PENDAHULUAN
Ginjal adalah sepasang organ retroperitoneal yang terintegrasi
dengan
BAB 2
LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien
Nama
: Ny. Kartini
Usia
: 49 Tahun
: Islam
Alamat
: Bojonegoro
Suku
: Jawa
Status
: Menikah
Ruang
: Asoka
No RM
: 501176
B. Anamnesis
1. Keluhan Utama
Nyeri perut
2. Riwayat Penyakit Sekarang
- Nyeri perut bawah, mendadak sejak 3 hari sebelum MRS, pagi setelah
bangun tidur. Dirasakan terus dan memberat tiap harinya. Digambarkan
seperti ditusuk. Dirasakan hingga tembus punggung dan diperberat saat
-
dibuat berjalan.
Nyeri punggung, sejak 3 hari sebelum MRS. Kadang dirasakan seperti kaku
dan ditusuk. Kadang muncul bersamaan saat terasa nyeri di perut bagian
bawah.
50cc.
Kepala pusing, sejak 3 hari sebelum MRS. Terasa mbliyur/ bergoyang saat
Sebelumnya tidak pernah sakit seperti ini dan tidak pernah MRS. Biasanya
hanya sakit panas, batuk pilek dan diare, namun dapat sembuh dengan
mengkonsumsi obat yang langsung dibeli di apotik.
5. Riwayat Pengobatan
-
Sejak 2 tahun yang lalu, pasien sudah tidak rutin berobat ke puskesmas
untuk pengobatan hipertensi.
Memiliki saluran air MCK pribadi di rumah, air bening, sumber PDAM.
C. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum:
-
Kesadaran
: Composmentis
GCS
: 456
2. Vital Sign:
-
Tensi
: 160/100 mmHg
Nadi
: 108x/menit (reguler)
RR
: 31 x/menit
Suhu
: 37,4C (axiller)
Gula darah
-
GDA
: 189 mg/dL
GDP
: 107
G2PP
: 165
3. Kepala/Leher:
-
A/I/C/D : + / - / - / +
Mata:
o Pupil isokor Ki = Ka
o Conjunctiva palbebra inferior pucat (+)
o Sclera icterus (-)
o Edema palpebra (-)
o Cowong (-)
Telinga:
o Pendengaran baik
o Bentuk normal
o Sekret ( - / - )
Hidung:
o Pernafasan cuping hidung (-)
o Epistaksis (-)
o Sekret (-)
Mulut:
o Sianosis (-)
o Ulcus (-)
Leher:
o Simetris (+/+)
o Pembesaran KGB (-)
o Peningkatan JVP (+)
o Pembesaran kelenjar tyroid (-)
o Otot bantu nafas (-)
4. Thoraks :
-
Paru:
o I
o P
: Frem. vocal + | +
o P
: sonor | sonor
sonor | sonor
sonor | sonor
o A
Jantung:
: ves | ves
Rhon- | -
Whez - | -
ves | ves
-|-
-|-
ves | ves
-|-
-|-
5. Abdomen :
-
Inspeksi :
Perut tampak cembung, distended (-), vena kontralateral (-), scar (-), caput
medusa (-), spider nevi (-).
: Tidak teraba
Lien
: Tidak teraba
Ren
: Tidak teraba
Massa (-)
Nyeri tekan
Undulasi (+)
-
Perkusi :
Timpani (-) redup
Meteorismus (-)
6. Ektremitas :
-
Anamnesa
1. Nyeri perut
2. Nyeri punggung
3. Mual
4. Muntah
5. Pusing
6. Sesak nafas
7. Nafsu makan turun
Pemeriksaan Fisik
1. Anemia
2. Hipertensi
3. Takikardi
4. Takipneu
5. Asites
6. Undulasi (+)
E. Diagnosis (Assesment)
-
F. Penatalaksanaan
-
Planning Diagnosis
o Foto rontgen Thorax, BOF
o USG abdomen
o Laboratorium: Darah lengkap, Faal Hati (Albumin, SGOT, SGPT), Faal
Ginjal (Ureum, BUN, Kreatinin), Profil lipid, Blood Gas Analisis,
Urinalisis, Sedimen urin, Serum Elektrolit (Na, K, Cl), HBsAg, Anti HIV.
Planning Terapi
o Intake cairan oral 500 cc / 24 jam
o O2 Nasal Canul 2-4 lpm
o Ivfd. Natrium Chloride 0,9% 500cc / 24 jam
o Ivfd. Albumin 20% 50 cc/ 24 jam
o Trf. PRC 1 kolf / 24 jam (Sedia 4 kolf)
o Inj. Furosemide 80 mg 1x1 (pagi) (IV)
o Tab.Candesartan 80 mg 1x1 (malam) (IV
Hemoglobin
: 6,3 g/dL
Leukosit
: 11.200
Eritrosit
: 3.410.000 (L)
Hematokrit
: 29,8 % (L)
MCV
: 87,4 fL
MCH
: 30,2 pg
MCHC
: 34,6 g/dL
RDW-CV
: 15,4 % (H)
RDW-SD
: 48 fL (H)
Trombosit
: 243.000 (L)
PDW
: 11,7 fL (L)
MPV
: 10,5 fL
P-LCR
: 26,8 % (L)
PCT
: 0,100% (L)
Albumin
SGOT
: 45 U/L (H)
SGPT
: 19 U/L
Ureum
: 183 mg/dL
BUN
: 86 U/L
Kreatinin
Kolesterol Total
: 215 mg/dL
Trigliserida
: 187 mg/dL
HDL
: 47 mg/dL
LDL
Natrium
Kalium
Cl
HbsAg
Anti HIV
: 130 mg/dL
: 137 mEq/L
: 4,7 mEq/L
: 103 mEq/L
: Negatif
: Non-reaktif
BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Penyakit Ginjal Kronik
Suatu proses patofisiologis berupa kelainan struktural atau fungsional
dengan etiologi yang beragam pada ginjal yang berlangsung minimal 3 bulan,
dimana terjadi penurunan fungsi ginjal yang progresif dan berakhir dengan gagal
ginjal.
Kelainan patologis
Terdapat tanda kelainan ginjal, termasuk kelainandalam komposisi darah atau
B. Ginjal
1. Anatomi Ginjal
dua pertiga atas permukaan anterior ginjal tertutup oleh limfa, namun katub
bawah ginjal kanan yang berukuran normal dapat diraba secara bimanual.
Ginjal terbungkus oleh jaringan ikat tipis yang dikenal sebagai kapsula
renis. Disebelah anterior ginjal dipisahkan dari kavum abdomen dan isinya
oleh lapisan peritoneum. Disebelah posterior organ tersebut dilindungi oleh
dinding toraks bawah. Darah dialirkan kedalam setiap ginjal melalui arteri
renalis dan keluar dari dalam ginjal melalui vena renalis. Arteri renalis berasal
dari aorta abdominalis dan vena renalis membawa darah kembali kedalam vena
kava inferior.
Pada orang dewasa panjang ginjal adalah sekitar 12 sampai 13 cm (4,75,1 inci) lebarnya 6 cm (2,4 inci) tebalnya 2,5 cm (1 inci) dan beratnya sekitar
150 gram. Permukaan anterior dan posterior katub atas dan bawah serta tepi
lateral ginjal berbentuk cembung sedangkan tepi lateral ginjal berbentk cekung
karena adanya hilus. Gambar anatomi ginjal dapat dilihat pada gambar di
bawah ini.
Ginjal tersusun dari beberapa nefron. Struktur halus ginjal terdiri atas
banyak nefron yang merupakan satuan fungsional ginjal, jumlahnya sekitar
satu juta pada setiap ginjal yang pada dasarnya mempunyai struktur dan fungsi
yang sama. Setiap nefron terdiri dari kapsula bowman yang mengintari rumbai
kapiler glomerulus, tubulus kontortus proksimal,lengkung henle dan tubulus
kontortus distal yang mengosongkan diri ke duktus pengumpul. Kapsula
bowman merupakan suatu invaginasi dari tubulus proksimal. Terdapat ruang
yang mengandung urine antara rumbai kapiler dan kapsula bowman dan ruang
yang mengandung urine ini dikenal dengan nama ruang bowman atau ruang
kapsular. Kapsula bowman dilapisi oleh sel - sel epitel. Sel epitel parielalis
berbentuk gepeng dan membentuk bagian terluar dari kapsula, sel epitel
veseralis jauh lebih besar dan membentuk bagian dalam kapsula dan juga
melapisi bagian luar dari rumbai kapiler. Sel viseral membentuk tonjolan tonjolan atau kaki - kaki yang dikenal sebagai pedosit, yang bersinggungan
dengan membrana basalis pada jarak - jarak tertentu sehingga terdapat daerahdaerah yang bebas dari kontak antar sel epitel. Daerah - daerah yang terdapat
diantara pedosit biasanya disebut celah pori - pori.
Vaskularisasi ginjal terdiri dari arteri renalis dan vena renalis. Setiap arteri
renalis bercabang waktu masuk kedalam hilus ginjal. Cabang tersebut menjadi
arteri interlobaris yang berjalan diantara pyramid dan selanjutnya membentuk
arteri arkuata yang melengkung melintasi basis pyramid-piramid ginjal. Arteri
arkuata kemudian membentuk arteriola-arteriola interlobaris yang tersusun oleh
parallel dalam korteks, arteri ini selanjutnya membentuk arteriola aferen dan
berakhir pada rumbai-rumbai kapiler yaitu glomerolus. Rumbai-rumbai kapiler
atau glomeruli bersatu membentuk arteriola eferen yang bercabang-cabang
membentuk sistem portal kapiler yang mengelilingi tubulus dan kapiler
peritubular.
2. Fisiologi Ginjal
a. Fungsi ginjal
Menurut Price dan Wilson (2005), ginjal mempunyai berbagai macam
fungsi yaitu ekskresi dan fungsi non-ekskresi.
Fungsi ekskresi diantaranya adalah :
1) Mempertahankan osmolaritas plasma sekitar 285 mOsmol dengan
mengubah-ubah ekskresi air.
2) Mempertahankan kadar masing-masing elektrolit plasma dalam rentang
normal.
3) Mempertahankan pH plasma sekitar 7,4 dengan mengeluarkan kelebihan
H+ dan membentuk kembali HCO3
4) Mengekresikan produk akhir nitrogen dari metabolism protein, terutama
urea, asam urat dan kreatinin.
Fungsi lain dari ginjal yaitu memproduksi renin yang berperan dalam
pengaturan tekanan darah. Apabila tekanan darah turun, maka sel-sel otot polos
meningkatkan pelepasan reninnya. Apabila tekanan darah naik maka sel - sel
otot polos mengurangi pelepasan reninnya. Apabila kadar natrium plasma
berkurang, maka sel-sel makula densa memberi sinyal pada sel-sel penghasil
renin untuk meningkatkan aktivitas mereka. Apabila kadar natrium plasma
meningkat, maka sel-sel makula dansa memberi sinyal kepada otot polos untuk
menurunkan pelepasan renin. Setelah renin beredar dalam darah dan bekerja
dengan mengkatalisis penguraian suatu protein kecil yaitu angiotensinogen
menjadi angiotensin I yang terdiri dari 10 asam amino, angiotensinogen
dihasilkan oleh hati dan konsentrasinya dalam darah tinggi. Pengubahan
angiotensinogen menjadi angiotensin I berlangsung diseluruh plasma, tetapi
terutama dikapiler paru-paru. Angoitensi I kemudian dirubah menjadi
angiotensin II oleh suatu enzim konversi yang ditemukan dalam kapiler paruparu. Angiotensin II meningkatkan tekanan darah melalui efek vasokontriksi
arteriola perifer dan merangsang sekresi aldosteron. Peningkatan kadar
kronik. Gagal ginjal kronik berkaitan dengan penurunan fungsi ginjal yang
progresif dan irreversible.
mg
72 x Kreatinin Plasma(
)
dl
Tipe 1
Tipe 2
7%
37 %
27 %
10 %
4%
3%
2%
2%
4%
4%
Insiden
46,39 %
18,65 %
12,85 %
8,46 %
13,65 %
aktifitas
memberikan
kontribusi
aksis
renin-angiotensin-aldosteron
terhadap
terjadinya
hiperfiltrasi,
intrarenal,
ikut
sklerosis
dan
sebagian diperantarai oleh growth factor (TGF-). Beberapa hal yang juga
dianggap berperan terhadap terjadinya progrsifitas penyakit ginjal kronik adalah
albuminuria, hipertensi, hiperglikemia, dislipidemia. Terdapat variabilitas
interindividual untuk terjadinya sklerosis dan fibrosis glomerulus maupun
tubulointerstitial.
Pada stadium paling dini penyakit ginjal kronik, terjadi kehilangan daya
cadang ginjal (renal reserve), pada keadaan mana basal LFG masih normal atau
malah meningkat. Kemudian secara perlahan tapi pasti, akan terjadi penurunan
fungsi nefron yang progresif, yang ditandai dengan peningkatan kadar urea dan
kreatinin serum. Sampel pada LFG sebesar 60%, pasien masih belum merasakan
keluhan (asimptomatik), tapi sudah terjadi peningkatan kadar urea dan kreatinin
serum. Sampai pada LFG sebesar 30%, mulai terjadi keluhan pada pasien seperti
nokturia, badan lemah, mual, nafsu makan kurang, penurunan berat badan.
Sampai pada LFG di bawah 30%, pasien memperlihatkan gejala dan tanda uremia
yang nyata seperti anemia, peningkatan tekanan darah, gangguan metabolisme
fosfor dan kalsium, pruritus, mual, muntah dan lain sebagainya. Pasien juga
mudah terkena
maupun infeksi saluran cerna. Juga akan terjadi gangguan keseimbangan air
seperti hipo atau hipervolemia, gangguan keseimbangan elektrolit antara lain
natrium dan kalium. Pada LFG di bawah 15% akan terjadi gejala dan komplikasi
yang lebih serius dan pasien sudah memerluka terapi pengganti ginjal (renal
replacement therapy) antara lain dialisis atau transplantasi ginjal. Pada keadaan ini
pasien dikatakan sampai pada stadium gagal ginjal.
uremia toksik.
Defisiensi besi dan asam folat akibat nafsu makan yang berkurang.
Perdarahan, paling sering pada saluran cerna dan kulit.
Fibrosis sumsum tulang akibat hiperparatiroidisma skunder.
b. Gangguan fungsi trombosit dan trombosotopenia yang mengakibatkan
-
perdarahan.
c. Gangguan fungsi leukosit, di mana fagositosis dan kemotaksis berkurang,
fungsi limfosit menurun sehingga imunitas juga menurun.
3. Gangguan pada sistem kardiovaskuler
a. Hipertensi akibat penimbunan cairan dan garam
b. Nyeri dada dan sesak nafas
c. Gangguan irama jantung akibat aterosklerosis dini, gangguan elektrolit
dan klasifikasi metastatik.
d. Edema akibat penimbunan cairan.
4. Gangguan pada sistem saraf dan otot
pencegahan yang efektif terhadap penyakit ginjal kronik, dan hal ini
dimungkinkan karena berbagai faktor risiko untuk penyakit ginjal kronik dapat
dikendalikan. Pencegahan primer terhadap penyakit GGK dapat berupa :
1) Penghambatan hipertensi dengan menurunkan tekanan darah sampai
2)
3)
4)
5)
penyakit-penyakit
komorbid
(penyakit
penyerta)
untuk
penyakit.
Kalium
Tindakan utama untuk mencegah terjadinya hiperkalemia adalah
membatasi pemasukan kalium dalam makanan. Kalium sering
meningkat pada akibat ekskresi kalium melalui urin berkurang.
Hiperkalemia dapat menimbulkan kegawatan jantung dan kematian
mendadak. Maka dihindari konsumsi makanan atau obat yang tinggi
kadar kaliumnya seperti ekspektoran, kalium sitrat, sup, kurma,
perifer.
Hiperkalemia
Hiperkalemia merupakan komplikasi paling serius pada penderita
uremia. Hiperkalemia pada penderita gagal ginjal dapat diobati
dengan pemberian glukosa dan insulin intervena yang akan
Hiperurisemia
Obat yang digunakan untuk mengobati hiperurisemia pada
penyakit GGK adalah allopurinol. Obat ini mengurangi kadar asam
urat dengan menghambat biosintesis sebagian asam urat total yang
dilakukan
bertujuan menghindari
akut yang terjadi saat hemodialisa seperti emboli udara dapat diatasi
dengan adanya monitor pada mesin hemodialisa.
2) Dialisa peritoneal
Dialisis peritoneal dilakukan dengan menggunakan membran
peritoneum yang bersifat semipermeabel dengan menginfuskan 1-2 L
cairan dialisis ke dalam abdomen melalui kateter. Dialisat tetap berada
dalam abdomen untuk waktu yang berbeda-beda dan kemudian
dikeluarkan dengan gravitasi ke dalam wadah yang diletakkan di
bawah pasien. Setelah pengeluaran selesai, dialisat yang baru
dimasukkan dan siklus berjalan kembali.
3) Tranplantasi Ginjal
Tranplantasi ginjal telah menjadi terapi pilihan bagi kebanyakan
pasien dengan penyakit ginjal tahap akhir, karena menghasilkan
rehabilitasi
yang
lebih
baik
dibanding
dialisis
kronik
dan
BAB 4
KESIMPULAN
Kerusakan ginjal (renal damage) yang terjadi lebih dari 3 bulan, berupa
kelainan struktural atau fungsional, dengan (kurang dari 60ml/menit/1,73m2)
atau tanpa penurunan laju filtrasi glomerulus (LFG) dengan manifestasi kelainan
patologis ginjal, termasuk kelainan dalam komposisi darah atau urin, atau
kelainan dalam tes pencitraan (imaging test).
Seiring dengan progresifitas penyakit ginjal kronik, pasien perlu
dipersiapkan untuk menjalani terapi pengganti ginjal. Terapi pengganti ginjal
umumnya dilaksanakan pada PGK stadium 5. Modalitas terapi pengganti ginjal
dapat berupa hemodialisis (cuci darah), dialisis peritoneal atau transplantasi ginjal.
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa untuk pengobatan
penyakit gagal ginjal kronik lebih kearah simptomatis dan peningkatan kualitas
hidup sampai adanya fasilitas hemodialisis dan donor ginjal (transplantasi ginjal).