Tipe/mekanisme
Gejala
Contoh
I / IgE
Penisilin dan
Anafilaksis,
-laktam
urtikaria,
lainnya, enzim,
angioedema,
antiserum,
mengi,
protamin,
hipotensi,
heparin
nausea, muntah, antibodi
sakit abdomen, monoklonal,
diare
ekstrak
alergen, insulin
Metamizol,
fenotiazin
Agranulositosis
Anemia
hemolitik
Penisilin,
sefalosporin,
-laktam,
kinidin,
metildopa
Karbamazepin,
fenotiazin,
tiourasil,
Trombositopeni sulfonamid,
a
antikonvulsan,
kinin, kinidin,
parasetol,
sulfonamid,
propil,
tiourasil,
preparat emas
-laktam,
sulfonamid,
fenotiazin,
Panas, urtikaria,
streptomisin
atralgia,
limfadenopati
serum
xenogenik,
Serum sickness
penisilin,
globulin antitimosit
IV / hipersensitivitas selular
Penisilin,
anestetik lokal,
antihistamin
topikal,
neomisin,
Eksim
(juga pengawet,
sistemik)
eksipien
eritema, lepuh, (lanolin,
pruritus
paraben),
desinfekstan
Fotoalergi
Salislanilid
Fixed
drug (halogeneted),
eruption
asam nalidilik
Lesi
makulopapular
V / reaksi granuloma
VI / hipersensitivitas stimulasi
Barbiturat,
kinin
Penisilin,
emas,
barbiturat, blocker
Ekstrak
Granuloma
alergen,
kolagen larut
Hidralazin,
(LE
yang
prokainamid
diinduksi obat?)
Antibodi
Resistensi
terhadap
insulin
insulin (IgG)
b. Fase aktivasi yaitu waktu yang diperlukan antara pajanan ulang dengan antigen yang
spesifik dan sel mast/basofil melepas isinya yang berisikan granul yang
menimbulkan reaksi. Hal ini terjadi oleh ikatan silang antara antigen dan IgE.
c. Fase efektor yaitu waktu yang terjadi respon yang kompleks (anafilaksisi) sebagai
efek mediator-mediator yang dilepas sel mast/basofil dengan aktivasi farmakologik.
Antigen menginduksi sel B untuk membentuk antibodi IgE dengan bantuan sel Th yang
mengikat erat dengan bagian Fc-nya pada sel mast dan basofil. Beberapa minggu kemudian,
apabila tubuh terpajan ulang dengan antigen yang sama, maka antigen akan diikat oleh IgE yang
sudah ada pada permukaan sel mast dan basofil. Akibat ikatan antigen-IgE, sel mast dan basofil
mengalami degranulasi dan melepas mediator dalam waktu beberapa menit yang preformed
antara lain histamin yang menimbulkan gejala reaksi hipersensitivitas tipe I.
LO.3. . MEMAHAMI DAN MENJELASKAN REAKSI HIPERSENSIVITAS TIPE II
tersebut
mengakibatkan
vasodilatasi,
peningkatan
permeabilitas
pembuluh darah dan inflamasi.
4. Neutrofil deikerahkan untuk menghancurkan kompleks imun. Neutrofil
yang terperangkap di jaringan akan sulit untuk memakan kompleks tetapi
akan tetap melepaskan granulnya (angry cell) sehingga menyebabkan
lebih banyak kerusakan jaringan.
5. Makrofag yang dikerahkan ke tempat tersebut juga meleaskan mediatormediator antara lain enzim-enzim yang dapat merusak jaringan
Dari mekanisme diatas, beberapa hari minggu setelah pemberian serum
asing akan mulai terlihat manifestasi panas, gatal, bengkak-bengkak,
kemerahan dan rasa sakit di beberapa bagian tubuh sendi dan kelenjar
getah bening yang dapat berupa vaskulitis sistemik (arteritis),
glomerulonefritis, dan artiritis. Reaksi tersebut dinamakan reaksi Pirquet dan
Schick.
4.3. Mekanisme
Dalam keadaan normal, kompleks imun yang terbentuk akan diikat dan
diangkut oleh eritrosit ke hati, limpa dan paru untuk dimusnahkan oleh sel
fagosit dan PMN. Kompleks imun yang besar akan mudah untuk di musnahkan
oleh makrofag hati. Namun, yang menjadi masalah pada reaksi
hipersensitivitas tipe III adalah kompleks imun kecil yang tidak bisa atau sulit
dimusnahkan yang kemudian mengendap di pembuluh darah atau jaringan.
1. Komleks Imun Mengendap di Dinding Pembuluh Darah
Makrofag yang diaktifkan kadang belum dapat menyingkirkan kompleks imun
sehingga makrofag dirangsang terus menerus untuk melepas berbagai bahan
yang dapat merusak jaringan. Kompleks yang terjadi dapat menimbulkan:
Agregasi trombosit
Aktivasi makrofag
Perubahan permeabilitas vaskuler
Aktivasi sel mast
Produksi dan pelepasan mediator inflamasi
Pelepasan bahan kemotaksis
Influks neutrofil