1. Pengertian Konseling
Konseling adalah terjemahan dan kata counseling, mempunyai makna sebagai
hubungan timbal balik antara dua orang individu, dimana yang seorang (konselor)
berusaha membantu yang lain (klien) untuk mencapai pengertian tentang dirinya
sendiri dalam hubungan dengan masalah-masalah yang dihadapinya pada waktu yang
akan datang (Natawijaya, 1987 dalam AlRodliyah,2009).
Menurut dinamika konseling sekarang ini , pengertian konseling dapat dibedakan
menjadi dua pengertian berikut :
a. Pengertian Konseling Konvensional
Konseling diartikan sebagai pelayanan profesional yang diberikan oleh konselor
kepada konseli secara tatap muka, agar konseli dapat mengembangkan
perilakunya ke arah yang leih maju. Pelayanan konseling lebih bersifat kuratif
atau menyembuhkan
b. Pengertian Konseling Modern
Konseling modern diartikan menurut perkembangan teknologi dimana proses
konseling diopengaruhi oleh kemajuan teknologi khusunya teknologi informatika
sehingga konseling dapat dilakukan tanpa adanya batas lokasi dan waktu antara
konsuler dan konseli
Pengertian konseling dapat diartikan bantuan profesional yang diberikan konselor
kepada konseli dengan menggunakan teori pendiikan dan psikologi yang berbasis
budaya, selaras dengan karateristik konseli untuk memfasilitasi perkembangan
konseli dengan berbagai sumber dan teknologi informatika sehingga dapat
mencapai tujuan kegiatan konseling.
2. Tujuan konseling
Konseling memiliki tujuan yang luas salah satu tujuan konseling yang dikutip dari
pernyataan Jones (1995) oleh Hartono (2012) yang menyatakan bahwa tujuan
konseling dapat dirumuskan oleh konselor secara berbeda-beda sesuai dengan
kebutuhan masing-masing konseli. Selain itu,menurut McDaniel yang dikutip
Munandir (2005 dalam Hartono (2012) tujuan konseling juga terbagi menjadi tujuan
jangka pendek dan jangka panjang sesuai dengan kebutuhan masing-masing konseli.
Pada perkembangan saat ini konseling memiliki tujuan yang sangat luas sebagai
berikut ini :
4. Teknik Konseling
Konselor membutuhkan teknik-teknik yang harus dipelajari sebelum melakukan kegiatan
konseling. Berikut ini akan dijelaskan teknik-teknik dalam melakukan konseling
1. Perilaku Attending
Perilaku attending adalah perilaku konselor dalam menghampiri konseli dan
membuat konseli untuk terlibat pembicaraan dan terbuka dalam kegiatan
konseling melalui kombinasi komponen kontak mata, bahasa badan, dan
bahasa latin. Perilaku attending yang baik dapat meningkatkan harga diri
klien, menciptakan suasana yang aman bagi konseli sehingga mempermudah
konseli dalam mengekspresikan perasaaan dengan bebas.
Berikut ini adalah perilaku attending yang baik dalam konseling :
a. Kepala : Menganggukan kepala saat menyatakan setuju
b. Ekspresi wajah : tenang ,ceria dan senyum
c. Posisi tubuh : agak condong ke arah konseli, jarak antara konselorkonseli agak dekat
d. Tangan : menggunakan variasi gerakan tangan/lengan berubah-ubah,
gerakan tangan sebagai isyarat atau menekankan ucapan.
2. Empati
b. Eksplorasi pengalaman
c. Eksplorasi pikiran
5. Menangkap pesan utama (Paraphrasing)
Konselor mempunyai kemampuan untuk menangkap masalah utama klien dan
menyatakannya secara sederhana dan dipahami dengan disampaikan
menggunakan bahasa konselor sendiri.
Paraphasing yang baik adalah ;
a. teliti mendengarkan pesan utama klien
b. menyatakan kembali dengan ringkas
c. amati respon klien terhadap konselor
6. Bertanya untuk membuka percakapan (Open-question)
Konselor mampu memulai bertanya kepada klien dengan tidak menyulitkan
klien sehingga klien akan terbuka dan tujuan konseling tercapai. Pertanyaanpertanyaan terbuka (open-ended) dapat menggunakan kata-kata :apakah,
bagaimana,adakah, bolehkah,dapatkah
Contoh : Bagaimana perasaan anda saat itu ?
7. Bertanya tertutup (closed question)
Konselor mampu bertanya kepada klien dengan tertutup atau menggunakan
pernyataan yang dimulai dengan kata-kata apakah,adakah dan harus dijawab
klien dengan kata ya atau tidak. Hal ini memiliki tujuan untuk mengumpulkan
informasi, menjernihkan dan memperjelas sesuatu serta memfokuskan kembali
percakapan dengan klien yang menyimpang jauh
8. Dorongan minimal
Dorongan minimal adalah suatu dorongan langsung yang singkat terhadapa
apa yang dikatakan klien, bertujuan agar klien terus berbicara dan
mengarahkan pembicaraan sesuai dengan tujuan konseling.
9. Interprestasi
Kemampuan konselor untuk mengulas pemikiran,perasaan dan
perilaku/pengalaman klien dengan merujuk pada teori-teori yang bertujuan
merubah pemahaman klien melalui pemahaman dari hasil rujukan tersebut.
10. Mengarahkan (Directing)
Teknik yang dimiliki konselor untuk mengarahkan konseli melakukan sesuatu
sesuai dengan perkataan/arahan yang diberikan ,misalnya seperti bermain
peran dengan konselor atau mengkhayalkan sesuatu
11. Menyimpulkan sementara (Summarizing)
Setiap pembicaraan melalui konseling perlu disimpukan settiap periode waktu
oleh konselor dan konseli secara bersama agar pembicaraan dapat maju secara
bertahap dan arah pembicaraan semakin jelas. Teknik ini bertujuan agar
memberikan kesempatan kepada klien untuk mengambil kilas balik (feed
back) dqari hal-hal yang telah dibicarakan, meningkatkan kualitas diskusi dan
memperjelas fokus padfa wawancara konseling.
12. Memimpin (Leading)
Konselor memiliki kemampuan untuk memimpin arah pembicaraan agar
wawancara konseling tidak menyimpang sehingga mencapai tujuan konseling
13. Fokus
Fokus membantu konseli untuk menyadari tentang persoalan pokok yang
dihadapinya. Ada bebrapa fokus yang dapat dilakukan oleh konselor dalam
konseling, yaitu :
a. Fokus pada diri klien
b. Fokus pada orang lain
c. Fokus pada topik
d. Fokus mengenai budaya
14. Konfrontasi
Teknik konseling yang menantang klien untuk melihat adanya diskrepenasi
atau inkonsistensi antara perkataan dengan bahasa badan , ide awal dengan ide
berikutnya , seyum dengan kepedihan dan sebagainya.Teknik ini bertujuan
untuk mendorong klien mengaadakan penelitian diri secara jujur,
meningkatkan potensi klien, dan menyadarkan klien bahwa adanya
diskrepenasi, konflik atau kontradiksi dalam dirinya. Kemampuan konfrontasi
perlu dilakuakn konselor dengan teliti yaitu
a. Memberi komentar khusus terhadap klien yang tidak konsisten dengan
cara tepat waktu
b. Tidak menilai atau menyalahkan
c. Dilakukan konselor dengan perilaku attending dan empati
15. Menjernihkan (Clarifying)
Teknik menjernihkan adalah untuk memperjelas ucapan klien yang samar
samar, kurang jelas dan agak meragukan sehingga klien dapat
mengungkapkannya , mengulang dan mengilustrasikan perasaannya dengan
tegas dan menggunakan alasan-aklasan yangh logis.
16. Memudahkan (Facilitating)
Kemampuan konselor untuk membuka komunikasi agara klien dengan mudah
berbicara dan menyatakan perasaan, pengalaman dan pikirandengan bebas
kepada konselor sehingga konseling berjalan efektif
17. Diam
Diam adalah salah satu teknik komunikasi yang berupa perilaku nonverbal
yang menyatakan bahwa konselo4r ada disamping konseli. Diam memiliki
tujuan untuk menanti klien yang sedang berpikir, sebagai protes jika konseli
berseritya dengan terbelit-belit, menunjang perilaku attending dan empati
sehingga klien bebas berbicara
Ketrampilan komunikasi yang dilakukan oleh seorang konselor harus mencakup dua hal,
yaitu komunikasi verbal maupun nonverbal. Keterampilan komunikasi nonverbal atas empat
keterampilan yakni perilaku komunikasi nonverbal mengggunakan waktu terdiri atas
mengenali waktu dan prioritas waktu; perilaku komunikasi nonverbal menggunakan tubuh
terdiri atas kontak mata, mata, kulit, postur tubuh, ekspresi wajah, tangan dan pergerakan
lengan, perilaku diri, pengulangan perilaku, sinyal atau aba-aba, menarik perhatian; perilaku
komunikasi nonverbal menggunakan media suara terdiri atas nada suara, kecepatan berbicara,
kerasnya suara, gaya berbicara; dan perilaku komunikasi nonverbal menggunakan lingkungan
terdiri atas pengaturan jarak, pengaturan seting fisik, terkesan mahal berlawanan dengan
kesan jorok terdiri atas pakaian yang digunakan dan posisi dalam ruangan konseling.
2. Kerampilan diagnostik
Keterampilan ini mensyaratkan konselor terampil dalam mendiagnosa dan memahami klien,
memperhatikan klien, dan pengaruh lingkungan yang relefan. Konselor harus terampil dalam
menggunakan pengukuran psikologi terstandar dan teknik non standar untuk mendiagnosa
klien.
3. Ketrampilan memotivasi
Tujuan konseling biasanya untuk membantu perubahan perilaku dan sikap klien. Untuk
memenuhi tujuan ini, seorang konselor harus mempunyai keterampilan memotivasi klien.
4. Ketrampilan manajemen
Yang termasuk keterampilan manajemen adalah perhatian terhadap lingkungan dan
pengaturan fisik, pengaturan waktu, mengatur proses membantu klien bahagia, mengatur
kontribusi konselor dalam proses konseling, mengenali dan bekerja dalam keprofesionalan
seorang konselor. Menentukan poin dan metode mengakhiri konseling, tindak lanjut dan
mengevaluasi merupakan tanggung jawab konselor.
7. Konseling Individu
Konseling individual yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta
didik atau konseli mendapatkan layanan langsung tatap muka (secara perorangan) dengan
guru pembimbing dalam rangka pembahasan pengentasan masalah pribadi yang di derita
konseli.
8. Konseling kelompok
Schmidt (2003) dalam Sigit (2010) mengemukakan bahwa konseling kelompok
dan bimbingan kelompok merupakan dua proses yang digunakan oleh konselor
untuk mengatasi antara lain perhatian dan minat konseli. Prosedur kelompok
dipandang efektif untuk membantu konseli dalam dengan banyak isu
permasalahan. Keunggulan prosedur kelompok adalah membantu pengembangan
aspek sosial konseli dan kemampuan mengadakan interaksi sosial dengan anggota
kelompok yang lain. Ketika individu berada dalam kelompok maka akan dituntut
kemampuan dan keterampilan sosial yang harus dilakukan.Kesediaan untuk
mendengarkan pendapat orang lain dan kemampuan menyampaikan pendapat,
empati, cohesiveness merupakan dimensi positif bagi anggota kelompok
sehingga bagi anggota kelompok tertentu, proses kelompok sebagai media untuk
mengembangkan kepribadian
Daftar Pustaka
1. Sofyan S. Willis ,Prof. DR. .(2014). Konseling Individual Teori dan Praktek.
Bandungg.Alfabeta
2. Hartono, Dr. .(2012). Psikologi Konseling.Jakarta.Kencana Prenada Media Group
3. Ifdil.(2009). Ketrampilan Konselor. Diakses pada tanggal 17 Agustus 2016 dari
http://konselingindonesia.com/index.php?
option=com_content&task=view&id=111&Itemid=43
4. Sigit Sanyata.(2010).Teknik Dan Srategi Konseling Kelompok.(No.9 tahun V). Jurnal
Paradigma. Yogyakarta
5. Anonymouse. (2015). Layanan Konseling Individual. Diakses pada 17 Agustus 2016,
dari : http://etheses.uin-malang.ac.id/788/5/10410023%20Bab%202.pdf
6. Al Rodliyah. (2009). Konseling Individual. Diakses pada 17 Agustus 2016, dari :
digilib.uinsby.ac.id/6992/3/bab%202.pdf