Anda di halaman 1dari 2

Andi Novia Pratiwi

XI IPA 3/30

Biografi R.A Kartini


Hal-hal menarik dari R.A Kartini :

Kartini merupakan seorang kutu buku yang sehari-harinya tak jauh dari buku dan bacaan-bacaan
yang pada saat zaman dahulu sangat sulit untuk ditemukan. Bahkan Kartini harus rela menunggu
hingga berbulan-bulan agar kiriman bukunya dari Belanda sampai ke tangannya. Untuk bacaan
favorit, tentu saja sastra Belanda yang paling beliau sukai, terutama Max Havelaar karangan
Multatuli. Buku ini seolah menjadi inspirasinya dalam turut menggugah rasa nasionalismenya.

Di dalam kesehariannya menulis dan berjuang untuk rakyat pribumi, beliau menggunakan
bahasa Belanda sebagai senjatanya. Ya, beliau lebih fasih dan lancar dalam berkata-kata dan
mengolah kata menggunakan bahasa Belanda. Tentunya ada alasan dibalik penggunaan bahasa
Belanda ini. Beliau ingin perjuangan yang beliau lakukan lebih didengar dan diperhatikan secara
langsung oleh penjajah Indonesia, yaitu bangsa Belanda. Dengan tulisan-tulisannya ini beliau
ingin menegaskan, bahwa selama ini pribumi telah begitu ditindas oleh Belanda, dan beliau
berharap, ada orang-orang Belanda yang tergugah dengan hal ini, serta mengikuti jejak Multatuli
(yang juga penulis favorit beliau) untuk turut serta berjuang bersama pribumi dalam hal
meluruskan kesalahan dan kekejaman bangsa Belanda terhadap bangsa Indonesia.

Dia berhasil membuat sekolah khusus wanita pribumi yang bertujuan untuk memajukan kaum
wanita. Perjalanan hidupnya yang penuh akan kegigihan pun dibukukan oleh Mr.J.H. Abendanon
dan diberi judul Door Duisternis Tot Licht yang artinya Habis Gelap Terbitlah Terang. Selain
itu kecerdasan Kartini membuat dia menjadi salah satu wanita pribumi yang mendapat beasiswa
studi ke Belanda.
Hal-hal yang dapat diteladani dari R.A Kartini :
Kartini dengan semangat dan keinginannya untuk tetap belajar walaupun tidak dapat
melanjutkan sekolah. Tokoh yang cerdas dan baik membuat ia memiliki banyak teman,
baik kalangan pribumi maupun dari kalangan Belanda. Selain itu kegigihannya dalam
memajukan kaum wanita pribumi patut diteladani, tanpa kegigihannya wanita Indonesia
sekarang tidak mungkin dapat merasakan apa yang dirasakan saat ini.
Ketegasannya dalam memimpin
Selalu mengunggulkan perempuan (sampai dibuat hari ibu)
Seperti halnya perempuan pasti baik hati dan santun
Selalu ingin membangun indonesia jadi yang lebih baik
Selalu sabar dalam menghadapi masalah yang ada .

Perbandingan dengan tokoh seprofesi :

Raden Adjeng Kartini,lahir di Jepara, Jawa Tengah, 21 April 1879 meninggal di Rembang, Jawa
Tengah, 17 September 1904 pada umur 25 tahun.beliau meninggal beberapa hari setelah melahirkan anak.
Ia dimakamkan di Desa Bulu, Kecamatan Bulu, Rembang.ini berarti beliau sejaman dengan ibunda Raden
Dewi Sartika yang lahir di Bandung, 4 Desember 1884 dan meninggal di Tasikmalaya, 11 September
1947 pada umur 62 tahun, kelahiran beliau berdua selisih 5 tahun saja.
Setelah Kartini wafat, Mr. J.H. Abendanon , mengumpulkan dan membukukan surat-surat yang pernah
dikirimkan R.A Kartini pada teman-temannya di Eropa. Buku itu diberi judul Door Duisternis tot Licht
yang artinya Dari Kegelapan Menuju Cahaya. Buku kumpulan surat Kartini ini diterbitkan pada 1911.
Balai Pustaka menerbitkannya dalam bahasa Melayu dengan judul yang diterjemahkan menjadi Habis
Gelap Terbitlah Terang.
8 tahun kemudian sepeninggal Raden Adjeng Kartini, untuk meneruskan cita-cita beliau didirikanlah
Sekolah Wanita oleh Yayasan Kartini di Semarang pada 1912, dan kemudian di Surabaya, Yogyakarta,
Malang, Madiun, Cirebon dan daerah lainnya. Nama sekolah tersebut adalah Sekolah Kartini. Yayasan
Kartini ini didirikan oleh keluarga Van Deventer.
Sejak 1902, Raden Dewi Sartika sudah merintis pendidikan bagi kaum perempuan. Pada 16 Januari 1904,
Raden Dewi Sartika membuka Sakola Istri yang pertama se-Hindia-Belanda.Memasuki usia ke-sepuluh,
tahun 1914, nama sekolahnya diganti menjadi Sakola Kautamaan Istri .Bulan September 1929, Dewi
Sartika mengadakan peringatan pendirian sekolahnya yang telah berumur 25 tahun, yang kemudian
berganti nama menjadi Sakola Raden Dwi. Atas jasanya dalam bidang ini, Dewi Sartika dianugerahi
bintang jasa oleh pemerintah Hindia-Belanda.
kedua wanita ini hidup sejaman meskipun dari latar belakang keluarga dan budaya berbeda , namun
pemikiran Raden Adjeng Kartini dan perjuangan Raden Dewi Sartika adalah sesuai dengan pandangan
islam ,bahwa wanita adalah memiliki hak dan kewajiban yang sama ,Umar bin Khathab pernah berkata,
Pada masa jahiliyah, wanita itu tak ada harganya bagi kami. Sampai akhirnya Islam datang dan
menyatakan bahwa wanita itu sederajat dengan laki-laki.
didalam agama Islam yang bersumber dari al-Quran maupun al-Hadits terdapat sejumlah pernyataan
tentang kaum wanita yang sejajar dengan kaum pria, memperoleh hak-hak yang sama untuk terlibat
dalam perjuangan sosial, budaya, politik, pendidikan, dan bidang lainnya yang positif.

Anda mungkin juga menyukai