100%(1)100% menganggap dokumen ini bermanfaat (1 suara)
273 tayangan28 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang Arsitektur Perbankan Indonesia (API) dan Basel II. API merupakan kerangka dasar sistem perbankan Indonesia untuk lima sampai sepuluh tahun ke depan, yang mencakup enam pilar utama untuk meningkatkan kualitas perbankan. Basel II merupakan standar internasional untuk perhitungan modal bank berdasarkan risiko yang dihadapi.
Dokumen tersebut membahas tentang Arsitektur Perbankan Indonesia (API) dan Basel II. API merupakan kerangka dasar sistem perbankan Indonesia untuk lima sampai sepuluh tahun ke depan, yang mencakup enam pilar utama untuk meningkatkan kualitas perbankan. Basel II merupakan standar internasional untuk perhitungan modal bank berdasarkan risiko yang dihadapi.
Dokumen tersebut membahas tentang Arsitektur Perbankan Indonesia (API) dan Basel II. API merupakan kerangka dasar sistem perbankan Indonesia untuk lima sampai sepuluh tahun ke depan, yang mencakup enam pilar utama untuk meningkatkan kualitas perbankan. Basel II merupakan standar internasional untuk perhitungan modal bank berdasarkan risiko yang dihadapi.
Basel II Nama kelompok : Devina Andriani S 13.60.0067 Stefanus Robby A 13.60.0106 Candradiharta 13.60.0071 Felycia Adrienne 13.60.0121 Kevin Epafras 13.60.0078 Yonathan Ivan 13.60.0130 Theodora Octavia 13.60.0093 Renitha Oktavia H 13.60.0147 Indra Surahman 13.60.0096 Pouw, Ivan Jaya 13.60.0196 Latar Belakang API
Adanya kebutuhan dari perbankan nasional
dan sebagai kelanjutan dari program restrukturisasi perbankan yang sudah berjalan sejak tahun 1998, maka Bank Indonesia pada tanggal 9 Januari 2004 telah meluncurkan API sebagai suatu kerangka menyeluruh arah kebijakan pengembangan industri perbankan Indonesia ke depan. Pengertian Arsitektur Perbankan Indonesia (API) Arsitektur Perbankan Indonesia (API) merupakan suatu kerangka dasar sistem perbankan Indonesia yang bersifat menyeluruh dan memberikan arah, bentuk, dan tatanan industri perbankan untuk rentang waktu lima sampai sepuluh tahun ke depan. Dalam kinerjanya, API terfokus pada upaya membenahi dan melengkapi berbagai aspek dalam industri perbankan. Rincian aspek tersebut antara lain struktur perbankan, pengaturan dan pengawasan bank, kondisi internal bank, infrastruktur pendukung industri, serta aspek perlindungan dan pemberdayaan konsumen. Arah kebijakan pengembangan industri perbankan di masa datang yang dirumuskan dalam API dilandasi oleh visi mencapai suatu sistem perbankan yang sehat, kuat dan efisien guna menciptakan kestabilan sistem keuangan dalam rangka membantu mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Karena adanya keinginan keinginan untuk memiliki fundamental perbankan yang lebih kuat dan masukan yang diperoleh dalam mengimplementasikan API selama 2 tahun terakhir, maka Bank Indonesia harus untuk menyempurnakan program-program kegiatan yang tercantum dalam API. Penyempurnaan program kegiatan API tersebut tetap berhubungan dengan perkembangan perekonomian nasional maupun internasional Struktur perbankan yang belum optimal.
Pengawasan Bank Tantangan API yang masih perlu ditingkatkan
Profitabilitas dan Kapabilitas perbankan
efisiensi operasional yang masih lemah bank yang tidak sustainable. 6 Pilar API Struktur Perbankan yang Sehat Program ini bertujuan untuk memperkuat permodalan bank umum dalam rangka meningkatkan kemampuan bank mengelola usaha maupun risiko, mengembangkan teknologi informasi, maupun meningkatkan skala usahanya guna mendukung peningkatan kapasitas pertumbuhan kredit perbankan. Struktur Perbankan yang Sehat Cara Pencapaiannya : 1. Penambahan modal baru baik dari shareholder 2. Merger dengan bank lain 3. Penerbitan saham baru 4. Penerbitan subordinated loan Tahapan Program Penguatan Struktur Perbankan Nasional : 1. Memperkuat permodalan bank 2. Memperkuat daya saing dan kelembagaan BPR dan BPRS 3. Meningkatkan akses kredit dan pembiayaan UMKM Sistem Pengaturan yang Efektif
Program ini bertujuan untuk meningkatkan efektivitas pengaturan
serta memenuhi standar pengaturan yang mengacu international best practices. Program tersebut dicapai dengan penyempurnaan proses penyusunan kebijakan perbankan serta penerapan 25 Basel Core Principles for Effective Banking Supervision.
Tahapan program peningkatan kualitas pengaturan perbankan
1. Memformalkan proses sindikasi dalam membuat kebijakan perbankan 2. Implementasi secara bertahap international best practices Sistem Pengawasan yang Independen dan Efektif Program ini bertujuan untuk meningkatkan independensi dan efektivitas pengawasan perbankan yang dilakukan oleh Bank Indonesia. Hal ini dicapai dengan peningkatkan kompetensi pemeriksa bank, peningkatan koordinasi antar lembaga pengawas, pengembangan pengawasan berbasis risiko, peningkatkan efektivitas enforcement, dan konsolidasi organisasi sektor perbankan di Bank Indonesia.
Tahapan program peningkatan fungsi pengawasan :
1. Meningkatkan koordinasi dengan lembaga pengawas lain 2. Melakukan reorganisasi sektor perbankan di Bank Indonesia 3. Menyempurnakan infrastruktur pendukung pengawas bank 4. Menyempurnakan implementasi sistem pengawas berbasis resiko 5. Meningkatkan efektivitas enforcement Industri Perbankan yang Kuat Program ini bertujuan untuk meningkatkan Good Corporate Governance, kualitas manajemen resiko, dan kemampuan operasional manajemen. Semakin tingginya standar GCG dengan didukung oleh kemampuan operasional (termasuk manajemen resiko) yang handal diharapkan dapat meningkatkan kinerja operasional perbankan. Tahapan peningkatan kualitas manajemen dan operasional perbankan : 1. Meningkatkan Good Corporate Governance 2. Meningkatkan kualitas manajemen resiko perbankan 3. Meningkatkan kemampuan operasional bank Infrastruktur Pelindung yang Mencukupi Program ini bertujuan untuk mengembangkan sarana pendukung operasional perbankan yang efektif seperti credit bureau, lembaga pemeringkat kredit domestik, dan pengembangan skim penjaminan kredit.
Tahapan Program Pengembangan Infrastruktur Perbankan :
1. Mengembangkan biro kredit 2. Mendorong pengembangan pasar keuangan syariah 3. Peningkatan peran lembaga fatwa syariah dan lembaga arbitrase syariah sebagai bagian dari upaya peningkatan kepatuhan bank syariah terhadap prinsip-prinsip syariah Perlindungan Konsumen Program ini bertujuan untuk memberdayakan nasabah melalui penetapan standar penyusunan mekanisme pengaduan nasabah, pendirian lembaga mediasi independen, peningkatan transparansi informasi produk perbankan dan edukasi bagi nasabah. Tahapan Program Peningkatan Perlindungan Nasabah : 1. Menyusun standar mekanisme pengaduan nasabah 2. Membentuk lembaga mediasi independen 3. Menyusun transparansi informasi produk 4. Mempromosikan edukasi untuk nasabah Untuk mewujudkan perbankan Indonesia yang lebih kokoh, perbaikan harus dilakukan di berbagai bidang, terutama untuk menjawab tantangan-tantangan yang ada, seperti: 1. Rendahnya kapasitas pertumbuhan kredit perbankan. 2. Struktur perbankan yang belum optimal. 3. Pemenuhan kebutuhan masyrakat terhadap pelayanan perbankan yang dinilai oleh masyarakat masih kurang. 4. Pengawasan bank yang masih perlu ditingkatkan. 5. Kapabilitas perbankan yang masih lemah. 6. Profitabilitas dan efisiensi operasional bank yang tidak sustainable. 7. Perlindungan nasabah yang masih harus ditingkatkan. 8. Perkembangan Teknologi Informasi Program Kegiatan API Pelaksanaan keenam pilar API dijabarkan lebih rinci oleh bank Indonesia dalam program kegiatan pada rentang waktu sepuluh tahun (dari tahun 2004 hingga tahun 2013), Program-program tersebut adalah : 1. Program penguatan struktur perbankan nasional 2. Program peningkatan kualitas pengaturan perbankan 3. Program peningkatan fungsi pengawasan 4. Program peningkatan kualitas manajemen dan operasional perbankan 5. Program pengembangan infrastruktur perbankan 6. Program peningkatan perlindungan nasabah BASEL II Basel II adalah rekomendasi hukum dan ketentuan perbankan kedua, sebagai penyempurnaan Basel I, yang diterbitkan oleh Komite Basel. Basel II diterbitkan pada tahun 2004. Rekomendasi ini ditujukan untuk menciptakan suatu standar internasional yang dapat digunakan regulator perbankan untuk membuat ketentuan berapa banyak modal yang harus disisihkan bank sebagai perlindungan terhadap risiko keuangan dan operasional yang mungkin dihadapi bank. Fungsi utama bank sebagai lembaga resmi intermediasi dana membuat Bank menerima kepercayaan untuk mengelola dan mengalokasikan kelebihan dana dari masyarakat. Bertujuan meningkatkan keamanan dan kesehatan sistem keuangan, dengan menitikberatkan pada perhitungan permodalan yang berbasis risiko, supervisory review process, dan market discipline. Framework Basel II disusun berdasarkan forward-looking approach yang memungkinkan untuk dilakukan penyempurnaan dan penyesuaian dari waktu ke waktu. Hal ini untuk memastikan bahwa framework Basel II dapat mengikuti perubahan yang terjadi di pasar maupun perkembangan-perkembangan dalam manajemen risiko. 3 Pilar BASEL II Minimum Capital Requirements Dalam Pilar I bank diminta untuk menghitung kebutuhan modal risiko kredit, risiko pasar dan risiko operasional. Risiko kredit dapat dihitung dengan tiga cara yang berbeda tingkat kerumitannya, yaitu pendekatan standar (standardized approach), Foundation IRB (internal rating-based), dan Advanced IRB. Risiko operasional dihitung dengan tiga pendekatan yaitu pendekatan dasar (basic indicator approach, BIA), pendekatan standar (standardized approach, STA), serta advanced measurement approach (AMA). Sedangkan pendekatan yang biasanya dipilih untuk perhitungan risiko pasar adalah pendekatan VaR (value at risk). Supervisory Review Proses supervisory review dalam Pilar 2 merupakan pendekatan supervisory review yang menyerupai pendekatan pengawasan bank berbasis risiko yang digunakan oleh Federal Reserve Board di AS dan Financial Autority Services Authority di Inggris. Fokus dari supervisory review adalah: 1. Menjamin tersedianya modal diatas yang ditetapkan dalam Pilar I. 2. Melakukan intervensi secara dini jika diperlukan untuk mengantisipasi terhadap risiko yang akan muncul, sehingga modal tidak turun dibawah yang disyaratkan. Market Dicipline Pilar 3 adalah pilar disiplin pasar. Basel mendefinisikan disiplin pasar sebagai mekanisme governance internal dan eksternal dalam perekonomian pasar uang tanpa adanya intervensi pemerintah secara langsung. Pilar ketiga juga berfungsi memperbesar pengungkapan yang harus dilakukan bank. Ini dirancang untuk memberikan gambaran yang lebih baik bagi pasar mengenai posisi risiko menyeluruh bank dan untuk memberikan kesempatan bagi pihak terkait dari bank untuk memberikan harga dan menangani risiko tersebut dengan sepantasnya. Dampak implementasi Basel II terhadap ketahanan sistem perbankan 1. Dampak Basel II terhadap modal bank semestinya dilihat secara individual dan menjadi kewajiban untuk sejak dini melakukan penilaian serta meningkatkan efektifitas penerapan manajemen risiko agar dapat secara optimal memanfaatkan insentif yang ada. Penurunan CAR bisa sampai terjadi bagi bank yang risikonya memang lebih besar, namun bagi bank yang kreditnya didominasi oleh retail dan KPR akan menyebabkan perhitungan kebutuhan modal yang lebih rendah 2. Berdasarkan hasil survei, perbankan juga menghendaki agar Basel II dapat diterapkan kepada seluruh bank untuk mengurangi dampak negatif terhadap tingkat persaingan antar bank akibat perbedaan kemampuan dan kesiapan bank menerapkan dan mengembangkan manajemen risiko beserta infrastrukturnya. Pendekatan yang standar pada Basel II akan dapat diterapkan bagi seluruh bank di Indonesia. 3. Penerapan Basel II tidak dimaksudkan untuk menghambat proses intermediasi yang telah dilakukan perbankan selama ini. Pendekatan-pendekatan yang ditawarkan dalam Basel II secara keseluruhan lebih dimaksudkan sebagai upaya untuk mereposisi dan meredefinisi apa yang telah dilakukan perbankan dengan fokus pada pengelolaan risiko. Dalam kaitannya dengan fungsi intermediasi, Basel II bukanlah suatu framework yang mekanistis dimana tidak terdapat ruang untuk toleransi. 4. Peningkatan permodalan bank dalam kerangka implementasi Arsitektur Perbankan Indonesia secara tidak langsung merupakan sarana bagi bank untuk mengimplementasikan Basel II dengan baik. Dukungan permodalan yang memadai akan memungkinkan bank untuk mengembangkan sumber daya manusia dan teknologi informasi yang diperlukan dalam mengimplementasikan Basel II. Rencana Implementasi Basel II di perbankan Indonesia : Seluruh bank akan melakukan penyesuaian perhitungan kecukupan permodalan berdasarkan pedoman yang diatur dalam Basel II Bank Indonesia membentuk kelompok kerja (working group) bersama perbankan untuk membuat suatu pengaturan substansi Basel II Pengawas BI akan melakukan validasi terhadap kesiapan bank dimaksud sebelum mengijinkan bank menghitung kecukupan modal dengan perhitungan yang dilakukan sendiri.