Anda di halaman 1dari 25

Pendahuluan

Pada dasarnya, dalam proses perencanaan pembuatan gambar


bangunan sipil harus disesuaikan dengan ketentuan-ketentuan yang ada.
Dengan ketentuan-ketentuan yang ada tersebut, mahasiswa yang
khususnya mendapat mata kuliah menggambar bangunan sipil rumah 1
lantai dapat dengan mudah mengerjakan tugasnya. Selain itu mahasiswa
tersebut diharapkan untuk tidak hanya sekedar menggambar dan
mencontoh gambar yang sudah ada tanpa mengetahui ketentuanketentuan yang telah disesuaikan dengan kondisi yang ada di lapangan.
Di dalam ketentuan-ketentuan tersebut, dapat digunakan data-data
yang sudah tersedia dengan standar yang telah disesuaikan dan disamaratakan untuk setiap perencanaan suatu bangunan. Dengan mengetahui
ketentuan-ketentuan yang telah di tetapkan untuk perencanaan
pembuatan gambar bangunan sipil, maka akan membuat mahasiswa
memiliki suatu dasar yang kuat untuk membuat gambar konstruksi
bangunan sipil tanpa merekayasa atau mengada-ada angka angka atau
data yang ada.
Untuk itulah pada makalah kali ini, akan dipaparkan secara
terperinci dan lebih mendetail mengenai peraturan-peraturan yang harus
dikuasai dan diikuti dalam merancang suatu konstruksi bangunan agar
tidak mengalami kendala nantinya.

BAB I
PERATURAN-PERATURAN KONSTRUKSI BANGUNAN

1. PENGGALIAN TANAH
1.1 Tanah digali dengan kemiringan galian tanah 5:1 untuk tanah
yang gembur dengan upaya untuk menghindari runtuhan tanah,
apabila tanah mudah runtuh maka derajat kemiringan diperbesar.
(Selamet, 2012)
2. PONDASI DAN DINDING
2.1 Dasar pondasi harus mempunyai lebar yang cukup dan harus
diletakkan pada lapisan tanah asli yang keras. (Ir. Ign. Benny
Puspantoro, M.Sc)
2.2 Harus dihindarkan memasang pondasi sebagian pada tanah
keras dan sebagian lagi pada tanah lembek. (Ir. Ign. Benny
Puspantoro, M.Sc)
2.3 Pondasi harus dipasang menerus dibawah seluruh dinding
bangunan dan dibawah kolom-kolom pendukung yang berdiri
bebas. (Ir. Ign. Benny Puspantoro, M.Sc)
2.4 Pondasi harus dibuat dari bahan yang awet berada di dalam
tanah dan kuat menahan gaya-gaya yang bekerja padanya,
teruta gaya desak. (Ir. Ign. Benny Puspantoro, M.Sc)
2.5 Apabila lapisan tanah keras tidak sama dalamnya, tapi untuk
seluruh panjang pondasi dasar-dasarnya harus tetap diletakkan
pada kedalaman yang sama. (Ir. Ign. Benny Puspantoro, M.Sc)
2.6 Urugan pasir, setebal 10 cm pada bagian bawah dan
pasangan aanstamping setebal 20 cm diatas urugas pasir. (Mahdi
E, 2010)
2.7 Pasangan batu kali berbentuk trapesium dengan tinggi ratarata = 60-80 cm, luas atas = 25-30 cm, dan luas bawah = 60-80
cm diletakkan di atas aanstamping. (Hardi, 2010)
2.8 Pondasi diberi cerucuk jika tanah bekas sawah atau rawa yang
memiliki struktur tanah yang lembek, berguna sebagai akar yang
memperkokoh struktur pondasi dengan diameter 8-15 cm
2.9 Ukuran beton penampang sloof rumah 1 lantai menggunakan
ukuran 15x20 cm dengan isi tulangan 4 diameter 10 dan berada
10 cm dibawah permukaan lantai. (Endang Kusman, 2014)
2.10 Jika menggunakan bata merah ukuran ring balk = 10 x 20 cm
atau 10 x15 cm (Endang Kusman, 2014). Dan ringbalk biasanya
juga dapat berukuran 15x15 dengan tulangan pokok besi beton 4
d-8mm dan begel d 6-15cm (Danang Giusti, 2013)

2.11 Trasram dibuat dari campuran 1 semen : 2 pasir. Tinggi


pasangan trasram dibuat 20 cm di bawah dan di atas lantai +/0,00. Apabila sudah dipakai balok sloof, tinggi trasram mulai
balok sloof sampai 20 cm di atas lantai +/- 0,00. (Ir. Ign. Benny
Puspantoro, M.Sc).
3. KOLOM
3.1 Kolom utama : jarak antar kolom utama untuk rumah tinggal
3,5 m (kolom yang digunakan untuk menyanggah beban
diatasnya seperti kuda-kuda. (Muharrik Yanuar, 2009)
3.2 Kolom praktis sebagai perkuatan tembok dipasang pada :
a) Setiap jarak 3 m pada pasangan tembok lurus,
b) pertemuan-pertemuan
tembok
(pertemuan
sudut,
persilangan, dan sebagainya)
c) kanan kiri lobang pintu dan jendela untuk pegangan dan
jepitan kusennya. (Ir. Ign. Benny Puspantoro, M.Sc)
4. INSTALASI SANITASI
4.1 Kemiringan pipa saluran minimal 2% (Daukhan Permana,
2012)
4.2 Air buangan dari kamar mandi, bak cuci, talang air hujan
dapat langsung dibuang di tempat pembuangan. Bila ada riool
kota atau sungai di dekatnya, dapat di alirkan ke sana, tetapi
apabila tidak ada maka harus dibuat sumur resapan. (Ir. Ign.
Benny Puspantoro, M.Sc)
4.3 Air buangan WC (tinja) tidak boleh di buang ke riool kota atau
sungai di dekatnya, harus dimasukkan dulu ke dalam bak
penghancur kotoran (septictank). (Ir. Ign. Benny Puspantoro,
M.Sc)
4.4 Air yang mengandung sabun tidak boleh masuk ke septictank
karena dapat membunuh bakteri-bakteri penghancur . (Ir. Ign.
Benny Puspantoro, M.Sc)
4.5 Pipa air hujan dapat dibuat dengan lingkaran yang terbuka
dengan diameter 10/15/20 cm.
4.6 Septictank :
4.6.1 Jarak septictank dari bangunan = 1,5 m (Ir. Ign. Benny
Puspantoro, M.Sc)
4.6.2 Jarak septictank dari sumber air = 10 m (Ir. Ign. Benny
Puspantoro, M.Sc)
4.6.3 Ukuran, volume minimum = 1000 dm 3 untuk 4-5 orang (Ir.
Ign. Benny Puspantoro, M.Sc)
4.6.4 Ruang septictank terdiri dari ruang lumpur, ruang ambang
dan ruang basah. Terbuat dari batu kali, batu bata merah,
beton. (Puslitbang Pemukiman, 2000)
4.6.5 Septictank harus selalu ada airnya untuk proses
penghancuran kotoran oleh karena itu bak harus dibuat
rapat air. (Ir. Ign. Benny Puspantoro, M.Sc)

4.6.6 Septicktank harus dihubungkan dengan udara luar dengan


sebuah pipa hawa untuk menjaga kehidupan bakteri pada
septictank. (Ir. Ign. Benny Puspantoro, M.Sc)
4.7 Bak kontrol :
4.7.1 Dipasang pada setiap belokan dan pertemuan dari
beberapa pipa atau pergantian diameter pipa. (Ir. Ign.
Benny Puspantoro, M.Sc)
4.8 Sumur resapan :
4.8.1 Diposisikan pada sudut halaman yang terpencil dan ditutup
dengan tanah, jarak minimal 10 m dari sumber air bersih.
(Ir. Ign. Benny Puspantoro, M.Sc)
5. INSTALASI ATAP
KUDA-KUDA
5.1 Konstruksi kuda-kuda dapat dibuat dari rangka baja, beton
atau kayu.
5.2 Kuda-kuda dibuat dengan cara merangkaikan beberapa
batang kayu yang dibentuk menjadi suatu konstruksi rangka
batang, dengan bentuk dasar segitiga. (Ir. Ign. Benny Puspantoro,
M.Sc)
5.3 Ukuran kayu yang akan dipakai dapat dihitung dengan
metode Cremona terhadap beban atap yang di dukungnya,
dengan anggapan kuda-kuda terletak pada tumpuan sendi dan
rol. (Ir. Ign. Benny Puspantoro, M.Sc)
5.4 Bagian dari kuda-kuda sebagai berikut (Ir. Ign. Benny
Puspantoro, M.Sc) :
5.4.1 Kaki kuda-kuda (Split) : batang yang membentuk sudut
kemiringan atap, berfungsi sebagai tumpuan balok gording
dan beban di atasnya.
5.4.2 Balok datar (Bim Balk) : batang datar atau batang tarik
yang menahan gaya horizontal yang timbul oleh adanya
gaya yang bekerja pada kaki kuda-kuda, sehingga tembok
hanay menanggung gaya-vertikal saja.
5.4.3 Balok penggantung (Hanger) : batang tegak untuk
menahan lenturan yang akan terjadi pada batang datar.
5.4.4 Balok penyokong (Skoor) : batang yang berfungsi untuk
menyokong kaki kuda-kuda agar tidak melentur oleh beban
gording.
5.4.5 Balok gapit : dua batang kayu yang dipasang menggapit
rangka kuda-kuda agar tidak melentur ke samping.
PLAFON
5.5 Untuk daerah tropis, tinggi plafon jangan dibuat terlalu
rendah, sebaiknya dibuat setinggi 3 m atau lebih, agar sirkulas

udara dapat lancar sehingga udara dalam ruangan tidak pengab


dan panas. (Ir. Ign. Benny Puspantoro, M.Sc)
5.6 Bahan untuk plafon (Ir. Ign. Benny Puspantoro, M.Sc) :
5.6.1 Eternit : ukuran 1 m x 1m, ada yang polos atau bermotif
kembangan.
5.6.2 Triplek : ukuran 1,22 m x 2,44 m, yang dapat juga
dipotong-potong menjadi ukuran yang lebih kecil lagi, misal
60 cm x 120 cm, 40 cm x 80 cm, atau potongan lain yang
disesuaikan dengan lembaran triplek tersebut.
5.6.3 Acoustic : ukuran 30 cm x 60 cm
5.6.4 Lain-lain : karpet, kaca, papan atau reng, alumunium.
5.7 Pada ranka plafon ada yang disebut balok induk, yaitu balok
utama rangka plafon kemudian di antara balok induk ini dipasang
batang pembagi pertama dengan ukuran kayu lebih kecil, dan di
antara batang pembagi ini masih ada batang pembagi kedua
yang dipasang menyilang batang pembagi pertama. (Ir. Ign.
Benny Puspantoro, M.Sc)
5.8 Ukuran kayu untuk rangka plafon (Ir. Ign. Benny Puspantoro,
M.Sc) :
5.8.1 Balok induk : 6/12 untuk bentang 2-3 m, 8/14 untuk
bentang 3-5 m.
5.8.2 Balok pembagi pertama : 6/8 untuk bentang 2-2,5 m, 5/7
untuk bentang 1-2 m.
5.8.3 Batang pembagi kedua : 4/6 untuk bentang 1 m atau
kurang.
ATAP
5.9 Sudut kemiringan atap (Ir. Achmad Archajadi dan Agus Dwi
Hariyanto, S.T.,M.Sc., 2009) :

N
O
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

NAMA PENUTUP ATAP


GENTENG
SIRAP
ATAP GELOMBANG
RUMBIA/ILALANG
BETON
KACA
SENG
ALUMUNIUM
TEGOLA
IJUK
BAMBU
POLYCARBONAT

SUDUT KEMIRINGAN
ATAP (0)
300-400
250-400
150-250
>400
10-20
100-200
200-250
200-250
>250
>400
>300
100-200

6. INSTALASI LISTRIK
6.1 Penentuan jalur termasuk penentuan titik cabang yang
terhubung dengan masing-masing komponen harus lebih efektif,
sehingga nantinya setiap trek sirkuit terpasang dengan rapi,
efisien, dan aman bagi penghuni rumah. (Rumah Bagus, 2014)
6.2 Penanaman ground : pemasangan ground (dibumikan) hanya
dilakukan dengan tangan, hindari menggunakan palu ketika
pemasangan. Hal ini untuk menghindari batang tanah tidak
membungkuk atau bahkan lapisan tembaga akan mengupas yang
dapat mengurangi kinerja batang tanah. Jika tanah di tanah batang
atau terhambat batu material lainnya ditambatkan, penanaman harus
digeser ke bagian lain dari tanah, tentu saja, dengan juga
mempertimbangkan panjang BC kabel ke kotak pengaman. Tinggalkan
tanah batang sekitar 20 cm permukaan tanah untuk menghubungkan
kabel ke kotak penyimpanan SM. Setelah itu kita mengikat kabel BC
pada sisa batang tanah. Pastikan BC kabel dan batang tanah diikat
sehingga ada hubungan antara dua bahan yang. Setelah kabel BC
tanah batang terpasang, masuki tanah batang ke dalam tanah secara
keseluruhan dan kemudian meratakan permukaan tanah menggunakan
mortir. (Rumah Bagus, 2014)
6.3 Instalasi fuse box ( Box Sekring) : Pemasangan kotak sekering
yang harus dilakukan dalam hubungannya dengan kabel MYM 3 4
dalamnya. Tahap pertama membuat kotak sekering di dinding dengan
ukuran sedikit lebih besar dari kotak sekering. Untuk saluran kabel NYM
3 4 harus dilakukan melalui sisi dinding, untuk jalan yang akan
dibuat sehingga NYM kabel 3 4 tidak terlihat ketika dinding
dipangkas. (Rumah Bagus, 2014)

BAB II
MENGGAMBAR BANGUNAN SIPIL RUMAH TINGGAL 1 LANTAI

1. Siteplan
a. Lokasi rumah yang akan dibangun berada pada Jl. Perumahan
Baru,dengan panjang dan lebar tanah 16 m x 15 m serta luas
rumah 120 m2 yang berada di area perumahan Permai
Residence.

Gambar. 1 Siteplan (meter)

SITEPLAN
1:600

2. Denah
Gambar 2. Denah Rumah (meter)

DENAH RUMAH
1:200

Keterangan :
ditentukan. (poin 3.1 dan
3.2)
Garis
sempadan
bangunan (garis batar
luar
pengaman
yang
ditetapkan
dalam
mendirikan
bangunan)
dengan jarak 5 m

Ketika
membuat
denah
harus sudah mengetahui
letak kolom praktis maupun
kolom utama yang berguna
untuk menopang kuda-kuda
dengan
jarak
yang

3. Pondasi dan Dinding


Rencana Pondasi

Gambar 3. Rencana Pondasi (meter)


RENCANA PONDASI
1:200

a. Tanah digali disetiap bangunan karena tanah sawah


merupakan tanah yang lembek, maka harus di gali dan diisi
oleh tanah urug agar lebih stabil karena menggunakan
pondasi batu kali.

Gambar. 4 Galian tanah pondasi potongan A-A(meter)

GALIAN TANAH

Detail Pondasi
1:200

a) Pondasi
dibuat
dengan
ukuran lebar bawah 80 cm
dan atas 40 cm karena
harus memiliki lebar yang
cukup karena memiliki daya
dukung
yang
membuat
pondasi
tidak
mudah
amblas ke dalam lapisan.
(point 2.1)
b) Dihindari
memasang
pondasi pada tanah humus

yang
tidak
dapat
mendukung pondasi. (point
2.2)
c) Urugan pasir diberi pada
bagian bawah setelab 5 cm
dengan
aanstamping
setebal 15 cm diatasnya
(point 2.6)
d) Tinggi
pondasi
yang
digunakan adalah 90 cm
karena pada jarak lebih dari

50 cm tanah dianggap
sudah
stabil
sehingga
menghindari
perletakan

pondasi pada tanah yang


tidak stabil (2.7)
e)
f)
Gambar
Pondasi A (meter)
g)

5.

Detal

DETAIL PONDASI A-A

h)

1:25

i)

diameter cerucuk 10 cm.


(point 2.8)
l) f. Pada detail pondasi B
lebar bawah 80 cm dan
lebar atas 40 cm dengak
kedalaman 9
m) 0 cm (point 2.7)

j)
k) e. Tanah bekas sawah dan
rawa diberi cerucuk dengan
p)
q)
r)

n) g. Ukuran beton sloof 15 x


20 cm dan berada 10 cm
dibawah
permukaan
lantai(point 2.9)
o)

Gambar 7. Detail Pondasi B (meter)


DETAIL PONDASI B
1:40

s) h. Ukuran ringbalk 10x15


dengan tulangan pokok besi
beton diamter 4 diamter
8mm dan begel diameter 615cm

t)
u)
v)

w)
x)
y) Note : Skala detail pondasi pada kertas A3 adalah 1: 10 sedangkan
skala yang terdapat pada gambar disini adalah skala pada kertas
A4.

4. Rencana
Sanitasi
a) Kemiringan pipa
saluran minimal
2% (point. 4.1)
b) Air
buangan
dari
kamar
mandi dan bak
cuci
harus
dibuatkan
sumur resapan
dan
kotoran
tinja
harus
dibuatkan
septictank serta
air
yang
mengandung
sabun
dibuatkan bak
kontrol
(point
4.2, 4.3 dan
4.4)
z) Gambar 8. Rencana Sanitasi (meter)
aa)
ab)
ac)
ad)
ae)
af)
ag)
ah)
ai) Gambar 9. Detail
Septicktank (meter)
Septictank :
a) Jarak septictank ke
bangunan dan
pondasi pagar = 1.5
m,
b) Jarak septictank ke
sumur resapan = 2.5
m,

RENCANA SANITASI
1:200

c) Jarak septictank ke sumber air bersih = +/- 10 m agar tidak


mencemari air,
d) Ukuran volume +/- 1000 dm3 (point 4.61 hingga 4.6.6).
Bak Kontrol :
a) air buangan dari kamar mandi dan wastafel di salurkan ke
sumur resapan dan pada setiap belokan 900 diberi bak
kontrol untuk menghindai kemampatan pada saluran

aj)

ak)

Gambar 10. Detail Bak Kontrol (meter)

al)

am)

Gambar 11. Detail Sumur Resapan (meter)


an)

Sumur resapan :
a) Berada pada 2,5 m dari septictank
b) Diposisikan pada sudut atau pojok halaman yang ditutup
dengan tanah (point 4.8.1)
ao)

5. Instalasi Atap
ap)
Kuda-kuda

aq)

RENCANA ATAP
1:185

ar)Gambar 12. Rencana Atap (meter)


a) Kuda-kuda terbuat dari kayu dengan bentuk dasar segitiga (point
5.1), dihitung dengan metoda cremona (point 5.2)
b) Kuda-kuda diletakkan pada kolom utama yang berfungsi mendukung
beban dari kuda-kuda itu sendiri.
c) Kemiringan atap genteng adalah 30o karena jika derajatnya lebih
besar dari batas yang ditentukan maka akan membuat atap mudah
longsor.
as)

at) Gambar 13. Rencana kuda-kuda pada potongan B-B (meter)


au)

av)

aw)

ax)

ay)

az)

Gambar 14. Detail


Kuda-kuda

ba)
bb)
Plafon
a) Plafon dibuat dengan tinggi 3,5 m agar sirkulasi udara lancar
(point5.5)
b) Plafon menggunakan eternit dengan ukuran 1 m x 1m (point 5.6.1)

bc)
bd)
be)
bf)

Gambar 15. Rencana Plafon (meter)

RENCANA PLAFON
1:200

bg)
bh)

6. Instalasi Listrik

a. Sekring dan meteran diletakan di depan rumah untuk


kemudahan akses.
b. Penentuan jalur termasuk penentuan titik-titik cabang dari
alat-alat elektronik yang terhubung dengan komponen listrik.

bi)

bj) Gambar 16. Rencana Listrik (meter)


bk)
bl)

RENCANA LISTRIK
1:185

bm)

7. Tampak
bn)

bo)

bp)

bq)

Gambar 17. Tampak (meter)

br)
bs)
bt)
bu)

TAMPAK RUMAH
1:240

bv)
bw)
bx)

by)

bz)

ca)

Gambar 18. Rencana Kusen dan Jendela (meter)

cb)
cc)
cd)

Daftar Pustaka
ce)

1. Archajadi, achmad dan Agus Dwi Hariyato. Buku Panduan Gambar


Bestek Rumah Tinggal 1 Lantai dan 2 Lantai..Surabaya:Jurusan
Arsitektur, FTSP Universitan Kristen Petra. 2009.
2. Architecture Interior Lanscape . Merancang Tanki Septik (Septic Tank).
24 Juli 2011

cf) https://19design.wordpress.com/2011/08/02/merancang-tangkiseptik-septictank/
3. Hardi. Pondasi Bangunan. 4 Januari 2010
cg)
https://hardi91.wordpress.com/2010/04/pondasi-bangunan/
4. Kusman, Endang. Beton, Kolom, Sloof dan Ring Balk pada
Bangunan Rumah 1 Lantai. 19 Oktober 2014
ch)
http://www.designrumahsederhana.com/beton-kolom-sloofdan-ring-balk-pada-bangunan-rumah-1-lantai
5. Mahdi W. Menghitung Ukuran, Dimensi Pondasi Menerus Batu Kali.
13 Januari 2014
ci) http://www.hdesignideas.com/2014/01/menghitung-ukuran-dimensipondasi.html?m=1

6. Permana, Daukhan. Merancang Septic Tank. 2012


cj) http://daukhan-arsitek.com/2012/03/Merancang-Septiv-Tank/
7. Public Health. Syarat Septic Tank. 6 Agustus 2009
ck)
http://inspeksisanitasi.blogspot.com/2009/08/septic-tank.html?
m=1
8. Puspantoro, Benny. Konstruksi Bangunan Gedung Tidak Bertingkat :
Edisi Revisi. Yogyakarta : Atma Jaya Yogyakarta.
9. PUSLITBANG PEMUKIMAN.Tata Cara Perencanaan Tangki Septik
Dengan Sistem Resapan (03-2398-2002) BALITBANG-60736. 2002
cl) http://pustaka.pu.go.id/new/print-detail.asp?kode=BALITBANG60736&jenis=mono
10.
Rumah Minimalis Bagus. Tahapan Pemasangan Instalasi
Listrik Rumah. 13 November 2014
cm)
http://rumahbagus.info/tahapan-pemasangan-instalasi-listrikrumah/
11.
Samitra Arsitek. Contoh Rangkaian dan Instalasi Listrik
Rumah Sederhana. 8 Januari 2015
cn)
http://spacehistories.com/contoh-rangkaian-dan-instalasilistrik-rumah-sederhana/
12.
Selamet. Pondasi : Konstruksi Gambar Bangunan 1. 15
Februari 2012
co)
http://selametsucces.blogspot.com/2012/02/pondasikonstruksi-gambar-bangunan-1.html?m=1
13.
Suhendra, Acep. Teknik Pondasi. 2011
cp)
https://aconkmedia.wordpress.com/teknik-pondasi/
14.
Yanuar, Muharrik. Kolom Beton Dalam Konstruksi Bangunan.
14 Juli 2009
cq)
https://muharrikyanuar.wordpress.com/2009/07/14/kolombeton-dalam-konstruksi-bangunan/
15.
Zainal A.Z. . Cara Terbaik Membangun Rumah. Jakarta.
Gramedia Pustaka Utama, 1993
16.
Zulfikar. Hubungan Kuda-Kuda Dengan Kolom. 19 Desember 2012
cr) http://ilmu-konstruksi.blogspot.com/2012/12/hubungan-kuda-kudadengan-kolom.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai