Anda di halaman 1dari 19

III METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian


Penellitian mengenai analisis aspek teknis produk jenang berorientasi
konsumen ini dilakukan di Kota Batu pada bulan April-Juni 2016. Pengolahan
data dilakukan di Laboratorium Komputasi dan Analisis Sistem, Jurusan
Teknologi

Industri

Pertanian,

Fakultas

Teknologi

Pertanian,

Universitas

Brawijaya, Malang.
3.2 Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian merupakan langkah-langkah yang dilakukan dalam suatu
penelitian dari awal perencanaan penelitian hingga dihasilkannya laporan hasil
penelitian. Penelitian ini dilakukan melalui beberapa langkah yang dirangkai
menjadi sebuah diagram alir prosedur penelitian yang dapat dilihat pada Gambar
3.1. Secara lebih terperinci, langkah-langkah dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Survei Pendahuluan
Survei pendahuluan dilaksanakan dengan mendatangi perusahaan yang
menjadi lokasi penelitian, yaitu UD Ramayana Agro Mandiri dan melakukan
wawancara dengan pemilik usaha. Wawancara dilakukan dengan tujuan
memperoleh informasi kondisi perusahaan sehingga dapat mengidentifikasi
masalah untuk dijadikan topik penelitian.
2. Studi Literatur
Studi literatur dilakukan untuk memperoleh informasi yang dapat menjadi
dasar-dasar pendukung penelitian. Tahapan ini dilakukan dengan membaca,
mengumpulkan, mencatat, dan mempelajari karya tulis seperti buku, jurnal,
penelitian terdahulu yang berkaitan dengan topik penelitian. Pada penelitian ini
dilakukan studi literatur mengenai kepuasan konsumen, kualitas produk, dan
metode QFD, fuzzy, dan aplikasi fuzzy dalam QFD.

17

3. Identifikasi dan Perumusan Masalah


Identifikasi masalah dilakukan dengan wawancara langsung ke pemilik atau
karyawan yang bekerja di UD Ramayana Agro Mandiri. Berdasarkan wawancara
yang dilakukan, permasalahan yang dihadapi UD Ramayana Agro Mandiri adalah
penurunan penjualan Jenang Ramayana dan pengembalian produk

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian

18

karena tidak layak konsumsi sebelum waktunya, serta belum mengetahui tingkat
kepuasan konsumennya. Masalah yang teridentifikasi kemudian dijadikan dasar
penetapan rumusan masalah yang meliputi prioritas konsumen pada produk
jenang, kinerja produk jenang Apel Ramayana menurut konsumen, dan
bagaimana cara perbaikan dan pengendalian teknis produksinya.
4. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah perlu ditetapkan dalam melakukan penelitian untuk
memfokuskan tujuan penelitian dan tidak melebar dari pembahasan. Batasan
masalah dapat memperjelas dan menyederhanakan ruang lingkup penelitian.
Pada penelitian analisis aspek teknis produk jenang berorientasi konsumen ini
memiliki batasan masalah sebagai berikut:
a. Penelitian dilakukan berdasarkan persepsi konsumen jenang apel merek
Ramayana terhadap atribut produk yang digunakan oleh UD Ramayana
Agro Mandiri di Kota Batu dan tidak termasuk aspek kualitas pelayanan atau
servqual.
b. Metode

penelitian

yang

digunakan

adalah

Fuzzy

Quality

Function

Deployment dengan Fuzzy Set Theory yang diaplikasikan adalah triangular


fuzzy number. Pada umumnya variasi fuzzy number yang biasa digunakan
adalah triangular dan trapezoidal fuzzy number dan pengerjaannya lebih
sederhana jika menggunakan triangular fuzzy number (Kahraman et al.,
2012).
c. Penelitian dilaksanakan sampai tahap kedua, yaitu tahap perencanaan
produk (product planning) dan tahap penerapan bagian (part deployment).
Pada penerapan bagian tidak sampai mengukur kemungkinan terjadinya
bottleneck.
d. Perusahaan

yang

dipilih

sebagai

perusahaan

pembanding

adalah

Perusahaan Bagus karena produk perusahaan ini sering ditemukan di ritel


tempat pemasaran produk Jenang Ramayana.
5. Identifikasi Atribut Produk
Atribut produk diidentifikasi berdasarkan karakteristik produk jenang yang
dibutuhkan oleh responden. Atribut respon teknis juga perlu diketahui untuk
memenuhi kebutuhan konsumen yang didapatkan dari diskusi dengan pemilik

19

usaha dan studi literatur. Atribut-atribut pada penelitian ini diidentifikasi


berdasarkan dimensi yang dimiliki produk. Jaelani (2012) menyebutkan bahwa
dimensi produk yang dikembangkan oleh David Garvin terdiri atas delapan
dimensi. Atribut jenang yang ditetapkan berdasarkan kedelapan dimensi tersebut
ditampilkan pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Dimensi dan Atribut Produk
No
1

Dimensi Produk
Kinerja (Performance) yang terkait dengan
karakteristik dasar dari suatu produk (Tjiptono
et al., 2008). Dimensi kinerja pada bisnis
makanan dapat berupa rasa yang enak (Irawan
dan Japarianto, 2013).
Fitur (Fiture). Karakteristik pelengkap atau
tambahan yang dapat menambah pengalaman
pemakaian produk (Tjiptono et al., 2008).
Keandalan (Reliability), yaitu dimensi yang
berkaitan dengan kemungkinan suatu produk
berfungsi secara berhasil dalam periode waktu
tertentu di bawah kondisi tertentu. Keandalan
menandakan
konsistensi
kinerja
barang
(Rambat dan Hamdani dalam Prasastono dan
Pradapa, 2012).
Kesesuaian Spesifikasi (Conformance), yaitu
dimensi yang berkaitan dengan tingkat
kesesuaian terhadap spesifikasi yang telah
ditetapkan sebelumnya berdasarkan keinginan
konsumen (Umar, 2005).
Daya tahan (Durability) yang merupakan suatu
refleksi umur ekonomis berupa ukuran daya
tahan atau masa pakai barang (Umar, 2005).
Kemudahan servis (Serviceability). Kecepatan
dan kemudahan untuk direparasi (Tjiptono et
al., 2008).
Estetika (Aesthetics) yang terkait dengan
bagaimana suatu produk terdengar oleh
konsumen, bagaimana penampilaan luar suatu
produk, rasa, maupun bau (Rambat dan
Hamdani dalam Prasastono dan Pradapa,
2012).

Kelengkapan
pada kemasan

Produk tidak rusak sampai


ke tangan konsumen

Jumlah isi setiap box


sesuai
dengan
yang
tertera pada kemasan
Harga
jenang
sesuai
dengan kualitas
Masa kadaluwarsa produk
jenang sesuai yang tertera
pada kemasan
Kemudahan penggunaan
kemasan

Kualitas yang dipersepsikan (Quality Perceived) yang terkait dengan kualitas yang dinilai
berdasarkan reputasi penjual (Tjiptono et al.,
2008).

20

Atribut Produk
Tekstur jenang ideal
Rasa jenang enak

informasi

Desain kemasan menarik


(warna, penataan gambar,
penataan tulisan)
Warna atau kenampakan
jenang menarik
Aroma jenang khas
Bentuk sajian jenang
Merek
sudah
dikenal
masyarakat luas

6. Penentuan Responden
Responden dalam penelitian ini adalah sampel dari konsumen jenang dan
pemilik usaha serta para pekerja di bagian produksi jenang sebagai responden
ahli. Teknik sampling yang digunakan adalah non probability sampling. Non
probability sampling merupakan teknik pengambilan sampel dengan semua
anggota populasi tidak berpeluang sama untuk dijadikan sampel (Juliandi et al.,
2014). Menurut Malhotra (2007), responden pada teknik non probability sampling
harus memiliki kriteria tertentu untuk mengisi kuesioner. Pada penelitian ini
kriteria yang ditetapkan adalah usia responden dari 17 sampai 60 tahun baik pria
maupun wanita. Wijaya (2014) pada penelitiannya memilih responden dengan
usia minimal 17 tahun dengan pertimbangan agar responden mampu memahami
pertanyaan-pertanyaan yang ada pada kuesioner, sehingga jawaban yang
diberikan dapat tepat dan akurat. Jenis dari non probability sampling yang
digunakan adalah purposive sampling, yaitu suatu teknik penetapan sampel
dengan cara memilih sampel di antara populasi sesuai dengan yang dikehendaki
peneliti (tujuan/masalah dalam penelitian) (Nursalam, 2008). Responden yang
diharapkan mengisi kuesioner adalah konsumen yang pernah mengonsumsi
jenang sebelumnya.
Populasi dari konsumen yang mengonsumsi jenang belum diketahui
besarnya sehingga ukuran sampel minimum pada penelitian ini didasarkan pada
variabel atau atribut produk yang diteliti. Malhotra (2004) dalam Nugroho (2014)
menyatakan bahwa besarnya jumlah sampel yang perlu diambil dapat ditentukan
dengan mengalikan banyaknya item-item variabel yang diamati dengan 4 atau 5.
Berdasarkan acuan tersebut jumlah sampel atau responden jenang yang akan
diambil adalah sebanyak 78 responden yang dibulatkan menjadi 80 responden.
Nilai tersebut ditetapkan dari hasil perkalian antara jumlah variabel sebanyak 13
dengan 6. Ukuran sampel untuk kuesioner yang disebar di perusahaan, yaitu
satu untuk pemilik perusahaan dan satu orang untuk karyawan produksi jenang.
7. Metode Pengumpulan Data
Pada penelitian ini digunakan dua jenis data, yaitu:
a. Data primer merupakan data yang dikumpulkan dan diolah sendiri oleh suatu
organisasi atau perorangan langsung dari sumbernya. Data primer pada
penelitian ini meliputi data hasil penyebaran kuesioner dan wawancara
terhadap pemilik dan karyawan perusahaan.
21

b. Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari hasil pengolahan data
oleh pihak lain yang berupa publikasi seperti buku, jurnal, skripsi atau
penelitian terdahulu.
Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan beberapa cara, yang
meliputi:
a. Kuesioner
Kuesioner merupakan cara pengumpulan data dengan menyebarkan
seperangkat pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawab. Kuesioner
yang disebarkan sesuai dengan kebutuhan penelitian dengan batasan yang
telah ditetapkan.
b. Wawancara
Wawancara merupakan pengumpulan data dengan memberikan pertanyaan
atau diskusi secara lisan. Wawancara dilakukan dengan pihak UD Ramayana
Agro Mandiri dan ritel tempat penyebaran produknya.
c. Studi literatur dan dokumentasi
Metode ini adalah cara pengumpulan data dengan mempelajari data-data
sekunder yang mendukung penelitian seperti buku, majalah, skripsi, jurnal,
dokumen atau catatan perusahaan, serta gambar atau foto.
8. Penyusunan Kuesioner
Kuesioner yang digunakan pada penelitian ini, yaitu:
a. Kuesioner yang disebar ke konsumen untuk mengetahui tingkat kepentingan
atribut produk dan penilaian konsumen terhadap kinerja atribut produk
jenang. Pertanyaan yang tertulis pada kuesioner berupa pertanyaan terbuka
dan tertutup. Pada kuesioner dengan pertanyaan tertutup ada yang terdiri
dari dua pilihan jawaban dan ada yang terdiri dari lebih dari dua jawaban.
Kuesioner dengan pertanyaan terbuka tidak menyediakan pilihan jawaban
kepada responden sehingga responden harus menjawab dengan kalimat
tertulis. Susunan kuesioner untuk konsumen dapat dilihat pada Lampiran 1.
Kuesioner yang dibagikan ke responden terbagi menjadi beberapa bagian,
yaitu:
1) Identitas responden, yang digunakan untuk mengumpulkan data tentang
karakteristik responden yang meliputi nama, alamat, umur, jenis kelamin,
status pekerjaan, dan pendapatan perbulan.
2) Informasi tambahan, digunakan untuk mengetahui informasi, memperluas
pemahaman dalam menganalisa, dan dapat digunakan untuk evaluasi.
Pertanyaan yang disajikan pada bagian informasi tambahan adalah

22

pertanyaan-pertanyaan yang mewakili atribut produk terkait dimensi


kualitas produk.
3) Skala kepentingan atribut produk, digunakan untuk mengetahui informasi
tingkat kepentingan atribut produk bagi setiap responden. Skala yang
digunakan dalam penelitian ini adalah skala Likert dengan 5 kategori dari
sangat tidak penting sampai dengan sangat penting.
4) Skala kepuasan konsumen, digunakan untuk menggali informasi
mengenai

tingkat

kepuasan

konsumen

terhadap

produk

Jenang

Ramayana dan jenang produk pesaing. Skala yang digunakan dalam


penelitian ini adalah skala Likert dengan 5 kategori dari sangat tidak
setuju sampai dengan sangat setuju. Penggunaan 5 kategori dalam
skala Likert sangat popular dalam survei konsumen karena dipandang
bisa mewakili dengan baik tingkat intensitas penilaian responden.
Kategori yang terlalu banyak dapat membingungkan dan yang terlalu
sedikit membuat responden tidak leluasa mengungkap penilaian (Istijanto,
2009).
b. Kuesioner untuk mengetahui teknis pembuatan jenang akan diberikan ke
pihak UD Ramayana Agro Mandiri. Pada kuesioner ini memuat pertanyaan
mengenai hubungan tahap proses pembuatan jenang dalam pembentukan
karakteristik jenang yang sesuai dengan kebutuhan konsumen. Susunan
kuesioner untuk perusahaan dapat dilihat pada Lampiran 2.
9. Penyebaran Kuesioner untuk Uji Validitas dan Reliabilitas
Penyebaran kuesioner dilakukan di beberapa ritel yang menjual produk
Jenang Ramayana yang ada di Kota Batu. Kuesioner juga akan disebar kepada
responden yang biasanya membeli produk jenang langsung ke UD Ramayana
Agro Mandiri. Responden diminta mengisi kuesioner untuk menggali informasi
mengenai alasan konsumen mengonsumsi jenang, tingkat kepentingan atribut,
dan kinerja produk jenang. Jumlah responden yang diambil untuk uji validitas dan
reliabillitas kuesioner adalah sebanyak 30 responden. Menurut Purwoto (2007),
untuk melihat ketepatan instrumen penelitian, perlu dilakukan uji coba terlebih
dahulu dengan minimal jumlah sampel responden sebanyak 30.

23

10. Uji Validitas dan Reliabilitas


Pengujian validitas dan reliabilitas pada penellitian ini menggunakan aplikasi
SPSS 17.0 dan tabel r. Validitas menunjukkan sejauh mana kuesioner mampu
mengukur apa yang seharusnya diukur dan dikatakan valid jika pengukurannya
itu benar dan akurat (Gerrish dan Lathlean, 2015). Pada uji validitas, instrumen
dikatakan valid apabila rhitung positif dan rhitung>rtabel (Pratisto, 2004). Nilai rhitung hasil
pengolahan SPSS dilihat pada kolom Correlated Item-Total Correlation tabel
Item-Total Statistics. Validitas alat ukur dapat dihitung dengan menggunakan
rumus berikut (Sitinjak et al., 2004):

r xy =

N XY X Y

N X ( X ) N Y ( Y )
2

(2)
Keterangan:

r xy

= korelasi antara variabel X dan Y

= skor total semua variabel kuesioner

= skor masing-masing variabel yang ada di kuesioner


= jumlah responden

Reliabilitas mengarahkan kepada keakuratan dan ketepatan dari suatu alat


ukur dalam suatu prosedur pengukuran. Reliabilitas alat ukur menunjukkan
kemampuan alat ukur untuk menghasilkan skor yang stabil walau digunakan
berulang-ulang. Skor disebut stabil bila skor yang didapat pada suatu waktu dan
pada waktu yang lain hasilnya relatif sama (Widodo, 2006). Koefisien cronbachs
alpha merupakan salah satu kriteria reliabilitas instrumen (Qi et al., 2014). Nilai
Cronbachs Alpha pada hasil pengujian menggunakan SPSS dilihat di tabel
Reliability Statistics.
Standar alpha yang digunakan, yaitu 0,5<<0,7, dipercaya, 0,7<0,9,
sangat dipercaya, dan 0,9, benar-benar dipercaya (Qi et al., 2014). Menurut
Bahri dan Zamzam (2015), bagi pemula, dapat saja mereferensi nilai cronbachs
alpha yang diajukan beberapa peneliti, namun disarankan indeks validitas yang
digunakan adalah >0,6 karena lebih moderat. Pada penelitian yang dilakukan
Pratama et al. (2014) dengan taraf nyata () 5%, kuesioner dinyatakan reliabel
jika nilai cronbachs alpha>0,60. Penentuan taraf nyata () 5%, didasarkan pada
24

pendapat Gani dan Amalia (2015) yang menyatakan bahwa lazimnya taraf nyata
untuk penelitian bidang ekonomi yang biasa digunakan adalah 5% atau 0,05.
Pengujian reliabilitas dapat dilakukan dengan rumus berikut (Juliandi et al.,
2014):

][

r=
1 2 b
( k1 )
1

(3)
Keterangan:
r

= reliabilitas instrument

2
b

= jumlah varians butir


= banyaknya butir pertanyaan

2
1

= varians total

Bahri dan Zamzam (2015) menyatakan bahwa jika terdapat item indikator
pada instrumen yang tidak valid, maka indikator tersebut harus dikeluarkan dari
instrumen penelitian dan kuesioner diformulasi kembali untuk perbaikan. Menurut
Pella dan Inayati (2011), butir-butir pada kuesioner yang tidak valid atau tidak
reliabel kemudian diperbaiki, diubah, atau jika tidak memungkinkan dihilangkan.
11. Pengumpulan Data
Pengumpulan

data

dilakukan

dengan

menyebarkan

kuesioner

bagi

responden konsumen dan responden dari pihak UD Ramayana Agro Mandiri.


Kuesioner yang akan disebarkan ke konsumen sejumlah responden minimal
berdasarkan hasil perhitungan pada penentuan responden. Proses berikutnya
setelah data dari responden konsumen terkumpul, yaitu dilakukan penyebaran
kuesioner ke pihak UD Ramayana.
12. Penyusunan HOQ dengan Bantuan Triangular Fuzzy Number: fase I dan
II
Pada pengolahan data dengan metode Fuzzy QFD perlu dilakukan
beberapa tahap, yaitu (Suhartini, 2011; Liu, 2009):

25

a. Mengidentifikasi kebutuhan (what). Identifikasi kebutuhan digunakan untuk


menentukan kriteria-kriteria kebutuhan konsumen.
b. Menentukan bobot kriteria. Bobot kriteria ditentukan dengan menggunakan
triangular fuzzy number. Pada triangular fuzzy number, hasil penilaian
responden dikonversikan menjadi suatu nilai batas bawah (kiri), nilai tengah,
dan nilai batas atas (kanan) untuk tiap-tiap responden. Nilai batas bawah
menunjukkan

kemungkinan nilai

terkecil dari

pengkaburan penilaian

konsumen. Nilai tengah menunjukkan nilai yang menjanjikan sebagai


cerminan penilaian konsumen. Nilai batas atas menunjukkan kemungkinan
nilai terbesar dari pengkaburan penilaian konsumen (Kazancoglu dan Aksoy,
2011). Konversi penilaian linguistik ke dalam bilangan fuzzy seperti terlihat
pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2 Konversi Penilaian Linguistik ke Bilangan Fuzzy
Skala Linguistik
Tingkat Kepentingan

c.

Skala

Skala bilangan

Skala

Skala Linguistik

Liker

Fuzzy

Liker

Tingkat Kinerja

Sangat Tidak Penting

t
1

(1 , 1 , 2)

Sangat Tidak Setuju

Tidak Penting

(1 , 2 , 3)

Tidak Setuju

Cukup Penting

(2 , 3 , 4)

Netral

Penting

(3 , 4 , 5)

Setuju

Sangat Penting

(4 , 5 , 5)

Sangat Setuju

Menentukan

tingkat

kebutuhan

kepentingan

responden

selanjutnya

kebutuhan
diberi

(what).

penilaian

Kriteria-kriteria
sesuai

tingkat

kepentingannya berdasarkan jawaban yang diberikan responden. Jawaban


setiap responden dikumpulkan kemudian dikonversikan ke dalam nilai
triangular fuzzy number sesuai pada Tabel 3.2. Pada penelitian ini digunakan
nilai

cut

dalam nilai

sehingga nilai triangular fuzzy number dikonversikan lagi ke

cut

berdasarkan rumus berikut:

CW ik a k 1
=a
ak 2a k 1

26

ak 3 RCW ik
=a
ak 3a k 2
(4)
Keterangan:

ak 1 , ak 2 , ak 3

= nilai triangular fuzzy number dari kepentingan relatif

CRi
konsumen ke k

CW ik

cut

CW ik

kepentingan relatif CRi sebelah kiri

cut

kepentingan relatif CRi sebelah

kanan

cut

= nilai

kq

yang digunakan {(0), (0,5), (1)}

= penomoran untuk masing-masing konsumen

Kepentingan relatif untuk CRi secara keseluruhan (untuk semua konsumen)


kemudian dapat dihitung dengan rumus berikut:
q

CW ik

CW i = k=1

i = 1, 2, , m, k = 1, 2, , q

[ LCW i , RCW i ]

k=1

CW ik

RCW ik

, k=1

(5)
Nilai kinerja produk perusahaan (CP) diperoleh dari hasil kuesioner tingkat
kepuasan pelanggan yang dapat dilihat pada Lampiran 1. Nilai posisi pasar
yang dituju (MP)/nilai target diperoleh dari perbandingan kepuasan
pelanggan terhadap produk perusahaan dengan produk pesaing dan dengan
harapan konsumen. Nilai yang dipilih adalah nilai yang lebih unggul atau
sama. Penentuan nilai target berdasarkan ketiga pertimbangan tersebut
dapat dilihat pada Tabel 3.3.

27

Tabel 3.3 Syarat Penentuan Nilai Target


Kondisi

Keputusan Nilai Target

H>=K.UD dan H>=KP

(1)

H>=K.UD dan H<KP

(2)

KP

H<K.UD dan H>=KP

(3)

K.UD

H<K.UD dan KP<K.UD (4)

K.UD

H<K.UD dan KP>=K.UD (5)

KP

H<KP dan KP>=K.UD (6)


KP
Keterangan: H = Harapan Konsumen, K.UD = Kinerja UD,
KP = Kinerja Pesaing

Nilai titik penjualan (SP) ditentukan berdasakan pada seberapa jauh


kebutuhan pelanggan dapat dipenuhi (kinerja perusahaan saat ini mampu
memenuhi harapan pelanggan). Nilai untuk SP menurut Cohen (1995)
ditunjukkan pada Tabel 3.4.
Tabel 3.4 Nilai Sales Point
Nilai Sales Point
Deskripsi Nilai
1
tidak ada titik penjualan
1,2
titik penjualan menengah
1,5
titik penjualan kuat
Sumber: Cohen, 1995

Pada penelitian Jenang Apel Ramayana digunakan pertimbangan nilai


harapan konsumen, kinerja perusahaan, dan kinerja pesaing. Penentuan nilai
sales point berdasarkan ketiga pertimbangan tersebut dapat dilihat pada
Tabel 3.5.
Tabel 3.5 Syarat Penentuan Nilai Sales Point

Kondisi
Nilai Sales Point
K.UD>H dan K.UD>K
(1)
1,5
K.UD>H dan K.UD<KP
(2)
1,2
K.UD=H dan K.UD>=KP
(3)
1,2
K.UD<=H dan K.UD<K.P
(4)
1
K.UD<H dan K.UD>=KP
(5)
1
Keterangan: H = Harapan Konsumen, K.UD = Kinerja UD,
KP = Kinerja Pesaing

Kepentingan relatif CRi kemudian digunakan untuk menghitung kepentingan


final CRs berdasarkan pada kinerja produk perusahaan (CP), posisi pasar
yang dituju (MP), dan titik penjualan (SP). Nilai kepentingan final dapat dicari

28

dengan menentukan terlebih dahulu rasio pengembangan persyaratan


konsumen dengan rumus berikut:

MPi
IR =

CP i

i = 1, 2, , m

[ L IR i , R IRi ]

MPi

CP i

MP i

CP i

(6)
Keterangan:

IRi

cut

dari rasio pengembangan CRi

MPi

cut

dari posisi pasar yang dituju

CP i

cut

dari kinerja perusahaan saat ini untuk CRi

Nilai kepentingan final dihitung berdasarkan rumus berikut:

FI i =CW i IR i Si ,

i = 1, 2, , m

[ L FI i , R FI i ]



[ LCW i . L IRi .
S i , RCW i . R IRi . Si ]

(7)
Keterangan:

cut

FI i

S
i

= titik penjualan CRi

dari kepentingan final CRi

Masing-masing nilai kepentingan final dari kebutuhan konsumen yang telah


diperoleh kemudian dibagi dengan jumlah total kepentingan final tersebut
sehingga diperoleh nilai normalisasinya. Nilai normalisasi kepentingan final
kebutuhan konsumen dihitung berdasarkan rumus berikut:

29

NFI =

FI i
n

FI i
i=1

[ L NFI i , R NFI i ]

L
n

FI i

R
n

FI i

FI i L FI i
i=1

i=1

(8)
Keterangan:

NFI i

cut

dari normalisasi kepentingan final CRi

d. Mengidentifikasi respon teknis (how). Identifikasi respon teknis ditentukan


oleh pemilik usaha dan tenaga kerja produksi. Penentuan respon teknis
bertujuan untuk menjawab pertanyaan bagaimana cara manajemen
perusahaan merespon terhadap apa yang menjadi kebutuhan setiap
kriteria.
e. Menentukan hubungan antarrespon teknis (how) dan antara kebutuhan
(what) dengan respon teknis (how). Hubungan antarrespon teknis ditunjukkan
dengan matrik korelasi (correlation matrix) yang terletak di bagian atap
diagram rumah kualitas (HOQ). Hubungan antara kebutuhan dan respon
teknis ditunjukkan dengan matrik hubungan (relationship matrix) yang terletak
di bagian tengah diagram HOQ. Penilaian hubungan pada kedua matrik ini
ditentukan berdasarkan persepsi tim pengembang dengan menggunakan
simbol grafis yang menunjukkan tingkat kekuatan hubungan antar variabel.
Adapun simbol yang digunakan dan nilainya dapat dilihat pada Tabel 3.6.
Tabel 3.6 Simbol Grafis dan Nilai untuk Tingkat Kekuatan Hubungan
Keterangan

Simbol

Kuat
Sedang
Lemah
Sumber: Mazur, 2015

Nilai
9
3
1

30

f.

Menentukan bobot respon teknis (how). Pada penentuan bobot respon teknis
dilakukan perhitungan atas kepentingan absolut dari karakteristik teknis (EC s)
dan kepentingan finalnya. Kepentingan absolut (AI) dapat dihitung dengan
mengintegrasikan kepentingan final kebutuhan konsumen (CRs) dan
relationship matrix.
m

AI j = ( FI i R
ij )
,
i=1

i = 1, 2, , m,

j= 1, 2,, n

[ L AI i , R AI i ]

[
m

i=1


FI i .
R ij , R FI i . R ij
i=1

(9)

Keterangan:

AI j

R
ij

= tingkat hubungan antara CRi dan ECj

cut

kepentingan absolute dari ECj

im= penomoran kebutuhan konsumen


jn = penomoran kebutuhan teknis
Kepentingan final dari karakteristik teknis (ECs) dapat dihitung dengan rumus
berikut:

AFI j = AI j +

1
( AI j C ij )
n1 i=1,i j

i, j= 1, 2,, n

[ L AFI j , R AFI j ]

AI j + i=1,i j


j L

AI . C

n1

ij

, R AI j + i=1,i j

AI j . RC ij

n1

(10)
Keterangan:

AFI j

cut

untuk kepentingan final ECj

31

Cij

= cut

tingkat korelasi antara ECi dan ECj

Nilai kepentingan ECs yang semakin tinggi mengindikasikan bahwa


karakteristik teknis tersebut lebih diprioritaskan dalam perencanaan produk.
g. Penyusunan rumah kualitas (House of Quality)
Hasil pengolahan data tersebut digunakan dalam pembuatan diagram rumah
kualitas atau HOQ. Rumah kualitas menggambarkan keseluruhan informasi
yang dibutuhkan dalam rangka mengembangkan kualitas produk. Bentuk
HOQ dapat dilihat pada Gambar 3.2.

Gambar 3.2 HOQ fase Product Planning dan Part Deploymet


Sumber: Liu, 2009

h. Penyusunan HOQ pada Part Deployment memiliki langkah yang mirip


dengan penyusunan HOQ pada product planning. Perbedaannya adalah
pada input data, yaitu HOQ product planning menggunakan data kebutuhan
konsumen (CRs) untuk menentukan aspek teknis (ECs) produksi, sementara
pada Part Deployment, aspek teknis (ECs) yang telah ditentukan sebelumnya
digunakan sebagai input untuk menentukan karakteristik bagian atau Part
Characteristics (PCs) pada produk. Posisi aspek teknis pada diagram HOQ
Product Planning diisi dengan karakteristik bagian.
i.

Pada penyusunan HOQ Part Deployment ditentukan terlebih dahulu


hubungan antar PCs (how) dan antara ECs (what) dengan karakteristik

32

bagian PCs (how). Penilaian hubungan ini juga menggunakan simbol grafis
seperti matrik hubungan dan matrik korelasi pada HOQ Product Planning.
j.

Penilaian pada matrik hubungan kemudian digunakan dalam menghitung


kepentingan absolut PCs berdasarkan rumus berikut:
n

IPC = ( AFI j REP jk )

j=1

i = 1, 2, , n,

k= 1, 2,, p

[ L IPC k , R IPCk ]

i=1

i=1

L AFI j . L REP jk , R AFI j . R REP jk

(11)

Keterangan:

IPC k

cut

kepentingan absolut dari PCk

REPjk

cut

tingkat hubungan antara ECj dan PCk

k. Nilai kepentingan absolut PCs kemudian digunakan untuk menghitung


kepentingan final dari PCs dengan rumus berikut:

FPC k =IPC k +

1
p1

( IPC k CPC jk )

i, k= 1, 2,, p

j=1, j k

[ L FPC k , R FPC k ]

L IPC k + j =1, j k

IP C k . L CPC jk
p1

, R IPCk

j=1, j k

IPC k . RCPC jk
p1

(12)
Keterangan:

FPC k

CPC jk

= cut

cut

untuk kepentingan final PCk


tingkat korelasi antara PCj dan PCk

33

l.

Penentukan prioritas pada Customer Requirement (CRs), Engineering


Caracteristics (ECs), dan Part Caracteristics (PCs) dilakukan berdasarkan
rumus berikut:
n

1
D =
li ,k l j ,k )
(

n+1 k =0
L
ij

D =
r i ,k r j , k )
(

n+1 k=0
R
ij

(13)
Keterangan:

DLij = domain kiri


R

Dij

= domain kanan

li ,k ,
nilai

lj , k =

bagian kiri dari karakteristik pada setiap

r
i ,k ,
nilai

cut

r j , k = cut

bagian kanan dari karakteristik pada setiap

Untuk mengetahui karakteristik mana yang mengungguli karakteristik yang


lain digunakan rumus berikut:

R
L
Dij ( )= . Dij + ( 1 ) . Dij

(14)

Keterangan:

= indeks optimis

Perbandingan antarkarakteristik ditentukan berdasarkan hubungan berikut:

1)

Jika

D ij ( ) >0, maka karakteristik ke-i > ke-j

2)

Jika

D
ij ( ) =0, maka karakteristik ke-i = ke-j

3)

Jika

D ij ( ) <0, maka karakteristik ke-i < ke-j

34

Langkah dalam penentuan prioritas ini dalam Marinos dan Askoxylakis


(2013), disebutkan sebagai langkah defuzzyfikasi dan nilai
nilai

yang

menggambarkan

pandangan

periset

penelitiannya. Pada penelitian ini digunakan nilai

merupakan

mengenai

evolusi

= 0,8 (atau 80%).

13. Analisa dan Pembahasan


Pada tahap ini, data-data yang telah diperoleh dan telah mengalami
pengolahan data dianalisis sehingga mampu memberikan informasi mengenai
hasil penelitian. Informasi yang diharapkan adalah informasi mengenai tingkat
kepentingan konsumen pada produk jenang, kinerja dari Jenang Ramayana
menurut konsumen, dan teknis produksi Jenang Ramayana sesuai harapan
konsumen. Hasil analisis kemudian dipaparkan dan dibandingkan dengan hasil
kajian teori dan hasil dari penelitian-penelitian yang relevan.
14. Penyusunan Kesimpulan dan Saran
Pada tahap ini dilakukan penyusunan kesimpulan dari analisis yang telah
dilakukan. Kesimpulan memuat ringkasan mengenai hasil penelitian dan jawaban
atas permasalahan serta tujuan penelitian. Saran disampaikan dari peneliti baik
untuk perusahaan atau untuk pengembangan penelitian selanjutnya.

35

Anda mungkin juga menyukai