Anda di halaman 1dari 4

ANCILOSTOMIAIS

Definisi
Infeksi cacing tambang Ancylostoma duodenale yang disebabkan oleh nematode yang hidup
melekat pada dinding usus dan menimbulkan perdarahan
Etiologi
Disebabkan oleh spesies cacing tambang Ancylostoma duodenale berbentuk silindris berwarna
putih keabuan, cacing betina mempunyai ukuran panjang 9-13 mm, sedang cacing jantan
berukuran panjang antara 5 dan 11 mm. Cacing jantan mempunyai bursa copulatrix, suatu alat
bantu kopulasi yang terdapat di ujung posterior tubuhnya. Bentuk tubuh Ancylostoma duodenale
dewasa mirip huruf C. Rongga mulut memiliki 2 pasang gigi dan 1 pasang tonjolan. Telur
berbentuk lonjong, tidak berwarna, berukuran sekitar 65 x 40 mikron. Dinding telur tipis, tembus
sinar, dan berisi embrio. Terdapat 2 stadium larva cacing tambang yaitu larva rabdiform dan
larva filariform. Larva rabdiform berbentuk gemuk dengan panjang sekitar 250 mikron, larva
filariform lebih langsing dengan panjang sekitar 600 mikron
Gejala Klinis
Anchylostoma duodenale dapat menimbulkan kehilangan darah sampai 0,34 cc per hari.
Gambaran klinis infeksi cacing tambang yang tampak dapat berupa :
1.

Anemia hipokromik mikrositer


Gambaran umum kekurangan darah : Pucat, perut buncit, rambut kering dan mudah lepas
Rasa tak enak di epigastrium
Sembelit, diare
Ground itch ( gatal kulit di tempat masuknya larva cacing)
Gejala bronchitis batuk, kadang kadang dahak berdarah
Stadium larva :
Bila banyak larva filariform sekaligus menembus kulit, maka terjdi perubahan kulit yang
disebut ground itch. Perubahan biasanya ringan infeksi larva filariform A.Duodenale

secara oral menyebabkan gejala mual, muntah, iritasi farig, batuk, sakit leher, dan serak
2. Stadium dewasa :
Gejala tergantung pada (a) spesies dan jumlah cacing dan (b) keadaan gizi penderita (fed
an protein). A. duodenale menyebabkan kehilangan darah 0,08 -0,34 cc. Pada infeksi

berat atau kronik terjadi anemia hipokromik mikrositer. Cacing tambang biasanya tidak
menyebabkan kematian, tetapi daya tahan berkurang dan prestasi kerja turun.
Patomekanisme
Cacing tambang memiliki alat pengait seperti gunting yang membantu melekatkan dirinya pada
mukosa dan submukosa jaringan intestinal. Setelah terjadi pelekatan, otot esophagus cacing
menyebabkan tekanan negative yang menyedot gumpalan jaringan intestinal ke dalam kapsul
bukal cacing. Akibat kaitan ini terjadi rupture kapiler dan arteriol yang menyebabkan perdarahan.
Pelepasan enzim hidrolitik oleh cacing tambang akan memperberat kerusakan pembuluh darah.
Cacing ini kemudian mencerna sebagian darah yang dihisapnya dengan bantuan enzim
hemoglobinase, sedangkan sebagian lagi dari darah tersebut akan keluar melalui saluran cerna.
Terjadinya anemia defisiensi besi pada infeksi cacing tambang tergantung pada status besi tubuh
dan gizi pejamu, beratnya infeksi (jumlah cacing dalam usus penderita), serta spesies cacing
tambang dalam usus , Infeksi A.duodenale menyebabkan perdarahan yang lebih banyak
dibandingkan N.americanus
Daur hidup
Telur dikeluarkan dengan tinja dan setelah menetas dalam waktu 1-1,5 hari, keluarlah larva
rabditiform. Dalam waktu 3 hari larva rabditiform tumbuh menjadi larva filariform, yang dapat
menembus kulit dan dapat hidup selama 7-8 minggu di tanah. Telur cacing tambang yang
besarnya 60 x 40 mikron, berbentuk bujur dan mempunyai dinding tipis. Di dalamnya terdapat
beberapa sel. Larva rabditiform panjangnya 250 mikron, sedangkan larva filariform
panjangnya 600 mikron .
Daur hidupnya sebagai berikut
Telur larva rabditiformlarva filariform menembus kulit kapiler darahjantung
kananparubronkusbronkustrakealaringusus halus
Anamnesis

Berdasarkan gejala klinis :


Gambaran umum kekurangan darah : Pucat, perut buncit, rambut kering dan mudah
lepas

Rasa tak enak di epigastrium


Sembelit, diare
Ground itch ( gatal kulit di tempat masuknya larva cacing)
Gejala bronchitis batuk, kadang kadang dahak berdarah

Pemeriksaan fisis
Tampak pucat, rambut kering rambut mudah lepas, perut buncit,ditemukan adanya dermatitis,
nyeri tekan di daerah epigastrium, peristaltic usus meningkat
Pemeriksaan laboratorium
-Pemeriksaan mikroskopis tinja dilakukan untuk menemukan telur cacing
-Pemeriksaan darah menunjukkan gambaran:
Hemoglobin menurun <11,5 gr/dl (wanita) <13,5 gr/dl (pria)
Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration (MCHC), kurang dari 31-36 gr/dl
-Pemeriksaan sumsum tulang menunjukkan hyperplasia normoblastik.
-Pada hapusan darah terdapat gambaran :
Hipokromik mikrositer, leukopeni (<4000/ml), Eosinofilter, Anistositosis atau Poloklositosis

Pengobatan
1. Terapi anemia menggunakan preparat besi, yang diberikan per oral atau parenteral.
2. Folic acid diberikan, bila terjadi anemia megaloblastik.
3. Obat cacing yang dapat diberikan per oral :
a. Pirantel pamoat : 10 mg/kgBB sebagai dosis tunggal
b. Oxantel pamoat: 10-20 mg/kgBB sebagai dois tunggal
c. Mebendazol : 2 x 200 mg/hari, diberikan 3 hari berturut-turut
d. Levamisol: diberikan sebagai dosis tunggal. Pda orang dewasa 150 mg sedangkan
dosis anak 25 mg/kgBB
Pencegahan

Untuk mencegah terjadinya infeksi baru maupun reinfeksi, dilakukan : pengobatan massal dan
perorangan dengan obat cacing. Pendidikan kesehatan : membuat jamban yang baik, berjalan di
tanah dan selalu menggunakan alas kaki.
Prognosis
Pada umumnya baik. Tanpa pengobatan penyakit dapat sembuh sendiri dalam waktu 1,5 tahun.
Dengan pengobatan, angka kesembuhan 70-90%

Referensi:
1.Sinopsis Kedokteran tropis, Soedarto
2. Buku ajar Parasitologi kedokteran FKUI edisi 4 . Inge sutanto, is suhariah ismid, pudji
K.sjarifuddin,Saleha siregar .2011. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai