Anda di halaman 1dari 2

Nama : Suriyani

NIM : 210501501049
Kelas : D PBSI
Mata Kuliah : Teks Dalam Bahasa Indonesia
Dosen Pengampu : Abdul Haliq, S. Pd., M. Pd.
Tugas Teks Narasi

INSPIRASIKU “RADEN AJENG KARTINI”

DALAM PERJUANGAN PENDIDIKAN KAUM WANITA INDONESIA

Saya akan menceritakan sedikit kisah dari salah satu tokoh wanita idola saya sekaligus
inspirator terbaik bagi saya. Kisah ini saya rangkum dari beberapa sumber yang saya baca dan
yang saya dengar. Tokoh wanita ini membuat saya sangat bersyukur terlahir sebagai seorang
perempuan. Selain itu beliau memiliki nama yang sama dengan ibu saya yang merupakan wanita
yang sangat penting bagi hidup saya. Beliau adalah Raden Ajeng Kartini Djojo Adhiningrat yang
kerap dikenal dengan R. A. Kartini yang merupakan salah satu Pahlawan Nasional Indonesia
yang dikenal sebagai pelopor emansipasi perempuan pribumi.

R. A. Kartini lahir di Jepara, Jawa Tengah pada 21 April 1879 dan wafat pada tanggal 17
September 1904 di Rembang, Jawa Tengah. Lahir sebagai anak kelima dari 11 bersaudara dari
darah bangsawan, beliau ini sangat mencintai pendidikan dan ilmu pengetahuan. Beliau sangat
gemar membaca dan menulis walaupun harus merasa sangat kecewa karena orang tuanya
menuntut agar ia hanya belajar sampai sekolah dasar, karena ia harus dipingit. Ia mulai
mengembangkan keterampilannya dengan belajar membaca dan menulis bersama teman-teman
perempuannya sembari belajar bahasa Belanda.

Kartini tidak patah semangat dengan rasa ingin tahunya yang begitu besar. Dia selalu
ingin membaca koran, buku, dan majalah Eropa. Hal ini memunculkan idenya untuk mengangkat
perempuan Indonesia dari segala keterbelakangannya. Berkaitan dengan kemampuannya
berbahasa Belanda, Kartini pun berani menanggapi surat-surat dari Belanda.

Beliau beruntung memiliki suami yang selalu mendukung cita-citanya untuk


memperjuangkan pendidikan dan martabat perempuan. Dari sana, ia mulai berjuang untuk
mendirikan Sekolah Kartini di Semarang pada tahun 1912. Pendirian sekolah wanita tersebut
terus berlanjut di Surabaya, Yogyakarta, Malang, Madiun dan Cirebon. Sekolah ini didirikan
oleh Yayasan Kartini, yayasan ini didirikan oleh keluarga Van Deventer dan politisi etis.

R. A. Kartini meninggal beberapa hari setelah melahirkan anak pertamanya pada 13


September 1904, hanya berselang empat hari setelah anak pertamanya lahir, beliau
menghembuskan nafas terakhirnya yang pada saat itu beliau masih berusia 25 tahun. Sepeninggal
R. A. Kartini, Menteri Kebudayaan, Agama, dan Kerajinan Hindia Belanda, mulai membuat
buku mengenai surat menyurat Kartini dengan teman-temannya di Eropa dengan judul "Door
Duisternis Tot Licht" yang artinya "Habis Gelap Terbitlah Terang". Buku ini pasti sudah tak
asing lagi di telinga masyarakat Indonesia.

R. A. Kartini merupakan seorang pahlawan yang menempati tempat khusus di hati kita
atas segala cita-cita, tekad dan tindakannya, khususnya kepada perempuan-perempuan Indonesia.
Ide- ide besarnya mampu menggerakkan dan mengilhami perjuangan rakyatnya yang keluar dari
ketidaktahuan mereka yang sebelumnya tidak diakui. Dengan keberanian dan pengorbanan yang
tulusnya ia mampu menyadarkan rakyat dari belenggu diskriminasi.

Jadi, tak ada alasan untuk kaum wanita di Indonesia untuk tidak meniti jembatan
pendidikan di masa ini, karena perjuangan yang dilakukan R. A. Kartini dahulu merupakan
perjuangan yang tidak mudah dan belum tentu bisa dilakukan oleh wanita-wanita lain pada saat
itu. Beliau merupakan sosok yang sangat berpengaruh bagi kaum wanita di Indonesia. Saya
pribadi sangat bangga kepada beliau setelah mengetahui kisah hidupnya dalam memperjuangkan
pendidikan untuk kaum wanita, dan beruntungnya saya saat ini merasakan hasil dari
perjuangannya. Terima kasih tak terhingga untukmu pelitaku R. A. Kartini.

Catatan pemeriksa (Dewi Sulistiawati 210501501050):

 Penulisan teks ini sudah sesuai dengan struktur teks narasi yaitu orientasi, komplikasi,
resolusi dan koda. Teks ini juga memiliki paragraf yang saling koheren. Penulisan
menggunakan ejaan bahasa Indonesia yang tepat.

 Teks ini juga tidak terdapat unsur plagiasi dalam artian bahwa penulis benar-benar
menuliskan sendiri mengenai tokoh R. A. Kartini berdasarkan beberapa referensi yang
penulis baca.

Anda mungkin juga menyukai