ide

matematika secara benar. (NCTM, 2000: 60-63)

Kemampuan komunikasi matematis merupakan cara berbagi ide yang

lebih mementingkan pada kemampuan dalam berbicara, menulis,

menggambar, dan menjelaskan konsep- konsep matematika (Van De Walle

dkk, 2008:4). Melalui kemampuan komunikasi matematis inilah, guru dapat

melihat sejauh mana siswa memahami konsep yang telah diajarkan. Guru

harus menggali informasi mengenai pemahaman siswa melalui komunikasi

matematisnya.

Walle, Karp, dan Bay-William (2010: 78) menyatakan bahwa strategi

penilaian yang baik adalah memberikan kesempatan bagi siswa untuk

menunjukkan bagaimana mereka memahami konsep-konsep dalam diskusi.

Selain itu mereka mengungkapkan deskripsi dari standar komunikasi, sebagai

berikut:

1. Menjelaskan ide-ide secara tertulis menggunakan kata-kata, gambar, dan

angka.

2. Mengomunikasikan ide-ide secara jelas dalam diskusi kelas.

Johnston-Wilder, Pimm, dan Lee (2011: 146) menyatakan bahwa ada dua

jenis komunikasi, ada komunikasi lisan (berbicara dan mendengarkan) dan

komunikasi tertulis (membaca dan menulis). Salah satu model komunikasi

matematika yang dikembangkan oleh Cai, Lane dan Jacobsin meliputi: (a)

Menulis matematis. Pada kemampuan ini siswa dituntut untuk dapat

menuliskan penjelasan dari jawaban permasalahannya secara matematis,


13

masuk akal, jelas serta tersusun logis dan sistematis; (b) Menggambar

matematis. Pada kemampuan ini, siswa dituntut untuk dapat melukiskan

gambar, diagram, dan tabel secara lengkap dan benar; (c) Ekpresi matematis.

Pada kemampuan ini, siswa diharapkan mampu untuk memodelkan

permasalah matematis secara benar, kemudian melakukan perhitungan atau

mendapatkan solusi secara lengkap dan benar (Cai, Lane dan Jacabsin,

1996:1).

Dalam penelitian ini digunakan model komunikasi matematis tertulis yang

dikembangkan oleh Cai, Lane dan Jacabsin karena dipandang sesuai dengan

keadaan siswa yang belum terbiasa berkomunikasi matematis secara lisan

B. Pemahaman Konseptual Siswa

Pemahaman konseptual merupakan salah satu tuntutan kurikulum saat ini

yang penting untuk diperhatikan oleh Guru. Menurut Killpatrick (2001:118)

“Conceptual understanding refers to an integrated and functional grasp of

mathematical ideas”. Pemahaman konseptual terarah pada pemahaman

terpadu dan fungsional ide – ide matematika. Dengan adanya pemahaman

konseptual, siswa akan mengingat prosedur yang mungkin terlupakan ketika

siswa mengerjakan soal, mereka dapat melihat hubungan antar konsep dan

prosedur, serta dapat memberikan argumen untuk menjelaskan mengapa fakta

– fakta merupakan akibat dari fakta yang lain.

Van de Walle (2010: 24) menyatakan bahwa :“Conceptual understanding

is knowledge about the relationships or foundational ideas of a topic. Jadi ide-

ide matematis dari satu topik dengan topik yang lain memiliki kaitan yang
14

saling berhubungan. Oleh sebab itu, dalam pembelajaran matematika setiap

materi yang disampaikan oleh guru sudah seharusnya dipahami oleh peserta

didik sepenuhnya.

Killpatrick, dkk seperti yang dikutip Widjajanti (2011:153) mengatakan

pemahaman konseptual (conceptual understanding) adalah penguasaan siswa

terhadap konsep-konsep, operasi, dan relasi matematis. Indikator yang dapat

digunakan untuk mengetahui apakah seorang siswa telah mempunyai

pemahaman konseptual antara lain adalah mampu: (1) menyatakan ulang

konsep yang telah dipelajari; (2) mengklasifikasikan objek-objek berdasarkan

dipenuhi tidaknya persyaratan membentuk konsep tersebut; (3) memberikan

contoh atau non-contoh dari konsep yang dipelajari; (4) menyajikan konsep

dalam berbagai macam bentuk representasi matematis; (5) mengaitkan

berbagai konsep; dan (6) mengembangkan syarat perlu dan atau syarat cukup

suatu konsep.

National Assessment of Educational Progress (2002: 38) menyatakan

bahwa, siswa dikatakan menunjukkan pemahaman konseptual matematis

ketika mereka memberikan bukti bahwa mereka dapat:

1. Mengenal, menamai dan menunjukkan contoh dan bukan contoh dari suatu

konsep.

2. Menggunakan dan menghubungkan model-model, diagram, manipulative,

dan berbagai representasi konsep.

3. Mengidentifikasi dan menerapkan prinsip-prinsip, yaitu menyatakan valid

yang dibangun dari hubungan antar konsep dalam bentuk bersyarat.


15

4. Mengetahui dan menerapkan fakta dan definisi.

5. Membandingkan dan mengintegrasikan keterkaitan konsep dan prinsip

untuk memperluas konsep dan prinsip.

6. Mengenal, mengintegrasikan dan menerapkan berbagai tanda, simbol dan

pernyataan menggunakan sajian konsep.

7. Menafsirkan aturan-aturan dan hubungan-hubungan yang melibatkan

konsep-konsep dalam lingkup matematika.

Jadi yang dimaksud dengan pemahaman konseptual dalam penelitian ini

adalah penguasaan siswa terhadap konsep-konsep, operasi, dan relasi

matematis, dengan indikator merujuk pendapat Killpatrick yaitu: (1)

menyatakan ulang konsep yang telah dipelajari; (2) mengklasifikasikan objek-

objek berdasarkan dipenuhi tidaknya persyaratan membentuk konsep tersebut;

(3) memberikan contoh atau non-contoh dari konsep yang dipelajari; (4)

menyajikan konsep dalam berbagai macam bentuk representasi matematis; (5)

mengaitkan berbagai konsep; dan (6) mengembangkan syarat perlu dan atau

syarat cukup suatu konsep.

C. Kemampuan Komunikasi Matematis Dikaji dari Pemahaman Konseptual

Hasil penelitian Eviana (2013) membuktikan bahwa pemahaman

konseptual dan kemampuan komunikasi matematis memiliki kaitan. Dengan

spesifikasi hasil penelitian yaitu antara kemampuan komunikasi matematis

dan pemahaman konseptual matematis terdapat korelasi positif yang

signifikan dikaji menurut tingkat kemampuan siswa. Diketahui pula bahwa


16

kemampuan komunikasi matematis siswa berkontribusi terhadap pemahaman

konseptual siswa sebesar 10,24%.

Pemahaman konseptual yang merujuk pada pendapat Killpatrick

menyatakan bahwa siswa dikatakan memiliki pemahaman konseptual jika

dapat: (1) menyatakan mulang konsep yang telah dipelajari; (2)

mengklasifikasikan objek-objek berdasarkan dipenuhi tidaknya persyaratan

membentuk konsep tersebut; (3) memberikan contoh atau non-contoh dari

konsep yang dipelajari; (4) menyajikan konsep dalam berbagai macam bentuk

representasi matematis; (5) mengaitkan berbagai konsep; dan (6)

mengembangkan syarat perlu dan atau syarat cukup suatu konsep. Dapat

dilihat dari indikator pemahaman konseptual tersebut, terdapat didalamnya

kelancaran prosedural, representasi matematis, koneksi dan komunikasi

matematis.

1. Kelancaran prosedural

Bransford, Brown & Cocking (dalam NCTM, 2000) menyatakan bahwa

pemahaman konseptual merupakan komponen penting dari kemampuan

prosedural. Sementara itu, Van De Walle (2010: 24) menyatakan bahwa ada

keterkaitan antara pemahaman konseptual dan pengetahuan prosedural.

Misalnya dalam soal perkalian 21x42, siswa yang memahami konsep

perkalian 21x42 akan langsung berpikir bahwa 42 dijumlah kan sebanyak 21

kali. Kelancaran prosedural akan membantu siswa dalam proses perkalian

yaitu 42x10 sebanyak 2 kali dan ditambah 42 yaitu 2(42x10) + 42 = 2(420) +


17

42= 840 + 42 =882. Dapat dilihat disini bahwa kemampuan komunikasi

matematis memerlukan kelancaran prosedural begitu pula sebaliknya.

2. Representasi matematis

Walle, Karp dan Bay-William (2010: 27) menyatakan bahwa multi

representasi mendukung pemahaman konseptual. Sementara itu Lesh, Post,

dan Behr (dalam Walle, Karp dan Bay-William, 2010: 27) menyarankan lima

jenis representasi untuk pemahaman konseptual yaitu: pictures, written

symbols, oral language, real-world situations dan manipulative models, dapat

dilihat pada Gambar 3.2 berikut:

Representasi matematis adalah ungkapan-ungkapan dari ide-ide

matematika (masalah, penyataan, definisi, dan lain lain) yang digunakan untuk

memperlihatkan (mengomunikasikan) hasil kerjanya dengan cara tertentu

(cara konvensional atau tidak konvensional) sebagai hasil interprestasi dari

pikirannya (Kartini, 2009: 364-365). Siswa harus menggunakan berbagai


18

representasi (misalnya gambar, ekspresi matematika atau teks tertulis) untuk

mengomunikasikan pemikiran mereka. (Cai, Lane dan Jacabsin).

3. Koneksi matematis

Van de Walle (2010: 24) menyatakan bahwa :“Conceptual understanding

is knowledge about the relationships or foundational ideas of a topic. Jadi ide-

ide matematis dari satu topik dengan topik yang lain memiliki kaitan yang

saling berhubungan. Hubungan tersebut diartikan sebagai koneksi matematis.

Misalnya siswa diminta mengubah bilangan pecahan menjadi bilangan

decimal dari ¼ maka dengan pemahaman bahwa bilangan decimal adalah

bilangan berkoma dan dapat diperoleh dari hasil perhitungan pembagian dua

bilangan maka koneksi matematis dibutuhkan disini untuk menghubungkan

konsep pecahan dan bilangan desimal. Berikut jawaban dari soal tersebut : ¼

= 25/100 = 0,25.

4. Kemampuan komunikasi matematis

Kemampuan komunikasi matematis merupakan cara berbagi ide yang

lebih mementingkan pada kemampuan dalam berbicara, menulis,

menggambar, dan menjelaskan konsep- konsep matematika (Van De Walle

dkk, 2008:4).

Jadi dalam menjelaskan konsep- konsep matematika siswa memerlukan

kemampuan komunikasi matematis.

Pemahaman konseptual melibatkan hubungan antara bahasa, notasi,

representasi dan pengalaman nyata dari kehidupan sehari-hari. Seperti terlihat

pada gambar 3.1 berikut.


19

Van De Walle dkk (2008:4) menyatakan bahwa kemampuan komunikasi

matematis merupakan cara berbagi ide yang lebih mementingkan pada

kemampuan dalam berbicara, menulis, menggambar, dan menjelaskan konsep-

konsep matematika. Ada keterkaitan antara kemampuan komunikasi

matematis dan pemahaman konseptual, bahwa komunikasi matematis dapat

digunakan oleh siswa untuk menjelaskan pemahaman konseptual yang

dimilikinya. Oleh sebab itu, peneliti akan melakukan penelitian yaitu

mendeskripsikan kemampuan komunikasi matematis berdasarkan tingkat

pemahaman konseptual siswa.

Ada dua keuntungan yang dapat diperoleh ketika guru mengetahui

kemampuan komunikasi matematis siswa, diantaranya:

a. Guru dapat mengetahui apa yang siswa pahami dan apa yang belum

dipahami. Seperti yang dikemukakan oleh Hirschfeld-Cotton, dengan

siswa mengomunikasikan ide- ide dan pemikiran mereka, guru lebih

memahami apa yang diketahui dan tidak diketahui oleh mereka

(Hirschfeld-Cotton, 2008: 4). Hal ini dapat digunakan oleh guru


20

sebagai bahan penilaian dalam pembelajaran matematika.

Sebagaimana termuat dalam NCTM bahwa penilaian harus

mendukung pembelajaran dan memberi informasi yang berguna bagi

guru dan siswa (NCTM, 2000:22). Dengan terus-menerus

mengumpulkan informasi tentang pertumbuhan dan pemahaman siswa,

guru dapat lebih baik membuat rancangan yang mendukung

pembelajaran siswa (Van De Wall: 3).

b. Guru dapat mengembangkan pemahaman konseptual siswa. Seperti

yang diungkapkan oleh Hirschfeld-Cotton, ketika siswa ditantang

untuk berpikir dan memberikan alasan, kemudian mengomunikasikan

ide- ide mereka secara lisan atau tertulis, pemahaman konseptualnya

akan berkembang (Hirschfeld-Cotton, 2008:2).

Tingkat pemahaman konseptual siswa yang berbeda- beda menjadi

kajian yang menarik untuk diteliti bagaimana kemampuan komunikasi

matematis siswa pada setiap tingkat pemahamannya dengan merujuk pada

indikator kemampuan komunikasi matematis yang dikembangkan oleh

Cai, Lane dan Jacabscin yaitu: (1) Written Text yaitu memberikan jawaban

dengan menggunakan bahasa sendiri dan menyusun argumen; (2) Drawing

yaitu merepresentasikan gambar ke dalam ide-ide matematis atau dari ide-

ide matematika ke dalam gambar; (3) Mathematical expression yaitu

mengekspresikan konsep matematika dalam bahasa atau simbol

matematika misalnya membuat model matematis.

D. Himpunan
21

1. Pengertian Himpunan

Menurut Nuharini dan Wahyuni (2008 : 164) Himpunan adalah

kumpulan benda atau objek yang dapat didefinisikan dengan jelas,

sehingga dengan tepat dapat diketahui objek yang termasuk himpunan dan

yang tidak termasuk dalam himpunan tersebut.

Berikut adalah beberapa contoh yang termasuk himpunan dan bukan

himpunan:

a. Kumpulan hewan berkaki dua.

b. Kumpulan warna lampu lalu lintas.

c. Kumpulan lukisan indah.

d. Kumpulan wanita cantik di Indonesia.

Kumpulan hewan berkaki dua antara lain ayam, itik, dan burung.

Kumpulan hewan berkaki dua adalah suatu himpunan, karena setiap

disebut hewan berkaki dua, maka hewan tersebut pasti termasuk dalam

kumpulan tersebut. Kumpulan warna lampu lalu lintas adalah merah,

kuning, dan hijau. Kumpulan warna lampu lalu lintas adalah suatu

himpunan, karena dengan jelas dapat ditentukan anggotanya. Sedangkan

kumpulan lukisan indah tidak dapat disebut himpunan, karena lukisan

indah menurut seseorang belum tentu indah menurut orang lain. Dengan

kata lain, kumpulan lukisan indah tidak dapat didefinisikan dengan jelas.

Demikian halnya dengan kumpulan wanita cantik di Indonesia. Wanita

cantik menurut seseorang belum tentu cantik menurut orang lain. Jadi,

kumpulan wanita cantik bukan termasuk himpunan.


22

2. Notasi dan Anggota Himpunan

Menurut Nuharini dan Wahyuni (2008 : 165) Suatu himpunan

biasanya diberi nama atau dilambangkan dengan huruf besar (kapital) A,

B, C, ..., Z. Adapun benda atau objek yang termasuk dalam himpunan

tersebut ditulis dengan menggunakan pasangan kurung kurawal {...}.

Contoh:

Nyatakan himpunan berikut dengan menggunakan tanda kurung kurawal.

1) A adalah himpunan bilangan cacah kurang dari 6.

2) P adalah himpunan huruf-huruf vokal.

3) Q adalah himpunan tiga binatang buas.

Penyelesaian:

1) A adalah himpunan bilangan cacah kurang dari 6.

Anggota himpunan bilangan cacah kurang dari 6 adalah 0, 1, 2, 3, 4, 5.

Jadi, A = {0, 1, 2, 3, 4, 5}.

2) P adalah himpunan huruf-huruf vokal.

Anggota himpunan huruf-huruf vokal adalah a, e, i, o, dan u, sehingga

ditulis

P = {a, e, i, o, u}.

3) Q adalah himpunan tiga binatang buas.

Anggota himpunan binatang buas antara lain harimau, singa, dan serigala.

Jadi, Q = {harimau, singa, serigala}.

Menurut Nuharini dan Wahyuni (2008 : 165) Setiap benda atau

objek yang berada dalam suatu himpunan disebut anggota atau elemen dari
23

himpunan itu dan dinotasikan dengan ∈. Adapun benda atau objek yang

tidak termasuk dalam suatu himpunan dikatakan bukan anggota himpunan

dan dinotasikan dengan ∉.

Berdasarkan contoh di atas, A adalah himpunan bilangan cacah kurang

dari 6, sehingga A = {0, 1, 2, 3, 4, 5}. Bilangan 0, 1, 2, 3, 4, dan 5 adalah

anggota atau elemen dari himpunan A, ditulis 0∈A, 1∈A, 2∈A, 3∈A, 4∈A,

dan 5∈A. Karena 6, 7, dan 8 bukan anggota A, maka ditulis 6 ∉ A, 7 ∉ A,

dan 8 ∉ A. Banyak anggota suatu himpunan dinyatakan dengan n. Jika A

= {0, 1, 2, 3, 4, 5} maka n(A) = banyak anggota himpunan sehingga n(A)

= 6.

Menurut Nuharini dan Wahyuni (2008 : 166) Dalam matematika,

beberapa huruf besar digunakan sebagai lambang himpunan bilangan

tertentu, di antaranya sebagai berikut:

Huruf A : lambang himpunan bilangan asli.

A = {1, 2, 3, 4, ... }

Huruf B : lambang himpunan bilangan bulat.

B = {..., –3, –2, –1, 0, 1, 2, 3, ...}

Huruf C : lambang himpunan bilangan cacah.

C = {0, 1, 2, 3, ... }

Huruf L : lambang himpunan bilangan ganjil.

Huruf N : lambang himpunan bilangan genap.

Huruf P : lambang himpunan bilangan prima.

Huruf Q : lambang himpunan bilangan rasional.


24

a ∈ 𝐵 𝑑𝑎𝑛 𝑏 ∈ 𝐴j ,dimana 𝑎 anggota himpunan bilangan bulat dan 𝑏

anggota himpunan bilangan asli.

3. Menyatakan Suatu Himpunan

Menurut Nuharini dan Wahyuni (2008 : 167) Suatu himpunan dapat

dinyatakan dengan tiga cara sebagai berikut.

a. Dengan kata-kata.

Dengan cara menyebutkan semua syarat/sifat keanggotaannya.

Contoh: P adalah himpunan bilangan prima antara 10 dan 40,

ditulis

P = {bilangan prima antara 10 dan 40}.

b. Dengan notasi pembentuk himpunan.

Sama seperti menyatakan himpunan dengan kata-kata, pada

cara ini disebutkan semua syarat/sifat keanggotannya. Namun,

anggota himpunan dinyatakan dengan suatu peubah. Peubah yang

biasa digunakan adalah x atau y.

Contoh: P : {bilangan prima antara 10 dan 40}.

Dengan notasi pembentuk himpunan, ditulis P = {10 < 𝑥 < 40,

∈ bilangan prima}.

c. Dengan mendaftar anggota-anggotanya.

Dengan cara menyebutkan anggota-anggotanya,

menuliskannya dengan menggunakan kurung kurawal, dan

anggota-anggotanya dipisahkan dengan tanda koma.

Contoh: P = {11, 13, 17, 19, 23, 29, 31, 37}


25

4. Himpunan Kosong dan Himpunan Nol

Menurut Nuharini dan Wahyuni (2008 : 169) Jika P adalah

himpunan persegi yang mempunyai tiga buah sisi maka anggota P

tidak ada atau kosong. Himpunan P disebut himpunan kosong (tidak

mempunyai anggota), karena jumlah sisi persegi adalah empat.

Himpunan kosong adalah himpunan yang tidak mempunyai

anggota, dan dinotasikan dengan { } atau 𝜙.

Jika R = {𝑥|𝑥 < 1, 𝑥 ∈ 𝐶} maka R = {0} atau n(R) = 1. Himpunan

R disebut himpunan nol. Anggota himpunan R adalah 0. Jadi,

himpunan R bukan merupakan himpunan kosong. Himpunan nol

adalah himpunan yang hanya mempunyai 1 anggota, yaitu nol.

5. Himpunan Semesta

Menurut Nuharini dan Wahyuni (2008 : 170) Jika P = {pisang,

jeruk, apel, anggur} maka semesta pembicaraan dari himpunan P

adalah himpunan S = {buah buahan}. Dengan kata lain, S adalah

himpunan semesta dari P. Himpunan S memuat semua anggota

himpunan P. Himpunan semesta atau semesta pembicaraan adalah

himpunan yang memuat semua anggota atau objek himpunan yang

dibicarakan. Himpunan semesta (semesta pembicaraan) biasanya

dilambangkan dengan S.

6. Himpunan Bagian

Menurut Nuharini dan Wahyuni (2008 : 172) berikut adaalah

beberapa contoh tentang himpunan bagian.


26

Contoh: A = {1, 2, 3}

B = {4, 5, 6}

C = {1, 2, 3, 4, 6}

Berdasarkan ketiga himpunan di atas, tampak bahwa setiap

anggota himpunan A, yaitu 1, 2, 3 juga menjadi anggota himpunan C.

Dalam hal ini dikatakan bahwa himpunan A merupakan himpunan

bagian dari C, ditulis A ⊂ C . Himpunan A merupakan himpunan

bagian B, jika setiap anggota A juga menjadi anggota B dan

dinotasikan A ⊂ B dengan B = {4, 5, 6} dan C = {1, 2, 3, 4, 5}.

Tampak bahwa tidak setiap anggota B menjadi anggota C, karena

6 ∉ C. Dikatakan bahwa B bukan merupakan himpunan bagian dari C,

ditulis B ⊄ C. ( B ⊄ C dibaca: B bukan himpunan bagian dari C).

Himpunan A merupakan himpunan bagian B, jika setiap anggota A

juga menjadi anggota B dan dinotasikan A ⊂ B..

Anda mungkin juga menyukai