Anda di halaman 1dari 11

BAB IV

PEMBAHASAN
4.1 Topologi Jaringan PT. Indonesia Comnets Plus
PT. Indonesia Comnets Plus (ICON+) menggunakan beberapa perangkat
telekomunikasi seperti; fiber optic, transceivers, switch cisco catalyst dan jaringan
gabungan dengan Internet Service Provider ( ISP) lain untuk menghubungkan jaringan inti
dengan pelanggan. Pada Router PE milik ICON+ menggunakan Router Cisco 7200 series
dan sebagai penerus sebelum masuk ke ICON+ Cloud. Di dalam Cloud Router-Router
wajib menggunakan MPLS.

Gambar: 4.1 Topologi Jaringan ICON+


Sumber: [PT. Indonesia Comnets Plus (ICON+)]
Clear channel merupakan layanan yang di miliki PT ICON +. Layanan yang
menggunakan kabel serat optik untuk menghubungkan jaringan backbone maupun untuk
jaringan yang akan didistribusikan kepada pelanggan ( lastmile ).
Clear channel memberikan jalur privat bersifat point-to-point melalui backbone
ICON+ yang sampai penulis menyusun laporan ini mencapai kapasitas STM-64 (10 Gbps).
Karakteristik Clear channel lainnya adalah sebagai berikut:

Hubungan komunikasi layanan bersifat point-to point.

Kapasitas bandwidth yang besar.

Tingkat privacy dan security yang tinggi.


35

36

Kapasitas layanan beragam, sesuai kebutuhan pelanggan.

Mudah dan flexibel

Lastmile, menggunakan fiber optik.


Jalur yang dilalui merupakan jalur backbone ICON+ yang menghubungkan antar

wilayah A dan B dengan media fiber optik, backbone yang dimiliki ICON+ bersifat ring
atau membentuk cincin, sehingga jika terjadi gangguan di satu jalur masih ada backup dari
jalur yang lain. Selain itu layanan berkapasitas besar ini memiliki keunggulan sebagai
berikut:

Kapaitas besar, dilengkapi teknologi Giga Ethernet yang mempunyai kapasitas bandwidth
besar sampai pada titik user.

Bersifat aman, memberikan tingkat keamanan tinggi dengan adanya EoS (Ethernet
Over SDH) yang menggunakan virtual concatenation (VCAT) untuk rute aliran bit
atas satu atau lebih pada jalur SDH. Handal, keamanan dan kenyamanan user dalam
berkomunikasi terjamin penuh dengan latency kurang dari 100 ms, uptime 99 % dan

Mean Time to Repair (MTTR) cepat.


Fleksibel, bandwidth mulai dari 2 Mbps hingga 10 Gbps.

Cepat, delivery time yang cepat kerena menggunakan tiang listrik

PLN dalam proses penggelaran jaringan fiber optic ke setiap user.

Table 4.1 Pilihan Bandwith Clear Channel di PT.ICON+

37
4.2

Instalasi Jaringan Clear Channel


Sebelum melakukan instalasi clear channel, hal yang perlu diketahui terlebih

dahulu adalah dimana POP terdekat. POP (Point-of-Presence) adalah titik yang digunakan
untuk menghubungkan antara user dengan jaringan ICON+. Dari sekian banyak POP yang
ada, akan ditentukan satu POP yang jaraknya paling dekat dengan lokasi pelanggan.
Kemudian dapat di lakukan penarikan kabel fiber optic menuju pelanggan, dan
dilakukan (JB) Join Box pada tiang PLN. Cara pemasangan di Join Box dengan cara
mengambil salah satu core dari kabel distribusi. Kemudian disambungkan dengan pigtail
dan di hubungkan kesalah satu port catalyst di POP. Contoh pengambilan salah satu core
dapat dilihat pada gambar 4.2

Gambar 4.2 Join Box (JB)


POP bisa berupa Shelter, ODC, atau ruangan khusus di dalam area kantor PLN,
baik itu GITET, GI, Kadist, APJ, UPJ dan masih banyak kantor PLN lainnya.
POP

akan

menghubungkan

user

dengan

jaringan

backbone

yang

mengkombinasikan perangkat IP dengan perangkat berbasis SDH (Synchronous Digital


Hierarchy)/ SONET (Synchronous Optical Network). Jalur berbasis SDH yang dilalui
bersifat ring, untuk backup dari jalur yang lain. Contoh POP dapat dilihat pada gambar 4.3

38

Gambar 4.3 Contoh Rak Perangkat di POP ICON+


Link user yang bervariasi layanannya diambil dari POP ICON+ yang sudah
terhubung dengan backbone ICON+. Di POP, terdapat berbagai macam perangkat jaringan
seperti SDH, PDH, Router, Switch, dan lain-lain. Pada gambar 4.4 dapat dilihat skema
POP.

Gambar 4.4 Skema POP (Point-of-Presence)

39
Link clear channel dapat diambil dari salah satu port Catalyst yang telah
dikonfigurasi interface dan sub interface-nya oleh MT (Management Traffic), untuk
kemudian didistribusikan ke arah pelanggan. Pada gambar 4.5 dapat dilihat link clear
channel.

Gambar 4.5 Link Clear Channel


Pada teknologi SDH backbone harus memiliki kehandalan yang tinggi, seperti
menjamin kecepatan transmisi, fleksibilitas dalam perubahan network, dan memiliki
kemampuan redundancy. Hal ini penting karena backbone merupakan kumpulan
bandwidth dari aplikasi-aplikasi di network bawahnya (access network).
Dengan semakin meningkatnya layanan/service yang diberikan kepada pelanggan,
kebutuhan bandwidth juga semakin meningkat. Sehinga, untuk melayani services seperti
triple play, Video On Demand (VOD), IPTV, VoIP, dan sebagainya. Operator
telekomunikasi membutuhkan transport service yang lebih besar, cepat, dan memiliki
redundancy jika terjadi masalah di dalam network.
Teknologi SDH yang sudah banyak digelar menjamin kecepatan, namun kurang
dalam masalah redundancy. Yang disediakan di dalam SDH hanya kemampuan untuk
protection. Di sisi lain, teknologi router dalam IP backbone memungkinkan untuk
melakukan redundancy ke banyak route. Sehingga jika perangkat backbone mengalami
gangguan, masih banyak cadangan rutenya (multi fault handling). Pada gambar 4.6 dapat
dilihat skema konfigurasi clear channel

40

Gambar 4.6 Skema Konfigurasi Clear Channel


Sumber: [PT. Indonesia Comnets Plus (ICON+)]
Saat ini ada teknologi ASON (Automatically Switched Optical Network) atau
disebut juga ASTN (Automatically Switched Transport Network) yang memungkinkan
penambahan fasilitas routing pada perangkat SDH.
Teknologi ASON merupakan intelegent network dimana secara otomatis
mengoptimalkan routing dalam interconnection SDH dan juga utilisasi bandwidth. Istilah
ASON berasal dari ITU yang mendefinisikan architecture-nya, sedangkan kemampuan
dalam routing (control/data palane) berasal dari standar IETF.
4.3

Contoh Instalasi Jaringan Clear Channel


Dalam kasus instalasi clear channel bisa dimisalkan user Bank A mengambil jalur

backbone dari POP Simpang Haru yang merupakan titik terdekat dari lokasi User A, dari
POP sampai ke lokasi User A dihubungkan dengan kabel fiber optic pada tiang, karena hal
tersebut merupakan kelebihan ICON+ yang mampu menyediakan jalur fiber optic langsung
ke pelanggan. Skema instalasi jaringan backbone to lastmile ditunjukkan oleh gambar 4.7

41

Gambar 4.7 Skema Instalasi Jaringan Backbone to Lastmile


Jadi user Bank A terhubung dengan backbone ICON+ melalui POP Simpang Haru.
Penarikan dilakukan dari tiang PLN, karna Icon merupakan Dibawah naungan PT PLN
(Persero) dan Right of Way yang dimiliki. Jenis fiber optic yang terdapat pada tiang PLN
adalah Figure-8 Skema instalasi jaringan lastmile ditunjukkan oleh gambar 4.8

Gambar 4.8 Skema Instalasi Jaringan Lastmile (Join Box)

42
Peralatan yang ada di sisi pelanggan adalah sebuah perangkat user, PDH, media
converter, dan DDF. Dari perangkat user Bank A di hubungkan dengan perangkat media
converter dengan menggunakan kabel UTP yang di hubungkan dengan konektor RJ45
Straight, fungsi media converter adalah mengubah signal Ethernet ke signal E1 /
sebaliknya. Dari media converter ke PDH menggunakan kabel E1 dengan konektor RJ48,
sebelum ke PDH melewati Krone di DDF LSA untuk mensingkronkan TX-RX. Simulasi
instalasi jaringan clear channel dapat di lihat pada gambar 4.9

Gambar 4.9 Simulasi Instalsi Clear Channel


Setelah itu diarahkan ke Point Of Present (POP) Simpang Haru yang menggunakan
kabel fiber optik figure-8 ke perangkat yang ada di POP. Perangkat yang digunakan di
POP adalah PDH, DDF LSA dan SDH, setelah melalui kabel figure-8 kemudian bertemu
dengan PDH yang ada di POP lalu ke SDH dengan menggunakan kabel E1, sebelum ke
SDH melewati Krone di DDF LSA untuk mensingkronkan TX-RX. Dari sini, jalur
diteruskan melalui jalur Backbone ICON+, skema instalasi ditunjukkan oleh gambar 4.10

43

Gambar 4.10 Skema Jaringan Clear Channel dari User Bank A


Setelah user Bank A terhubung dengan backbone ICON+ maka langkah berikutnya
adalah membuat jalur untuk end point dari clear channel ini dimana titik tersebut
merupakan server user Bank A.
Jalur clear channel yang berawal dai POP Simpang Haru tadi berakhir di GI
Belimbing melalui jaringan backbone SDH ICON+, lalu di GI Belimbing terdapat alat
yang sama seperti di POP Simpang Haru, yaitu ada SDH, PDH, dan DDF LSA. Setelah
masuk ke SDH dihubungkan ke PDH dengan menggunakan kabel E1, sebelum ke PDH
melewati Krone di DDF LSA untuk mensingkronkan TX-RX.
Lalu diarahkan ke user Bank B menggunakan kabel fiber optik figure-8 ke
perangkat yang ada di user Bank B, di user Bank B bertemu dengan PDH kemudian ke
media converter dengan menggunakan kabel E1 dengan konektor RJ48. Sebelum ke media
converter melewati Krone di DDF LSA untuk mensingkronkan TX-RX, dan berakhir di
perangkat user User B dengan menggunakan kabel UTP yang di hubungkan dengan
konektor RJ45. Sehingga konfigurasi jaringan clear channel tersebut dapat digambarkan
sesuai dengan gambar 4.11

44

Gambar 4.11 Skema Jaringan Clear Channel ke User Bank B


Sebenarnya, pada dasarnya layanan ini seperti layaknya jalan lurus tanpa hambatan
dengan kecepatan per 1E1 = 2Mbps. Bila di gambarkan maka yang terjadi adalah garis
lurus seperti kabel straight di komputer A bertemu dengan kabel straight di komputer B.
Namun ada beda dalam segi jarak dan kecepatan yang stabil dan dapat di atur atau
termonitor.
4.4

Kemungkinan Gangguan dan Penanganannya.

A. Gangguan Mekanis
1. Fiber bending (tekukan serat) tekukan serat yang berlebihan (terlalu kecil) dapat
mengakibatkan bertambahnya optical loss.
2. Cable bending (tekukan kabel) tekukan kabel pada saat instalasi harus dijaga agar
tidak terlalu kecil, karena hal ini dapat merusak serat sehingga menambah optical
loss.
3. Tensile strength, tensile strength yang berlebihan dapat merusak kabel atau serat
4. Crush, crush atau tekanan yang berlebihan dapat mengakibatkan serat retak/ patah,
sehingga dapat menaikkan optical loss.
5. Impact, Impact adalah beban dengan berat tertentu yang dijatuhkan dan mengenai
kabel optic. Berat beban yang berlebihan dapat mengakibatkan serat retak/ patah,
sehingga dapat menaikkan optical loss.

45
6. PSU (Power supply unit) mati Dampak dari psu mati ialah saat terjadi pemadaman
listrik maka jaringan akan down, oleh karena itu selalu di ganti .
7. Perangkat rusak Perangkat rusak ini biasanya di sisi user, dan perangkat yang
penempatanya di luar seperti di tiang-tiang. Untuk penangannya dilakukan
penggantian terhadap perangkat yang rusak/bermasalah.
B. Gejala Alam
1. Kondisi operasi, serat pada kabel harus beroperasi pada temperature 50o
2. Gas Hidrogen dapat masuk kedalam silica glass dan menaikkan optical loss.
3. Perembesan Air (water penetrasion), perembesan air dapat merusak kedalam silica
glass dan menaikkan optical loss.
4. Vibrasi, vibrasi atau goncangan yang berlebihan dapat mempengaruhi kestabilan
kabel.
Penangana yang di lakukan yaitu, penyambungan kembali dengan core yang putus
dengan splacer selain itu dapat juga melakukan pengaliahan link dengan cara routing ,
untuk kabel jamper seperti patch core akan langsung di ganti dengan yang baru.
Untuk mengukur redaman akibat gangguan tersebut menggunakan Optical Time
Domain Reflectometer (OTDR). OTDR merupakan suatu peralatan elektronik yang
digunakan untuk mengukur parameter-parameter seperti pelemahan (attenuation), panjang,
kehilangan cahaya dan penyambung, dalam system telekomunikasi fiber optic. OTDR pada
dasarnya terdiri dari satu sumber optic dan satu penerima (receiver).
Dengan OTDR seorang engineer dapat mengetahui kualitas dari fiber optic, besar
redaman sepanjang lintasan fiber optic, sampai lokasi putusnya kabel (berapa jauh dari
lokasi pengukuran) yang sangat berguna bila terjadi putus kabel optic. OTDR merupakan
alat yang dapat digunakan untuk mengevaluasi suatu fiber optic pada domain waktu.
Informasi mengenai redaman serat, loss sambungan, loss konektor dan lokasi gangguan
serta loss antara dua titik dapat ditentukan dari monitor OTDR. OTDR memungkinkan
sebuah link diukur dari salah satu ujung.

Anda mungkin juga menyukai