K H Ruhiyat Ulama Pejuang Dari Cipasung
K H Ruhiyat Ulama Pejuang Dari Cipasung
RUHIAT (1911-1977);
ULAMA PEJUANG DARI CIPASUNG
MAKALAH
Dipresentasikan dalam Seminar Nasional
Pengusulan Alm.K.H. Rukhiat sebagai Pahlawan Nasional
Di Gedung Rektorat Institut Agama Islam Cipasung, Tasikmalaya
Pada hari Senin, Tanggal 3 Mei 2010
Oleh:
Miftahul Falah, S. S., M. Hum.
K. H. RUHIAT (1911-1977);
ULAMA PEJUANG DARI CIPASUNG
Oleh:
Miftahul Falah, S. S., M. Hum.
Asisten Ahli pada Program Studi Ilmu Sejarah
Fakultas Sastra, Universitas Padjadjaran.
A. Pengantar
Rasa-rasanya, generasi muda saat ini lebih mengenai sosok K. H.
Muhammad Ilyas Ruhiat, mantan Rais Aam PB NU (1994-1999) dan mantan
anggota DPA (1998-2004) daripada sosok K. H. Ruhiat. Padahal, K. H. Ruhiatlah yang telah berperan dalam membentuk karakter dan keulamaan K. H. Muh.
Ilyas Ruhiat. Pesantren Cipasung yang didirikan K. H. Ruhiat dan telah
melambungkan nama K. H. Muh. Ilyas Ruhiat, merupakan salah pesantren
terbesar dan berpengaruh di Jawa Barat.1
Namun sekali lagi, peranan K. H. Ruhiat dalam perjuangan bangsa sudah
banyak dilupakan orang. Kondisi tersebut wajar terjadi mengingat Abah Ajengan
(panggilan akrab K. H. Ruhiat) telah 33 tahun meninggalkan umatnya untuk
menghadap Sang Khalik. Meskipun demikian, jasa-jasanya terhadap perjuangan
bangsa terutama di bidang pendidikan tidak akan pernah dilupakan orang.
Makalah ini akan mencoba merekonstruksi peranan K. H. Ruhiat dalam
perjuangan bangsa sejak masa penjajahan hingga masa kemerdekaan.
Anonim, 2006: 1.
Selain memiliki saudara kandung seayah-seibu, K. H. Ruhiat pun memiliki lima orang saudara
seayah. Empat orang saudaranya lahir dari istri pertama ayahnya yang bernama Hj. Murtamah,
yaitu Hj. Siti Sobriah, Encoh, Uwen Juansah, dan Acih. Sementara itu, saudara seayah K. H.
Ruhiat yang lahir dari istri ketiga ayahnya (H. Zainab binti H. Idris) bernama H. Abdul Hamid
(Anonim. t.t.: 2).
Wawancara dengan K. H. Agus Saiful Bahri, tanggal 10 Januari 2010 di Pontren Cipasung.
oleh kemaksiatan,
seperti
perjudian
dan
perzinahan.5
Dengan
maksud
Untuk
mewujudkan
misinya
itu,
K.
H.
Ruhiat
tidak
hanya
Anonim, t.t.: 5.
Anonim, t.t.: 5.
10
10
lembaga pendidikan yang sebelumnya sudah berdiri mulain dari pesantren, TK,
sampai pendidikan menengah.11
Foto 7: Aktivitas Dakwah K. H. Ruhiat, Tahun 1960-an
11
Wawancara dengan Hj. Euis Hasanah, tanggal 10 Januari 2010 di Pontren Cipasung
11
2. Di Bidang Politik
Pengabdian K. H. Ruyhat dalam perjuangan bangsa tidak hanya
dilakukan di bidang pendidikan saja dengan landasan memperkuat keimanan dan
ketaqwaan kepada Allah SWT serta pembangunan ilmu yang bermanfaat. Satu
landasan yang mendorong dirinya memiliki jasa yang besar kepada bangsa adalah
mengabdi kepada negara, agama, dan masyarakat. Tidak bisa dipungkiri, K.
H. Ruhiat memiliki jiwa nasionalisme yang cukup tinggi sehingga ia memiliki
kepeduliaan terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara.
Dakwah dan kiprahnya di bidang pendidikan telah membuat Pesantren
Cipasung berkembang dengan pesat. Hal tersebut melahirkan kekhawatiran dari
Pemerintah Hindia Belanda sehingga memandang K. H. Ruhiat sebagai ancaman.
Terlebih setelah K. H. Ruhiat bergabung dengan Nahdlatul Ulama Cabang
12
Wawancara dengan K. H. Agus Saiful Bahri, tanggal 10 Januari 2010 di Pontren Cipasung.
12
Pada waktu, K. H. Ruhiat belum memiliki gelar kyai haji, tetapi baru bergelar kyai seperti
tertulis dalam Al-Mawaiz edisi 5 Desember 1933 No. 17. Dalam majalah tersebut, tercatat nama
Roehiat kjai di Tjipasung yang diberi tugas mengelola rubrik agama Islam (Bunyamin, 1995:
18).
14
PGN merupakan singkatan dari Perkoempoelan Goeroe Ngaji yang didirikan oleh Bupati
Wiratanoeningrat tanggal 15 Juni 1926 yang peresmiannya dilaksanakan di Masjid Agung
Tasikmalaya dan dihadiri oleh seluruh wedana dan camat yang ada di Kabupaten Tasikmalaya
(Al-Imtisal, 26 Juni 1926. No. 7).
15
Mudzakir, 2007: 9.
13
16
14
Keterangan: Di Penjara Kota Tasikmalaya, K. H. Ruhiat pernah ditahan selama satu hari sebelum
dipindahkan ke Penjara Sukamiskin, Bandung
Sumber: Dokumentasi Penulis, Mei 2008.
Pemerintah
Hindia
Belanda
menyerahkan
kekuasaannya
kepada
17
15
Lubis, 2006: 123; Wawancara dengan Abdul Hadi, tanggal 10 Januari 2010 di Pontren Cipasung
16
19
17
seraya menghunuskan pedangnya itu yang dibalasa dengan pekikan merdeka dari
umatnya yang berkumpulan di alun-alun Tasikmalaya.20
K. H. Ruhiat membuktikan ucapannya itu dengan ikut mempertahankan
kemerdekaan meskipun ia tidak ikut mengangkat senjata. Yang ia lakukan adalah
menanamkan kesadaran bahwa di kalangan masyarakat bahwa kemerdekaan itu
harus dipertahankan. Penjajahan jangan kembali dialami oleh bangsa Indonesia. Ia
pun selalu menginformasikan pergerakan tentara Belanda sehingga para pejuang
bisa mengatur strategi perjuangannya.21 Tindakannya itu telah mendorong
Belanda menjadikan K. H. Ruhiat sebagai ajengan yang harus dibunuh.
Sehubungan dengan itu, tentara NICA datang ke pesantren ketika ia sedang solat
ashar bersama tiga orang santrinya. Tanpa peringatan apapun, tentara NICA
tersebut memuntahkan peluru ke arah K. H. Ruhiat, tetapi tidak mencapai sasaran.
K. H. Ruhiat lolos dari upaya pembunuhan yang dilakukan tentara NICA, namun
dua santrinya tewas dan seorang lagi cedera di kepala. Gagal membunuh,
Pemerintah NICA menangkap dan menjeblos K. H. Ruhiat ke Penjara
Tasikmalaya selama sembilan bulan pada saat Agresi Militer II. Ketika
Pemerintah Belanda mengakui kedaulatan Republik Indonesia, K. H. Ruhiat pun
dibebaskan dari Penjara Tasikmalaya.22
Bukti lain yang menunjukkan bahwa K. H. Ruhiat mendukung
kemerdekaan RI adalah penolakannya terhadap eksistensi Darul Islam/Tentara
Islam Indonesia (DI/TII). Ia menolak tawaran untuk menjadi salah seorang imam
Darul Islam karena gerakan tersebut dipandangnya sebagai bughat yang berusaha
20
Anonim, 2006: 2.
Wawancara dengan Abdul Hadi, tanggal 10 Januari 2010 di Pontren Cipasung.
22
Anonim, 2006: 2-3.
21
18
23
19
20
DAFTAR SUMBER
Buku, Dokumen, dan Surat Kabar
Anonim. t.t. Riwayat Singkat K. H. Ruhiat (Almarhum) Pendiri Pondok Pesantren
Cipasung, Singaparna, Tasikmalaya, Jawa Barat. Tasikmalaya.
Bunyamin, H. A. E. 1995. Lintasan Sejarah Perkembangan Nahdlatul Ulama di
Tasikmalaya. Tasikmalaya.
Falah, Miftahul. 2009. Perubahan Sosial di Kota Tasikmalaya. Tesis. Bandung:
Program Pascasarjana Fasa Unpad.
Lubis, Nina H. 2006. 9 Pahlawan Nasional Asal Jawa Barat. Bandung: Puslit
Kemasyarakatan dan Kebudayaan, Lemlit Unpad.
MUI Jabar. 2005. MUI dalam Dinamika Sejarah (BMAU ke MUI di Jawa Barat).
Bandung: MUI Propinsi Jawa Barat.
Al-Imtisal, 26 Juni 1926. No. 7.
Wawancara
Abdul Hadi, 84 Tahun, Santri K. H. Ruhiat, Tanggal 10 Januari 2010 di Pontren
Cipasung.
H. Sahid, 76 Tahun, Santri K. H. Ruhiat, Tanggal 10 Januari 2010 di Pontren
Cipasung.
Hj. Euis Hasanah, 58 Tahun, Putra Ke-10 K. H. Ruhiat dari istri pertamanya,
Tanggal 10 Januari 2010 di Pontren Cipasung.
K. H. Agus Saiful Bahri, 49 Tahun, Putra bungsu K. H. Ruhiat dari istri
pertamanya, tanggal 10 Januari 2010 di Pontren Cipasung.
Web Site
Anonim. 2006. K. H. Ruhiat Cipasung Seorang Ajengan Patriot. Diakses dari
http://www.nu.or.id/page.php?lang=id&menu=news_view&news_id=83
35, tanggal 29 April 2010, pukul 19.45 WIB.
Anonim. 2007. Diakses dari http://mui-jabar.or.id/index.php?option=com_content&task=view&id=96&Itemid=50, tanggal 29 April 2010, pukul 19.50
WIB.
Mudzakir, Amin. 2007. Pengusaha dan Islam di Tasikmalaya 1930-1980an.
Diakses dari http://www.interseksi.org/publications/essays/articles/pengu
saha_dan_islam_di_tasikmalaya.html, tanggal 13 Agustus 2009, Pukul
22.05 WIB.
21