Anda di halaman 1dari 28

Arah Kebijakan Perbankan Indonesia -

Arsitektur Perbankan Indonesia (API) dan


Basel II
Nama kelompok :
Devina Andriani S 13.60.0067 Stefanus Robby A 13.60.0106
Candradiharta 13.60.0071 Felycia Adrienne 13.60.0121
Kevin Epafras 13.60.0078 Yonathan Ivan 13.60.0130
Theodora Octavia 13.60.0093 Renitha Oktavia H 13.60.0147
Indra Surahman 13.60.0096 Pouw, Ivan Jaya 13.60.0196
Latar Belakang API

Adanya kebutuhan dari perbankan nasional


dan sebagai kelanjutan dari program
restrukturisasi perbankan yang sudah berjalan
sejak tahun 1998, maka Bank Indonesia pada
tanggal 9 Januari 2004 telah meluncurkan API
sebagai suatu kerangka menyeluruh arah
kebijakan pengembangan industri perbankan
Indonesia ke depan.
Pengertian Arsitektur Perbankan
Indonesia (API)
Arsitektur Perbankan Indonesia (API) merupakan
suatu kerangka dasar sistem perbankan Indonesia yang
bersifat menyeluruh dan memberikan arah,
bentuk, dan tatanan industri perbankan untuk rentang
waktu lima sampai sepuluh tahun ke depan. Dalam
kinerjanya, API terfokus pada upaya membenahi dan
melengkapi berbagai aspek dalam industri perbankan.
Rincian aspek tersebut antara lain struktur perbankan, pengaturan
dan pengawasan bank, kondisi internal bank, infrastruktur
pendukung industri, serta aspek perlindungan dan pemberdayaan
konsumen. Arah kebijakan pengembangan industri perbankan di
masa datang yang dirumuskan dalam API dilandasi oleh visi
mencapai suatu sistem perbankan yang sehat, kuat dan efisien
guna menciptakan kestabilan sistem keuangan dalam rangka
membantu mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
Karena adanya keinginan keinginan
untuk memiliki fundamental perbankan
yang lebih kuat dan masukan yang
diperoleh dalam mengimplementasikan
API selama 2 tahun terakhir, maka Bank
Indonesia harus untuk menyempurnakan
program-program kegiatan yang tercantum
dalam API. Penyempurnaan program
kegiatan API tersebut tetap berhubungan
dengan perkembangan perekonomian
nasional maupun internasional
Struktur perbankan
yang belum optimal.

Pengawasan Bank
Tantangan API yang masih perlu
ditingkatkan

Profitabilitas dan Kapabilitas perbankan


efisiensi operasional yang masih lemah
bank yang tidak
sustainable.
6 Pilar API
Struktur Perbankan yang Sehat
Program ini bertujuan untuk memperkuat permodalan bank umum dalam
rangka meningkatkan kemampuan bank mengelola usaha maupun risiko,
mengembangkan teknologi informasi, maupun meningkatkan skala usahanya
guna mendukung peningkatan kapasitas pertumbuhan kredit perbankan.
Struktur Perbankan yang Sehat
Cara Pencapaiannya :
1. Penambahan modal baru baik dari shareholder
2. Merger dengan bank lain
3. Penerbitan saham baru
4. Penerbitan subordinated loan
Tahapan Program Penguatan Struktur Perbankan Nasional :
1. Memperkuat permodalan bank
2. Memperkuat daya saing dan kelembagaan BPR dan BPRS
3. Meningkatkan akses kredit dan pembiayaan UMKM
Sistem Pengaturan yang Efektif

Program ini bertujuan untuk meningkatkan efektivitas pengaturan


serta memenuhi standar pengaturan yang mengacu international best
practices. Program tersebut dicapai dengan penyempurnaan proses
penyusunan kebijakan perbankan serta penerapan 25 Basel Core
Principles for Effective Banking Supervision.

Tahapan program peningkatan kualitas pengaturan perbankan


1. Memformalkan proses sindikasi dalam membuat kebijakan perbankan
2. Implementasi secara bertahap international best practices
Sistem Pengawasan yang Independen dan Efektif
Program ini bertujuan untuk meningkatkan independensi dan efektivitas pengawasan
perbankan yang dilakukan oleh Bank Indonesia. Hal ini dicapai dengan peningkatkan
kompetensi pemeriksa bank, peningkatan koordinasi antar lembaga pengawas,
pengembangan pengawasan berbasis risiko, peningkatkan efektivitas enforcement, dan
konsolidasi organisasi sektor perbankan di Bank Indonesia.

Tahapan program peningkatan fungsi pengawasan :


1. Meningkatkan koordinasi dengan lembaga pengawas lain
2. Melakukan reorganisasi sektor perbankan di Bank Indonesia
3. Menyempurnakan infrastruktur pendukung pengawas bank
4. Menyempurnakan implementasi sistem pengawas berbasis resiko
5. Meningkatkan efektivitas enforcement
Industri Perbankan yang Kuat
Program ini bertujuan untuk meningkatkan Good Corporate Governance,
kualitas manajemen resiko, dan kemampuan operasional manajemen.
Semakin tingginya standar GCG dengan didukung oleh kemampuan
operasional (termasuk manajemen resiko) yang handal diharapkan dapat
meningkatkan kinerja operasional perbankan.
Tahapan peningkatan kualitas manajemen dan operasional perbankan :
1. Meningkatkan Good Corporate Governance
2. Meningkatkan kualitas manajemen resiko perbankan
3. Meningkatkan kemampuan operasional bank
Infrastruktur Pelindung yang Mencukupi
Program ini bertujuan untuk mengembangkan sarana pendukung operasional perbankan yang
efektif seperti credit bureau, lembaga pemeringkat kredit domestik, dan pengembangan skim
penjaminan kredit.

Tahapan Program Pengembangan Infrastruktur Perbankan :


1. Mengembangkan biro kredit
2. Mendorong pengembangan pasar keuangan syariah
3. Peningkatan peran lembaga fatwa syariah dan lembaga arbitrase syariah sebagai bagian dari
upaya peningkatan kepatuhan bank syariah terhadap prinsip-prinsip syariah
Perlindungan Konsumen
Program ini bertujuan untuk memberdayakan nasabah melalui penetapan
standar penyusunan mekanisme pengaduan nasabah, pendirian lembaga
mediasi independen, peningkatan transparansi informasi produk perbankan
dan edukasi bagi nasabah.
Tahapan Program Peningkatan Perlindungan Nasabah :
1. Menyusun standar mekanisme pengaduan nasabah
2. Membentuk lembaga mediasi independen
3. Menyusun transparansi informasi produk
4. Mempromosikan edukasi untuk nasabah
Untuk mewujudkan perbankan Indonesia yang lebih kokoh, perbaikan
harus dilakukan di berbagai bidang, terutama untuk menjawab
tantangan-tantangan yang ada, seperti:
1. Rendahnya kapasitas pertumbuhan kredit perbankan.
2. Struktur perbankan yang belum optimal.
3. Pemenuhan kebutuhan masyrakat terhadap pelayanan perbankan yang dinilai
oleh masyarakat masih kurang.
4. Pengawasan bank yang masih perlu ditingkatkan.
5. Kapabilitas perbankan yang masih lemah.
6. Profitabilitas dan efisiensi operasional bank yang tidak sustainable.
7. Perlindungan nasabah yang masih harus ditingkatkan.
8. Perkembangan Teknologi Informasi
Program Kegiatan API
Pelaksanaan keenam pilar API dijabarkan lebih rinci oleh bank
Indonesia dalam program kegiatan pada rentang waktu sepuluh tahun
(dari tahun 2004 hingga tahun 2013), Program-program tersebut
adalah :
1. Program penguatan struktur perbankan nasional
2. Program peningkatan kualitas pengaturan perbankan
3. Program peningkatan fungsi pengawasan
4. Program peningkatan kualitas manajemen dan operasional
perbankan
5. Program pengembangan infrastruktur perbankan
6. Program peningkatan perlindungan nasabah
BASEL II
Basel II adalah rekomendasi hukum dan ketentuan perbankan kedua, sebagai
penyempurnaan Basel I, yang diterbitkan oleh Komite Basel. Basel II diterbitkan pada tahun
2004. Rekomendasi ini ditujukan untuk menciptakan suatu standar internasional yang dapat
digunakan regulator perbankan untuk membuat ketentuan berapa banyak modal yang harus
disisihkan bank sebagai perlindungan terhadap risiko keuangan dan operasional yang mungkin
dihadapi bank. Fungsi utama bank sebagai lembaga resmi intermediasi dana membuat Bank
menerima kepercayaan untuk mengelola dan mengalokasikan kelebihan dana dari masyarakat.
Bertujuan meningkatkan keamanan dan kesehatan sistem keuangan,
dengan menitikberatkan pada perhitungan permodalan yang berbasis
risiko, supervisory review process, dan market discipline.
Framework Basel II disusun berdasarkan forward-looking approach yang
memungkinkan untuk dilakukan penyempurnaan dan penyesuaian dari
waktu ke waktu. Hal ini untuk memastikan bahwa framework Basel II
dapat mengikuti perubahan yang terjadi di pasar maupun
perkembangan-perkembangan dalam manajemen risiko.
3 Pilar BASEL II
Minimum Capital Requirements
Dalam Pilar I bank diminta untuk menghitung kebutuhan modal
risiko kredit, risiko pasar dan risiko operasional.
Risiko kredit dapat dihitung dengan tiga cara yang berbeda tingkat
kerumitannya, yaitu pendekatan standar (standardized approach),
Foundation IRB (internal rating-based), dan Advanced IRB. Risiko
operasional dihitung dengan tiga pendekatan yaitu pendekatan dasar
(basic indicator approach, BIA), pendekatan standar (standardized
approach, STA), serta advanced measurement approach (AMA).
Sedangkan pendekatan yang biasanya dipilih untuk perhitungan
risiko pasar adalah pendekatan VaR (value at risk).
Supervisory Review
Proses supervisory review dalam Pilar 2 merupakan
pendekatan supervisory review yang menyerupai
pendekatan pengawasan bank berbasis risiko yang
digunakan oleh Federal Reserve Board di AS dan
Financial Autority Services Authority di Inggris. Fokus
dari supervisory review adalah:
1. Menjamin tersedianya modal diatas yang
ditetapkan dalam Pilar I.
2. Melakukan intervensi secara dini jika diperlukan
untuk mengantisipasi terhadap risiko yang akan
muncul, sehingga modal tidak turun dibawah
yang disyaratkan.
Market Dicipline
Pilar 3 adalah pilar disiplin pasar. Basel mendefinisikan disiplin
pasar sebagai mekanisme governance internal dan eksternal dalam
perekonomian pasar uang tanpa adanya intervensi pemerintah secara
langsung.
Pilar ketiga juga berfungsi memperbesar pengungkapan yang harus
dilakukan bank. Ini dirancang untuk memberikan gambaran yang
lebih baik bagi pasar mengenai posisi risiko menyeluruh bank dan
untuk memberikan kesempatan bagi pihak terkait dari bank untuk
memberikan harga dan menangani risiko tersebut dengan
sepantasnya.
Dampak implementasi Basel II terhadap
ketahanan sistem perbankan
1. Dampak Basel II terhadap modal bank semestinya dilihat
secara individual dan menjadi kewajiban untuk sejak dini
melakukan penilaian serta meningkatkan efektifitas
penerapan manajemen risiko agar dapat secara optimal
memanfaatkan insentif yang ada. Penurunan CAR bisa
sampai terjadi bagi bank yang risikonya memang lebih
besar, namun bagi bank yang kreditnya didominasi oleh
retail dan KPR akan menyebabkan perhitungan
kebutuhan modal yang lebih rendah
2. Berdasarkan hasil survei, perbankan juga menghendaki agar
Basel II dapat diterapkan kepada seluruh bank untuk
mengurangi dampak negatif terhadap tingkat persaingan antar
bank akibat perbedaan kemampuan dan kesiapan bank
menerapkan dan mengembangkan manajemen risiko beserta
infrastrukturnya. Pendekatan yang standar pada Basel II akan
dapat diterapkan bagi seluruh bank di Indonesia.
3. Penerapan Basel II tidak dimaksudkan untuk
menghambat proses intermediasi yang telah dilakukan
perbankan selama ini. Pendekatan-pendekatan yang
ditawarkan dalam Basel II secara keseluruhan lebih
dimaksudkan sebagai upaya untuk mereposisi dan
meredefinisi apa yang telah dilakukan perbankan dengan
fokus pada pengelolaan risiko. Dalam kaitannya dengan
fungsi intermediasi, Basel II bukanlah suatu framework
yang mekanistis dimana tidak terdapat ruang untuk
toleransi.
4. Peningkatan permodalan bank dalam
kerangka implementasi Arsitektur
Perbankan Indonesia secara tidak langsung
merupakan sarana bagi bank untuk
mengimplementasikan Basel II dengan
baik. Dukungan permodalan yang memadai
akan memungkinkan bank untuk
mengembangkan sumber daya manusia dan
teknologi informasi yang diperlukan dalam
mengimplementasikan Basel II.
Rencana Implementasi Basel II di
perbankan Indonesia :
Seluruh bank akan melakukan penyesuaian
perhitungan kecukupan permodalan berdasarkan
pedoman yang diatur dalam Basel II
Bank Indonesia membentuk kelompok kerja (working
group) bersama perbankan untuk membuat suatu
pengaturan substansi Basel II
Pengawas BI akan melakukan validasi terhadap
kesiapan bank dimaksud sebelum mengijinkan bank
menghitung kecukupan modal dengan perhitungan
yang dilakukan sendiri.

Anda mungkin juga menyukai