Anda di halaman 1dari 3

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

SEKRETARIAT JENDERAL
GedungManggalaWanabakti, Blok 1 Lantai 1
JalanGatotSubroto, Jakarta 10270
Telepon : 021-5705099, 5730118-9 Faximile 5710484

SIARAN PERS
Nomor : 333/HUMAS/PP/HMS.3/5/2016
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
MENJATUHKAN SANKSI PENGHENTIAN SEMENTARA REKLAMASI
PANTURA JAKARTA
Jakarta Biro Humas, Rabu, 11 Mei 2016, Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan (LHK) menghentikan sementara kegiatan reklamasi
Pantai Utara Jakarta dengan melakukan penyegelan yang dipimpin oleh
Direktur Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan dan Direktur
Jenderal Penegakan Hukum LIngkungan Hidup dan Kehutanan serta Staf
Ahli Menteri Bidang Hubungan Antar Lembaga Pusat dan Daerah.
Tindakan ini dilakukan karena kegiatan reklamasi Pantura Utara Jakarta ini
telah memenuhi unsur kerusakan lingkungan hidup dan keresahan
masyarakat. Penghentian sementara kegiatan reklamasi ini merupakan
sanksi administratif paksaaan pemerintah pada 2 (dua) perusahaan yakni
PT Kapuk Naga Indah dan PT Muara Wisesa, yaitu melalui Keputusan
Menteri HK sebagai berikut :
1.
Surat
Keputusan
Menteri
LHK
dengan
nomor
SK.354/Menlhk/Setjen/Kum.9/5/2016 tentang Pengenaan Sanksi
Administratif Paksaan Pemerintah Berupa Penghentian Sementara
Seluruh Kegiatan PT. Kapuk Naga Indah Pada Pulau 2b (C), Pulau 2a
(D) dan Pulau 1 (E) di Pantai Utara Jakarta.
2. Surat
Keputusan
Menteri
LHK
dengan
SK.355/Menlhk/Setjen/Kum.9/5/2016 tentang Pengenaan Sanksi
Administratif Paksaan Pemerintah Berupa Penghentian Sementara
Seluruh Kegiatan PT Muara Wisesa Pada Pulau G di Pantai Utara
Jakarta
3. Selain itu, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan mengeluarkan
Surat Keputusan dengan nomor SK.356/Menlhk/Setjen/Kum.9/5/2016
tentang Penghentian Sementara Seluruh Kegiatan Pulau 2b (C),
Pulau 2 a (d) dan Pulau G serta Pembatalan Rencana Reklamasi
Pulau 1 (E) di Pantai Utara Jakarta. Adapun isi dari SK ini adalah
berupa penegasan pada wewenang yang harus dilakukan oleh
Gubernur DKI Jakarta dan Menteri LHK terkait dengan tindak lanjut
dari sanksi administratif terhadap 2 perusahaan ini yaitu terkait
dengan penerbitan izin lingkungan yang baru oleh Gubernur DKI
Jakarta, supervisi dan pengawasan bersama antara Kementerian
LHK bersama dengan Pemerintah DKI Jakarta.

Latar belakang dikeluarkannya 3 (tiga) SK MenLHK ini adalah karena


persoalan reklamasi pantai utara memerlukan penanganan yang khusus
dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan karena telah menjadi
masalah serius dimana telah dilakukan pemeriksaan dokumen AMDAL dan
pemeriksaan lapangan serta telah terjadi pelanggaran izin.
Tindak lanjut persoalan reklamasi ini didasari ketentuan Pasal 73 dan
Pasal 77 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup, dimana Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan
dapat
melakukan
pengawasan
terhadap
ketaatan
penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan yang izin Lingkungan-nya
diterbitkan oleh Pemerintah Daerah. Hal ini dapat diberlakukan apabila
Pemerintah menganggap telah terjadi pelanggaran yang serius di bidang
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, dan dapat menerapkan
sanksi administratif terhadap penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan.
Pada kesempatan ini Direktur Jenderal Penegakan Hukum LIngkungan
Hidup dan Kehutanan, Kementerian LHK, Rasio Ridho Sani menyatakan,
Dengan dijatuhkan sanksi administratif ini maka seluruh kegiatan
reklamasi Pulau C dan Pulau D yang dilakukan oleh PT Kapuk Naga Indah
tidak dapat dilakukan sampai dipenuhinya perintah-perintah untuk
memperbaiki
seperti
yang
terdapat
dalam
SK
354/
Menlhk/Setjen/Kum.9/5/2016. Selain itu SK ini juga memerintahkan agar
membatalkan rencana kegiatan reklamasi pulau 1 (E) yang sampai
dengan saat ini belum dilakukan reklamasi. Demikian juga untuk kegiatan
reklamasi Pulau G yang dilakukan oleh PT Muara Wisesa harus dihentikan
sampai dipenuhinya perintah-perintah untuk memperbaiki pengelolaan
lingkungannya
seperti
tercantum
dalam
SK
355/Menlhk/Setjen/Kum.9/5/2016.
Direktur Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan, Kementerian
LHK, San Afri Awang menjelaskan,Perintah perbaikan yang dimaksud
adalah bahwa kedua perusahaan ini diperintahkan untuk memperbaiki
dokumen lingkungan dan izin lingkungan dengan lebih memperhatikan
unsur-unsur perbaikan kajian prediksi dampak, rencana menyeluruh
reklamasi dan rencana peruntukan di atasnya dengan pertimbangan
integrasi sosial, keterkaitan dengan kemungkinan rencana-rencana
National Capital Integrated Coastal Development (NCICD); mitigasi
sumber material urug serta memasukkan hasil Kajian Lingkungan Hidup
Strategis (KLHS).
Penanggung Jawab Berita :
1. Direktur Jenderal Planologi Kehutunan dan Tata Lingkungan, KLHK, San
Afri Awang, HP. 0811267010
2. Direktur Jenderal Penegakan Hukum KLHK, Rasio Ridho Sani, HP.
08121924334
3. Kepala Biro Hubungan Masyarakat, KLHK, Novrizal, HP.0818432387

Siaran pers ini dapat dilihat di : www.ppid.dephut.go.id

Anda mungkin juga menyukai