Anda di halaman 1dari 14

Berkenalan Dengan Tegangan, Regangan, Modulus Elastisitas &

Daktalitas Material (Part-1)

Kalau kita akan mendesain sebuah


struktur
bangunan
yang
direncanakan
dengan
menggunakan konstruksi beton
bertulang, tentunya kita tidak
asing lagi dengan beberapa
parameter seperti fc, fs, fy, fu,
s, y, c, Ec dan Es.
Parameter2 tersebut adalah parameter yang berkenaan dengan tegangan, regangan dan
modulus elastisitas beton dan baja.
Dalam desain beton bertulang, parameter2 ini memegang peranan penting dalam
perhitungan, karena nilainya dijadikan acuan dalam analisa perhitungan selama proses
perencanaan berlangsung.
Lho kok bisa,?
Mudahnya seperti ini sobat,
1. Kalau kita ingin mengetahui nilai regangan leleh (y) dari sebuah baja tulangan, kirakira bisa tidak ya kita ketahui nilainya jika nilai modulus elastisitas baja tulangannya (Es)
tidak kita ketahui atau kita abaikan?. Atau mungkin sebaliknya, parameter modulus
elastisitas (Es) kita ketahui tapi nilai (parameter) tegangan leleh tarik baja tulangannya
(fy) tidak kita ketahui, kira-kira bisa tidak ya kita ketahui nilai regangan lelehnya (y) ?
hmmm, ya mana mungkin
bisa, kan y = fy /
Es
2. Seandainya parameter atau
nilai regangan lelehnya tidak
diketahui, kira2 dengan patokan
parameter apa ya, kita bisa
menilai atau mengetahui leleh
dan tidaknya tulangan yang terpasang pada balok atau kolom untuk kondisi dan
pembebanan tertentu?

hmmm, ya tidak ada.


Sekarang coba lihat gambar
dibawah ini

Dari diagram kesetimbangan tegangan-regangan diatas bisa dilihat


bahwasanya leleh atau tidaknya tulangan (As) bisa dicek atau diketahui
dari besarnya nilai (regangan) s. Jika nilai s < y maka tulangan
belum leleh, tapi jika s >= y maka tulangan sudah leleh.
Jadi
tahu
leleh
dan
tidaknya
tulangan
pada
balok
tergantung
dari
parameter y. Patokannya
ada di paremater regangan
leleh (y) hmmm

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------catatan :
dalam desain beton bertulang,
mengetahui leleh dan tidaknya
tulangan (misal pada balok) itu
sangat penting lho, karena ini
hubungannnya dengan sifat
penulangannya,
apakah
termasuk bertulangan kuat,
lemah atau seimbang. Jika tulangan sudah mencapai leleh sebelum beton mencapai
regangan batas, maka balok sudah memenuhi dan masuk dalam kategori tulangan lemah,
ini yang diharapkan dan dikehendaki dalam perencanaan. Tapi apabila tulangan belum

mencapai leleh tapi beton sudah mencapai/melampaui regangan batas, maka balok masuk
dalam kategori bertulangan kuat (Over reinforcement), ini yang tidak boleh dan harus
dihindari dalam perencanaan, karena hancurnya beton saat beban batas tidak diawali
dengan adanya tanda-tanda (lendutan) seperti pada balok bertulangan lemah, tapi secara
mendadak atau tiba-tiba.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------3. Kira2 bisa tidak ya kita mendesain kebutuhan tulangan dari pelat, balok atau kolom
jika tidak memasukan parameter tegangan tekan beton (fc) dan tegangan tarik leleh baja
tulangan (fy) dalam proses perencanaanya?
hmmm, ya jelas ndak bisa
donk
4. Kira2 software hitung struktur
merek apa dan dari vendor mana
ya
yang
bisa
mendesain
kebutuhan
tulangan
balok,
kolom dari sebuah konstruksi
bangunan beton, jika tanpa
memasukan data fc dan fy ?
Wah jangan ngawur, Ya
jelas gak ada donk!, mana
ada software seperti itu,

Nah Sobat, dari sini saja bisa


kita ketahui bahwa keberadaan
parameter2
tersebut
sangat
penting sekali dalam proses
perencanaan struktur. Coba
bayangkan
bila
seandainya
parameter2 tersebut diatas tidak
ada?. Kira2 bisa ndak ya proses
desain struktur dilakukan?
Tentunya tidak kan hehe

Nah, setelah kita mengetahui


betapa pentingnya keberadaan

parameter2 tersebut, sekarang timbul pertanyaan, apa sih sebenarnya yang dimaksud
dengan fc, fs, fy, fu, s, y, c, Ec dan Es ?, apa sih yang dimaksud dengan tegangan
leleh dan regangan leleh itu ?
Sebelum kita akan membahas parameter-parameter tersebut lebih lanjut, mungkin ada
baiknya kita cari tahu dahulu tentang apa sih yang dimaksud dengan tegangan, regangan
dan modulus elastisitas itu
Yuk kita berkenalan dengan
mereka

TEGANGAN

Bila kita hendak mengangkat


sebuah benda tetapi kita tidak
memiliki mesin angkat maka
benda tersebut dapat kita angkat
dengan menggunakan bantuan
katrol dan tali. katrol menancap
erat pada balok diatasnya dan
tali ditempatkan pada rol katrol.
Apa yang terjadi pada kasus
ini ? benda tersebut bergantung
pada salah satu ujung tali dan
ditarik oleh kita pada ujung
yang lainnya. Tali yang tertarik
akan tegang sehingga balok katrol dapat dianggap sebagai sebuah struktur.
Dari yang sudah kita pelajari pada teori kekuatan bahan, bahwasanya tegangan tarik dapat
ditentukan dengan membagi berat beban ( berat dari benda yang menggantung pada tali )
dengan luas penampang elemennya ( tali yang memegang benda tersebut ).
keadaan ini dapat dinyatakan sebagai berikut :
= N/A
dimana :
= tegangan normal

N = gaya longitudinal (aksial)


A = luas penampang tali
Jadi disini bisa disimpulkan, bahwasanya tegangan yang terjadi pada tali merupakan
perbandingan antara gaya tarik yang bekerja pada tali dengan luas penampang tali itu
sendiri.
Penyebab terjadinya tegangan pada suatu benda, tidak hanya dari gaya tarik saja, tapi
juga bisa dari gaya tekan dan gaya lentur. Karena disini yang dijadikan contoh adalah
benda yang diangkat tali melalui rol katrol, maka yang bekerja adalah gaya tarik.
Secara redaksional, tegangan dapat diartikan sebagai berikut :
Tegangan (Stress)
Tegangan adalah Perbandingan antara gaya tarik atau tekan yang
bekerja terhadap luas penampang benda .

N / A

REGANGAN

Benda yang menggantung pada tali, menimbulkan gaya tarik pada tali , sehingga tali
memberikan perlawanan berupa gaya dalam yang sebanding dengan berat beban yang
dipikulnya (gaya aksi = reaksi). Respon perlawanan dari tali terhadap beban yang bekerja
padanya akan mengakibatkan tali menegang sekaligus juga meregang sebagai efek
terjadinya pergeseran internal di tingkat atom pada partikel-partikel yang menyusun tali,
sehingga tali mengalami pertambahan panjang (istilah jawanya : modot atau melur).

Jika pada akhirnya tali


telah
mengalami
pertambahan sejauh l
dari
yang
semula
sepanjang L, maka regangan yang terjadi pada tali merupakan perbandingan antara
penambahan panjang yang terjadi terhadap panjang mula-mula dari tali dan dinyatakan
sebagai berikut :
= L / L
dimana : L = perubahan panjang (perpanjangan) (satuan panjang)

L = panjang awal (panjang semula) (satuan panjang)


karena pembilang dan penyebutnya memiliki satuan yang sama, maka regangan adalah
sebuah nilai nisbi, yang dapat dinyatakan dalam persen dan tidak mempunyai satuan.
Regangan (Strain)
Regangan adalah Perbandingan antara pertambahan panjang (L) terhadap
panjang
mula-mula(L)
Regangan dinotasikan dengan dan tidak mempunyai satuan.

MODULUS ELASTISITAS
Besarnya pertambahan panjang yang dialami oleh setiap benda ketika meregang adalah
berbeda antara satu dengan yang lainnya, tergantung dari elastisitas bahannya. dan
elastisitas yang dimiliki oleh tiap2 benda tergantung dari jenis bahan apakah benda itu
terbuat.
Sebagai suatu contoh, anda akan lebih mudah untuk meregangkan sebuah karet gelang
daripada besi pegas yang biasanya dipakai untuk melatih otot dada.
untuk merenggangkan sebuah besi pegas, anda akan membutuhkan ratusan kali lipat dari
tenaga yang anda butuhkan untuk merenggangkan sebuah karet gelang.

Ketika diberi gaya


tarik, karet ataupun
pegas
akan
meregang,
dan
mengakibatkan
pertambahan panjang baik pada karet gelang ataupun besi pegas. Besarnya pertambahan
yang terjadi pada setiap keadaan tergantung pada elastisitas bahannya dan seberapa besar
gaya yang bekerja padanya
Semakin elastis sebuah benda, maka semakin mudah benda tersebut untuk dipanjangkan
atau dipendekan (istilah jawanya : gampang molor). Semakin besar gaya yang bekerja
pada suatu benda, maka semakin besar pula tegangan dan regangan yang terjadi pada
benda itu, sehingga semakin besar pula pemanjangan atau pemendekan dari benda
tersebut. Jika gaya yang bekerja berupa gaya tekan, maka benda akan mengalami
pemendekan, sedangkan jika gaya yang bekerja berupa beban tarik, maka benda akan
mengalami perpanjangan.

Dari sini sudah bisa disimpulkan bahwasanya regangan () yang terjadi pada suatu benda
berbanding lurus dengan tegangannya () dan berbanding terbalik terhadap ke
elastisitasannya. Ini dinyatakan dengan rumus :
= / E atau = E x
rumus ini dikenal sebagai hukum Hooke.
Dalam rumus ini, (E) adalah parameter modulus elastisitas atau modulus young. Modulus
ini adalah sebuah konstanta bahan yang memiliki nilai tertentu untuk bahan tertentu.
Seperti yang diuraikan diatas, tiap bahan mempunyai modulus elastisitas (E) tersendiri
yang memberi gambaran mengenai perilaku bahan itu bila mengalami beban tekan atau
beban tarik. Bila nilai E semakin kecil, maka akan semakin mudah bagi bahan untuk
mengalami perpanjangan atau perpendekan
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------catatan :
tidak semua regangan selalu berbanding lurus dengan tegangan, ada sebuah keadaan
dimana regangan sama sekali tidak berbanding lurus tegangan, dan ada juga regangan
yang berbanding lurus dengan tegangan hanya pada suatu kondisi tertentu saja, tapi
dikondisi lain regangannya sudah tidak berbanding lurus lagi dengan tegangannya.
mengapa demikian ? nanti akan saya jelaskan setelah ini.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Modulus Elastisitas
Modulus Elastisitas adalah sebuah konstanta bahan yang memiliki nilai
tertentu untuk bahan tertentu.
Semakin kecil modulus elastisitas sebuah benda, maka akan semakin mudah
bagi bahan untuk mengalami perpanjangan atau perpendekan. begitu pula
sebaliknya, Semakin besar modulus elastisitas sebuah benda, maka akan
semakin sulit bagi bahan untuk mengalami perpanjangan atau perpendekan
Di antara beberapa material utama konstruksi (baja, beton, kayu, aluminium), baja adalah
material yang memiliki regangan maksimum yang besar dan modulus elastisitas yang
tinggi.

HUBUNGAN TEGANGAN, REGANGAN & MODULUS ELASTISITAS

Jika sebuah benda dengan luas penampang sebesar (A), kemudian diberi
gaya tekan, tarik atau lentur (N), maka benda tersebut akan menegang
sebesar gaya (N) dibagi dengan luasan penampangnya (A). Jika gaya
tersebut dari (N) = 0 kemudian berangsur-angsur diperbesar maka benda
tersebut akan meregang (memendek/ memanjang/ membengkok) sebesar 0
sampai dengan .
Sekarang perhatikan gambar berikut.
Andaikata batang dengan
panjang L ditarik hingga
menjadi dua kali panjang
semula, atau dengan kata
lain, pertambahan panjang yang dialami sama dengan panjang semula, sehingga L = L.
ini berarti = L / L
= L/L
= 1 .. (pers. 1)
Jika persamaan 1 dimasukan ke hukum hooke = / E, maka didapat 1 = / E
Ini berarti = E
Nah sobat, sekarang terlihat berapa besarnya tegangan yang dibutuhkan untuk
meregangkan sebuah benda menjadi dua kali dari panjang semula, yaitu sebesar
modulus elastisitasnya (dengan anggapan luas penampangnya tidak berubah) wuihh,
gede banget ckckck :)
Jika hubungan tegangan dan regangan dibuat dalam bentuk grafik dimana setiap nilai
tegangan dan regangan yang terjadi dipetakan kedalamnya dalam bentuk titik-titik, maka
titik-titik
tersebut
terletak dalam suatu
garis lurus (linear)
sehingga
terdapat
kesebandingan antara
tegangan dan regangan.
(lihat gambar bawah)

Hubungan tegangan regangan seperti ini adalah linear, dimana regangan berbanding
lurus dengan tegangannya, Bahan benda yang memiliki bentuk diagram teganganregangan seperti ini disebut bahan elastis linear, dimana bahannya memiliki modulus
elastisitas yang konstan. Hukum hooke berlaku dalam keadaan ini.

Namun dalam kenyataan, tidak selalu tegangan itu berbanding lurus dengan
regangan, dimana apabila nilai dari tegangan dan regangan apabila dipetakan dalam
bentuk titik2, maka tidak terbentuk hubungan linear didalamnya. (lihat gambar bawah).

Hubungan tegangan
regangan seperti ini
adalah
non-linear,
dimana regangan tidak
berbanding
lurus
dengan tegangannya,
Bahan benda yang
memiliki
bentuk
diagram
teganganregangan seperti ini
disebut bahan elastis
non-linear,
dimana
bahannya
tidak
memiliki
modulus
elastisitas
yang
konstan. Hukum hooke tidak berlaku dalam keadaan ini.

Ada juga sob, suatu keadaan hubungan tegangan-regangan dimana hubungan linearnya
terjadi pada nilai tegangan yang rendah (hukum hooke berlaku) , dan setelah nilai
tegangannya naik maka hubungannya tidak linear lagi, sehingga hukum hooke tidak
berlaku (lihat gambar bawah)

Nah sob, ngomong2,


baja masuk dalam
kategori benda yang
memiliki
bentuk
hubungan teganganregangan yang mirip
seperti ini lho,
hehehe

ELASTIS
PLASTIS

&

Jika sebuah benda


diberi gaya tarik atau tekan, maka benda tersebut akan meregang (berdeformasi
memanjang atau memendek), Namun jika suatu ketika gaya tersebut dihilangkan, maka
benda tersebut akan kembali seperti semula (seperti sebelum diberi gaya). Keadaan ini
disebut sebagai keadaan elastis, yaitu suatu keadaan dimana benda kembali dari bentuk
deformasinya ketika beban/gaya yang bekerja pada benda tersebut dihilangkan.
Contohnya adalah karet gelang. Jika sobat menarik karet gelang, maka karet akan mulur
panjang, tapi jika sobat melepaskannya maka karet akan kembali seperti sediakala.
Dalam kondisi elastis, besarnya gaya berbanding lurus dengan besarnya deformasi.

Namun ada suatu keadaan


dimana jika gaya atau beban
yang bekerja pada benda
tersebut ditambah besarnya,
benda tersebut tidak bisa
kembali ke bentuk semula

atau kembali seperti sebelum benda tersebut berdeformasi. Keadaan ini disebut sebagai
keadaan Plastis atau Inelastis.

Pada

kondisi awal dimana beban bekerja, perpanjangan (deformasi) akan hilang jika beban
dihilangkan. Tapi jika beban terus ditingkatkan sehingga tegangan terus bertambah, maka
pada suatu titik atau batas tertentu, perpanjangannya tidak bisa hilang seluruhnya alias
terjadi regangan permanen. Nah, titik dimana mulai terjadi perpanjangan (deformasi)
secara permanen adalah titik leleh, sedangkan regangan yang terjadi saat titik ini terjadi
disebut sebagai regangan leleh dan tegangan yang mengakibatkannya disebut tegangan
leleh.
Saat titik leleh ini tercapai, maka hubungan tegangan-regangan sudah tidak linear lagi,
perpanjangan (deformasi) dari benda sudah tidak elastis lagi, tapi sudah plastis atau
inelastis, jadi sedikit saja tegangannya dinaikan, maka perpanjangan (deformasi) akan
menjadi berkali-kali lipat jika dibandingkan saat deformasinya masih elastis. Dan
seandainya tegangan terus ditambah, maka pada suatu titik tertentu perpanjangan
(deformasi) akan mencapai batasnya.
Titik saat deformasinya sudah mencapai batas disebut titik batas atau titik ultimate.
Dimana saat titik ini tercapai, deformasi benda sudah mencapai puncaknya (tinggal
menunggu saat untuk putus / runtuh saja), tidak ada kenaikan tegangan yang berarti tapi
deformasi (regangan) yang terjadi terus bertambah, ini ditunjukan dengan garis kurva
yang turun setelah titik batas tercapai (lihat gambar atas), sehingga sampai suatu titik
dimana deformasi (regangan) sudah mencapai putus (runtuhnya).

Titik dimana regangan sudah mencapai runtuh (putus) disebut sebagai titik putus /
runtuh, dan regangan yang terjadi disebut sebagai regangan putus/runtuh.

DAKTALITAS

Sekarang coba perhatikan alur keruntuhan dari sebuah benda dengan alur seperti gambar
diatas , yaitu dimulai dari titik awal (tegangan = 0 dan regangan = 0) hingga mencapai
titik putus/runtuh. Disini terlihat, bahwasanya saat deformasi benda sudah mencapai batas
elastisnya (sudah mencapai titik leleh), benda tidak langsung putus, tetapi
mengembangkan regangannya terlebih dahulu hingga mencapai titik batasnya baru
kemudian runtuh/putus.
Nah sobat,... benda yang memiliki kemampuan seperti ini, yaitu sanggup
mengembangkan regangannya sampai batas maksimal setelah terjadi pelelehan
(mencapai titik leleh) disebut sebagai benda yang daktail. Semakin daktail suatu benda,
maka semakin besar benda tersebut bisa mengembangkan regangan diatas titik lelehnya
(kurva warna merahnya semakin panjang), dan sebaliknya semakin tidak daktail suatu
benda, maka semakin kecil benda tersebut bisa mengembangkan regangan diatas titik
lelehnya (kurva warna merahnya semakin pendek).
Jadi, secara singkat daktalitas bisa diartikan sebagai berikut :
Kemampuan sebuah benda untuk mengembangkan regangan diatas titik
lelehnya

Tentu saja tidak semua benda memilki mekanisme keruntuhan dengan alur seperti yang
saya uraikan diatas. Ada benda yang mana ketika regangannya sudah mencapai leleh,
maka saat itu juga regangan putus terjadi, jadi regangan leleh sama dengan regangan
putusnya atau dengan kata lain, saat terjadi titik leleh maka saat itu benda langsung putus.
Kita ambil contoh yang paling mudah, semisal karet, saat sobat menarik karet sehingga
karet mengalami perpanjangan, maka ketika perpanjangan sudah mencapai batas (titik
leleh), maka disitu karet langsung putus, jadi tidak ada pengambangan regangan seperti
yang saya uraikan diatas.

Ngomong2 soal daktalitas,. baja tulangan termasuk benda yang memilki daktalitas yang
tinggi lho,.. yang konon sifat inilah yang membuat baja tulangan (sampai sekarang) selalu
dikolaborasikan dengan beton selain sifat utamanya, yaitu kuat menahan beban tarik.
Nah sob, salah satu sifat atau perilaku dari materal baja inilah yang harus kita pelajari
dalam kaitannya untuk memahami pengertian fs, fy, fu, s dan y.
Mengenai, seperti apa dan bagamana sifat atau perilaku dari material baja tersebut, Insya
Alloh akan dibahas pada posting selanjutnya yang berjudul Memahami Perilaku
Material Baja

Berikut adalah sekilas preview mengenai perilaku material baja tulangan sebagai bahan
untuk diskusi kita selanjutnya

BAJA TULANGAN

Perilaku materal baja tulangan dinyatakan dalam bentuk kurva hubungan teganganregangan seperti diatas.

Terdapat empat fase kurva tegangan-regangan dari baja tulangan, dimulai


dari titik awal (tegangan = 0, regangan= 0), kemudian secara kontinue
beban terus ditingkatkan hingga akhirnya baja mengalami keruntuhan
(putus) .
Fase elastis
Fase Plastis
Fase Strain hardening
Fase Necking

Anda mungkin juga menyukai