PENDAHULUAN
1
Meningkatnya prevalansi diabetes mellitus di beberapa negara berkembang, akibat
peningkatan kemakmuran di negara bersangkutan, akhir akhir ini banyak disoroti.
Peningkatan pendapatan per kapita dan perubahan gaya hidup terutama di kota-kota
besar, menyebabkan peningkatan prevalansi penyakit degenerative, seperti penyakit
jantung koroner (PJK), hipertensi, hiperlipidemia, diabetes dan lain-lain. Data
epidemiologis di negara berkembang memang masih belum banyak. Oleh karena itu
angka prevalansi yang dapat ditelusuri terutama berasal dari negara maju.1
2
BAB II
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn . M
Umur : 25 tahun
Tanggal Lahir : 31 Desember 1990
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Alamat : Jl. AP Petaranni 2 lr.15/2 Makassar
Agama : Islam
No. RM : 11-85-89
Tanggal Masuk : 30 November 2016
Tanggal Keluar : 5 Desember 2016
Nama RS : RS Islam Faisal
Rg Perawatan : Ar-Rahman, kamar 504
ANAMNESIS
Autoanamnesis
Keluhan Utama : Lemas
Anamnesis Terpimpin:
Pasien masuk dengan keluhan lemas dialami sejak satu hari yang lalu. Pasien
juga merasa sering haus dan terbangun pada malam hari untuk Buang air kecil,
sering lapar dan pola makan tidak teratur. Pasien juga mengaku berat badannya
cenderung menurun dan telah didiagnosis DM tipe 1 sekitar 1 tahun yang lalu dan
pasien mendapatkan terapi insulin. Tetapi pasien merasa berat badannya
cenderung sudah naik sehingga pasien mengentikan insulin dan mengkonsumsi
metformin atas inisiatif sendiri . Riwayat keluarga dengan DM (+) , Riwayat
merokok (-), Riwayat HT (-)
Demam (-) menggigil (-), keringat malam (-), nyeri kepala (-), pusing (-), nafsu
makan menurun (-), nyeri ulu hati (-), mual (-), muntah (-), BAK sering dan BAB
baik.
II. STATUS PRESENT
3
Sakit Sedang / Gizi Kurang / Composmentis
BB : 50 kg
TB : 165 cm
IMT : 18,3 kg/m2 (underweight)
Tanda vital :
Tekanan Darah : 120/70 mmHg
Nadi : 84 x/menit
Pernapasan : 20 x/menit
Suhu : 36,8C
4
Hidung
Perdarahan : (-/-)
Sekret : (-/-)
Kongesti : (-/-)
Mulut
Bibir : Pucat (-), kering (-)
Lidah : Kotor (-), tremor (-), hiperemis (-)
Tonsil : T1 T1, hiperemis (-)
Faring : Hiperemis (-)
Gigi geligi : Dalam batas normal
Gusi : Dalam batas normal
Leher
DVS : R+1 cm H2O
Kelenjar getah bening : Tidak terdapat pembesaran
Kelenjar gondok : Tidak terdapat pembesaran
Pembuluh darah : Tidak terdapat kelainan
Kaku kuduk : (-)
Tumor : (-)
Thorax
Inspeksi :
Bentuk : Normochest, simetris kiri = kanan
Pembuluh darah : Tidak ada kelainan
Buah dada : Dalam batas normal
Sela iga : Dalam batas normal
Palpasi :
Vokal Fremitus : normal simetris kanan dan kri
Nyeri tekan : (-)
Perkusi :
Paru kiri : Sonor
Paru kanan : Sonor
Auskultasi :
Bunyi pernapasan : Vesikuler
5
Perkusi : Pekak, batas jantung dalam batas normal (batas jantung
kanan linea parasternalis dextra, batas jantung kiri linea
midclavicularis sinistrra ICS V, batas atas jantung ICS II)
Auskultasi : Bunyi jantung I/II murni regular, bunyi tambahan (-)
Abdomen
Inspeksi : Datar, ikut gerak napas
Palpasi : Nyeri tekan (-)
Hepar tidak teraba
Lien tidak teraba.
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Peristaltik (+), kesan normal
Alat Kelamin
Tidak dilakukan pemeriksaan
Anus dan Rektum
Tidak dilakukan pemeriksaan
Ekstremitas
Edema -/-
V. RESUME
Pasien An. M, laki-laki, 25 tahun masuk ke RS Islam Faisal dengan keluhan
lemas disertai 3 gejala klasik (polifagi, polidipsi dan poliuri) .Riwayat diagnosis
DM tipe 1 sejak 1 tahun yang lalu riwayat pengobatan insulin dan metformin
tetapi tidak teratur. GDS pada saat masuk 295 mg/dl .
VI. ASSESSMENT
- DM Tipe 1
VII. PLANNING
6
- Diet DM 1700 kkal
- IVFD NaCL 0,9 % 28 tpm
- Levemir 0-0-10
- Novorapid 6-6-6
FOLLOW UP
TGL PERJALANAN PENYAKIT INSTRUKSI DOKTER
1/12/ T : 120/70 mmHg S: P:
2016 N : 80 x/mnt Lemas (+), Riwayat DM (+) - Diet DM 1700 kkal
P : 20 x/mnt O: - IVFD NaCL 0,9 %
S : 36,5C SS / GK / CM
28 tpm
Anemis -/-, ikterus -/-, - Levemir 0-0-10
DVS R+1 cm H2O - Novorapid 6-6-6
BP : Vesikuler - Cek GDP /3 Hari
BT : Rh -/-, Wh -/-
BJ : SI/SII murni reguler
Peristaltik (+), kesan N,
Hepatomegali (-)
Splenomegali (-)
Ext : Edema -/-
Laboratorium (30/11/2016)
Ureum : 17 (10-50 mg/dl)
Kreatinin : 0,5 ( 0,6-1,1 mg/dl)
HbA1C : 14,0 ( 6,5 %)
Laboratorium (1/12/16)
Keton : + 10 mg/dl
A:
DM tipe 1
7
RUJUKAN
*Diluar nilai rujukan
FAAL GINJAL
Ureum 17 10-50 mg/dl m/dl
Kreatinin 0,5 Lk 0,6 1,1 / Pr m/dl
0,5 0,9 mg/dl
METABOLISME KARBOHIDRAT
8
Peristaltik (+), kesan N,
Hepatomegali (-)
Splenomegali (-)
Penunjang :
GDS = 295 mg/dl
GDP = 226 mg/dl
A:
DM TIPE 1
4/12/ T : 120/80 mmHg S: P:
16 N : 80x/mnt Lemas (-), Riw. DM (+) Diet DM 1700 kkal
P : 20 x/mnt O: Levemir 0-0-12 iu/sc
S : 36.5C SS / GK / CM Novorapid 6-6-6 iu/sc
Anemis -/-, ikterus -/-,
DVS R-1 cm H2O
BP : vesikuler.
BT : Rh -/-, Wh -/-
BJ : SI/SII murni reguler
Peristaltik (+), kesan N,
Hepatomegali (-)
Splenomegali (-)
A:
DM Tipe 1
T : 120/80 mmHg P:
5/12/
N : 80x/mnt
16 S: Diet DM 1700 kkal
P : 20 x/mnt Lemas (-), Riw. DM (+)
S : 36.5C Levemir 0-0-14 iu/sc
O: Novorapid 6-6-6 iu/sc
SS / GK / CM Rawat Jalan
Anemis -/-, ikterus -/-,
DVS R-1 cm H2O
BP : vesikuler.
BT : Rh -/-, Wh -/-
BJ : SI/SII murni reguler
Peristaltik (+), kesan N,
Hepatomegali (-)
Splenomegali (-)
Penunjang :
GDP : 227 mg /dl
A:
9
DM Tipe 1
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
10
usia 5 tahun, resiko saudara kembarnya menjadi diabetes melampaui 50%.
Sebaliknya bila saudara kembarnya menderita diabetes sesudah usia 25 tahun, resiko
kembarannya < 10%.2,3
Kembar dizigot memiliki tingkat kesesuaian 5-6% untuk DM tipe 1. Resiko
saudara kandung pasien DM 1A menderita DM 1A sekitar 1/20. Ketika kedua orang
tua penderita diabetes, risiko meningkat hampir 30%. Kontribusi genetik terhadap
DM tipe 1 juga tercermin dalam frekuensi penyakit yang bervariasi di antara etnis
yang berbeda.2
Faktor genetik dikaitkan dengan pola HLA tertentu. Saat ini ada lebih dari 40
lokus gen dikaitkan dengan resiko DM tipe 1. Dua daerah kerentanan utama adalah
IDDM1, yakni major histocompatibility complex (MHC) pada kromosom 6p21 dan
IDDM2, wilayah gen insulin pada kromosom 11p15. MHC adalah lokasi beberapa
kerentanan lokus, yaitu human leucocyte antigen (HLA) kelas II haplotip DR dan
DQ. DRB1*0405-DQB1*0401 (DR4) dan DRB1*0901-DQB1*0303 (DR9)
meningkat pada DM 1A klasik dan DM tipe 1 fulminan. Pada DM tipe 1 progresif
lambat hanya DR9 yang meningkat. Frekuensi DR9 lebih sering pada DM tipe 1
fulminan dibandingkan DM 1A klasik. Frekuensi DR4 meningkat dengan
meningkatnya usia onset. Haplotip DRB1*0802-DQB1*0302 (DR8) hanya terlibat
pada DM 1A klasik. Haplotip DR2, DR5, DRB1*1502-DQB1*0601 dan
DRB1*1501-DQB1*0602 berperan protektif. Lokus IDDM2 menyumbang sekitar
10% dari kerentanan terhadap DM tipe 1. Gen yang telah dilaporkan terlibat dalam
mekanisme DM tipe 1 di antaranya VTNR, CTLA4, PTPN22, dan IL2RA.
UBASH3A (STS2) mungkin terlibat dalam peningkatan resiko tidak hanya DM tipe 1
tetapi juga penyakit autoimun lain.4,5
Sistem HLA berperan sebagai suatu susceptibility gene atau faktor kerentanan.
Diperlukan suatu faktor yang berasal dari lingkungan untuk memicu gejala-gejala
klinis DM tipe 1 pada seseorang yang rentan. Pemicu kerusakan imunologi sel beta
termasuk virus (misalnya, enterovirus, gondok, rubella, dan coxsackie virus B4),
11
bahan kimia beracun, paparan susu sapi pada bayi, dan sitotoksin. Sistem imun pada
orang dengan kecenderungan genetik tertentu menyerang molekul sel pankreas
yang menyerupai protein virus sehingga terjadi destruksi sel dan defisiensi
insulin.6,7
Selain akibat autoimun, sebagaian kecil DM tipe 1 terjadi akibat proses yang
idiopatik, tidak ditemukan antibodi sel . DM tipe 1 yang bersifat idiopatik ini sering
terjadi akibat faktor keturunan. Pada DM tipe 1, seorang anak memiliki kemungkinan
1:7 untuk menderita DM bila salah satu orang tua anak tersebut menderita DM pada
usia < 40 tahun dan 1:13 bila salah satu orang tua anak tersebut menderita DM pada
usia 40 tahun. Namun bila kedua orang tuanya menderita DM tipe 1, maka
kemungkinan menderita DM tipe 1 adalah 1:2.3
3.1.4 Patogenesis
12
Gambar 2. Perjalanan penyakit DM tipe 1
Pada tahun 1974 ditemukan antibodi terhadap sel pankreas pada serum
penyandang DM tipe 1 yang menyokong hipotesis proses autoimun sebagai penyebab
kerusakan sel yang mengakibatkan defisiensi insulin. Pemeriksaan histopatologi
pankreas menunjukkan adanya infiltrasi leukosit dan destruksi sel langerhans.3
Proses autoimun ini cukup bervariasi , baik antara pasien dan dalam pankreas
setiap pasien dari waktu ke waktu. Saat presentasi klinis muncul, sekitar 70-90% dari
sel telah hancur atau disfungsional. Jumlah sel yang tersisa saat onset masih
belum diketahui karena kurangnya metode pencitraan noninvasif yang akurat untuk
mengukur fungsional massa sel pada manusia. Pasien memerlukan insulin eksogen
untuk memperbaiki kondisi katabolik, mencegah ketosis, menurunkan
hiperglukagonemia, menormalkan metabolisme lipid dan protein.4,6
3.1.5 Diagnosis
a. Anamnesis
13
Gejala klasik DM tipe 1 adalah poliuria, polidipsia, polifagia dan penurunan
berat badan yang tidak dapat dijelaskan. Gejala lain termasuk kelelahan, mual, dan
penglihatan kabur. Timbulnya gejala penyakit dapat tiba-tiba dalam bentuk
ketoasidosis diabetik.7.9
b. Pemeriksaan fisis
c. Pemeriksaan laboratorium
14
selama konversi dari proinsulin terhadap insulin. Insulin atau C-peptida < 5 U/mL
(0,6 ng/mL) menunjukkan DM tipe 1. Autoantibodi IA-2, anti-GAD65, dan IAA
dapat ditemukan pada awal DM tipe 1. Pemeriksaan autoantibodi IA-2 dalam waktu 6
bulan setelah diagnosis dapat membantu menegakkan DM tipe 1. Titer ini menurun
setelah 6 bulan. Antibodi anti-GAD65 dapat ditemukan pada diagnosis DM tipe 1 dan
terus-menerus positif dari waktu ke waktu. Pemeriksaan autoantibodi sel pankreas
dapat menggantikan pemeriksaan genetik yang mahal.10,11
15
1. Ketosis/ketoasidosis dalam 1 minggu setelah gejala hiperglikemia
2. C-peptide serum < 0,3 ng/ml (puasa) dan < 0,5 mg/ml (setelah makan atau pemberian
glukagon intravena)
3. A1c < 5,5% pada kunjungan pertama
16
Transplantasi pankreas untuk pasien dengan DM tipe 1 memungkinkan di
beberapa pusat rujukan. Hal ini sering dilakukan secara simultan dengan transplantasi
ginjal untuk penyakit ginjal stadium akhir.16
3.1.7 Pencegahan
Meskipun identifikasi pasien yang beresiko dapat dilakukan, namun sampai saat ini
belum ada strategi yang terbukti mencegah DM tipe 1. Dalam suatu studi,
nicotinamid yang mencegah diabetes autoimun pada model binatang, tidak dapat
mencegah timbulnya diabetes pada orang dengan riwayat keluarga DM tipe 1.18
3.1.8 Komplikasi
a. Akut
1. Hipoglikemia
17
Akibat kerja insulin yang berlebihan, dapat terjadi hipoglikemia berat dengan
gejala kejang, koma, bahkan kematian. Insidens hipoglikemia dapat dihindari dengan
meningkatkan pemantauan gula darah, keteraturan pengobatan insulin, pengaturan
makan/asupan makanan yang disesuaikan dengan aktivitas atau kegiatan yang
dilakukan.
2. Ketoasidosis Diabetik
b. Kronik
1. Infeksi
2. Komplikasi ophtalmologi
3. Nefropati diabetik
18
terbukti sebaliknya. Tanda awal terjadinya nefropati pada DM tipe 1 adalah
ditemukannya mikroalbuminuria. Evaluasi dilakukan tiap tahun.
4. Neuropati diabetik
5. Komplikasi makrovaskuler
3.1.9 Prognosis
Kontrol glukosa darah, HbA1c, lipid, tekanan darah, dan berat badan secara
signifikan mempengaruhi prognosis. Pasien DM tipe 1 menghadapi tantangan seumur
hidup untuk mencapai dan mempertahankan kadar glukosa darah sedekat mungkin
19
dengan kisaran normal. Dengan kontrol glikemik yang tepat, resiko komplikasi juga
berkurang.16
DAFTAR PUSTAKA
2. Wu YL, Ding YP, Gao J, et al. Risk Factors and Primary Prevention Trials for
Type 1 Diabetes. International Journal of Biological Sciences. 2013; 9(7):666-
679.
3. Berwary NJA, Majid FAA, Hamdan S, et al. Type 1 Diabetes Mellitus (T1DM):
Induced by Environmental, Genetic and Immunity Factors. Life Science Journal.
2013; 10(3): 638-644.
20
4. Murao S, Makino H, Kaino Y, et al. Differences in the Contribution of HLA-DR
and -DQ Haplotypes to Susceptibility to Adult and Childhood-Onset Type 1
Diabetes in Japanese Patients. Diabetes. 2004; 53(10): 2684-2690.
5. Van Belle TL, Coppieters KT, Von Herrath MG. Type 1 Diabetes: Etiology,
Immunology, and Therapeutic Strategies. Physiol Rev. 2011; 91: 80-106.
7. Ozougwu JC, Obima KC, Belonwu CD, Unakalamba CB. The Pathogenesis and
Pathophysiology of Type 1 and Type 2 Diabetes Mellitus. Academic Journals.
2013; 4(4): 46-57.
8. Kyi M, Wentworth JM, Nankervis AJ, et al. Recent Advances in Type 1 Diabetes.
MJA. 2015; 203 (7): 290-293.
11. Chiang JL, Kirkman MS, Laffel LM, et al. Type 1 Diabetes Through the Life
Span: A Position Statement of the American Diabetes Association. Diabetes
Journals. 2014; 10: 2034-2051.
21
13. Sabbah E, Savola K, Ebeling T, Knip M. Genetic, Autoimmune and Clinical
Characteristics of Childhood and Adult Onset Type 1 Diabetes. Diabetes Care.
2000; 23:13261332.
15. Miguel AA, Santiago BC, Galarza AC, et al. Clinical Practice Guideline for
Diabetes Mellitus Type 1. Clinical Practice Guidelines in the NHS. 2012; 1: 63-
156.
22