Anda di halaman 1dari 4

I.

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Defisiensi nutrisi dan anemia merupakan salah satu masalah kesehatan
di negara berkembang. Kedua kondisi tersebut terutama terjadi pada anakanak. Sebanyak 25.4% anak usia sekolah di dunia mengalami anemia
(Benoist et al., 2008). Selain itu, defisiensi nutrisi terjadi pada 90% anak usia
bawah lima tahun (balita) di negara berkembang dan 40% anak usia sekolah
di negara berkembang mengalami anemia (Alelign et al., 2015). Prevalensi
anemia di Indonesia berdasarkan Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 pada
anak balita mencapai 28.2%, anak usia 5-12 tahun 29%, dan remaja putri 1318 tahun sebanyak 22.7% (Kemenkes RI, 2013). Kondisi defisiensi nutrisi
dan anemia pada anak disebabkan oleh multi faktor yang secara langsung
maupun tidak langsung berpengaruh terhadap tingginya morbiditas (Benoist
et al., 2008).
Kekurangan nutrisi dan anemia menyebabkan gangguan fisik dan
mental yang menghambat pertumbuhan dan perkembangannya. Pertumbuhan
dan perkembangan anak yang mengalami defisiensi nutrisi dan anemia akan
terganggu (Alelign et al., 2015). Anak penderita anemia akan mengalami
penurunan prestasi belajar. Hal ini disebabkan karena anemia menurunkan
daya persepsi dan perhatian akibat gangguan sekresi epinefrin pada penderita
anemia. Selain penurunan prestasi belajar, anak penderita anemia juga
mengalami penurunan fungsi imunitas (Abdulsalam & Daniel, 2002).
Anak yang mengalami defisiensi nutrisi dan anemia akan mudah
terkena infeksi akibat penurunan fungsi imunitas (Assefa et al., 2014).

Penurunan fungsi imunitas ini terjadi akibat gangguan fungsi netrofil dan
limfosit T yang berperan pada proses infeksi (Abdulsalam & Daniel, 2002).
Penurunan fungsi imunitas meningkatkan risiko mortalitas pada anak. Setiap
tahun, sepertiga anak di dunia (7.6 juta jiwa) meninggal akibat defisiensi
nutrisi (Assefa et al., 2014).
Etiologi kekurangan nutrisi dan anemia di negara berkembang
sangatlah kompleks. Kemiskinan, tingkat pendidikan, diet tidak seimbang,
abnormalitas genetik, kelainan organ digestif, malabsorbsi, dan infeksi cacing
merupakan faktor risiko utama yang berhubungan dengan defisiensi nutrisi
dan anemia. Faktor risiko utama tersebut didukung dengan adanya lemahnya
level sosial ekonomi dan kondisi sanitasi lingkungan yang buruk sehingga
meningkatkan angka morbiditas kekurangan nutrisi dan anemia pada anak
(Alelign et al., 2015).
Selain faktor risiko di atas, tempat tinggal responden berpengaruh
pada kejadian anemia (Permaesih & Herman, 2005). Masyarakat perkotaan
memiliki risiko lebih kecil terkena anemia dibandingkan dengan masyarakat
pedesaan. Penelitian yang dilakukan oleh Naristasari (2015) terhadap anak
remaja di Yogyakarta mendeskripsikan bahwa prevalensi anemia remaja desa
lebih tinggi yaitu sebanyak 42.9% dibandingkan prevalensi anemia remaja
kota yaitu sebanyak 23.8%.
Tingginya prevalensi anemia pada anak usia sekolah dasar dan
dampak buruk yang diakibatkan, serta belum ada data mengenai prevalensi
anemia usia sekolah dasar di Kabupaten Bayumas memicu peneliti untuk

melakukan penelitian dengan judul perbedaan prevalensi anemia pada anak


usia sekolah dasar di desa dan kota Kabupaten Banyumas tahun 2015.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat diambil rumusan
masalah penelitian sebagai berikut: Apakah faktor risiko anemia pada anak
usia Sekolah Dasar di desa dan kota Kabupaten Banyumas?
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Apakah faktor
risiko anemia pada anak usia Sekolah Dasar di desa dan kota Kabupaten
Banyumas.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah
a. Mengetahui kadar hemoglobin pada anak usia Sekolah Dasar di desa
dan kota Kabupaten Banyumas.
b. Menganalisis perbedaan prevalensi anemia pada anak Sekolah Dasar
di desa dan kota Kabupaten Banyumas.
c. Mengetahui faktor risiko anemia pada anak usia Sekolah Dasar di
desa dan kota Kabupaten Banyumas.
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat Teoritis
Menganalisis faktor risiko dan perbedaan prevalensi anemia pada anak
usia Sekolah Dasar di desa dan kota Kabupaten Banyumas melalui
penelitian observasional.
2. Manfaat Praktis
a. Memicu orang tua agar selalu memberikan makanan dengan menu
seimbang untuk menurunkan morbiditas anemia pada anak usia
Sekolah Dasar.

b. Memberikan data anak usia Sekolah Dasar yang menderita anemia


kepada sekolah dan pemerintah agar dapat segera diberikan
penanganan

untuk

menghindari

dampak

negatif

yang

ditimbulkannya.

Anda mungkin juga menyukai