Anda di halaman 1dari 32

CETAK BIRU

PENGEMBANGAN PERBANKAN SYARIAH INDONESIA

2005 -2015

V.21.05.2007

/DQGDVDQ +XNXP 3HUEDQNDQ 6\DULDK


1. UU No.7/1992 tentang Perbankan memberikan peluang untuk membuka
bank yang beroperasi dengan prinsip bagi hasil. Indonesia memasuki era
dual banking system, di mana bank dengan prinsip bagi hasil dan bank
konvensional secara bersama-sama mendukung pembangunan
perekonomian Nasional.
2. UU No.10/1998, yang merupakan amandemen dari UU No.7/1992
tentang Perbankan, memberikan landasan hukum yang lebih kuat bagi
keberadaan bank yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip
syariah. Bank konvensional dimungkinkan untuk membuka unit usaha
syariah.
3. UU No.23/1999 yang selanjutnya diamandemen dengan UU No.3/2004
tentang Bank Indonesia, memberi kewenangan kepada BI sebagai
otoritas pengawasan perbankan syariah, dan memungkinkan BI untuk
dapat menggunakan instrumen kebijakan moneter berdasarkan prinsip
syariah.
Back to Framework
2

Perbankan Syariah Sebagai Bagian dari


Sistem Keuangan Nasional
Pengembangan Perbankan Syariah sejalan dengan API dan ASKI
Sistem Keuangan yang Sehat,
Sehat, Efisien dan
Stabil untuk Mendukung Pertumbuhan
Ekonomi Nasional

Arsitektur Sistem Keuangan Indonesia

The Indonesian Financial(ASKI)


System Architecture
Perbankan
Arsitektur Perbankan

Indonesian
Banking Architecture
Indonesia

Pasar Modal

Asuransi

Dana Pensiun

Pegadaian

Microfinance

Perusahaan
Pembiayaan

Pasar Valas

Sektor Riil
dan Fiskal

(API)
Cetak Biru Pengembangan
Perbankan Syariah
Indonesia

Sistem
Pembayaran

Sektor
Moneter

Kebijakan Pengembangan Perbankan Syariah adalah


untuk Mendukung Pertumbuhan Ekonomi yg Tinggi
dan Berkualitas
1. Menyediakan alternatif jasa keuangan
dan perbankan.

2. Tidak melakukan transaksi yg bersifat


spekulatif di pasar valas dan di pasar
modal, (built-in characteristic dari bank
syariah).
3. Menciptakan harmonisasi antara
sektor keuangan dengan sektor
produktif riil (re-attachment) melalui
penyediaan likuiditas yang sesuai
dengan aktivitas riil perekonomian.
4.Mendorong fungsi sosial, memperluas
jangkauan pertumbuhan ekonomi
kepada UMK dan ekonomi lemah,
melalui peran perbankan syariah dalam
voluntary sector (CSR, ZISWaH).

1. Meningkatkan mobilisasi dana


masyarakat u/ pembiayaan
pembangunan nasional & mendukung
kelancaran sistem pembayaran.
2. Mendukung stabilitas harga dan
meningkatkan daya tahan sistem
keuangan terhadap economic shocks.
3. Mengurangi excess liquidity trap.
Memperkuat sektor produktif
perekonomian dan mendukung
pencapaian inflasi yg rendah.
4. Memperkuat ketahanan sistem
perekonomian melalui pemberdayaan
UMKM yg dapat menyerap tenaga
kerja/mengurangi pengangguran dan
social safety net  menciptakan quality
of growth.
4

Link to: Perbankan Syariah Mendorong Harmonisasi Antara Sektor Keuangan dan Sektor Riil Ekonomi


   
  

 574808  
       
   
VISI ARSITEKTUR
PERBANKAN INDONESIA

LANDASAN HUKUM
PERBANKAN SYARIAH

LANDASAN FILOSOFI
PERBANKAN SYARIAH

6 Pilar API
VISI & MISI PENGEMBANGAN
PERBANKAN SYARIAH
Peluang & Tantangan
Pengembangan
Perbankan Syariah

Struktur Industri
Perbankan Syariah
Infrastruktur Industri
Perbankan Syariah

Paradigma
Pengembangan
Perbankan Syariah

6 Pilar Pengembangan
Perbankan Syariah

6 Sasaran
Strategis
Pengembangan

4 Tahapan
Pencapaian

112
Program
Inisiatif

Visi dan Enam Pilar API


Sistem perbankan yang sehat, kuat, dan
efisien guna menciptakan kestabilan sistem keuangan
dalam rangka membantu pertumbuhan ekonomi nasional

Sistem
Pengawasan
yang
Independen
dan Efektif

Struktur
Perbankan
yang Sehat
Sistem
Pengaturan
yang
Efektif
Pilar 1

Pilar 2

Infrastruktur
Pendukung
yang
Mencukupi
Industri
Perbankan
yang Kuat

Pilar 3

Pilar 4

Perlindungan
Nasabah

Pilar 5

Pilar 6
Back to Framework CetakBiru

Falsafah Ekonomi Syariah sebagai Landasan Filosofis


Perbankan Syariah
Kesuksesan yang hakiki dalam berekonomi berupa

Masyarakat Sejahtera
Material & spiritual

1
Tujuan

tercapainya kesejahteraan yang mencakup kebahagiaan


(spiritual) dan kemakmuran (material) pada tingkatan individu
dan masyarakat.

Tiga Pilar Ekonomi Syariah:


- aktifitas ekonomi yang berkeadilan dg menghindari eksploitasi
berlebihan, excessive hoardings/ unproductive, spekulatif, dan
kesewenang-wenangan.

Keadilan

Keseimbangan

Kemaslahatan

3
Pilar

- adanya keseimbangan aktivitas di sektor riil-finansial, pengelolaan


risk-return, aktivitas bisnis-sosial, aspek spiritual-material & azas
manfaat-kelestarian linkungan
- Orientasi pada kemaslahatan yg berarti melindungi keselamatan
kehidupan beragama, proses regenarasi, serta perlindungan
keselamatan jiwa, harta dan akal.

Fondasi Ekonomi Syariah:

Kebersamaan Universal
Hukum Muamalah

Meletakkan tata hubungan bisnis dalam konteks kebersamaan


universal untuk mencapai kesuksesan bersama.

Akhlak

4
Ketuhanan Yang Maha Esa

Fondasi

Kaidah2 hukum muamalah di bidang ekonomi yang membimbing


aktivitas ekonomi shg selalu sesuai dgn syariah.
Akhlak yang membimbing aktivitas ekonomi senantiasa
mengedepankan kebaikan sbg cara mencapai tujuan.
Ketuhanan Yang Maha Esa yg menimbulkan kesadaran bahwa
setiap aktivitas manusia memiliki akuntabilitas ketuhanan sehingga
menumbuhkan integritas yg sejalan dg prinsip GCG dan market
discipline.
7
Back to Framework CetakBiru

Visi dan Misi Pengembangan Perbankan


Syariah
A. VISI

Terwujudnya sistem perbankan syariah yang sehat, kuat dan


selaras dengan prinsip syariah dalam kerangka keadilan,
kemaslahatan dan keseimbangan guna mencapai masyarakat
yang sejahtera secara material dan spiritual

B. MISI

Mewujudkan iklim yang kondusif untuk pengembangan


perbankan syariah yang sehat, efisien dan kompetitif atas dasar
prinsip syariah dan prinsip kehati-hatian, yang mampu
mendukung sektor riil melalui kegiatan pembiayaan berbasis
bagi hasil dan transaksi riil, dalam rangka mendorong
pertumbuhan ekonomi nasional
Back to Framework CetakBiru

Paradigma Pengembangan Perbankan


Syariah

1. Fair Treatment
2. Market Driven
3. Sustainable Approach
4. Comply to Sharia Principles
5. Consistent

Back to Framework CetakBiru

6 Pilar Pengembangan Perbankan Syariah


Visi Arsitektur Perbankan Indonesia

Visi dan Misi Pengembangan Perbankan Syariah

Struktur
Perbankan
Syariah yg
sehat

Terpenuhinya prinsip
kehatihatian &
kepatuhan
syariah

Sistem
pengawasan yg
independen dan
efektif

Industri
perbankan
syariah yg
kuat

Infrastruktur
pendukung
yg
mencukupi

Perlindungan nasabah

Pilar 1

Pilar 2

Pilar 3

Pilar 4

Pilar 5

Pilar 6

Back to Framework Cetak Biru

10

6 Sasaran Strategis Pengembangan Perbankan Syariah


Nasional
1. Terpenuhinya prinsip syariah dalam operasional perbankan syariah.
2. Diterapkannya prinsip kehati-hatian dalam operasional perbankan syariah.
3. Terciptanya sistem perbankan syariah yang kompetitif dan efisien.
4. Mendukung penciptaan stabilitas sistemik serta terealisasinya kemanfaatan
bagi masyarakat luas.
5. Meningkatnya kualitas SDM dan tersedianya SDM secara memadai untuk
mendukung pertumbuhan perbankan syariah.
6. Optimalnya fungsi sosial bank syariah melalui perannya dalam
memfasilitasi keterkaitan antara voluntary sector dengan pemberdayaan
ekonomi rakyat (dhuafa, usaha mikro dan kecil).

Back to Framework Cetak Biru

11

  
   
      
Tahap IV (2013-2015) Pencapaian pangsa yang
signifikan dalam kondisi mulai terbentuknya
integrasi dg sektor keuangan syariah lainnya.

Tahap III (2010-2012) Pencapaian standar keuangan dan kualitas


pelayanan internasional.
Fokus aktivitas meningkatkan kualitas layanan dan operasional
perbankan syariah.
Tahap II (2005-2009) Penguatan struktur industri,
Fokus aktifitas peningkatan daya saing, efisiensi operasi, pengayaan produk, serta
kompetensi dan profesionalisme SDM perbankan syariah

Tahap I (2002-2004) Peletakan landasan pengembangan.


Fokus aktivitas dalam tahap ini adalah menyusun ketentuan kelembagaan bank syariah dan
menyiapkan infrastruktur dasar yang diperlukan untuk pertumbuhan bank syariah

Back to Framework Cetak Biru

12

Infrastruktur Industri Perbankan Syariah (2015)


Bank
Bank Indonesia:
Indonesia: Pengawasan
Pengawasan bank,
bank,

Dewan
Dewan Syariah
Syariah Nasional
Nasional
Lembaga
Lembaga fatwa
fatwa

Kebijakan
Kebijakan moneter
moneter && Sistem
Sistem pembayaran
pembayaran

DPS

BUS
Pasar modal
Syariah

DPS

UUS

Pasar Uang Antar


Bank Syariah

DepKeu-RI: Kebijakan Fiscal


Bappepam LK: Pengawasan LKBB & PS Modal

DPS

BPRS

Sektor Sosial
Syariah
Lembaga
Pengawasan
LAZ/UPZ

Lembaga Arbitrase Syariah


Asosiasi Akuntan
Asosiasi Bank Syariah
Lembaga Keuangan Syariah Non
Bank
Lembaga Keuangan Mikro Syariah
Lembaga Amil Zakat & wakaf
Forum Komunikasi Ekonomi
Syariah
Lembaga Sertifikasi Profesi
Lembaga Pendidikan & Pelatihan
Lembaga Penjaminan Simpanan
Lembaga Peradilan Muamalah
Lembaga Rating
Lembaga Riset

IFSB, IIFM, IDB, AAOIFI


F Pengawasan
F Koordinasi

Transaksi Perbankan
13
Back to Framework Cetak Biru
Kepatuhan syariah


       

Share

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2015

Aset Bank
Syariah

1,6%

2,8%

5%

7%

9%

10%

15%

Asumsi:
- momentum akselerasi 2007-2008 tetap terjaga dan berkelanjutan.
- Faktor-faktor kunci yg mempengaruhi keberhasilan pencapaian target: jumlah bank,
jaringan kantor/layanan, variasi produk, SDM, IT, fungsi pengawasan BI, dukungan
pemerintah & stakeholder lainnya, kondisi perekonomian dan efektifnya market
discipline.

14

Penjabaran Sasaran Strategis untuk


mendukung pencapaian Pilar I

Back to
matrix

1. Terwujudnya bank-bank syariah dengan standar operasi internasional,


didukung oleh permodalan yang memadai, berdaya saing serta
kompetensi pada jenis pasar yang dipilihnya.
2. Tercapainya pangsa pasar perbankan syariah yang cukup signifikan
pada akhir tahun 2015 (sekitar 15%).
3. Jumlah BUS minimal 10% dari perbankan nasional dicapai pada tahun
2015.
4. Terwujudnya aliansi strategis bank syariah dengan lembaga-lembaga
keuangan syariah lain.
5. Terwujudnya linkage program antara BUS, UUS dan BPRS dalam
melayani sektor UMK, Usaha Menengah dan Korporasi.

15

Penjabaran Sasaran Strategis untuk


mendukung pencapaian Pilar II

Back to
matrix

1. Perbankan syariah memiliki undang-undang tersendiri (UU Bank


Syariah)
2. Berlakunya ketentuan perpajakan yang fair bagi transaksi perbankan
syariah
3. Tersusunnya standar keuangan syariah untuk mendukung
pengembangan produk yang selaras antara aspek syariah dan kehatihatian;
4. Terimplementasinya nilai-nilai syariah secara mikro dalam bentuk
ketentuan Good Corporate Governance (GCG) dan terbentuk market
discipline.
5. Diterapkannya kebijakan exit dan entry yang efisien
6. Dibuatnya peraturan yang spesifik sesuai dengan karakteristik
operasional bank syariah.

16

Penjabaran Sasaran Strategis untuk


mendukung pencapaian Pilar III
1.

2.

3.
4.
5.
6.

Back to
matrix

Terwujudnya sistem pengaturan dan pengawasan berbasis risiko yang dapat


mendorong ke arah terbentuknya self-regulatory system, dengan dukungan IT dan
SDM yg memadai.
Tercukupinya kebutuhan SDM pengawas bank syariah yang memiliki tingkat
keahlian yang tinggi dan dalam jumlah yang proporsional dengan kebutuhan
pengawasan;
Terwujudnya kerjasama antara otoritas pengawasan perbankan syariah nasional
dengan otoritas pengawasan negara lain dalam rangka cross border supervision.
Terwujudnya mekanisme dan harmonisasi pengawasan prinsip syariah dalam
industri perbankan syariah dan lembaga keuangan syariah non-bank;
Menyempurnakan organisasi Direktorat Perbankan Syariah dan satker lainnya
termasuk KBI sesuai dengan kebutuhan pengawasan bank syariah.
Terjaganya tingkat kepercayaan masyarakat yang tinggi dalam hal penerapan
prinsip syariah dalam setiap transaksi.

17

Penjabaran Sasaran Strategis untuk


mendukung pencapaian Pilar IV
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

8.
9.

Back to
matrix

Diterapkannya GCG dalam operasional perbankan syariah.


Semakin efisien operasional perbankan syariah.
Tercapainya porsi pembiayaan berbasis bagi hasil secara signifikan.
Tersedianya SDM bank syariah yang memiliki kualifikasi keahlian
internasional dan dalam jumlah yang memadai.
Perbankan syariah memiliki IT yang memadai.
Perbankan syariah memiliki Internal Control yang memadai untuk
memastikan pemenuhan prinsip kehati-hatian dan kepatuhan syariah.
Pengembangan produk perbankan syariah yang disesuaikan dengan
kebutuhan pengguna jasa perbankan syariah dengan selalu
memperhatikan aspek kehati-hatian dan kepatuhan syariah.
Pengembangan jaringan kantor dan layanan bank syariah hingga ke
daerah-daerah secara merata serta sesuai kebutuhan masyarakat.
Berkembangnya fungsi sosial bank syariah untuk mendorong
pengembangan UMK dan pengentasan kemiskinan.
18

Penjabaran Sasaran Strategis untuk


mendukung pencapaian Pilar V
1.
2.

3.
4.
5.

6.

Back to
matrix

Terwujudnya pasar keuangan syariah yang efisien dan merefleksikan prinsipprinsip syariah dalam instrumen dan jenis transaksinya.
Telah berdiri/berkembang/berfungsinya institusi infrastruktur perbankan syariah,
seperti lembaga rating, asosiasi perbankan syariah, lembaga sertifikasi,
lembaga arbitrase, lembaga peradilan muamalah, lembaga pendidikan,lembaga
riset, lembaga amil zakat & wakaf dan DSN.
Semakin meningkatnya kerjasama dg lembaga keuangan Internasional (IFSB,
IIFM, IDB, AAOIFI dll) dalam rangka peningkatan standar pengawasan dan
standar industri perbankan syariah.
Semakin meningkatnya kerjasama dg lembaga domestik dalam mendukung
perkembangan industri perbankan syariah.
Adanya kesamaan visi dan misi serta kejelasan kedudukan perbankan syariah
dalam optimalisasi pengelolaan dana-dana voluntary sector dalam
pengembangan dan pemberdayaan UMKM (Cetak biru pengembangan shariah
voluntary sector)
Mulai berkembangnya pasar keuangan sosial (voluntary sectory) dimana
perbankan syariah memiliki peran yang signifikan dalam hal monilisasi danadana sosial dan penyalurannya ke UMK dan pengentasan kemiskinan.

19

Penjabaran Sasaran Strategis untuk


mendukung pencapaian Pilar VI

Back to
matrix

1. Tercapainya tingkat pemahaman masyarakat yang tepat mengenai


fungsi, peran dan positioning bank syariah dalam masyarakat, produkproduk bank syariah melalui proses sosialisasi yang efektif.
2. Tercapainya tingkat pemahaman nasabah terkait dengan hak dan
kewajiban nasabah serta mekanisme penyelesaian apabila terdapat
perselisihan melalui proses sosialisasi yang efektif.
3. Terbentuknya Lembaga Mediasi yang memiliki kemampuan untuk
melayani pengaduan nasabah/bank syariah.
4. Terwujudnya safety-net keuangan syariah yang merupakan kesatuan
dengan konsep operasional perbankan yang berhati-hati.
5. Terwujudnya mekanisme perlindungan konsumen.

20

Harmonisasi sektor keuangan dan sektor riil


(Perspektif Ekonomi Syariah)
REAL ECONOMY
Share/Equity Holder

Entrepreneur
FINANCIAL MARKET

Money Market

Sh. STN Market

Capital Market

Sh. Bond Market

REGULATOR

PLAYER
ARBITRAGE

Voluntary Sector Market

Equity Market

SUPERVISOR
RATING INSTITUTION
Back

21

Peran Perbankan Syariah


Dalam Mendorong Sektor UMKM
Business class fund
INFRASTRUCTURE

Regulation

Donor
Institutions

CCBs

Supervision
Information
Law
enforcement
Insurance

T/A
Providers

Voluntary sector funds


Technical assistance

ICBs/IBUs
Government
voluntary
sector funds
collecting
agency

Back

IRBs

MSEs

IMFIs

Unit
CCBs=Conventional Commercial Banks; IRBs=Islamic Rural Banks;
ICBs=Islamic Commercial Banks; IBUs=Islamic Business Unit;
IMFs=Islamic Microfinance Institutions
22

Program Akselerasi 2007 - 2008

Back

I. Penguatan Sisi Permintaan

PENABUNG
DEPOSAN

Subsidiary
BUS
BUK (Bank
Umum
Konvensional)

INVESTOR
DN-LN

Mendirikan
UUS (Unit
Usaha Syariah)

PEMERINTAH

BUK dg UUS

DANA
SOSIAL
DN-LN

Mendirikan
BUS

BUS (Bank
Umum Syariah)

Ekspansi
pembiayaan

Korporasi

Konversi
BUS

Retail

Pengembangan
jaringan &
layanan BS

Permodalan,
manajemen, SDM
BS yg kuat

II. Penguatan Sisi Penawaran


23

Infrastruktur Industri Perbankan Syariah:


kondisi saat ini (2007)
Bank
Bank Indonesia:
Indonesia: Pengawasan
Pengawasan bank,
bank,

Dewan
Dewan Syariah
Syariah Nasional
Nasional
Lembaga
Lembaga fatwa
fatwa

Kebijakan
Kebijakan moneter
moneter && Sistem
Sistem pembayaran
pembayaran

DPS

BUS
Pasar modal
Syariah

DPS

UUS

Lembaga Arbitrase Syariah


Asosiasi Akuntan
Asosiasi Bank Syariah
Lembaga Keuangan Syariah Non
Bank
Lembaga Keuangan Mikro
Syariah
Lembaga Amil Zakat
Forum Komunikasi Ekonomi
Syariah
Lembaga Sertifikasi Profesi
Lembaga Pendidikan
Lembaga Penjaminan Simpanan
Lembaga Peradilan Muamalah

DPS

BPRS

Pasar Uang Antar


Bank Syariah

DepKeu-RI: Kebijakan Fiscal


Bappepam LK: Pengawasan LKBB & PS Modal

IFSB, IIFM, IDB, AAOIFI


F Pengawasan
F Koordinasi

Transaksi Perbankan
Kepatuhan syariah

Back

24

Penjabaran Strategi Pengembangan Industri


Perbankan syariah
1.Terpenuhinya prinsip syariah dalam operasional
perbankan syariah:
Tersusunnya standar keuangan syariah untuk mendukung
pengembangan produk yang selaras antara aspek syariah dan
kehati-hatian;
Terimplementasinya nilai-nilai syariah secara mikro dalam bentuk
ketentuan Good Corporate Governance (GCG) dan terbentuk
market discipline;
Terwujudnya mekanisme dan harmonisasi pengawasan prinsip
syariah dalam industri perbankan syariah dan lembaga keuangan
syariah non-bank;
Terjaganya tingkat kepercayaan masyarakat yang tinggi dalam
hal penerapan prinsip syariah dalam setiap transaksi.

25

Penjabaran Strategi Pengembangan Industri


Perbankan syariah
2. Diterapkannya prinsip kehati-hatian dalam operasional
perbankan syariah:
Diterapkannya kebijakan exit dan entry yang efisien
Terwujudnya sistem pengaturan dan pengawasan berbasis risiko
yang dapat mendorong ke arah terbentuknya self-regulatory
system
Diterapkannya konsep GCG dalam operasional perbankan
syariah
Terbentuknya mekanisme dan harmonisasi pengawasan antara
perbankan syariah dengan lembaga keuangan syariah non-bank
Terlibatnya lembaga-lembaga penelitian perbankan syariah
secara konstruktif

26

Penjabaran Strategi Pengembangan Industri


Perbankan syariah
3.

Terciptanya sistem perbankan syariah yang kompetitif dan efisien:

Tercapainya pertumbuhan perbankan syariah dalam segi volume yang didukung oleh
daya jangkau pelayanan dan varietas produk yang kompetitif
Terwujudnya bank-bank syariah dengan standar operasi internasional, daya saing pada
tingkat global serta kompetensi pada jenis pasar yang dipilihnya
Terwujudnya aliansi strategis dengan lembaga-lembaga keuangan syariah lain, otoritas
pengaturan dan lembaga riset secara domestik dan internasional
Terwujudnya mekanisme kerja sama dengan lembaga-lembaga pendukung termasuk
instansi terkait dan satuan-satuan kerja di Bank Indonesia
Terwujudnya pasar keuangan syariah yang efisien dan merefleksikan prinsip-prinsip
syariah dalam instrumen dan jenis transaksinya.
Tercapainya Pangsa pasar perbankan syariah 15% pada akhir tahun 2015 dengan
jumlah bank 10% dari perbankan nasional.

27

Penjabaran Strategi Pengembangan Industri


Perbankan syariah
4. Terciptanya stabilitas sistemik serta terealisasinya
kemanfaatan bagi masyarakat:
Terwujudnya safety-net keuangan syariah yang merupakan
kesatuan dengan konsep operasional perbankan yang berhati-hati
Tercapainya tingkat pemahaman masyarakat yang tepat
mengenai fungsi, peran dan positioning bank syariah dalam
masyarakat
Terwujudnya mekanisme perlindungan konsumen
Tercapainya porsi pembiayaan berbasis bagi hasil secara
signifikan
Berdirinya pusat-pusat penelitian, pendidikan dan pengembangan
ekonomi dan perbankan syariah yang dapat mendukung kebijakan
secara makro.
28

Penjabaran Strategi Pengembangan Industri


Perbankan syariah
5. Tercapainya SDM yang memadai dari segi kuantitas dan
kualitas untuk mendukung pertumbuhan bank syariah:
Tersedianya SDM bank syariah yang memiliki kualifikasi
keahlian internasional dan dalam jumlah yang memadai;
Tercukupinya kebutuhan SDM pengawas bank syariah yang
memiliki tingkat keahlian yang tinggi dan dalam jumlah yang
proporsional dengan kebutuhan pengawasan;
Tersedianya lembaga pendidikan dan pelatihan perbankan
syariah yang memiliki kualitas yang baik yang dapat
mempersiapkan SDI dalam industri perbankan syariah secara
berkesinambungan.

29

Penjabaran Strategi Pengembangan Industri


Perbankan syariah
6. Optimalnya fungsi sosial bank syariah melalui perannya
dalam memfasilitasi keterkaitan antara voluntary sector
dengan pemberdayaan ekonomi rakyat (Dhuafa, usaha mikro
dan kecil):
Adanya kesamaan visi dan misi serta kejelasan kedudukan
perbankan syariah dalam optimalisasi pengelolaan dana-dana
voluntary sector dalam pengembangan dan pemberdayaan
UMKM;
Terwujudnya aliansi strategis yang efektif antara perbankan
syariah dengan lembaga-lembaga keuangan syariah lain,
didukung oleh otoritas pengaturan dan lembaga riset baik
domestik maupun internasional dalam hal pembangunan
struktur syariah voluntary sector.
30

MODEL OF ISLAMIC SOCIAL SECTOR


Supervisor/Regulator
Surplus Spending Unit
Institutions, Individuals

CSR Funds
Zakat (Shariah obligatory
Funds)
Infaq+Shodaqah+Hibah
(Shariah voluntary Funds)
Cash Waqf (Shariah
Evergreen Funds)

Social Financial
Intermediary
Institutions

MARKET

Social Financial
Intermediary
Institutions

Arbitrage

Deficit Spending Unit


Institutions, Individuals
A. Productive investment
(un-bankable):
Micro and Small Scale
Enterprises
Un-employment (start-up
business)
B. Consumptive investment:
Basic needs (food,
education, health care).

Rating Institution

31

Terima Kasih

2005 -2015

Anda mungkin juga menyukai