Anda di halaman 1dari 12

Konsep Dasar Konseling

1. Pengertian Konseling
Konseling adalah terjemahan dan kata counseling, mempunyai makna sebagai
hubungan timbal balik antara dua orang individu, dimana yang seorang (konselor)
berusaha membantu yang lain (klien) untuk mencapai pengertian tentang dirinya
sendiri dalam hubungan dengan masalah-masalah yang dihadapinya pada waktu yang
akan datang (Natawijaya, 1987 dalam AlRodliyah,2009).
Menurut dinamika konseling sekarang ini , pengertian konseling dapat dibedakan
menjadi dua pengertian berikut :
a. Pengertian Konseling Konvensional
Konseling diartikan sebagai pelayanan profesional yang diberikan oleh konselor
kepada konseli secara tatap muka, agar konseli dapat mengembangkan
perilakunya ke arah yang leih maju. Pelayanan konseling lebih bersifat kuratif
atau menyembuhkan
b. Pengertian Konseling Modern
Konseling modern diartikan menurut perkembangan teknologi dimana proses
konseling diopengaruhi oleh kemajuan teknologi khusunya teknologi informatika
sehingga konseling dapat dilakukan tanpa adanya batas lokasi dan waktu antara
konsuler dan konseli
Pengertian konseling dapat diartikan bantuan profesional yang diberikan konselor
kepada konseli dengan menggunakan teori pendiikan dan psikologi yang berbasis
budaya, selaras dengan karateristik konseli untuk memfasilitasi perkembangan
konseli dengan berbagai sumber dan teknologi informatika sehingga dapat
mencapai tujuan kegiatan konseling.

2. Tujuan konseling
Konseling memiliki tujuan yang luas salah satu tujuan konseling yang dikutip dari
pernyataan Jones (1995) oleh Hartono (2012) yang menyatakan bahwa tujuan
konseling dapat dirumuskan oleh konselor secara berbeda-beda sesuai dengan
kebutuhan masing-masing konseli. Selain itu,menurut McDaniel yang dikutip
Munandir (2005 dalam Hartono (2012) tujuan konseling juga terbagi menjadi tujuan
jangka pendek dan jangka panjang sesuai dengan kebutuhan masing-masing konseli.
Pada perkembangan saat ini konseling memiliki tujuan yang sangat luas sebagai
berikut ini :

1. Menyembuhkan konseli dari suatu gangguan tingkah laku (curative)


2. Menghindarkan konseli dari masalah-masalah hidupnya (preventive)
3. Membantu konseli agar memperoleh pemahaman diri dan lingkungannya
(understanding)
4. Konseli setelah melakukan konseling dapat mempertahankan dan
mengembangkan kondisi dirinya yang sudah baik agar tetap menjadi baik
(development and preservative)
5. Konseli dapat melakukan pembelaan diri atas semua hak-haknya (advocation)
3. Tahap-tahap Konseling
Konseling dapat berjalan dengan baik dan lancar jika dinamika antara konselor dan
konseli terjalin dengan baik. Kegiatan konseling terbagi menjadi tiga tahap yang
didalamnya terdapat peran konselor maupun konseli sebagai berikut :
A. Tahap Awal konseling
Pertemuan konseli dengan konselor untuk menemukan definisi masalah yang
dihadapi konseli atas dasar isu, kepedulian atau masalah klien. Tahap awal
konseling, konselor berperan untuk melakukan beberapa hal berikut :
1. Membangun hubungan konseling yang melibatkan klien
Hubungan konseling dapat dibangun dengan dasar kepercayaan antara konseli
dengan konselor sehingga akan tercipta sikap keterbukaan satu sama lain yang
akan membuat klien terlibat secara terus menerus dalam kegiatan konseling
untuk mencapai tujuan konseling
2. Memperjelas dan mendefinisikan masalah
Konselor berperan untuk menggali potensi, memperjelas dan mendefinisikan
masalah klien secara bersama-sama
3. Membuat penaksiran dan penjajakan
Konselor berusaha menaksir atau menjajaki setiap kemungkinan dari
perkembangan isu atau masalah konseli serta membantu konseli untuk
menentukan alternatif sebagai antisipasi masalah
4. Menegosiasikan kontrak
Menentukan kontrak kegiatan konseling dengan klien , kontrak yang
disepakati oleh konseli dan konselor memiliki makna bahwa konseli memiliki
tanggung jawab dan menyetujui untuk bekerja sama selama kegiatan
konseling
B. Tahap Pertengahan (Tahap Kerja)
Tahap yang dilakukan konselor dan konseli setelah menemukan definisi
permasalah adah tahap kerja. Pada tahap kerja , konselor melakukan kedua hal
yang dapat membantu konseli, yaitu :
1. Penjelajahan masalah klien

Konselor membantu konseli untuk mempunyai perspektif dan alternatif baru


terhadap masalah yang dihadapi. Konselor juga melibatkan konseli dalam
menilai kembali masalah konseli.
2. Menentukan bantuan yang akan diberikan berdasarkan penilaian kembali
masalah konseli
C. Tahap Akhir Konseling
Pada tahap akhir konseling , konseli diharapkan mencapai tujuan konseling
sebagai berikut :
a. memutuskan perubahan sikap dan perilaku yang memadai
b. Terjadinya transfer of learning pada diri konseli atau konseli dapat memaknai
hubungan konseling untuk kebutuhan suatu perubahan
c. Melaksanakan perubahan perilaku
d. Mengakhiri huibungan konseling
Setelah memaluli berbagai tahap proses konseling diharapkan konseli dapat mencapai
indikator keberhasilan yang meliputi menurunnya kecemasan konseli, konseli mempunyai
rencana hidup yang pragmatis, praktis dan berguna serta konselor dan konseli membuat
perjanjian kembali untuk konseling sebagai pengecekan hasil pelaksanaan konseling

4. Teknik Konseling
Konselor membutuhkan teknik-teknik yang harus dipelajari sebelum melakukan kegiatan
konseling. Berikut ini akan dijelaskan teknik-teknik dalam melakukan konseling
1. Perilaku Attending
Perilaku attending adalah perilaku konselor dalam menghampiri konseli dan
membuat konseli untuk terlibat pembicaraan dan terbuka dalam kegiatan
konseling melalui kombinasi komponen kontak mata, bahasa badan, dan
bahasa latin. Perilaku attending yang baik dapat meningkatkan harga diri
klien, menciptakan suasana yang aman bagi konseli sehingga mempermudah
konseli dalam mengekspresikan perasaaan dengan bebas.
Berikut ini adalah perilaku attending yang baik dalam konseling :
a. Kepala : Menganggukan kepala saat menyatakan setuju
b. Ekspresi wajah : tenang ,ceria dan senyum
c. Posisi tubuh : agak condong ke arah konseli, jarak antara konselorkonseli agak dekat
d. Tangan : menggunakan variasi gerakan tangan/lengan berubah-ubah,
gerakan tangan sebagai isyarat atau menekankan ucapan.
2. Empati

Konselor memiliki kemampuan untuk merasakan apa yang dirasakan konseli,


empati dilakukan bersamaan dengan attending. Empati terbagi menjadi dua
macam yaitu empati primer dan empati tingkat tinggi. Empati Primer adalah
bentuk empati yang hanya memahami perasaan, pikiran, keinginan, dan
pengalaman konseli. Empati tingkat tinggi merupakan bentuk kepahaman
konselor terhadap perasaan, pikiran, keinginan serta pengalaman konseli lebih
mendalam dan menyentuh klien karena konselor mengikuti perasaan konseli
sehingga membuat konseli tersentuh dan mengemukakan isi yang terdlam dari
lubuk hatinya termasuk penderitaannya.
Berikut ini adalah perilaku empati yang dilakukan konselor dalam konseling ;
a. Mengosongkan perasaan dan pikiran egoistik
b. Memasuki dunia dalam klien
c. Melakukan empati primer dengan mengatakan
saya dapat merasakan bagaimana perasaan saudara,
d. Melakukan empati tingkat tinggi dengan mengatakan
Sayamerasakan apa yang saudara rasakan, dan saya ikut terluka dengan
pengalaman anda itu.
3. Refleksi
Refleksi adalah ketrampilan konselor untuk memantulkan kembali kepada
klien tentang perasaa, pikiran, dan sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku
verbal dan non verbalnya. Perilaku reflekso terbagi menjadi tiga yaitu :
a. Refleksi perasaan
Konselor memiliki ketrampilan untuk dapat merefleksikan perasaan klien
sebagai hasil pengamatan verbal dan nonverbal.Kalimat yang dapat
digunakan
nampaknya yang ada katakan adalah,,
b. Refleksi pengalaman
Konselor memiliki ketrampilan untuk dapat merefleksikan pengalaman
klien sebagai hasil pengamatan verbal dan nonverbal.Kalimat yang dapat
digunakan
Adakah yang anda maksudkan suatu peristiwa...
c. Refleksi pikiran
Konselor memiliki ketrampilan untuk dapat merefleksikan ide, pikiran,
dan pendapat klien sebagai hasil pengamatan verbal dan
nonverbal.Kalimat yang dapat digunakan
4. Eksplorasi
Eksplorasi adalah kemampuan konselor iuntuk menggali perasaan,
pengalaman dan pikiran klien agar klien mampu untuk bebas berbicara tanpa
rasa takut, tertekan dan terancam. Eksplorasi terbagi tiga jenis :
a. Eksplorasi perasaan

b. Eksplorasi pengalaman
c. Eksplorasi pikiran
5. Menangkap pesan utama (Paraphrasing)
Konselor mempunyai kemampuan untuk menangkap masalah utama klien dan
menyatakannya secara sederhana dan dipahami dengan disampaikan
menggunakan bahasa konselor sendiri.
Paraphasing yang baik adalah ;
a. teliti mendengarkan pesan utama klien
b. menyatakan kembali dengan ringkas
c. amati respon klien terhadap konselor
6. Bertanya untuk membuka percakapan (Open-question)
Konselor mampu memulai bertanya kepada klien dengan tidak menyulitkan
klien sehingga klien akan terbuka dan tujuan konseling tercapai. Pertanyaanpertanyaan terbuka (open-ended) dapat menggunakan kata-kata :apakah,
bagaimana,adakah, bolehkah,dapatkah
Contoh : Bagaimana perasaan anda saat itu ?
7. Bertanya tertutup (closed question)
Konselor mampu bertanya kepada klien dengan tertutup atau menggunakan
pernyataan yang dimulai dengan kata-kata apakah,adakah dan harus dijawab
klien dengan kata ya atau tidak. Hal ini memiliki tujuan untuk mengumpulkan
informasi, menjernihkan dan memperjelas sesuatu serta memfokuskan kembali
percakapan dengan klien yang menyimpang jauh
8. Dorongan minimal
Dorongan minimal adalah suatu dorongan langsung yang singkat terhadapa
apa yang dikatakan klien, bertujuan agar klien terus berbicara dan
mengarahkan pembicaraan sesuai dengan tujuan konseling.
9. Interprestasi
Kemampuan konselor untuk mengulas pemikiran,perasaan dan
perilaku/pengalaman klien dengan merujuk pada teori-teori yang bertujuan
merubah pemahaman klien melalui pemahaman dari hasil rujukan tersebut.
10. Mengarahkan (Directing)
Teknik yang dimiliki konselor untuk mengarahkan konseli melakukan sesuatu
sesuai dengan perkataan/arahan yang diberikan ,misalnya seperti bermain
peran dengan konselor atau mengkhayalkan sesuatu
11. Menyimpulkan sementara (Summarizing)
Setiap pembicaraan melalui konseling perlu disimpukan settiap periode waktu
oleh konselor dan konseli secara bersama agar pembicaraan dapat maju secara
bertahap dan arah pembicaraan semakin jelas. Teknik ini bertujuan agar
memberikan kesempatan kepada klien untuk mengambil kilas balik (feed

back) dqari hal-hal yang telah dibicarakan, meningkatkan kualitas diskusi dan
memperjelas fokus padfa wawancara konseling.
12. Memimpin (Leading)
Konselor memiliki kemampuan untuk memimpin arah pembicaraan agar
wawancara konseling tidak menyimpang sehingga mencapai tujuan konseling
13. Fokus
Fokus membantu konseli untuk menyadari tentang persoalan pokok yang
dihadapinya. Ada bebrapa fokus yang dapat dilakukan oleh konselor dalam
konseling, yaitu :
a. Fokus pada diri klien
b. Fokus pada orang lain
c. Fokus pada topik
d. Fokus mengenai budaya
14. Konfrontasi
Teknik konseling yang menantang klien untuk melihat adanya diskrepenasi
atau inkonsistensi antara perkataan dengan bahasa badan , ide awal dengan ide
berikutnya , seyum dengan kepedihan dan sebagainya.Teknik ini bertujuan
untuk mendorong klien mengaadakan penelitian diri secara jujur,
meningkatkan potensi klien, dan menyadarkan klien bahwa adanya
diskrepenasi, konflik atau kontradiksi dalam dirinya. Kemampuan konfrontasi
perlu dilakuakn konselor dengan teliti yaitu
a. Memberi komentar khusus terhadap klien yang tidak konsisten dengan
cara tepat waktu
b. Tidak menilai atau menyalahkan
c. Dilakukan konselor dengan perilaku attending dan empati
15. Menjernihkan (Clarifying)
Teknik menjernihkan adalah untuk memperjelas ucapan klien yang samar
samar, kurang jelas dan agak meragukan sehingga klien dapat
mengungkapkannya , mengulang dan mengilustrasikan perasaannya dengan
tegas dan menggunakan alasan-aklasan yangh logis.
16. Memudahkan (Facilitating)
Kemampuan konselor untuk membuka komunikasi agara klien dengan mudah
berbicara dan menyatakan perasaan, pengalaman dan pikirandengan bebas
kepada konselor sehingga konseling berjalan efektif
17. Diam
Diam adalah salah satu teknik komunikasi yang berupa perilaku nonverbal
yang menyatakan bahwa konselo4r ada disamping konseli. Diam memiliki
tujuan untuk menanti klien yang sedang berpikir, sebagai protes jika konseli
berseritya dengan terbelit-belit, menunjang perilaku attending dan empati
sehingga klien bebas berbicara

18. Mengambil inisiatif


Konselor memiliki kemampuan mengucapklan kata-kata yang mengajak klien
untuk berinisiatif dalam menuntaskan diskusi manakala klien kurang
bersemangat untuk berbicara,sering diam dan kurang partisipatif.
19. Memberi Nasehat
Konselor dapat memberikan nasehaqt jika konseli memninta namun nasehat
harus tetap dipertimbangkan pemberiannya agar tujuan konseling yakni
kemandirian klien tetap tercapai.
20. Menyimpulkan
Pada akhir konseling, konselor membantu klien dalam menyimpulkan hasil
pembicaraan yang menyangkut bagaimana keadaan perasaan klien saat ini
terutama mengenai kecemasan, memantapkan rencana klien dan pokok-pokok
yang akan dibicarakan selanjutnya pada sesi yang telah direncanakan
berikutnya.
5. Hambatan Konseling
Menurut Miller dalam Surya dan Rohman N. (1998) dalam Noviana (2012)
menyatakan sejumlah pokok permasalahan yang menyebabkan kesulitan
dalam konseling dilihat dari sumbernya yang terbagi menjadi dua yaitu faktor
internal dan faktor eksternal.
a. Faktor internal
Faktor internal meliputi resistensi konselor antara lain:
1) konselor yang mengalami frustasi dan konflik
2) kemampuan komunikasi konselor yang kurang baik sehingga di
dalam konseling kurang adanya keterbukaan
3) kepribadian konselor yang kurang baik dalam konseling
4) motivasi kerja konselor
5) kreativitas konselor dalam konseling
b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal yang dapat mempengaruhi keberlangsungan konseling
meliputi ;
1) Klien bersikap defensif artinya bertahan atau tidak mau berbagi
2) Situasi ruang konseling yang kurang mendukung misalnya
bersebelahan dengan ruang lain yang mudah mendengarkan
pembicaraan
3) Kepribadian klien yang sulit untuk terbuka
6. Ketrampilan Konseling
1. Ketrampilan komunikasi

Ketrampilan komunikasi yang dilakukan oleh seorang konselor harus mencakup dua hal,
yaitu komunikasi verbal maupun nonverbal. Keterampilan komunikasi nonverbal atas empat
keterampilan yakni perilaku komunikasi nonverbal mengggunakan waktu terdiri atas
mengenali waktu dan prioritas waktu; perilaku komunikasi nonverbal menggunakan tubuh
terdiri atas kontak mata, mata, kulit, postur tubuh, ekspresi wajah, tangan dan pergerakan
lengan, perilaku diri, pengulangan perilaku, sinyal atau aba-aba, menarik perhatian; perilaku
komunikasi nonverbal menggunakan media suara terdiri atas nada suara, kecepatan berbicara,
kerasnya suara, gaya berbicara; dan perilaku komunikasi nonverbal menggunakan lingkungan
terdiri atas pengaturan jarak, pengaturan seting fisik, terkesan mahal berlawanan dengan
kesan jorok terdiri atas pakaian yang digunakan dan posisi dalam ruangan konseling.
2. Kerampilan diagnostik
Keterampilan ini mensyaratkan konselor terampil dalam mendiagnosa dan memahami klien,
memperhatikan klien, dan pengaruh lingkungan yang relefan. Konselor harus terampil dalam
menggunakan pengukuran psikologi terstandar dan teknik non standar untuk mendiagnosa
klien.
3. Ketrampilan memotivasi
Tujuan konseling biasanya untuk membantu perubahan perilaku dan sikap klien. Untuk
memenuhi tujuan ini, seorang konselor harus mempunyai keterampilan memotivasi klien.
4. Ketrampilan manajemen
Yang termasuk keterampilan manajemen adalah perhatian terhadap lingkungan dan
pengaturan fisik, pengaturan waktu, mengatur proses membantu klien bahagia, mengatur
kontribusi konselor dalam proses konseling, mengenali dan bekerja dalam keprofesionalan
seorang konselor. Menentukan poin dan metode mengakhiri konseling, tindak lanjut dan
mengevaluasi merupakan tanggung jawab konselor.
7. Konseling Individu
Konseling individual yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta
didik atau konseli mendapatkan layanan langsung tatap muka (secara perorangan) dengan
guru pembimbing dalam rangka pembahasan pengentasan masalah pribadi yang di derita
konseli.

8. Konseling kelompok
Schmidt (2003) dalam Sigit (2010) mengemukakan bahwa konseling kelompok
dan bimbingan kelompok merupakan dua proses yang digunakan oleh konselor
untuk mengatasi antara lain perhatian dan minat konseli. Prosedur kelompok
dipandang efektif untuk membantu konseli dalam dengan banyak isu
permasalahan. Keunggulan prosedur kelompok adalah membantu pengembangan
aspek sosial konseli dan kemampuan mengadakan interaksi sosial dengan anggota
kelompok yang lain. Ketika individu berada dalam kelompok maka akan dituntut
kemampuan dan keterampilan sosial yang harus dilakukan.Kesediaan untuk
mendengarkan pendapat orang lain dan kemampuan menyampaikan pendapat,
empati, cohesiveness merupakan dimensi positif bagi anggota kelompok
sehingga bagi anggota kelompok tertentu, proses kelompok sebagai media untuk
mengembangkan kepribadian

9. Ruang Lingkup Konseling


Bidang bimbingan dan konseling mencakup seluruh upaya bantuan
yang meliputi :
a. Bidang bimbingan pribadi
Pelayanan dalam bidang bimbingan pribadi bertujuan membantu peserta
didik menemukan dan mengembangkan pribadi yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, mantap dan mandiri serta sehat
jasmani dan rohani.
b. Bidang Bimbingan Sosial
Pelayanan dalam bidang bimbingan sosial bertujuan membantu peserta
didik mengenal dan berhubungan dengan lingkungan sosial yang dilandasi
budi pekerti luhur, tanggung jawab kemasyarakatan dan kenegaraan.
c. Bidang Bimbingan Belajar
Pelayanan Bidang Bimbingan Belajar bertujuan membantu peserta didik
mengenal, menumbunhkan dan mengembangkan diri, sikap dan kebiasaan
belajar yang baik untuk menguasai pengetahuan dan keterampilan, serta
menyiapkan melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi.
d. Bidang Bimbingan Karier
Pelayanan bidang bimbingan karier bertujuan membantu peserta didik
mengenal dan mengembangkan potensi diri melalui penguasaan
pengetahuan dan keterampilan, memahami lingkungan pendidikan dan
sector pekerjaan sebagai lingkunganyang efektif serta mengembangkan
nilai-nilai dan sikap yang positif untuk mempersiapkan diri berperan serta
dalam kehidupan masyarakat
Jadi bidang bimbingan dan konseling merupakan bantuan yang
meliputi bidang bimbingan pribadi, sosial, belajar dan bimbingan karier. Yang

bertujuan agar peserta didik atau klien mengenal, menemukan dan


mengembangkan pribadi yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, dapat memahami diri dalam kaitannya dengan lingkungan dan
etika pergaulan sosial yang dilandasibudi pekerti luhur dan tanggung jawab
sosial sehingga mampu beradaptasi dan bersosialisasi dengan masyarakat.
Dengan bimbingan belajar, peserta didik atau klien diharapkan dapat
mengembangkan diri, sikap dan carabelajar yang baik untuk menguasai
pengetahuan dan keterampilan agar dapat mencapai cita-cita kejenjang
pendidikan yang lebih tinggi. Dan bimbingan karier dapat membantu klien
dalam merencanakan dan mengembangkan masa depan kariernya.

Daftar Pustaka
1. Sofyan S. Willis ,Prof. DR. .(2014). Konseling Individual Teori dan Praktek.
Bandungg.Alfabeta
2. Hartono, Dr. .(2012). Psikologi Konseling.Jakarta.Kencana Prenada Media Group
3. Ifdil.(2009). Ketrampilan Konselor. Diakses pada tanggal 17 Agustus 2016 dari
http://konselingindonesia.com/index.php?
option=com_content&task=view&id=111&Itemid=43
4. Sigit Sanyata.(2010).Teknik Dan Srategi Konseling Kelompok.(No.9 tahun V). Jurnal
Paradigma. Yogyakarta
5. Anonymouse. (2015). Layanan Konseling Individual. Diakses pada 17 Agustus 2016,
dari : http://etheses.uin-malang.ac.id/788/5/10410023%20Bab%202.pdf
6. Al Rodliyah. (2009). Konseling Individual. Diakses pada 17 Agustus 2016, dari :
digilib.uinsby.ac.id/6992/3/bab%202.pdf

Anda mungkin juga menyukai

  • Ohn
    Ohn
    Dokumen17 halaman
    Ohn
    Riyantika A Ramadhani
    Belum ada peringkat
  • Breast Care
    Breast Care
    Dokumen2 halaman
    Breast Care
    Riyantika A Ramadhani
    Belum ada peringkat
  • Laporan Kegiatan Intervensi Puzzle
    Laporan Kegiatan Intervensi Puzzle
    Dokumen6 halaman
    Laporan Kegiatan Intervensi Puzzle
    Riyantika A Ramadhani
    Belum ada peringkat
  • Tinjauan Teori Nyeri
    Tinjauan Teori Nyeri
    Dokumen3 halaman
    Tinjauan Teori Nyeri
    Riyantika A Ramadhani
    Belum ada peringkat
  • Jenis Syok
    Jenis Syok
    Dokumen5 halaman
    Jenis Syok
    Riyantika A Ramadhani
    Belum ada peringkat
  • Tindakan Pertolongan PERSALINAN NORMAL
    Tindakan Pertolongan PERSALINAN NORMAL
    Dokumen4 halaman
    Tindakan Pertolongan PERSALINAN NORMAL
    hellen
    Belum ada peringkat
  • Step 6
    Step 6
    Dokumen27 halaman
    Step 6
    Riyantika A Ramadhani
    Belum ada peringkat
  • Kelompok 3 - Perilaku Dan Linglkungan
    Kelompok 3 - Perilaku Dan Linglkungan
    Dokumen5 halaman
    Kelompok 3 - Perilaku Dan Linglkungan
    Riyantika A Ramadhani
    Belum ada peringkat
  • ASUHAN KEPERAWATAN Lansia
    ASUHAN KEPERAWATAN Lansia
    Dokumen30 halaman
    ASUHAN KEPERAWATAN Lansia
    Riyantika A Ramadhani
    Belum ada peringkat
  • Paper Gangguan Growth Hormone
    Paper Gangguan Growth Hormone
    Dokumen27 halaman
    Paper Gangguan Growth Hormone
    Riyantika A Ramadhani
    Belum ada peringkat
  • Analisis Artikel Cam
    Analisis Artikel Cam
    Dokumen3 halaman
    Analisis Artikel Cam
    Riyantika A Ramadhani
    Belum ada peringkat
  • DBD
    DBD
    Dokumen1 halaman
    DBD
    Riyantika A Ramadhani
    Belum ada peringkat
  • Ohn
    Ohn
    Dokumen17 halaman
    Ohn
    Riyantika A Ramadhani
    Belum ada peringkat
  • Etio SH
    Etio SH
    Dokumen3 halaman
    Etio SH
    Riyantika A Ramadhani
    Belum ada peringkat
  • Tumbuh Kembang Anak Toddler
    Tumbuh Kembang Anak Toddler
    Dokumen3 halaman
    Tumbuh Kembang Anak Toddler
    Riyantika A Ramadhani
    Belum ada peringkat
  • Teori Perubahan Perilaku Kel
    Teori Perubahan Perilaku Kel
    Dokumen3 halaman
    Teori Perubahan Perilaku Kel
    Riyantika A Ramadhani
    Belum ada peringkat
  • Translate
    Translate
    Dokumen11 halaman
    Translate
    Riyantika A Ramadhani
    Belum ada peringkat
  • Pemeriksaan Diagnostik
    Pemeriksaan Diagnostik
    Dokumen4 halaman
    Pemeriksaan Diagnostik
    Riyantika A Ramadhani
    Belum ada peringkat
  • Pemeriksaan Diagnostik
    Pemeriksaan Diagnostik
    Dokumen4 halaman
    Pemeriksaan Diagnostik
    Riyantika A Ramadhani
    Belum ada peringkat
  • SDG's
    SDG's
    Dokumen7 halaman
    SDG's
    Riyantika A Ramadhani
    Belum ada peringkat
  • LS
    LS
    Dokumen2 halaman
    LS
    Riyantika A Ramadhani
    Belum ada peringkat
  • WOC Sinusitis
    WOC Sinusitis
    Dokumen5 halaman
    WOC Sinusitis
    Riyantika A Ramadhani
    Belum ada peringkat
  • Analisis Jurnal-HIV Dan AIDS
    Analisis Jurnal-HIV Dan AIDS
    Dokumen6 halaman
    Analisis Jurnal-HIV Dan AIDS
    Riyantika A Ramadhani
    Belum ada peringkat
  • Pathway 7jump
    Pathway 7jump
    Dokumen2 halaman
    Pathway 7jump
    Riyantika A Ramadhani
    Belum ada peringkat
  • Skema
    Skema
    Dokumen1 halaman
    Skema
    Riyantika A Ramadhani
    Belum ada peringkat
  • Pre Eklampsia
    Pre Eklampsia
    Dokumen2 halaman
    Pre Eklampsia
    Riyantika A Ramadhani
    Belum ada peringkat
  • Different Belief 2
    Different Belief 2
    Dokumen3 halaman
    Different Belief 2
    Riyantika A Ramadhani
    Belum ada peringkat
  • 2 Tinjauan Pustaka
    2 Tinjauan Pustaka
    Dokumen5 halaman
    2 Tinjauan Pustaka
    Nur Shabrina Fahmi Off
    Belum ada peringkat
  • Bab 1 Kti
    Bab 1 Kti
    Dokumen2 halaman
    Bab 1 Kti
    Riyantika A Ramadhani
    Belum ada peringkat
  • Bab 1 Kti
    Bab 1 Kti
    Dokumen2 halaman
    Bab 1 Kti
    Riyantika A Ramadhani
    Belum ada peringkat