Anda di halaman 1dari 26

KEMAMPUAN

PENALARAN MATEMATIS

Oleh :

Alifa Ratna Swesty (14144100006)


Ummi Arifah (14144100093)
Siti Ratna Sari (14144100101)
Syitoh Noviani(14144100102)
DEFINISI KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS
(REASONING)
Penalaran (jalan pikiran atau reasoning) adalah
Proses berfikir yang berusaha menghubung-
hubungkan fakta-fakta yang diketahui menuju
kepada suatu kesimpulan menurut Kreaf (dalam
Enika Wulandari 2011: 11).
Karin Brodie (dalam Enika Wulandari 2011: 12)
menyatakan bahwa Mathematical reasoning is
reasoning about and the with the object of
mathematics. Pernyataan tersebut dapat diartikan
bahwa penalaran matematis adalah penalaran
mengenai dan dengan objek matematika. Objek
matematika dalam hal ini adalah cabang-cabang
matematika yang dipelajari seperti statistika,
aljabar, geometri dan sebagainya.
Gardner, et.al. (dalam Kurnia dan
Mohkhammad Ridwan 2015), mengungkapkan
bahwa penalaran matematis adalah kemapuan
menganalisis, menggeneralisasi, mensintesis/
mengintegrasikan, memberikan alasan yang
tepat dan menyelesaikan masalah tidak rutin.

Hapizah (2014:75) Kemampuan penalaran


matematis adalah kemampuan dalam
mengarahkan pikiran untuk menghasilkan
suatu pernyataan dalam mencapai kesimpulan
ketika menyelesaikan suatu masalah.
R.G.Soekadijo (dalam Enika Wulandari 2011:
13)membuat kronologi mengenai terjadinya
penalaran. Proses berfikir dimulai dari
pengamatan indra atau obsevasi empirik. Proses
itu di dalam pikiran menghasilkan sejumlah
pengertian dan proposisi sekaligus. Berdasarkan
pengamatan-pengamatan indra yang sejenis,
pemikiran menyusun proposisi yang sejenis
pula. Proses inilah yang disebut dengan
penalaran atau dianggap benar kemudian
digunakan untuk menyimpulkan sebuah prosisi
baru yang sebelumnya tidak diketahui menurut
Sokadijo (dalam Enika Wulandari 2011: 12).
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan
bahwa penalaran matematis adalah kemampuan
berfikir menghungkan fakta-fakta mengenai
permasalahan-permasalahan matematika secara
logis untuk menarik kesimpulan atau suatu
pernyataan baru berdasarkan pada beberapa
pernyataan yang kebenarannya telah dibuktikan
atau diasumsikan sebelumnya.
JENIS-JENIS PENALARAN

Berikut ini adalah penjelasan mengenai 2 jenis


kemampuan penalaran.
Penalaran induktif
Menurut Smart (Nadia, 2011), Penalaran
induktif adalah penalaran yang memberlakukan
atribut-atribut khusus untuk hal-hal yang bersifat
umum. Penalaran ini lebih banyak berpijak pada
observasi inderawi (pengamatan) atau empirik.
Dengan kata lain penalaran induktif adalah
proses penarikan kesimpulan dari kasus-kasus
yang bersifat individual nyata menjadi
kesimpulan yang bersifat umum. Inilah alasan
eratnya kaitan antara logika induktif dengan
istilah generalisasi.
Jadi, menalar secara induktif adalah proses
penarikan simpulan dari kasus-kasus yang
bersifat nyata secara individual atau spesifik
menjadi simpulan yang bersifat umum. Kegiatan
menalar secara induktif lebih banyak berpijak
pada observasi inderawi atau pengalaman
empirik.

Contoh :
Buatlah segitiga lancip dan ukurlah besar tiap-
tiap sudutnya dengan busur derajat. Berapa
derajatkah besar ketiga sudutnya? Buatlah pula
segitiga siku-siku dan segitiga tumpul. Berapa
Penyelesaian :

Siswa membuat tiga buah segitiga dan mengukur


besar sudut tiap-tiap segitiga dengan busur
derajat. Dan siswa memperoleh bahwa jumlah
ketiga sudut dalam masing-masing segitiga yang
telah buat adalah 180 derajat. Dari tiga contoh
segitiga yang dibuat itu siswa dapat menarik
kesimpulan bahwa jumlah besar ketiga sudut
dalam segitiga adalah 180 derajat. Penarikan
kesimpulan dari contoh-contoh seperti ini
menggunakan penalaran induktif.
Penalaran Deduktif
Matematika terkenal dengan penalaran
deduktifnya, karena matematika tidak
menerima generalisasi berdasarkan pengamatan
saja. Menurut Maulana (2006, hlm. 29), Bahwa
kebenaran suatu pernyataan haruslah
didasarkan pada kebenaran pernyataan-
pernyataan lain. Dalam penalaran deduktif
kebenaran setiap pernyataan harus didasarkan
pada pernyataan sebelumnya yang benar.
Menurut Sagala (2006, hlm. 76) Pendekatan
deduktif adalah proses penalaran yang bermula
dari keadaan umum hingga keadaan khusus
sebagai pendekatan pengajaran yang bermula
dengan menyajikan aturan, prinsip umum itu
kedalam keadaan khusus.
Jadi, penalaran deduktif merupakan cara
menalar dengan menarik simpulan dari
pernyataan-pernyataan atau fenomena yang
bersifat umum menuju pada hal yang bersifat
khusus. Pola penalaran deduktif dikenal dengan
pola silogisme. Cara kerja menalar secara deduktif
adalah menerapkan hal-hal yang umum terlebih
dahulu untuk kemudian dihubungkan ke dalam
bagian-bagiannya yang khusus.

o Contoh :
Jumlah dua bilangan ganjil akan menghasilkan
bilangan genap. Buktikan kebenaran atau
kesalahan pernyataan tersebut secara deduktif.
Penyelesaian:

Dibuktikan secara deduktif dengan melakukan


pemisalan secara umum bahwa bilangan ganjil
dapat dituliskan sebagai 2n + 1 untuk n bilangan
asli. Maka 2 bilangan ganjil dijumlahkan menjadi
(2n + 1)+(2n + 1) = (2n + 2n + 1 + 1)
= 4n + 2
= 2(2n + 1)
Karena 2n + 1 merupakan bilangan ganjil maka 2
kali bilangan ganjil pasti akan menghasilkan
bilangan genap, sehingga terbukti bahwa jumlah
dari 2 bilangan ganjil akan menghasilkan bilangan
genap.
INDIKATOR PENALARAN MATEMATIS
(REASONING)

Pada petunjuk teknis peraturan Dirjen Dikdasmen Depdiknas No.


506/ C/ PP/ 2004 tanggal 11 Nopember 2004. Indikator tersebut
adalah:
1. Menyajikan matematika secara lisan, tertulis, gambar,
diagram;
2. Mengajukan dugaan
3. Melakukan manipulasi matematika, menarik kesimpulan,
menyusun bukti;
4. Memberikan alasan atau bukti terhadap kebenaran solusi;
5. Menarik kesimpulan dari pernyataan; dan
6. Memeriksa kesahihan suatu argumen, menemukan pola atau
sifat dari gejala matematis untuk membuat generalisasi.
7. Menemukan pola atau sifat dari gejala matematis untuk
membuat generalisasi
INSTRUMEN KEMAMPUAN PENALARAN
MATEMATIS

Instrumen yang akan digunakan dalam memperoleh


informasi mengenai kemampuan penalaran siswa
dapat dilakuakan melalui tes yaitu soal tes
kemampuan penalaran matematis. Tes ini terdiri
dari soal-soal uraian dengan tujuan agar dapat
melihat proses berpikir pada siswa
CARA MEMBUAT INSTRUMEN TES
KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS

Instrument tes digunakan untuk


mengukur kemampuan penalaran
matematis siswa. Pedoman penskoran soal
kemampuan penalaran matematis siswa
dapat dilihat pada table berikut ini :
CONTOH INSTUMEN PENALARAN
MATEMATIS

1) Kemampuan menyajikan pernyataan


matematika secara lisan, tertulis, gambar
dan diagram.
Soal :
Diketahui garis r mempunyai gradien dan
melalui titik R (1,2).
Penyelesaian:

Alasan :
Salah satu pekerjaan siswa yang menunjukkan
kemampuan menyajikan pernyataan matematika
secara lisan, tertulis, gambar, dan diagram.
2) Kemampuan mengajukan dugaan.
Soal :
Dugalah gradien x pada persamaan 3x +4y +2 =
0!
Penyelesaiaan:
Dari persamaan 3x +4y +2 = 0 diketahui a = 3,
b= 4 dan c = 2
a
x
b
3

4
3
Jadi gradien x adalah x
4
Alasan :
Salah satu pekerjaan siswa yang menunjukkan
kemampuan mengajukan dugaan.
3) Melakukan manipulasi matematika.
Ubalahlah bentuk persamaan 2x + 6y +5 = 0 ke
dalam bentuk y = mx +c !
Penyelesaiaan:
2x 6 y 5 0
6 y 2x 5
(2 x 5)
y
6
2 5
y x *)
6 6
2 5
Jadi betuk persamaannya adalah y x
6 6

Alasan :
Salah satu pekerjaan siswa yang menunjukkan
kemampuan melakukan manipulasi matematika.
4) Menyusun bukti, memberikan alasan terhadap
suatu solusi.
Soal:
Diketahui segitiga ABC dengan titik A(1, 1)
B(4,2) dan C (0,4). 1
x
2
3 3
Benarkah bahwa persamaan AB adalah ?
tunjukkanlah dengan menggunakan persamaan
garis lurus melalui 2 titik.
Penyelesaian:
A(1,1), B (4,2), C (0,4)
y y1 x x1
Persamaan garis lurus AB
y 2 y1 x 2 x1
y 1 x 1

2 1 4 1
( y 1)3 1( x 1)
3y 3 x 1
3y x 1 3
3y x 2
x2
y
3
1 2
y x
3 3
Jadi terbukti benar bahwa persamaan garis
1 2
lurus AB = x
3 3
Alasan :
Salah satu pekerjaaan siswa yang menunjukkan
kemampuan menyusun bukti, memberikan alasan
terhadap suatu solusi.
5) Menarik kesimpulan dari pernyataan.
Soal:
Apa kesimpulan kalian mengenai hubungan
antara a dan b dengan koefisien x pada
persamaan dalam bentuk y = mx +c ? ingatlah
bahwa koefisien x merupakan gradien garis
tersebut.
Penyelesaian:
a
Pada persamaan y = mx + c gradiennya adalah m b
=

Alasan :
Salah satu pekerjaaan siswa yang menunjukkan
kemampuan menarik kesimpulan dari
pernyataan.
6) Memeriksa kesahihan suatu argumen.
Soal:
Diketahui segitiga ABC dengan titik A(1,1) B(4,2)
C(0,4).
Penyelesaian:
Simak penyataan berikut: segitiga ABC adalah
sebuah segitiga siku-siku karena terdapat dua
ruas garis yang saling tegak lurus. Benarkah
pernyataan tersebut? Jelaskan jawabanmu
dengan mencari gradien garis yang memenuhi
sifat dua garis yang saling tegak lurus.
y 2 y1 2 1 1
Gradien AB =
x 2 x1 4 1 3

Gradien AC =
y 2 y1 4 1 3
3
x2 x1 0 1 1
Sifat gradien yang saling tegak lurus jika m1 x m2 = -1
Gradien AB X gradien AC = -1
1
3 1 terbukti benar
3
Jadi garis yang saling tegak lurus yaitu AB dengan AC

Alasan :
Salah satu pekerjaaan siswa yang menunjukkan
kemampuan memeriksa kesahihan suatu argumen.
7) Menemukan pola atau sifat dari gejala
matematis untuk membuat generalisasi.
Soal :
2 5
2x 6 y 5 0 y x
6 6

2a 6b

Perhatikan koefisien x pada persamaan di atas.


Apa hubngannya dengan a dan b ?
Penyelesaian:
a dan b adalah gradien , koefisen x
Dan a = perubahan x
b = perubahan y

Alasan :
Salah satu pekerjaaan siswa yang menunjukkan
kemampuan menemukan pola atau sifat dari gejala
matematisuntuk membuat generalisasi.

SEKIAN DAN TERIMA


KASIH

Anda mungkin juga menyukai