Anda di halaman 1dari 62

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Diabetes Melitus


2.1.1 Pengertian Diabetes Melitus
Diabetes melitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai
oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia (smeltzer, & Bare.
2002: 1220).
Diabetes melitus merupakan penyakit sistemis, kronik, dan multifaktorial
yang dicirikan dengan hiperglikemia dan hiperlipidemia. Gejala yang timbul
adalah akibat kurangnya sekresi insulin atau ada insulin dikaitkan dengan
gangguan mikrovaskular dan makrovaskular, gangguan neuropatik, dan lesi
dermopatik. Pada tahun 1997, Expert Committee on the Diagnosis and
Classification of Diabetes Mellitus of the American Diabetes Association
menerbitkan klasifikasi baru diabetes melitus: tipe 1 adalah diabetes mellitus atau
non-insulin-dependen diabetes mellitus (IDDM) dan tipe 2 atau non-insulindefenden diabetes mellitus (NIDDM). Faktor-faktor yang dikaitkan dengan IDDM
dan NIDDM adalah genetic, hereditas, autoimunitas, dan lingkungan. (Barodero
Mary, dkk. 2009: 85).
Diabetes melitus merupakan kelainan defisiensi atau resistensi insulin yang
absolute atau relative ditandai oleh gangguan metabolisme karbohidrat protein dan
lemak (Hartono, 2012: 112).

2.1.2

Etiologi Diabetes Melitus


Menurut Smeltzer dan Bare (2002: 1224), penyebab dari diabetes

melitusadalah:
1) Diabetes Tipe I
(1) Faktor genetik.
(2) Faktor imunologi.
(3) Faktor lingkungan.
2) Diabetes Tipe II
(1) Usia.
(2) Obesitas.
(3) Riwayat keluarga.
(4) Kelompok genetik.
Menurut Smeltzer and Bare, 2002: 1221 Insulin dependent diabetes melitus
(IDDM) atau diabetes melitus tergantung insulin (DMTI) disebabkan oleh
destruksi sel pulau langerhans akibat proses autoimun. DM tipe 1 ini biasanya
ditandai oleh awitan mendadak yang terjadi pada segala usia, tetapi biasanya usia
muda (<30 tahun) . Sedangkan Non-Insulin dependent diabetes melitus (NIDDM)
disebabkan oleh karena kegagalan relatif sel dan resistensi insulin. Resistensi
insulin adalah turunnya kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan
glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat produksi glukosa oleh hati.
sel tidak mampu mengimbangi resistensi ini sepenuhnya, artinya terjadi
defisiensi relatif insulin. Ketidakmampuan ini terlihat dari berkurangnya sekresi
insulin pada rangsangan glukosa, maupun pada rangsangan glukosa bersama

bahan perangsang sekresi insulin lain. Berarti sel pankreas mengalami


desinsitisasi terhadap glukosa (Mansjoer, 2000: 580).
2.1.3

Patofisiologi Diabetes Melitus


Menurut Baradero (2009: 87), patofisiologi dari diabetesmelitus adalah:

Apabila jumlah atau dalam fungsi/aktivitas insulin mengalami difesiensi


(kekuranganI insulin, hiperglikemia akan timbul dan hiperglikemia ini adalah
diabetes. Kekurangan insulin ini bisa absolut apabila pankreas tidak menghasilkan
sama sekali insulin atau menghasilkan insulin, tetapi dalam jumlah yang tidak
cukup, misalnya yang terjadi pada IDDM (DM tipe 1). Kekurangan insulin
dikatakan relative apabila pankreas menghasilkan insulin dalam jumlah yang
normal, tetapi insulinnya tidak efektif. Hal ini tampak pada NIDDM (DM tipe 2),
ada resistensi insulin. Baik kekurangan insulin absolut maupun relatif akan
mengakibatkan gangguan metabolisme bahan bakar, yaitu karbohidrat, protein,
dan lemak. Tubuh memerlukan bahan bakar untuk melangsungkan fungsinya,
membangun jaringan baru, dan memperbaiki jaringan. Penting sekali bagi pasien
untuk mengerti bahwa diabetes bukan hanya gangguan gula maupun kriteria
diagnosiknya memakai kadar glukosa serum. Perawat perlu menjelaskan kepada
pasien bahwa diabetes mempengaruhi cara hidup memakai karbohidrat, protein
dan lemak.
Diabetes adalah salah satu penyakit yang sulit dimengerti oleh pasien dan
pemberi asuhan. Pengertian penyakit DM mungkin bisa dipermudah dengan
mempelajari star player diabetes melitus. Hormone berfungsi sebagai board of
directors

dalam

kaitan

dengan

metabolisme,

yaitu

mengarahkan

dan

mengendalikan kegiatan. Board of directors mempunyai representasi pankreas

10

(insulin dan glukagon), kelenjar hipofisis (GH dan ACTH), korteks adrenal
(kortisol), sistem saraf autonomik (norepinefrin), dan medulla adrenal (epinefrin).
Dari semua hormone yang terkait dalam metabolisme glukosa, hanya insulin yang
bisa menurunkan gula darah. Hormone yang lain adalah counterregulatory
hormones karena bisa membuat gula darah meningkat. Insulin adalah hormone
yang kurang (absolute atau relative dalam penyakit DM. hormone insulin
disintesis (dihasilkan) oleh sel beta Pulau Langerhans yang terdapat pada
pankreas. Peran insulin adalah melihat bahwa sel tubula dapat memakai bahan
bakar. Insulin berperan sebagai kunci yang bisa membuka pintu sel agar bahan
bakar bisa masuk kedalam sel. Pada permukaan setiap sel terdapat reseptor.
Dengan membuka reseptor (oleh insulin), glukosa dan asam amino bisa masuk
kedalam sel tubuh.
Glukosa, asam amino, dan produk metabolik lainnya tidak bisa masuk
kedalam sel sehingga sel tanpa hormon insulin tidak bisa memakainya untuk
memperoleh energi. Glukosa yang tidak bisa masuk kedalam sel akan tertimbun
dalam darah. Bagian endoktrin pankreas memproduksi, menyimpan, dan
mengeluarkan hormone dari pulau Langerhans. Pulau Langerhans mengadung
empat kelompok khusus, yaitu alfa, delta, beta dan sel F. Selalfa menghasilkan
glukagon, sedangkan sel beta menghasilkan insulin. Kedua hormon ini membantu
mengatur metabolisme. Sel delta menghasilkan somatostatin (faktor penghambat
pertumbuhan hipotolamik) yang bisa mencegah sekresi glukagon dan insulin. Sel
F menyekresi polipeptida pankreas yang dikeluarkan kedalam darah setelah
individu makan. Fungsi pankreas polipeptida belum diketahui secara jelas.

11

Penyebab gangguan endktrin utama pankreas adalah produksi dan kecepatan


pemakaian

metabolik

insulin.

Kurangnya

insulin

secara

relatif

dapat

mengakibatkan peningkatan glukosa darah dan glukosa dalam urin. Dalam


keadaan normal, makanan yang telah dicerna dalam gastrointestinal diubah
menjadi glukosa, lemak, dan asam amino serta masuk kedalam peredaran darah.
Dengan insulin, hepar dapat mengambil glukosa, lemak, dan asam amino dari
peredaran darah. Hepar menyimpan glukosa dalam bentuk glikogen, yang
disimpan dalam sel otot dan sel lemak. Cadangan ini (glikogen), dapat diubah
kembali menjadi glukosa apabila diperlukan.
Kurangnya insulin, baik relatif maupun absolut, akan mengakibatkan
hiperglikemia dan terganggunya metabolisme lemak. Setelah makan, karena
jumlah insulin tidak cukup atau insulin tidak efektif, glukosa tidak bisa ditarik
dari peredaran darah dan glikogenesis (pembentukan glikogen dari glukosa) akan
terhambat. Karena sel tidak dapat memperoleh bahan bakar, hepar memproduksi
glukosa (melalui glikogenesis atau glukoneogenesis) dan mengirim glukosa ke
dalam peredaran darah. Keadaan ini akan memperberat hiperglikemia. Jaringan
perifer yang dependen pada insulin seperti otot dan jaringan lemak karena tidak
bisa mengambil bahan bakar dari darah (tidak ada insulin), akan memetabolis
glikogen yang tersimpan dalam otot dan jaringan lemak.
Transpor asam amino ke dalam sel otot memerlukan insulin. Tanpa insulin,
sintesis dan ambilan protein ke dalam sel akan terganggu. Metabolisme trigiselida,
asam lemak dan gliserol juga ikut terganggu. Seharusnya yang terjadi adalah
lipogenesis pembentukan trigiselida, tetapi yang terjadi adalah lipolisis

12

(pemecahan trigiselida). Oleh karena itu, hepar akan meneruskan dan


meningkatkan pembentukan badan keton dari asam lemak.
Perubahan dalam metabolisme ini mengakibatkan glikosuria karena glukosa
darah sudah mencapai kadar ambang ginjal, yaitu 180 mg/dl pada ginjal yang
normal. Dengan kadar glukosa darah 180 mg/dl, ginjal sudah tidak bisa
mereabsorpsi glukosa dari filtrat glomerulus sehingga timbul glikosuria. Karena
glukosa menarik air, osmotic di uretik akan terjadi yang mengakibatkan poliuria.
Poliuria akan mengakibatkan hilangnya banyak air dan elektrolit lewat urine,
terutama natrium, kolida, kalium, dan fosfat. Hilangnya air dan natrium akan
mengakibatkan sering merasa haus dan peningkatan asupan air (polidipsia).
Karena sel tubuh juga mengalami kekurangan bahan bakar (cell starvation),
pasien merasa sering lapar dan ada peningkatan asupan makanan (polifagia). Pada
IDDM, lingkaran setan dengan hilangnya banyak glukosa (lewat urine) dan
glukosa yang tidak dapat dipakai (dalam darah) akan mengakibatkan banyak
kalori yang hilang dan berat badan pasien menurun walaupun ia banyak makan
Pada meriksaan laboratorium (darah), dapat tampak :
1) Peningkatan serum glukosa, trigliserida, kolesterol, dan data keton.
2) Penurunan serum natrium, kalium, klorida, dan fosfat.
Defisit insulin yang ringan dapat menimbulkan hiperglikemia dan glikosuria
setelah makan. Akan tetapi, defisit yang berat bisa menimbulkan hiperglikemia,
glikosuria, dan katabolisme protein setiap saat.
Apabila perubahan yang telah di bahas tidak di tangani, komplikasi DM
kronis dan akut bisa timbul. Pada komplikasi akut, pasien bisa mengalami mual,

13

muntah-muntah, memberatnya masalah cairan dan elektrolit bisa dengan cepat


berkembang ke comahyperglycemia atau diabetik ketoacidosis (DKA).
Pada komplikasi kronis, pasien bisa mengalami gangguan mikrovaskular,
makrovaskular, atau neuropati.
2.1.4Manifestasi Klinik
Menurut Dalimarta (2014:12) menifestasi Diabetes Melitus adanya gejala
yaitu:
1) Poliuri (sering kencing dalam jumlah banyak)
2) Polidipsi (banyak minum)
3) Polifagi (rasa lapar yang semakin besar)
4) Lemas
5) Berat Badan Menurun
6) Kesemutan
7) Mata kabur
8) Impotensi pada pria
9) Gatal (Pruritus) pada vulva
2.1.5 Komplikasi Diabetes Melitus
Sedangkan menurut (Barodero Mary, dkk.2009:106) komplikasi diabetes
melitus diklasifikasikan menjadi akut dan kronis. Yang termasuk dalam
komplikasi akut adalah hipoglikemia, diabetes ketoasidosis (DKA), dan
hyperglycemic hyperosmolar nonketotic coma

(HHNC). Yang termasuk

komplikasi kronis adalah retinopati diabetik, nefrofati diabetik, neuropatik,


dislipidemia, dan hipertensi.

14

2.1.5.1 Kompikasi akut


1) Hipoglikemia
Hipoglikemia adalah keadaan dengan kadar glukosa darah di bawah 60
mg/dl, yang merupakan komplikasi potensial terapi insulin atau obat hipoglikemia
oral. Penyebab insulin eksogen atau hipoglikemik oral antara lain:
(1) Regimen insulin yang tidak fisioligis.
(2) Overdosis insulin atau sulfonylurea.
(3) Tidak makan.
(4) Tidak mengonsumsi kudapan yang telah direncanakan.
(5) Gerak badan tampa kompensasi makanan.
(6) Penyakit ginjal stadium akhir.
(7) Penyakit hati stadium akhir.
(8) Konsumsi alkohol.
2) Diabetes ketoasidosis.
Diabetes ketoasidosis adalah akibat yang berat dari defisit insulin yang berat
pada jaringan adipose, otot skeletal, dan hepar. Jaringa tersebut termasuk sangat
sensitif terhadap kekurangan insulin. DKA dapat dicetuskan oleh infeksi
(penyakit).
Prinsip dan prioritas manajemen diabetes ketoasidosis:
(1) Pemantauan.
(2) Glukosa darah finger-stick setiap jam.
(3) Kalium serum setiap jam.
(4) Bikarbonat setiap dua jam.
(5) Gas darah arteri setiap 2-4 jam.

15

(6) EKG kalau perlu.


(7) Tambahan pemantauan bergantung pada keadaan pasien (pemantaun
jantung, tekanan vena sentral, intubasi nasogastrik, dan kateter foley).
(8) Asupan dan haluaran.
(9) Rehidrasi melalui IV.
(10) Defisif cairan bias lebih dari enam liter.
(11) Salin normal 500 ml/jam dalam satu jam pertama, kemudian 250 ml/jam.
(12) Hindari larutan hipotonik (salin normal 0,45%) karena bisa menghindari
resiko untuk edema serebral.
(13) Beri insulin IV untuk mengendalikan glukoneogenesis, lipolisis,
ketogenesis serta meningkatkan pemakaian glukosa otot skeletal.
(14) Insulin harus diberikan lewat IV, mulai dengan kecepatan 0,1 U/kg berat
badan. Apabila tidak ada masalah dengan volume cairan seperti adanya
gagal jantung kongestif, larutan 50 ml insulin regular dalam 50 ml salin
normal; kemudian 1 U 10 ml. atur tetesan per jam 0,1 U (1 ml) sampai
glukosa darah mencapai 70-150 ml/dl.
(15) Insulin reguler IV bolus mencapai efek hanya dalam lima menit sehingga
tidak bermamfaat.
(16) Apabila pasien sudah bisa menerima cairan karbohidrat per oral, tambahan
insulin diberikan secara subkuta.
(17) Apabila pasien sudah bisa makan, teruskan program insulin yang
dipakainya sebelum terjadi ketoasidosis. Jangan hentikan IV insulin (infuse)
sampai dua jam setelah insulin subkutan diberikan untuk mencegah
hilangnya kendali hepar terhadap glukosa.

16

(18) Penggantian elektrolit yang hilang.


(19) Kalium IV apabila haluaran urine sudah membaik.
3 mEq/L, beri 40-60 mEq/jam.
3-4 mEq/L, beri 30 mEq/jam.
4.5 mEq/L, beri 20 mEq/jam.
6 mEq/L, jangan beri kalium.
(20) Beri separuh sebagai kalium fosfat klorida dan sebagai kalium fosfat untuk
mengganti fosfat yang hilang.
(21) Bikarbonat diberikan hanya apabila pH darah adalah 7,0 dan pasien
mengalami hipotensi, syok, atau disritmia. Harus diberikan IV pelan-pelan
dan dihentikan apabila pH 7,0. Komplikasi bikarbonet adalah edema
serebral yang fatal.
(22) Hitung leukosit dan diferensial. Leukositosis bisa timbul.
(23) Tangani penyebab pepsis (IM silent). Pasien dengan DM dan kehilangan
kendali terhadap glukosa darah secara akut, perlu diperhitungkan
kemungkina IM selent.
(24) Penyuluhan kesehatan tentang cara pencegahan dan penanganan secara
dini.
3) Hyperglycemic hyperosmolar nonketotic coma (HHNC).
HHNC adalah kompikasi akut DM tipe 2. Patofisiologi dan tanda-tanda
klinik yang terjadi sama dengan DKA dengan beberapa pengecualian. Pada
HHNC terdapat:
(1) Dehidrasi berat. Pasien bisa mengalami deficit cairan sebanyak 8-9 liter.
(2) Tingkat hiperglikemia juga lebih berat, bisa 600-2.000 mg/dl.

17

(3) Osmolaritas serum adalah 350mOsm/L atau lebih.


(4) Tidak ada ketosis karena orang dengan DM tipe 2 mempunyai cukup
insulin.
(5) Biasanya ada gangguan dasar pada sistem saraf sentral (serebrovaskular)
yang bisa mengganggu persepsi pasien terhadap rasa haus sehingga cairan
yang hilang tidak dapat diganti dan dehidrasi bertambah berat.
(6) Biasanya, ada infeksi atau penyakit.
HHNC merupakan kondisi kedaruratan medis. Penanganan utama adalah
rehidrasi dengan larutan hipotonik intravena (salin normal 0,45%). Pasien ini
diberikan larutan hipotonik karena pasien ini adalah hiperosmolar. Setelah pasien
direhidrasi, masalah hiperglikemia juga akan teratasi. Pasien tidak perlu diberikan
insulin.
2.1.5.2 Komplikasi kronis
Klasifikasi komplikasi kronis adalah mikrovaskular (menyangkut pembuluh
darah kecil) dan makrovaskular (menyangkut pembuluh darah besar). Komplikasi
ini adalah akibat lama dan beratnya hiperglikemia. Perubahan pada pembuluh
darah mengakibatkan retinopati diabetik, nefropati diabetik, neuropati perifer dan
autonomik, penyakit vascular perifer, penyakit serebrovaskular (stroke), serta
penyakit arteri koroner. Komplikasi dari DM Tipe 1 jarang ditemukan dalam 5-10
tahun setelah penyakit diketahui. Rokok bisa mempercepat tumbuhnya komplikasi
mikrovaskular dan makrovaskular.
1) Retinopati diabetik
Lesi paling awal yang timbul adalah mikroaneurisma pada pembuluh retina.
Terdapat pula bagian iskemik, yaitu retina akibat kekurangan aliran darah retina.

18

Respon terhadap iskemik retina ini adalah pembentukan pembuluh darah baru,
tetapi pembuluh darah tersebut sangat rapuh sehingga mudah pecah dan
menyebabkan

pendarahan

vitreous

(pendarahan

dalam

cairan

vitreous).

Pendarahan ini bisa mengakibatkan ablasio retina (lepasnya retina) atau berulang
yang mengakibatkan kebutaan permanen. Pengobatan dengan laser fotokoagulasi
dapat menutup kebocoran pembuluh darah retina. Pemeriksaan oftamologis setiap
tahun sangat dianjurkan.
2) Nefropati diabetik
Lesi renal yang khas dari nefropati diabetik adalah glomerulosklerosis yang
nodular yang tersebar di kedua ginjal yang disebut sindrom Kommelstiel-Wilson.
Glomerulosklerosis nodular dikaitkan dengan proteinuria, edema, dan hipertensi.
Lesi sindrom Kommelstiel-Wilson ditemukan hanya pada DM. sekitar 10-35%
pasien dengan DM menderita kompikasi ini. Permulaan nefropati diabetik adalah
hipertrofi

dan

hiperfiltrasi

glomerulus.

Pemeriksan

urine

menunjukkan

mikroalbuminuria yang bisa berkembang menjadi albuminuria atau proteinuria,


(300 mg albumin/24 jam). Proteinuria mempunyai prognosis yang jelek dan laju
mortalitas yang tinggi. Hipertensi adalah faktor paling mempercepat timbulnya
nefropati

diabetik.

Pengendalian

tekanan

darah

secara

agresif

dapat

memperlambat timbulnya nefropati diabetik. Penelitain menunjukkan bahwa


albuminuria bisa berkurang apabila tekanan darah dapat dikendalikan pada batas
normal, albuminurianya lebih sedikit dengan tekanan darah 132/74 dari pada
140/80 mmHg. Inhibitor enzim pengubah angiotensi (Captropil) dapat
memperlambat perkembangan albuminuri. Selain itu, pengurangan protein dalam
makanan juga banyak membantu.

19

3) Neuropati
Neuropati diabetik terjadi pada 60-70% individu DM. Neuropati diabetik
yang paling sering ditemukan adalah neuropati perifer dan autonomik.
Polineuropati sensori perifer simetris. Pada polineuropati sensori perifer
simetris, terjadi perubahan sensori dan hilangnya sensori secara simetris, yang
terjadi pada kedua kaki dan kedua tangan. Biasanya, ekstremitas bawah yang
terkena pertama karena ekstermitas bawah mempunyai saraf yang paling panjang
diseluruh tubuh. Yang termasuk dalam sensoris yang abnormal adalah parestesia
(sensori kesemutan, rasa seperti ditusuk dengan jarum dan kebas). Sensasi yang
abnormal ini lebih berat pada malam hari dan bisa mengganggu tidur pasien.
Peruabahan in berlangsung perlahan tetapi progesif.
Neuropati perifer yang nyeri. Neurotransmitter yang menyebabkan nyeri
telah diketahui yaitu substansi P. pemakaian nakotika untuk nyeri yang kronis
tidak dianjurkan. Selain tidak bisa menghilang nyeri, obat narkotika dapat
membuat pasien menjadi ketergantungan pada obat. Obat anti-inflamasi
nonsteroid dan asetaminofen dapat membantu mengurngi/menghilangkan rasa
nyeri.
4) Dislipidemia
Lima puluh persen individu dengan DM mengalami displipidemia. Ada
peningkatan kolesterol LDL (low-densitylipoprotein) dan trigliserida yang bisa
mengakibatkan aterosklerosis. Karena resistensi insulin, profil lipid pasien dengan
DM tipe 2 adalah hipertrigliseridemia dan hiperkolesterolemia.

20

5) Hipertensi
Sebanyak 60 sampai 65% pasien dengan DM mengalami hipertensi.
Hipertensi pada pasien dengan DM Tipe 1 menunjukkan penyakit ginjal.
Mikroalbuminuria, atau proteinuria. Pada pasien dengan DM tipe 2, hipertensi
bisa menjadi hipertennsi esensial. Hipertensi harus secepat mungkin diketaui dan
ditangini secara agresif karena bisa memperberat retinopati, nefrofati, dan
penyakit makrovaskular. Tujuan penanganan hipertensi adalah tekanan darah
mencapai 130/85 mmHg.
6) Kaki diabetik
Ada tiga faktor yang berperan dalam kaki diabetik, yaitu neuropati, iskemia,
dan sepsis. Biasanya amputasi harus dilakukan. Hilangnya sensori pada kaki bisa
mengakibatkan trauma dan potensial untuk ulkus. Perubahan mikrovaskular dan
makrovaskular dapat mengakibatkan iskemia dan sepsis. Neuropati, iskemia, dan
sepsis bisa menyebabkan gangguan gangreb dan amputasi.
2.1.6 Pencegahan
1) Pencegahan primer
Selain pengetahuan tentang faktor resiko, penyuluhan kesehatan yang lain
dapat juga membantu dalam pencegahan primer. Misalnya, penyuluhan ksehatan
mengenai pola hidup sehat, termasuk gerak badan dan pengendalian berat badan.
Gerak badan, mulai dari yang ringan sampai ke yang sedang selama 30 menit
setiap dianjurkan, misalnya berjalan, berenang, bersepeda, menari, dan berkebun.
Berat badan dapat meningkat sensitivitas insulin dan mengurangi faktor resiko

21

untuk penyakit kardiovaskular. Dilaporkan bahwa penyakit kardiovaskular


merupakan penyebab utama kematian orang dengan DM.
2) Pencegahan sekunder
Individu yang sudah diketahui berpenyakit diabetes harus diberi kemudahan
untuk memperoleh penyuluhan kesehatan tentang penyakit diabetes, dukungan
diet, sistem pendukung sosial, asuhan medis, dan asuhan keperawatan. Dengan
demikian, deteksi awal terhadap kompliksi dapat diketahui dan dapat diberikan
tindakan yang tepat agar perkembangan komplikasi dapat dicegah. Program untuk
menditeksi dan mengendalikan hipertensi, perawatan mata, perawatan kaki, dan
berhenti merokok merupakan program pencegahan sekunder DM.
3) Pencegahan tersier
Komplikasi kronis dan akut seringkali timbul, maka perawat perlu mengenal
dan trampil melakukan pencegahan tersier agar komplikasi dapat dikurangi.
2.1.7

Penatalaksanaan Diabetes Melitus


Penatalaksanaan

secara

medis

menurut

Mardani,

2009:38

dan

Dalimartha,2014 : 59) adalah


1) Obat Hipoglikemik Oral
(1) Golongan Sulfonilurea/sulfonyl ureas Obat ini paling banyak digunakan dan
dapat dikombinasikan dengan obat golongan lain, yaitu biguanid inhibitor
alfa glukosidase atau insulin. Obat golongan ini mempunyai efek utama 18
meningkatkan produksi insulin oleh sel- sel beta pankreas, karena itu
menjadi pilihan utama para penderita DM tipe 2 dengan berat badan
berlebihan

22

(2) Golongan Biguanad/metformin Obat ini mempunyai efek utama mengurangi


glukosa hati, memperbaiki pengambilan glukosa darijaringan (glukosa
perifer) dianjurkan sebagai obat tinggal pada pasien kelebihan berat badan.
(3) Golongan Inhibitor Alfa Glikosidase Mempunyai efek utama menghambat
penyerapan gula di saluran pencernaan sehingga dapat menurunkan kadar
gula sesudah makan. Bermanfaat untuk pasien dengan kadar gula puasa
yang masih normal.
2) Insulin
Indikasi insulin Pada DM tipe 1 yang Human Monocommponent Insulin (40
UI dan 100 UI/ml injeksi) yang beredar adalah actrapid Injeksi insulin dapat
diberikan kepada penderita DM tipe11 yang kehilangan berat badan secara drastis.
Yang tidak berhasil dengan penggunaan obat-obatan anti DM dengan dosis
maksimal atau mengalami kontra indikasi dengan obat-obatan tersebut. Bila
mengalami ketoasidosis, hiperosmolar asidosis laktat, stress berat karena infeksi
sistemik, pasien operasi berat ,wanita hamil dengan gejala DM yang tidak dapat
dikontrol dengan pengendalian diet. 192. Jenis insulin a) insulin kerja cepat
jenisnya adalah reguler insulin, cristalin zink, dan semilente b) Insulin kerja
sedang Jenisnya adalah NPH (Netral Protamine Hagerdon) c) Insulin kerja lambat
Jenisnya adalah PZI (Protamine Zinc Insulin).
3) Penatalaksanaan Secara Keperawatan
(1) Diet Salah satu pilar utama pengelolaan DM adalah perencanaan makanan
walaupun telah mendapat penyuluhan perencanaan makanan, lebih dari 50%
pasien tidak melaksanakannya. Penderita DM sebaiknya mempertahankan
menu yang seimbang dengan komposisi Idealnya sekitar 68% karbohidrat,

23

20% lemak dan 12% protein. Karena itu diet yang tepat untuk
mengendalikan dan mencugah agar berat badan ideal dengan cara: a)
Kurangi Kalori b) Kurangi Lemak c) Kurangi Karbohidrat komplek d)
Hindari makanan manis e) Perbanyak konsumsi serat.
(2) Olahraga selain dapat mengontrol kadar gula darah karena membuat insulin
bekerja lebih efektif. Olahraga juga membantu menurunkan berat badan,
memperkuat jantung dan mengurangi stress.Bagi pasien DM melakukan
olahraga dengan teratur akan lebih baik tetapi jangan melakukan olahraga
terlalu berat.

2.2 Konsep Keluarga


2.2.1 Pengertian Keluarga
Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang menjadi klien
(penerima) asuhan keperawatan. Keluarga berperan dalam menentukan asuhan
keperawatan yang diperlukan anggota keluarganya (Efendi, 2009:179).
Dalam kamus bahasa Indonesia disebutkan keluarga adalah orang-orang
yang menjadi penghuni rumah, seisi rumah; bapak beserta ibu dan anak-anaknya,
satuan kekerabatan yang mendasar dalam masyarakat (Chulsum, 2006:360).
Keluarga adalah perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh
hubungan darah, perkawinan, atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga selalu
berinteraksi dengan yang lainnya.
Menurut Depertemen Kesehatan RI 1998, Keluarga adalah unit terkecil
dalam masyarakat yang terdiri dari atas kepala keluarga dan beberapa orang yang

24

terkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah suatu atap dalam keadaan saling
ketergantungan(Mubarak, 2009: 71).
Keluarga adalah suatu sistem, dimana sistem mempunyai anggota keluarga
terdiri atas bapak, ibu dan anak atau semua individu yang tinggal didalam rumah
tangga tersebut. Anggota keluarga tersebut saling berinteraksi, interelasi, dan
interdependensi untuk mencapai tujuan bersama. Keluarga merupakan sistem
yang terbuka, sehingga dapat dipengaruhi oleh suprasistemnya, yaitu lingkungan
atau masyarakat. Sebaliknya, sebagai subsistem dari lingkungan masyarakat,
keluarga dapat mempengaruhi masyarakat. Oleh karena itu betapa pentingnya
peran dan fungsi keluarga dalam membentuk manusia sebagai anggota masyarakat
yang sehat bio-psiko-sosial dan spritual.
2.2.2 Bentuk-bentuk Keluarga (Mubarak, 2009: 182)
2.2.2.1 Pembagian tipe keluarga
1) Keluarga tradisional
(1) Keluarga inti : keluarga yang terdiri atas ayah, ibu dan anak.
(2) Pasangan inti: keluarga yang terdiri atas suami dan istri saja.
(3) Keluarga dengan orang tua tunggal: satu orang sebagai kepala keluarga,
biasanya bagian dari konsekuensi perceraian.
(4) Lajang yang tinggal sendiri.
(5) Keluarga besar yang mencakup tiga generasi.
(6) Pasangan Usia pertengahan atau pasangan usia lanjut.
(7) Jaringan keluarga besar.
2) Keluarga non-tradisional
(1) Pasangan yang memiliki anak tanpa menikah.

25

(2) Pasangan yang hidup bersama tanpa menikah (kumpul kebo).


(3) Keluarga homoseksual (Gay dan atau Lesbian).
(4) Keluarga komuni: keluarga dengan lebih dari satu pasangan monogami
dengan anak-anak secara bersama-sama menggunakan fasilitas serta
sumber-sumber yang ada.
3) Pembagian Keluarga menurut Anderson carter
(1) Keluarga inti (Nuclear Family) Adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu
dan anak- anak.
(2) Keluarga besar (Extended Family) Adalah keluarga inti di tambah sanak
saudara, misalnya ; nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi
dan sebagainya.
(3) Keluarga berantai (Serial Family) Adalah keluarga yang terdiri dari pria dan
wanita yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan suatu keluarga inti.
(4) Keluarga duda atau janda (Single Family) Adalah keluarga yang terjadi
karena perceraian atau kematian.
(5) Keluarga berkomposisi (Compocite) Adalah keluarga yang berpoligami
yang hidup bersama.
(6) Keluarga kabitas (Cahabitation) Adalah keluarga yang terdiri dari dua orang
menjadi satu tanpa pernikahan tetapi membentuk satu keluarga.
2.2.3

Fungsi dan Tugas keluarga

2.2.3.1 Fungsi Keluarga


Dalam suatu keluarga ada beberapa fungsi keluarga yaitu :

26

1) Fungsi biologis yaitu untuk meneruskan keturunan, memelihara dan


membesarkan anak, memenuhi kebutuhan gizi keluarga, serta memelihara
dan merawat anggota keluarga.
2) Fungsi psikologis yaitu memberi kasih sayang dan rasa aman, memberi
perhatian diantara anggota keluarga, membina pendewasaan kepribadian
anggota keluarga, serta memberi identitas keluarga.
3) Fungsi sosial yaitu membina sosialisasi, membentuk norma-norma tingkah
laku sesuai dengan tingkat perkembangan, serta meneruskan nilai-nilai
budaya keluarga.
4) Fungsi ekonomi yaitu, mencari sumber-sumber penghasilan untuk
memenuhi kebutuhan keluarga, pengaturan pengguna penghasilan kelauarga
untuk memenuhi kebutuhan, serta menabung untuk memenuhi kebutuhankebutuhan keluarga dimasa yang akan datang misalnya pendidikan anakanak, jaminan hari tua dan sebagainya.
5) Fungsi

pendidikan

yaitu

menyekolahkan

anak

untuk

memberikan

pengetahuan, keterampilan, dan membentuk periaku anak sesuai dengan


bakat dan minat yang dimilikinya, mempersiapkan anak untuk kehidupan
dewasa yang akan datang dalam memenuhi peranannya sebagai orang
dewasa,

serta

mendidik

anak

sesuai

dengan

tingkat-tingkat

perkembangannya.
Ahli lain membagi fungsi keluarga sebagai berikut:
1) Fungsi pendidikan. Dalam hal ini tugas keluarga adalah mendidik dan
menyekolahkan anak untuk mempersiapkan kedewasaan dan masa anak bila
kelak dewasa nanti.

27

2) Fungsi sosialisasi anak. Tugas keluarga dalam menjalankan fungsi ini adalah
bagaimana keluarga mempersiapkan anak menjadi anggota masyarakat yang
baik.
3) Fungsi perlindungan. Tugas keluarga dalam hal ini adalah melindungi
anggota keluarga dari tindakan yang tidak baik, sehingga anggota keluarga
merasa terlindungi dan merasa aman.
4) Fungsi perasaan. Tugas keluarga dalam hal ini adalah menjaga secara
instuitif, merasakan perasaan dan suasana hati dalam berkomunikasi dan
berinteraksi antar sesama anggota keluarga sehingga saling pengertian satu
sama lain dalam menumbuhkan keharmonisan dalam keluarga.
5) Fungsi religius. Tugas keluarga dalam fungsi ini adalah memperkenalkan
dan mengajak anggota keluarga lain dalam kehidupan beragama, dan tugas
kepala keluarga untuk menanamkan keyakinan bahwa ada kekuatan lain
yang mengatur kehidupan ini dan kehidupan lain setelah didunia ini.
6) Fungsi ekonomis. Tugas kepala keluarga dalam hal ini adalah mencari
sumber-sumber kehidupan dalam memenuhi fungsi-fungsi keluarga yang
lain, kepala keluarga bekerja untuk memperoleh penghasilan, mengatur
penghasilan tersebut sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi kebutuhankebutuhan keluarga.
7) Fungsi rekreatif. Tugas keluarga dalam fungsi rekreasi ini tidak selalu harus
pergi ke tempat rekreasi, tetapi yang penting bagaimana menciptakan
suasana yang menyenangkan dalam keluarga sehingga dapat menciptakan
suasana yang menyenangkan dalam keluarga sehingga dapat mencapai
keseimbangan kepribadian masing-masing anggotanya. Rekreasi dapat

28

dilakukan dirumah dengan nonton televisi bersama, bercerita tentang


pengalaman masing-masing dan sebagainya.
8) Fungsi Biologis. Tugas keluarga yang utama dalam hal ini adalah untuk
meneruskan keturunan sebagai generasi.
Dari berbagai fungsi di atas ada 3 fungsi pokok keluarga terhadap anggota
keluarganya :
(1) Asih, adalah memberikan kasih sayang, perhatian, rasa aman, kehangatan
kepada anggota keluarga sehingga memungkinkan mereka tumbuh dan
berkembang sesuai usia dan kebutuhannya.
(2) Asuh, adalah menuju kebutuhanpemeliharaan dan perawatan anak agar
kesehatannya selalu terpelihara, sehingga diharapkan menjadikan mereka
anak-anak yang sehat baik fisik, mental, sosial dan spritual.
(3) Asah, adalah memenuhi kebutuhan pendidikan anak, sehingga siap menjadi
manusia dewasa yang mandiri dalam mempersiapkan masa depannya.
2.2.4

Tahap Perkembangan Keluarga


Tahap perkembangan keluarga (Mubarak, 2009: 73) dibagi menjadi:

2.2.4.1 Tahap I pasangan baru atau keluarga baru (berginning family)


Keluarga baru di mulai pada saat masing-masing individu yaitu suami dan
istri membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan meninggalkan
keluarga masing-masing, secara psikologis keluarga tersebut sudah memiliki
keluarga baru. Suami dan istri yang membentuk keluarga baru tersebut perlu
mempersiapkan

kehidupan

yang

baru

karena

keduanya

membutuhkan

penyesuaian peran dan fungsi sehari-hari. Masing-masing pasangan menghadapi


perpisahan dengan keluarga orang tuanya dan mulai membina hubungan baru

29

dengan keluarga dan kelompok sosial pasangan masing-masing. Masing-masing


belajar hidup bersama serta beradaptasi dengan kebiasaan sendiri dengan
pasangannya.
Misalnya kebiasaan makan, tidur, bangun pagi, bekerja, dan sebagainya. Hal
lain yang perlu diputuskan adalah kapan waktu yang tepat untuk mempunyai anak
dan berapa jumlah anak yang diharapkan.
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain :
1) Membina hubungan intim dan kepuasan bersama;
2) Menetapkan tujuan bersama;
3) Membina hubungan dengan keluarga lain, teman, dan kelompok sosial;
4) Merencanakan anak (KB);
5) Menyesuaikan diri dengan kehamilan dan mempersiapkan diri untuk menjadi
orang tua;
Sedangkan menurut Carter dan Mc.Goldrik, 1988, Duval dan Miller, 1985
tugas perkembangan keluarga meliputi (Mubarak 2009: 75) :
1) Membangun parkawinan yang saling memuaskan.
2) Membangun jaringan persaudaraan secara harmonis.
3) Keluarga berencana (keputusan tentang kedudukan sebagai orang tua).
Fungsi perawat pada keluarga ini adalah selain melakukan kegiatan asuhan
keperawatan, perawat juga malakukan konsultasi. Misalnya konsultasi tentang
KB, perawatan prenatal, dan komunikasi. Kurangnya informasi tentang berbagai
hal tersebut dapat menimbulkan masalah seksual, emosional, rasa takut atau
cemas, rasa bersalah, dan kehamilan yang tidak direncanakan.

30

2.2.4.2 Tahap II keluarga dengan kelahiran anak pertama (child bearing family)
Keluarga yang menantikan kelahiran di mulai dari kehamilan sampai
kelahiran anak pertama berusaha 30 bulan (2,5 tahun). Kehamilan dan kelahiran
bayi perlu disiapkan oleh pasangan suami-istri melalui beberapa beberapa tugas
perkembangan yang penting. Kelahiran bayi pertama memberi perubahan besar
dalam keluarga, sehingga pasangan harus beradaptasi dengan perannya untuk
memenuhi kebutuhan bayi.Masalahyang sering terjadi dengan kelahiran bayi
adalah pasangan merasa diabaikan karena fokus perhatian kedua pasangan tertuju
pada bayi.
Suami belum siap menjadi ayah atau sebaliknya istri belum siap menjadi
ibu. Tugas perkembangan pada masa ini antara lain :
1) Persiapan menjadi orang tua
2) Membagi peran dan tanggung jawab
3) Menata ruang untuk anak atau mengembangkan suasana rumah yang
menyenangkan.
4) Mempersiapkan biaya atau dana child bearing.
5) Memfasilitasi role learning anggota keluarga.
6) Bertanggung jawab memenuhi kebutuhan bayi sampai balita.
7) Mengadakan kebiasaan keagamaan secara rutin.
Sedangkan menurut Carter dan Mc.Goldrik, 1988, Duval dan miller, 1985
tugas perkembangan keluarga meliputi :
1) Membentuk

keluarga

muda

sebagai

sebuah

(mengintergrasikan bayi baru dalam keluarga).

unit

yang

mantap

31

2) Rekonsiliasi tugas-tugas perkembangan yang bertentangan dan kebutuhan


anggota keluarga.
3) Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan.
4) Memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan menambahkan
peran-peran orang tua, kakek, dan nenek.
Fungsi perawat dalam tahap ini adalah melakukan perawatan dan konsultasi
terutama bagaimana merawat bayi, mengenali gangguan kesehatan bayi secara
dini dan cara mengatasinya, imunisasi, tumbuh kembang anak, interaksi keluarga,
keluarga berencana, serta pemenuhan kebutuhan anak terutama pada ibu yang
bekerja.
2.2.4.3 Tahap III keluarga dengan anak prasekolah (families with preschool)
Tahap ini dimulai saat kelahiran anak berusia 2,5 tahun dan berakhir saat
anak berusia 5 tahun. Pada tahap ini orang tua beradaptasi terhadap kebutuhankebutuhan dan minat dari anak prasekolah dalam meningkatkan pertumbuhannya.
Kehidupan keluarga pada tahap ini sangat sibuk dan anak sangat bergantung pada
orang tua. Kedua orang tua harus mengatur waktunya sedemikaian rupa, sehingga
kebutuhan anak, suami istri, dan pekerjaan (purna waktu/paruh waktu) dapat
terpenuhi. Orang tua menjadi arsitek keluarga dalam merancang dan mengarahkan
perkembangan keluarga agar kehidupan perkawinan tetap utuh dan langgeng
dengan cara menguatkan kerja sama antara suami istri.
Orang tua mempunyai peran untuk menstimulasi perkembangan individual
anak, khususnya kemandirian anak agar tugas perkembangan anak pada fase ini
tercapai. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain sebagai berikut.

32

1) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti : kebutuhan tempat tinggal,


privasi, dan rasa aman.
2) Membantu anak dalam bersosialisasi.
3) Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan anak yang
lain juga harus terpenuhi.
4) Mempertahankan hubungan yang sehat, baik di dalam maupun di luar
keluarga (keluarga lain dan lingkungan sekitar).
5) Pembagian waktu untuk individu, pasangan, dan anak (tahap paling repot).
6) Pembagian tanggung jawab anggota keluarga.
7) Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan kembang anak.
Sedangkan menurut Carter dan Goldik, (1988) sreta Dupal dan Miller,
(1985) tugas perkembangan keluarga meliputi hal-hal berikut ini:
1) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti: rumah, ruang bernain,
privasi, dan keamanan.
2) Mensosialisaikan anak.
3) Mengintergrasikan anak yang baru sementara tetap memenuhi kebutuhan
anak-anak yang lain.
4) Mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga (hubunhgan
perkawinan dan hubungan orang tua dan anak) serta di luar keluarga
(keluarga besar dan komunitas).
Fungsi perawat pada tahap ini adalah melakukan perawatan dan penyuluhan
kepada orang tua tentang penyakit serta kecelakaan yang biasanya terjadi pada
anak-anak. Sibling rivaly tumbuh kembang anak, keluarga berencana, peningkatan
kesehatan, dan mensosialisasikan anak.

33

2.2.4.4 Tahap IV keluarga dengan anak usia sekolah (families with school hildren)
Tahap ini dimulai pada saat anak yang tertua memasuki sekolah pada usia 6
tahun dan berakhir pada usia 12 tahun. Pada fase ini umumnya keluarga mencapai
jumlah anggota keluarga maksimal, senhingga keluarga sangat sibuk. Selain
aktivitas di sekolah, masing-masing anak memiliki aktivitas dan minat sendiri.
Demikian pula orang tua yang mempunyai aktivitas yang berbeda dengan anak.
Untuk itu, keluarga perlu kerja sama untuk mencapai tugas perkembangan. Pada
tahap ini keluarga (orang tua) perlu belajar berpisah dengan anak, memberi
kesempatan pada anak untuk bersosialisasi, baik aktivitas di sekolah maupun di
luar sekolah. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah sebagai berikut:
1) Memberikan perhatian tentang kegiatan sosial anak, pendidikan dan
semangat belajar.
2) Tetap mempertahankan hubungan yang harmonis dalam perkawinan.
3) Mendorong anak untuk mencapai pengembangan daya intelektual.
4) Menyediakan aktivitas untuk anak.
5) Menyesuaikan pada aktivitas komunitas dengan mengikutsertakan anak.
Sedangakan menurut Carter dan Mc. Goldrik (1988) serta Duval dan Miller
(1985) tugas perkembangan keluarga meliputi:
1) Mensosialisasikan anak-anak, termasuk meningkatkan prestasi sekolah dan
mengembangkan hubungan dengan teman sebaya yang sehat.
2) Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan.
3) Memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga.
Fungsi kelurga pada tahap ini adalah melakukan perawatan dan konsultasi,
baik dalam keluarga maupun di sekolah. Misalnya pada anak yang mengalami

34

gangguan kesehatan. Perawat bekerja sama dengan guru sekolah dan orang tua
anak.
2.2.4.5 Tahap V keluarga dengan anak remaja (families with teenagers)
Tahap ini di mulai pada saat anak pertama berusia 13 tahun dan biasanya
berakhir sampai pada usia 19-20 tahun, pada saat anak meninggalkan rumah orang
tuanya. Tujuan keluarga adalah melepas anak remaja dan memberi tanggung
jawab serta kebebasan yang lebih besar untuk mempersiapkan diri menjadi lebih
dewasa.Tahap ini merupakan tahapan yang paling sulit, karena orang tua melepas
otoritas dan membimbing anak untuk bertanggung jawab. Anak harus mempunyai
otoritas sendiri yang berkaitan dengan peran dan fungsinya. Sering kali muncul
konflik antara orang tua dan remaja karena anak menginginkan kebebasan untuk
melakukan aktivitasnya, sementara orang tua perlu menciptakan komunikasi yang
terbuka, menghindari kecurigaan, dan permusuhan sehingga orang tua dan remaja
tetap harmonis.
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain sebagai berikut:
1) Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab mengingat
remaja yang sudah bertambah dewasa dan mengingat otonominya.
2) Mempertahankan huungan yang intim dengan keluarga
3) Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orang tua,hindari
perdebatan, kecurigaan, dan permusuhan.
Sedangkan menurut Certer dan Mc.Goldrik (1988) serta Duval dan Miller
(1985), tugas perkembangan keluarga pada tahap ini meliputi:
1) Menyiapkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja menjadi
dewasa dan semakin mandiri.

35

2) Memfokuskan kembali hubungan perkawinan.


3) Berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dan anak-anak.
Fungsi keluarga pada tahap ini adalah mengarahkan keluarga pada
peningkatan

dan

pencegahan

penyakit.

Penyuluhan

tentang

penyakit

katdiovaskuler pada usia lanjut, penyuluhan tentang obat-obatan terlarang,


miniman keras, seks, pencegahan kecelakaan pada remaja, serta membantu
terciptanya komunikasi yang lebih efektif antara orang tua dengan anak
remajanya.
2.2.4.6 Tahap VI keluarga dengan anak dewasa atau pelepasan (launching center
families)
Tahap ini dimulai pada saat anak terakhir meninggalkan rumah. Lamanya
tahap ini bergantung pada jumlah anak dalam keluarga atau jika anak yang belum
berkeluarga dan tetap tinggal bersama orang tua. Tujuan utama pada tahap ini
adalah mengorganisasi kembali keluarga untuk tetap membantu anak terakhir
untuk lebih mandiri.Saatsemua anak meninggalkan rumah,pasangan perlu menata
ulang membina hubungan suami istri seperti fase awal. Orang tua akan merasa
kehilangan peran dalam merawat anak dan merasa kosong karena anak-anaknya
sudah tidak tinggal serumah lagi.Gunamengatasi keadaan ini orang tua perlu
melakukan aktifitas kerjanya, meningkatkan peran sebagai pasangan, dan tetap
memelihara hubungan dengan anak. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini
diantaranya adalah sebagai berikut:
1)

Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.

2)

Mempertahankan keintiman pasangan.

36

3)

Membantu orang tua suami atau istri yang sedang sakit dan memasuki masa
tua.

4)

Mempersiapkan

anak untuk hidup mandiri dan menerima kepergian

anaknya.
5)

Menata kembali fasilitas dan sumber yang ada pada keluarga.

6)

Berperan suami, istri, kakek dan nenek.

7)

Menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi contoh bagi anakanaknya.


Sedangkan menurut Carter dan Mc.Goldrik(1988)serta duval dan miller

(1985) tugas perkembangan keluarga pada tahap ini meliputi hal-hal berikut.
(1) Memperluas siklus keluarga dengan memasukan anggota keluarga baru
yang didapatkan melalui perkawinan anak-anak.
(2) Melanjutkan untuk memperbaharui dan menyesuaikan kembali hubungan
perkawinan.
(3) Membantu orang tua usia lanjut dan sakit-sakitan dari pihak suami maupun
istri.
Fungsi perawat pada tahap ini adalah sebagai pemberi konsultasi penyakitpenyakit yang dapat timbul misalnya penyakit kronis atau faktor-faktor
predisposisi

seperti

kolestrol

tinggi,obesitas,hipertensi,menopause,serta

peningkatan kesehatan dan pola hidup sehat juga perlu diperhatikan.


2.2.4.7 Tahap VII keluarga usia pertengahan (middle age families)
Tahapan ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggal kan rumah dan
berakhir saat pension atau salah satu pasangan meninggal. Beberapa pasangan

37

pada fase ini akan dirasakan sulit karena masalah usia lanjut, perpisahan dengan
anak, dan perasaan gagal sebagai orang tua.
Pada tahap ini semua anak meninggalkan rumah,maka pasangan berfokus
untuk mempertahankan kesehatan dengan berbagai aktifitas.Pola hidup sehat,diet
seimbang, olah raga rutin, menikmati hidup, dan mengisi waktu dengan
pekerjaan.Pasanganjuga mempertahankan hubungan dengan teman sebaya dan
keluarga anaknya dengan cara mengadakan pertemuan keluarga antar generasi
atau anak cucu, sehingga pasangan dapat merasakan kebahagiaan sebagai kakek
nenek.Hubungan antar pasangan perlu semakin dieratkan dengan memperhatikan
ketergantungan dan kemandiriann masing-masing pasangan.
Tugas perkembangankeluarga pada tahap ini antara lain:
1) Mempertahankan kesehatan.
2) Mempunyai lebih banyak waktu dan kebebasan dalam arti mengolah minat
sosial dan waktu santai.
3) Memulihkan hubungan antara generasi muda dengan generasi tua.
4) Keakraban dengan pasangan.
5) Memelihara hubungan/kontak dengan anak dan keluarga.
6) Persiapan masa tua atau pensiun dan meningkatkan keakrapan pasangan.
Sedangkan menurut Carter dan Mc.Goldrik (1988) serta duval dan miller
(1985) Tugas perkembangan keluarga meliputi:
Menyediakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan.
(1) Mempertahankan hubungan-hubungan yang memuaskan dan penuh arti
dengan para orang tua lansia dan anak-anak.
(2) Memperkokoh hubungan perkawinan.

38

Fungsi perawat pada tahap ini adalah melaksanakan perawatan dan


konsultasi yang terkaiat dengan upaya peningkatan kesehatan,seperti:kebutuhan
istirahat yang cukup,aktifitas yang ringan sesuai dengan kemampuan,nutrisi yang
baik,berat badan yang sesuai, dan sebagainya.
2.2.4.8 Tahap VIII keluarga usia lanjut
Tahap terakhir perkembangan keluarga dimulai pada saat salah satu
pasangan pensiun,berlanjut salah satu pasangan meninggal,sampai keduanya
meninggal,proses usia lanjut dan pensiun merupakan realitas yang tidak dapat
dihindari karena berbagai proses stressor dan kehilanggan yang harus dialami
keluarga.Stressor tersebut adalah berkurangnya pendapatan kehilangan berbagai
hubungan sosial,kehilangan pekerjaan,serta perasaan menurunkanya produktifitas
dan fungsi kesehatan.Mempertahankanpenataan kehidupan yang memuaskan.
Merupakan tugas utama keluarga pada tahap ini. Usia lanjut umumnya lebih
dapat beradaptasi tinggal di rumah sendiri daripada tinggal bersama anaknya.
Hasil riset Day and Day (1993), wanita yang tinggal dengan pasanganpasangannya memperlihatkan adaptasi yang lebih positif dalam memasuki masa
tuanya dibandingkan wanita yang tinggal dengan teman-teman sebayanya. Orang
tua juga perlu melakukan file review dengan mengenang pengalaman hidup dan
keberhasilan di masa lalu agar orang tua merasakan bahwa hidupnya berkualitas
dan berarti. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain sebagai
berikut:
1) Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan.
2) Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisik,
dan pendapatan.

39

3) Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat.


4) Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat.
5) Melakukan file review.
6) Menerima kematian pasangan, kawan, dan mempersiapkan kematian.
Sedangkan menurut Carter dan Mc. Goldrik (1988) serta Duval dan Miller
(1985) tugas perkembangan keluarga meliputi:
(1) Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan.
(2) Menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun.
(3) Mempertahankan hubungan perkawinan.
(4) Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan.
(5) Mempertahankan ikatan keluarga antar generasi.
(6) Menerusakn untuk memahami eksistensi mereka (penelaahan dan intergrasi
hidup).
Fungsi perawat pada fase ini adalah melakukan perawatan pada orang tua,
terutama terhadap penyakit-penyakit kronis dari fase akut sampai rehabilitas.
Memperhatikan peningkatan kesehatan seperti: nutrisi, akitivitas, istirahat,
pemeriksaan mata, gigi dan pencegahan kecelakaan di rumah.
Dengan

kedelapan

fase

perkembangan

tersebut

E.

duvall

mengidentifikasikan delapan tugas dasar yang mengarah pada keberhasilan hidup


berkeluarga

di

dalam

masyarakat.

Tugas-tugas

tersebut

meningkatkan

penyesuaian keluarga dan adaptasi anggotanya secara individual.


Apa bila keluarga gagal menyelesaikan tugas tersebut, keluarga secara
kolektif atau anggotanya secara individual akan mengalami ketidakbahagiaan,
celaan masyarakat, serta kesulitan dalam memperoleh keharmonisan dan

40

aktualisasi diri. Kerangka kerja menurut Duvall ini merupakan pedoman yang
banyak digunakan perawat dalam mengkaji, menganalisis, dan merencanakan
proses keperawatan keluarga. Tugas keluarga meliputi tanggung jawab untuk
memuaskan kebutuhan-kebutuhan biologis, cultural dan pribadi, serta aspirasi
para anggota pada setiap tingkat perkembangan keluarga. Delapan tugas tersebut
meliputi:
1) Pemeliharaan fisik : Keluarga bertanggung jawab menyediakan tempat
bernaung, pakaian yang sesuai dan makanan yang bergizi, serta asuhan
kesehatan atau keperawatan yang memadai.
2) Alokasi sumber : Sumber-sumber tersebut meliputi: keuangan, waktu
pribadi, energi, dan hubungan dengan orang lain. Kebutuhan-kebutuhan
anggota keluarga dipenuhi melalui panganggaran dan pembagian kerja
untuk menyediakan bahan, ruangan, dan fasilitas melalui interpersonal kerja
untuk saling membagi wewenang, menghormati, dan perhatian.
3) Pembagian kerja : Anggota keluarga menetapkan siapa yang akan memikul
tanggung jawab, seperti memperoleh penghasilan atau income; mengelola
tugas-tugas kerumahtanggaan; memelihara rumah dan kendaraan; memberi
asuhan kepada anggota keluarga yang masih muda, tua, atau yang tidak
mampu/tidak berdaya; serta tugas-tugas lain yang telah ditentukan.
4) Sosialisasi anggota keluarga : Keluarga mempunyai tanggung jawab untuk
membimbing berkembangnya secara matang pola perilaku yang diterima
masyarakat, menyangkut kebutuhan makan, eliminasi, istirahat, tidur,
seksualitas, dan interaksi dengan orang lain.

41

5) Reproduksi, penerimaan, dan melepas anggota-anggota keluarga :


Melahirkan, adopsi dan membesarkan anak adalah tanggung jawab
keluarga, sejalan dengan masuknya anggota-anggota baru melalui
perkawinan. Kebijakan-kebijakan ini ditetapkan untuk memasukan orang
lain ke dalam keluarga seperti: mertua, sanak saudara, orang tua tiri, tamu
dan teman.
6) Pemeliharaan keteraturan : Keteraturan dipelihara melalui interaksi perilaku
yang bisa diterima. Bentuk dan identitas, pola kasih sayang, ungkapan
seksual yang diperkuat melalui perilaku orang tua untuk menjamin
penerimaan dalam masyarakat.
7) Penempatan anggota keluarga dalam masyarakat luas : Anggota keluarga
mengakar di masyarakat melalui hubungan ditempat ibadah, sekolah, sistem
politik, dan organisasi-organisasi lain. Keluarga juga memikul tanggung
jawab untuk melindungi anggota keluarga dari pengaruh luar yang tidak
diinginkan dan dalam keanggotaan kelompok-kelompok yang tidak
diinginkan.
8) Pemeliharaan motivasi dan moral : Anggota keluarga menghargai satu sama
lain atas keberhasilan mereka dan disediakannya suasana keluarga yang
mencerminkan bahwa setiap individu diterima, didukung, dan diperhatikan.
Keluarga mengembangkan suatu falasafah hidup dan semangat kesatuan dan
kesetiaan keluarga, sehingga memungkinkan anggota-anggota beradaptasi
dengan krisis pribadi maupun keluarga.

42

2.2.5

Peran Keluarga
Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain

terhadap seseorang sesuai kedudukanya dalam suatu sistem (Mubarak,dkk. 2009:


70). Peran merujuk kepada beberapa set perilaku yang kurang lebih bersifat
homogen, yang didefinisikan dan diharapkan secara normatif dari seseorang peran
dalam situasi sosial tertentu Mubarak,dkk (2009: 71).
Peran keluarga adalah tingkah laku spesifik yang diharapkan oleh seseorang
dalam konteks keluarga. Jadi peran keluarga menggambarkan seperangkat
perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam
posisi dan situasi tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan
dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat (Setiadi, 2008:
100)Peran-peran dalam keluarga :
2.2.5.1 Penyedia
Tugas keluarga dalam penyedia adalah memenuhi kebutuhan baik materi
dan nonmateril seperti mencari nafkah untuk keluarga. Mencari nafkah
merupakan suatu tugas yang berat. Pekerjaan mungkin dianggap hanya sebagai
suatu cara untuk memenuhi kebutuhan utama dan kelangsungan hidup. Status
kesehatan anggota keluarga bergantung pada status ekonomi keluarga, dari
beberapa penelitian menyatakan bahwa keluarga dengan status ekonomi rendah
lebih rentan mengalami gangguan kesehatan sedangkan pada keluarga dengan
status ekonomi sedang dan tinggi jarang sekali mengalami gangguan kesehatan.
Dalam hal ini peran keluarga sebagai penyedia atau pembantu dalam pembiayaan
berupa materi kepada anggota keluarga yang sakit.

43

2.2.5.2 Pengasuh
Dalam masyarakat Indonesia, keluarga dianggap sebagai pihak yang paling
bertanggung jawab terhadap tugas domestik yang mencakup tugas pengasuh. Agar
pola hidup anggota keluarga sesuai dengan standar kesehatan, disamping harus
mengatur pola makan yang benar juga tak kalah pentingnya mengatur pola asuh
yang benar pula. Pola asuh yang benar bisa ditempuh dengan memberikan
perhatian yang penuh serta kasih sayang, memberikan waktu yang cukup untuk
menikmati kebersamaan dengan seluruh anggota keluarga. Pola pengasuh dalam
keluarga berupa sikap, perilaku, perawatan, kebersihan, dan memberikan kasih
sayang sehingga membentuk perilaku kesehatan.
2.2.5.3 Pendidik
Dalam hal ini tugas keluarga adalah mendidikanggota keluarga memberikan
pengetahuan tentang diabetes melitus, keterampilan dalam mengelola penyakit
diabetes melitus, dan membentuk perilaku hidup sehat pada anggota keluarganya,
serta tugas keluarga adalah mempersiapkan untuk kehidupan yang akan datang
bagi anggota keluarganya salah satu contoh dalam keluarga inti terdapat ayah, ibu
dan anak, dimana ayah dan ibu berperan penting dalam mempersiapkan anak
untuk kehidupan dewasa yang akan datang dan mengajarkan anak tentang budi
pekerti yang baik serta mendidik sesuai dengan tingkat- tingkat perkembangan
dan usianya.
2.2.5.4 Pelindung atau pengayom
Keluarga adalah pelindung dan tokoh otoritas dalam keluarga, dengan
sikapnya yang tegas dan penuh wibawa menanamkan pada anggota keluarga
tentang sikap-sikap patuh terhadap otoritas dan disiplin. Keluarga merupakan

44

pelindung yang sangat dekat dengan anggotanya, Keluarga merupakan sosok yang
pertama yang memberikan rasa aman dan sosok yang pertama yang dipercaya dan
didengar perkataannya. Karena keluarga menjadi sekolah pertama bagi anggota
keluarganya, peran ini sangat menentukan kualitas generasi masa mendatang.
2.2.5.5 Pemberi rasa aman
Kepala keluarga bertugas melindungi anggota keluarganya. Peran keluarga
terutama ayah adalah melindungi anak dari tindakan-tindakan yang tidak baik,
memberikan contoh yang baik dalam keluarga, dapat menciptakan perasaan dan
suasana anak dengan anggota keluarga lainnya sehingga anggota keluarga
terutama anak merasa terlindungi.
2.2.6Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Peran Keluarga
Merawat anak sangat bergantung pada nilai-nilai yang dimiliki keluarga.
Pada budaya timur seperti indonesia, peran pengasuhan atau merawat anak lebih
dipegang oleh istri atau ibu meskipun mendidik anak merupakan tanggung jawab
bersama (Andarmayo, 2012:71). Pada dasarnya tujuan utama pengasuhan adalah
mempertahankan kehidupan fisik dan meningkatkan kesehatan anggota keluarga,
memfasilitasi anggota keluarga untuk mengembangkan kemampuaan berperilaku
sesuai dengan nilai agama dan budaya yang diyakini:
2.2.6.1 Pendidikan orang tua
Pendidikan orang tua sangat mempengaruhi dalam pengambilan keputusan
disaat ada anggota keluarganya yang sakit. Tingkat pendidikan merupakan salah
satu faktor yang berhubungan dengan tingkat kesehatan anggota keluarga.

45

2.2.6.2 Pengalaman Sebelumnya


Hasilrisetmenunjukkan

bahwa

orang

tua

yang

telah

mempunyai

pengalamansebelumnya dalam merawat anggota keluarga akan lebih siap


menjalankan peran pengasuhandan lebih rileks. Pengalaman orang tua
sebelumnya sangat berpengaruh dalam meningkatkan kesehatan anggota keluarga.
2.2.6.3 Faktor Budaya
Faktor budaya sangat mempengaruhi dalam pemenuhan budaya didalam
keluarga, karena masih banyak tahayul dalam keluarga. Kebanyakan keluarga
mempunyai kebiasaan atau budaya seperti bila anggota keluarga yang sakit,
keluarga terlebih dahulu pergi berobat kepada tabib atau dukun kampong, bila
tidak sembuh barulah keluarga membawa ke rumah sakit untuk mendapatkan
perawatan medis untuk anggota keluarganya.

2.3 Konsep Dasar Motivasi


2.3.1 Pengertian Motivasi
Motivasi adalah karakteristik psikologis manusia yang memberikan
kontribusi pada tingkat komitmen sesorang. Hal-hal ini termasuk faktor-faktor
yang menyebabkan, menyalurkan, dan mempertahankan tingkah laku manusia
dalam arah tekad tertentu. Motivasi adalah segala sesuatu yang mendorong
seseorang untuk melakukan sesuatu. Motivasi adalah perasaan atau pikiran yang
mendorong sesorang melakukan pekerjaan atau menjalankan kekuasaan, terutama
dalam berperilaku (Nursalam, 2011:85).
Dari berbagai macam definisi motivasi, ada tiga hal penting dalam
pengertian motivasi yaitu hubungan antara kebutuhan, dorongan dan tujuan.

46

Kebutuhan muncul karena seseorang merasakan sesuatu yang kurang, baik


fisiologis maupun psikologis. Dorongan merupakan arahan memenuhi kebutuhan,
sedangkan tujuan adalah akhir dari siklus motivasi (Nursalam, 2011:86).
Memotivasi adalah proses manajemen untuk mempengaruhi tingkah laku
manusia berdasarkan pengetahuan mengenai apa yang membuat orang tergerak
(Nursalam, 2011 :86). Menurut bentuknya, motivasi terdiri atas :
1) Motivasi Intrinsik, yaitu motivasi yang datangnya dari dalam diri individu.
2) Motivasi Ekstrinsik, yaitu yang datangnya dari luar individu.
3) Motivasi terdesak, yaitu motivasi yang muncul dalam kondisi terjepit secara
serentak dan menghentak dengan cepat sekali;
2.3.2 Berbagai Teori Motivasi(Nursalam, 2011 : 86)
Landy dan Becker mengelompokan banyak pendekatan modern pada teori
dan praktik menjadi lima kategori : teori kebutuhan, teori penguatan, teori
keadilan, teori harapan, dan teori penetapan sasaran.
1) Teori Kebutuhan
Teori kebutuhan berfokus pada kebutuhan orang untuk hdup berkecukupan.
Dalam praktiknya, teori kebutuhan berhubungan dengan apa yang dilakukan
seseorang untuk memenuhi kebutuhannya. Menurut teori kebutuhan, motivasi
dimiliki seseorang pada saat belum mencapai tingkat kepuasan tertentu dalam
kehidupannya. Kebutuhan yang telah terpuaskan tidak akan lagi menjadi
motivator. Teori-teori yang termasuk dalam teori kebutuhan adalah :
(1) Kebutuhan Hierarki Kebutuhan Menurut Maslow
Teori ini dikembangkan oleh Abraham Maslow, yang terkenal dengan
kebutuhan FAKHA (Fisiologis, Aman, Kasih Sayang, Harga Diri, dan Aktualisasi

47

Diri) dimana dia memandang kebutuhan manusia sebagai ilmu macam hierarki,
mulai dari kebutuhan fisiologis, yang paling mendasar sampai kebutuhan
tertinggi, yaitu aktualisasi diri. Menurut Maslow, individu akan termotivasi untuk
memenuhi kebutuhan yang paling menonjol atau paling kuat begi mereka pada
waktu tertentu.
(2) Teori ERG
Teori ERG adalah teori motivasi yang menyatakan bahwa orang bekerja
keras untuk memenuhi kebutuhan tentang eksistensi (Existencen, kebutuhan
mendasar dari Maslow), kebutuhan ketertarikan (Relatedness, kebutuhan
hubungan antar pribadi) dan kebutuhan pertumbuhan (Growth, kebutuhan akan
kreativitas pribadi, atau pengaruh produktif). Teori ERG menyatakan bahwa jika
kebutuhan yang lebih tinggi mengalami kekecewaan, kebutuhan yang lebih
rendah akan kembali, walaupun sudah terpuaskan.
(3) Teori Tiga Macam Kebutuhan
Jonh W. Atkinson, mengusulkan ada tiga macam dorongan mendasar dalam
diri orang yang termotivasi, kebutuhan untuk mencapai prestasi (need for
achivement), kebutuhan kekuatan (need for power), dan kebutuhan untuk
beraffiliasi atau berhubungan dekat dengan orang lain (need for affiliation).
Penelitian McClelland juga mengatakan bahwa manajer dapat mencapai
tingkat tertentu, menaikkan kebutuhan untuk berprestasi dari karyawan dengan
menciptakan lingkungan kerja yang memadai.
(4) Teori Motivasi Dua Faktor
Teori ini dikembangkan oleh Frederick Herzbreg dimana dia meyakini
bahwa karyawan dapat dimotivasi oleh pekerjaannya sendirian didalamnya

48

terdapat

kepentingan

yangdisesuaikan

dengan

tujuan

organisasi.

Dari

penelitiannya, Herzbreg menyimpulkan bahwa ketidakpuasan dan kepuasan dalam


bekerja muncul dari dua faktor yang terpisah.
Semua faktor-faktor penyebab ketidakpuasan mempengaruhi konteks tempat
pekerjaan dilakukan. Faktor yang paling penting adalah kebijakan yang dinilai
oleh banyak orang sebagai penyebab utama ketidakefisienan dan ketidakefektifan.
Penelitian positif terhadap berbagai faktor ketidakpuasan ini tidak menyebabkan
kepuasan kerja tetapi hanya menghilangkan ketidakpuasan. Secaralengkap,
beberapa faktor yang membuatketidakpuasan adalah kebijakan perusahaan dan
administrasi, supervisi, hubungan antar supervisor, kondisi kerja, gaji, hubungan
dengan rekan sejawat, kehidupan pribadi, hubungan dengan bawahan, status dan
keamanan.
Faktor penyebab kepuasan (faktor yang memotivasi) termasuk prestasi,
pengakuan, tanggung jawab, dan kemajuan, semuanya berkaitan dengan isi
pekerjaan dan imbalan prestasi kerja. Berbagai faktor lain yang membuat
kepuasan yang lebih besar, yaitu : berprestasi, pengakuan, bekerja sendiri,
tanggung jawab, kemajuan dalam pekerjaan, dan pertumbuhan.
2) Teori Kedilan
Teori keadilan didasarkan pada asumsi bahwa faktor utama dalam motivasi
pekerjaan adalah evaluasi individu atau keadilan dari pengharapan yang diterima.
Individu akan termotivasi jika hal yang mereka dapatkan seimbang dengan usaha
yang mereka kerjakan.

49

3) Teori Harapan
Teori ini menyatakan cara memilih dan bertindak dari berbagai alternatif
tingkah laku berdasarkan harapannya (apakah ada keuntungan yang diperoleh dari
tiap tingkah laku). Teori harapan terdiri atas dasar sebagai berikut.
(1) Harapan Hasil Prestasi
Individu mengharapkan konsekuansi tertentu dari tingkah laku mereka.
Harapan ini nantinya akan mempengaruhi kepuasan tentang bagaimana cara
mereka bertingkah laku.
(2) Valensi
Hasil dari tingkah laku tententu mempunyai valensi atau kekuatan untuk
memotivasi. Valensi ini bervariasi dari suatu individu keindividu yang lain.
(3) Harapan Prestasi Usaha
Harapan orang mengenai tingkat keberhasilan mereka dalam melaksanakan
tugas yang sulit akan berpengaruh pada tingkah laku. Tingkah laku seseorang
sampai tingkat tertentu akan bergantung pada tipe hasil yang diharapkan.
Beberapa hasil berfungsi sebagai imbalan intrinsik yaitu imbalan yang dirasakan
langsung oleh orang yang bersangkutan. Imbalan ekstrinsik (misal : bonus, pujian,
dan promosi) diberikan oleh pihak luar seperti supervisor atau kelompok kerja.
4) Teori Penguatan
Teori penguatan, dikaitkan oleh ahli psikolog B. F. Skinner dengan temantemannya, menunjukan bagaimana konsekuensi tingkah laku dimasa lampau akan
mempengaruhi tindakan dimasa depan dalam proses belajar siklis. Proses ini
dapat dinyatakan sebagai berikut.
Rangsangan

Respon

Konsekuensi

Respon Mada Depan.

50

Dalam pandangan ini, tingkah laku sukarela seseorang terhadap suatu situasi
atau peristiwa merupakan penyebab dari konsekuensi tertentu. Teori penguatan
menyangkut ingatan orang mengenai pengalaman rangsangan respon konsikuensi.
Menurut teori penguatan, seseorang akan termotivasi jika ada yang memberikan
respon pada rangsangan terhadap pola tingkah laku yang konsisten sepanjang
waktu.
2.3.3Faktor yang Mempengaruhi Motivasi
Motivasi seseorang sangat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu :
2.3.3.1 Faktor internal, yakni faktor yang berasal dari dalam diri individu, yang
teridiri atas :
1)

Persepsi individu mengenai diri sendiri


Seseorang termotivasi atau tidak untuk melakukan sesuatu banyak

tergantung pada proses kognitif berupa persepsi. Persepsi seseorang akan dirinya
sendiri akan mendorong dan mengantarkan perilaku seseorang untuk bertindak.
Persepsi berkenaan dengan fenomena dimana hubungan antar stimulus dan
pengalaman yang lebih kompleksdibanding dengan fenomena yang ada pada
sensasi. Fenomena persepsi tergantung pada proses-proses yang lebih tinggi
tingkatannya. Secara umum, persepsi adalah proses mengamati dunia luar yang
mencakup perhatian, pemahaman, dan pengenalan objek-objek atau peristiwa.
Biasanya persepsi diorganisasikan kedalam bentuk (figure), dasar (ground), garis
bentuk (garis luar, kontur) dan kejelasan.
1) Faktor yang mempengaruhi persepsi
Secara umum, adapun faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang
yaitu :

51

(1) Minat, artinya semakin tinggi minat seseorang terhaadap suatu objek, maka
akan semakin tinggi juga minatnya dalam mempersepsikan objek atau
peristiwa.
(2) Kepentingan, artinya semakin tinggi dirasakan pentingterhadap suatu objek
atau suatu peristiwa tersebut bagi diriseseorang, maka semakin peka dia
terhadap objek-objek persepsinya.
(3) Kebiasaan, artinya objek atau peristiwa semakin sering dirasakan seseorang,
maka semakin terbiasa dirinya didalam membentuk persepsi.
(4) Konstansi, artinya adanya kecenderungan seseorang untuk selalu melihat
objek atau kejadian secara konstan sekalipun untuk selalu melihat objek
atau kejadian secara konstan sekalipun sebenarnya itu bervariasi dalam
bentuk, ukuran, warna, dan kecemerlangan.
2) Bentuk-bentuk persepsi
(1) Persepsi jarak
Persepsi jarak merupakan suatu teka-tekibagi teoritis persepsi, karena
kecenderungan dianggap sebagai apa yang dihayati oleh indra perorangan yang
berkaitan dengan bayangan dua dimensi. Akhirnya ditemukan bahwa stimulus
visual memiliki ciri-ciri yang berhubungan dengan jarak pengamatan. Atau lebih
dikenal dengan istilah isyarat jarak (distance cues). Sebagian faktor ini hanya ada
bila suatu penglihatan dipandang dengan kedua mata (isyarat binokuloer) dan
sebagian lagi ada dalam suatu stimulus luas pada tiap mata (isyarat monokuler).
Persepsi jarak menjadi lebih rumit karena sangat tergantung pada sejumlah besar
faktor.

52

(2) Persepsi Gerakan


Gibson, dkk mengatakan bahwa isyarat persepsi gerakan ada dilingkungan
sekitar manusia. Kita melihat sebuah benda bergerak karena kita benda itu
bergerak, sebagian menutupi dan sebagian lagi tidak menutupi latar belakangnya
yang tidak bergerak. Kita melihat bagian baru ketika bagian lain hilang dari
pandangan. Jika tidak peduli apakah pendangan mata kita mengikuti benda yang
bergerak ataupun latar belakangnya. Suatu hal akan menjadi menarik jika
meninggalkan isyarat yang ambigius sehingga dapat memungkinkan terjadinya
kekeliruan dalam mempersepsi.
(3) Persepsi Kedalaman
Persepsi kedalaman dimungkinkan akan muncul melalui penggunaan
isyarat-isyarat fisik, seperti akomodasi, konvergensi dan disparitas selaput jala dan
mata dan juga disebabkan oleh isyarat-isyarat yang dipelajaridari persektif linier
dan udara interposisi atau meletakan ditengah-tengah, dimana ukuran relatif dari
objek dalam penjajaran, bayangan, ketinggian tekstur, atau susunan.
2)

Pengetahuan
Pengetahuan adalah informasi yang telah diproses dan diorganisasikan

untuk memperoleh pemahaman. Seseorang memiliki pengetahuan yang lebih


tentang penggunaan mekanika tubuh akan terdorong untuk melakukan mekanika
tubuh dengan benar sehingga mengurangi tenaga yang dikeluarkan. Sebaliknya,
orang yang tidak memiliki pengetahuan yang baik tentang mekanika tubuh akan
berisiko mengalami gangguan koordinasi, Saputra (2013: 283).
Pengetahuan secara kognitif mempunyai 6 (enam) tingkatan menurut
Notoatmodjo (2007: 144) yaitu:

53

(1) Tahu (know). Diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Tahu merupakan tingkat pengetahuan paling rendah.
(2) Memahami (comprehention). Diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat
menginteprestasikan materi tersebut secara benar.
(3) Aplikasi (aplikasi). Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang jelas dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.
(4) Analisis (analisysis). Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan
suatu materi/suatu obyek kedalam komponen-komponen dalam satu struktur
organisasi dan ada kaitannya satu sama lain.
(5) Sintesis (syntesis). Merupakan suatu kemampuan untuk menghubungkan
bagian-bagian dalam bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain
Sintesis adalah kemampuan untuk menyusun formasi baru dari formulasi
yang ada.
(6) Evaluasi (evaluation). Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
penilaian terhadap suatu obyek atau materi.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau kuesioner
yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau
responden.
Kriteria pengukuran tingkat pengetahuan menurut Notoatmodjo (2007:
146) adalah:
(1) Pengetahuan baik: bila jawaban benar 76 100 %.
(2) Pengetahuan cukup: bila jawaban benar 56 75 %.
(3) Pengetahuan kurang: bila jawaban benar < 56 %.

54

3)

Harga Diri dan Persepsi


Faktor ini mendorong atau mengarahkan individu (memotivasi) untuk

berusaha agar menjadi pribadi yang mandiri, kuat, dan memperoleh kebebasan
serta mendapatkan status tertentu dalam lingkungan masyarakat sehingga dapat
menolong individu untuk berprestasi.
4)

Harapan
Adanya harapan akan masa depan. Harapan ini merupakan informasi

objektif dari lingkungan yang mempengaruhi sikap dan perasaan subjektif


seseorang. Harapan merupakan tujuan dari perilaku.
5)

Kebutuhan
Manusia dimotivasi oleh kebutuhan untuk menjadikan dirinya sendiri

berfungsi secara penuh, sehingga mampu meraih potensinya secara total.


Kebutuhan akan mendorong dan mengarahkan seseorang untuk mencari atau
menghindari, mengarahkan dan memberi respon terhadap tekanan yang
dialaminya.
6) Kepuasan kerja
Lebih merupakan suatu dorongan efektif yang muncul dalam diriindividu
untuk mencapai tujuan yang diinginkan dari suatu perilaku.
2.3.3.2 Faktor eksternal, Yakni faktor yang berasal dari luar individu diri individu,
yang terdiri atas :
1)

Pekerjaan
Dorongan untuk bekerja pada jenis dan sifat. Sifatpekerjaan tertentu sesuai

dengan objek pekerjaan yang tersedia akan mengarahkan individu untuk


menentukan sikap atau pilihan pekerjaan yang akan ditekuni. Kondisi ini juga

55

dapat dipengaruhi oleh sejauhmana nilai imbalan yang dimiliki oleh objek
pekerjaan yang dimaksud.
2)

Kelompok dimana individu bergabung


Kelompok atau organisaasi tempat dimana individu bergabung dapat

mendorong atau mengarahkan perilaku individu dalam mencapai suatu tujuan


perilaku tertentu. Peranan kelompok atau organisasi ini dapat membantu individu
mendapatkan kebutuhan akan nilai-nilai kebenaran, kejujuran, kebijakan, serta
dapat memberikan arti bagi individu sehubungan dengan kiprahnya dalam
kehidupan sosial.
3)

Dukungan Keluarga
Friedman (1998) dalam Murniasih (2007) menyatakan Dukungan keluarga

adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap anggotanya. Anggota


keluarga dipandang sebagai bagian yang tidak terpisahkan dalam lingkungan
keluarga. Anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung
selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan. Dukungan
keluarga adalah sebagai suatu proses hubungan antara keluarga dengan
lingkungan (Setiadi, 2008). Menurut Smet (1994) dalam Christine (2010)
Dukungan keluarga didefinisikan sebagai informasi verbal atau non verbal, saran,
bantuan yang nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh orang-orang yang akrab
dengan subjek di dalam lingkungannya atau yang berupa kehadiran dan hal-hal
yang dapat memberikan keuntungan emosional dan berpengaruh pada tingkah
laku penerimanya. Dalam hal ini orang yang merasa memperoleh dukungan secara
emosional merasa lega karena diperhatikan, mendapat saran atau kesan yang
menyenangkan pada dirinya.

56

Ada 4 jenis dukungan keluarga menurut Jhonson (2010:7), yaitu:


(1)

Dukungan Informasional.
Keluarga berfungsi untuk menekan munculnya suatu stressor karena

informasi yang diberikan dapat menyumbangkan aksi sugesti yang khusus pada
individu. Aspek-aspek dalam dukungan ini adalah nasehat, usulan, saran, petunjuk
dan pemberian informasi.
(2) Dukungan Penilaian.
Keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik, membimbing
dan menengahi masalah serta sebagai sumber validator identitas anggota keluarga,
diantaranya memberikan support, pengakuan, penghargaan dan perhatian.
(3) Dukungan Instrumental.
Keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan konkrit
diantaranya bantuan langsung dari orang yang diandalkan seperti materi, tenaga
dan sarana. Manfaat dukungan ini adalah mendukung pulihnya energi atau
stamina dan semangat yang menurun, selain itu individu merasa bahwa ada
perhatian atau kepedulian dari lingkungan terhadap seseorang yang sedang
mengalami kesusahan atau penderitaan.
(4) Dukungan emosional.
Keluarga sebagai tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan
pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi. Manfaat dari dukungan
ini adalah secara emosional menjamin nilai-nilai keingintahuan orang lain.
4)

Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di luar dari host, baik benda

tidak hidup, benda hidup, nyata atau abstrak, seperti suasana yang terbentuk

57

akibat interaksi semua elemen-elemen tersebut, termasuk host yang lain


(Soemirat, 2010). Setiap individu akan terdorong untuk berhubungan dengan rasa
mempunya dalam melakukan interaksi secara efektif dengan lingkungannya.
Secara garis besar lingkungan dapat dibedakan menjadi :
(1) Lingkungan fisik
Lingkungan fisik merupakan lingkungan yang berupa alam, keadaan tanah,
keadaan musim dan sebagainya. Lingkungan alam yang berbeda akan
memberikan pengaruh yang lain bila dibandingkan dengan daerah pantai. Daerah
yang mempunyai musim dingin akan memberikan pengaruh yang berbeda dengan
daerah yang penuh dengan musim panas.
(2) Lingkungan sosial
Merupakan lingkungan masyarakat, dimana dalam lingkungan masyarakat
ini adanya interaksi individu satu dengan individu lain. Keadaan masyarakat pun
akan memberikan pengaruh tertentu terhadap perkembangan individu.
Lingkungan sosial ini dibedakan meenjadi 2 antara lain :
(1) Lingkungan sosial primer
Lingkungan ini merupakan lingkungan yang dimana terdapat hubungan erat
antara anggota satu dengan anggota lain, karena diantara anggota telah ada
hubungan yang erat, maka sudah tentu pengaruh dari lingkungan sosial ini akan
lebih mendalam bila dibandigkan dengan lingkungan sosial yang hubungannya
tidak erat.
(2) Lingkungan sosial sekunder
Lingkungan ini merupakan lingkungan sosial yang hubungan anggota satu
dengan yang lain agak longgar. Pada umumnya, anggota satu dengan yang lain

58

kurang atau tidak saling kenal mengenal. Karena itu pengaruh lingkungan sosial
sekunder akan kurang mendalam bila dibandingkan dengan pengaruh lingkungan
sosial promer. Bagaimana sikap individu terhadap lingkungan dapat dikemukakan
sebagai berikut : individu akan menolak atau menentang lingkungan, individu
akan menerima lingkungannya dan individu akan bersikap netral.
5) Sistem imbalan
Imbalan merupakan karakteristik atau kualitas dari objek pemuas yang
dibutuhkan oleh seseorang yang dapat mempengaruhi motivasi atau dapat
mengubah arah tingkah laku dari satu objek keobjek lain yang mempunyai nilainilai imbalan yang lebih besar. Sistem pemberian imbalan dapat mendorong
individu untuk berperilaku dalam mencapai tujuan. Perilaku dipandang sebagai
tujuan, sehingga ketika tujuan tercapai maka akan timbul imbalan.

2.4

Konsep Kepatuhan

2.4.1 Pengertian Kepatuhan (Compliance Theory)


Kepatuhan adalah tingkat perilaku pasien yang tertuju pada instruksi atau
petunjuk yang diberikan dalam bentuk terapi apapun yang ditentukan baik diet,
latihan, pengobatan atau menepati janji pertemuan dengan dokter. Kepatuhan atau
ketaatan adalah tingkat pasien melaksanakan cara pengobatan atau perilaku yang
disarankan oleh petugas kesehatan (Slamet, 2007).
Kepatuhan merupakan tindakan yang berkaitan dengan perilaku seseorang.
Perilaku manusia pada hakekatnya merupakan aktivitas dari manusia itu sendiri.
Tingkat pengetahuan adalah pengukuran pelaksanaan kegiatan yang sesuai dengan
langkah-langkah yang telah ditetapkan (Neil, 2005). Kepatuhan adalah tingkat

59

seseorang dalam melaksanakan suatu aturan dan perilaku yang disarankan.


Kepatuhan ini dibedakan menjadi dua yaitu kepatuhan penuh (total compliance)
dimana pada kondisi ini pasien diabetes melitus patuh secara sungguh sungguh,
dan pasien yang tidak patuh (non compliance) dimana pada keadaan ini pasien
diabetes

melitus

tidak

patuh

secara

sungguh-sungguh

melakukan

pengobatan(Green, 2007). Jadi, kepatuhan adalah perilaku pasien dalam


melaksanakan instruksi yang merupakan perilaku atau aturan yang disarankan
oleh petugas kesehatan dalam sebuah program pengobatan sesuai langkah-langkah
yang ditetapkan.
2.4.2 Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan
Menurut

Green

dalam

Notoatmodjo

(2007),

faktor-faktor

yang

mempengaruhi kepatuhan dalam diet antara lain :


2.4.2.1 Faktor Internal
1)

Pengetahuan
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2003). Pengetahuan adalah segala


sesuatu yang diketahui atau dipahami pasien.
2)

Pendidikan
Notoatmodjo (1988) mengatakan bahwa tingkat pendidikan menentukan

seseorang dalam memanfaatkan pengetahuan dan ketepatan pengambilan


keputusan dalam mengatasi masalah kesehatan yang dihadapinya. Pendidikan
adalah jenjang pendidikan yang telah ditempuh oleh pasien.

60

3) Gaya Hidup
Gaya hidup adalah pola tingkah laku sehari-hari sekelompok manusia di
dalam masyarakat (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Gaya hidup adalah pola
tingkah laku yang berkaitan dengan pengaturan makan sehari-hari pasien diabetes
melitus. Dalam hal ini gaya hidup yang keliru dalam mengkonsumsi makanan
yang tidak dapat ditinggalkan atau dicegah dalam pelaksanaan diet akan
mempengaruhi atau menghambat penurunan kadar gula darah untuk kembali
normal. Pola hidup santai (Sedentary life style) dan aktivitas fisik rendah yang
saling bertolak, turut memperburuk seseorang menderita penyakit degeneratif
seperti diabetes melitus (Rimbawan, 2004). Pasien diabetes melitus cenderung
melakukan perilaku yang belum sesuai dengan yang seharusnya. Misalnya, pasien
diabetes melitus hanya akan melakukan pengaturan makan yang baik, olah raga,
dan pengendalian emosi yang cukup ketika kadar glukosanya meningkat. Tetapi
ketika kadar glukosa darahnya mendekati normal pasien diabetes melitus
cenderung tidak disiplin melakukan rutinitas gaya hidup yang seharusnya. Hal
tersebut menyebabkan penanganan diabetes melitus tidak optimal sehingga faktor
resiko diabetes melitus akan tetap tinggi di masa yang akan datang.
4) Pengalaman
Pengalaman merupakan suatu peristiwa yang pernah dialami (dijalani,
dirasa, ditanggapi, dan sebagainya) (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Bila pasien
dalam pengobatan tidak berhasil, mereka akan mempersepsikan kesehatan mereka
sudah tidak akan sembuh dan tidak akan patuhuntuk kontrol atau pun sebaliknya
bila kadar gula darah mereka dalam batas normalmaka akan tetap patuhuntuk
kontrol.

61

5)

Sikap
Sikap merupakan perilaku yang dilakukan pasien diabetes melitus untuk

meningkatkan kesehatannya terutama dalam menjalankan terapi yang dianjurkan


dokter. Manifestasi sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat
ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. (Notoatmodjo, 2003).
Sikap mempunyai tiga komponen pokok yaitu: kepercayaan atau keyakinan, ide
dan konsep terhadap suatu obyek, kehidupan emosionl atau evaluasi emosional
terhadap suatu obyek dan kecenderungan untuk bertindak. Sikap merupakan hal
yang paling kuat dalam diri individu sendiri. Keinginan untuk tetap
mempertahankan kesehatannya sangat berpengaruh terhadap faktor-faktor yang
berhubungan dengan Perilaku pasien dalam kontrol penyakitnya. Sikap
merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu
stimulus atau objek. Menurut Notoatmodjo (2003) menjelaskan bahwa sikap itu
mempunyai tiga komponen pokok, yaitu :
1)

Kepercayaan (keyakinan) ide dan konsep terhadap suatu objek.

2)

Kehidupan emosional atau evaluasi suatu objek.

3)

Kecenderungan untuk bertindak (trend to behave).


Menurut Notoatmodjo (2003) sikap mempunyai empat tingkatan, yaitu :
(1) Menerima (receiving) diartikan bahwa orang (subjek) memperhatikan
stimulus yang diberikan (subjek).
(2) Merespon (responding) yaitu memberikan jawaban apabila ditanya,
mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi
dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau

62

mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau
salah adalah bahwa orang menerima ide tersebut.
(3) Menghargai (valuing) atau mengajak orang lain untuk mengerjakan atau
mendiskusikan suatu masalah adalah indikasi sikap tingkat tiga.
(4) Bertanggung jawab (responsible) antar segala sesuatu yang telah dipilihnya
dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi. Pengukuran sikap
dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung dapat
ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu
objek. Secara langsung dapat dilakukan dengan pernyataan-pernyataan
hipotesa, kemudian ditanyakan pendapat responden.
Menurut Soetarno (1993) ada dua faktor yang mempengaruhi pembentukan
dan perubahan sikap yaitu :
(1) Faktor intern
Manusia senantiasa memilih jika dihadapkan pada beberapa perangsang
yang ada diluar dirinya. Pilihan tersebut berhubungan erat dengan motivasi dan
sikap yang sedang bekerja didalam dirinya dan yang mengarahkan perhatiannya
kepada objek-objek tertentu diantara seluruh objek yang memungkinkan ada pada
waktu itu. Pilihan yang sama kepada semua perangsang yang datang dari luar.
(2) Faktor ekstern
Pembentukan dan perubahan sikap ditentukan pula oleh faktor-faktor
ekstern, misalnya : sifat, isi dan orang-orang yang menyokong pandangan baru
itu. Cara pandangan itu diterangkan dan situasi tempat sikap itu diperbincangkan.

63

6)

Tingkat kebutuhan Pasien


Pasien yang mengalami komplikasi berat memiliki harapan hidup yang

rendah dimana ia merasa penyakitnya ini menghalangi semua aktifitasnya


sedangkan pasien yang tidak memiliki komplikasi harapan hidupnya tinggi, ia
akan lebih patuh untuk melakukan terapi yang diberikan agar menghindari
komplikasi. Sehingga tingkat harapan hidupnya tinggi akan lebih patuh dalam
menjalani terapi pengobatan yang dianjurkan dibanding pasien yang merasa
tingkat harapan hidupnya yang rendah.
7)

Derajat Penyakit
Semakin tinggi derajat penyakit yang diderita pasien maka semakin tinggi

pula tingkat kepatuhan pasien dalam menjalain terapi yang telah diberikan.
2.4.2.2 Faktor Eksternal
1)

Faktor geografis
Lingkungan atau jarak yang jauh dari pelayanan kesehatan memberi

kontribusi rendahnya kepatuhan.


2)

Dukungan Keluarga
Keluarga merupakan bagian dari pasien yang paling dekat dan tidak dapat

dipisahkan. Pasien akan merasa senang dan tentram apabila mendapat perhatian
dan dukungan dari keluarganya, karena dengan dukungan tersebut akan
menimbulkan kepercayaan dirinya untuk menghadapi atau mengelola penyakitnya
dengan baik, serta pasien mau menuruti saran-saran yang diberikan oleh keluarga
untuk penunjang pengelolaan penyakitnya (Friedman, 1998). Dukungan keluarga
adalah dukungan emosi yang diberikan oleh suami, istri, anak atau keluarga dekat
berupa motivasi dalam menjalankan terapi yang diberikan.

64

Keluarga mempunyai pengaruh terhadap sikap dan kesediaan pasien


diabetes melitus dengan cara menolak atau mendukungnya secara sosial. Pasien
diabetes melitus akan memiliki sikap lebih positif untuk mengikuti terapi-terapi
yang dianjurkan (Soegondo, 2006).
3)

Dukungan Petugas
Dukungan dari petugas sangatlah besar artinya bagi pasien sebab petugas

adalah pengelola pasien yang paling sering berinteraksi sehingga pemahaman


terhadap kondisi fisik maupun psikis lebih baik, dengan sering berinteraksi,
sangatlah mempengaruhi rasa percaya dan selalu menerima kehadiran petugas
kesehatan termasuk anjuran-anjuran yang diberikan.
Peranan petugas kesehatan sangat penting dalam upaya peningkatan
motivasi pasien diabetes melitus mengenai kepatuhan kontrol. Hal tersebut dapat
dilakukan dengan edukasi dan konseling. Petugas yang terlibat pada proses
tersebut terdiri dari berbagai pihak seperti dokter, perawat, maupun edukator
non institusi lainnya.
4)

Fasilitas Kesehatan
Fasilitas

kesehatan

merupakan

sarana

pentingdalam

memberikan

penyuluhan terhadap pasien yang diharapkan dengan prasarana kesehatan yang


lengkap dan mudah terjangkau oleh pasien dapat lebih mendorong kepatuhan
pasien.
2.4.3 Faktor yang Mempengaruhi Ketidak Patuhan
Menurut Niven (2004) faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan
digolongkan menjadi empat bagian, yaitu:

65

2.4.3.1 Pemahaman Tentang Instruksi


Tidak seorang pun yang dapat mematuhi sebuah instruksi jika ia salah
paham atau kurang memahami dan mengerti instruksi yang diberikan.
2.4.3.2 Kualitas interaksi
Kualitas interaksi pasien dengan petugas kesehatan dan pasien seringnya
pasien berkunjung memeriksakan diri merupakan bagian terpenting dalam
menentukan derajat kepatuhan.
2.4.3.3 Isolasi Sosial dan Keluarga
Keluarga dapat menjadi faktor yang sangat berpengaruh dalam menentukan
keyakinan dan nilai kesehatan individu serta dapat juga menentukan tentang
program pengobatan yang dapat mereka terima.
2.4.3.4 Keyakinan, Sikap, dan Kepribadian
Niven (2004) telah membuat suatu usulan bahwa suatu model keyakinan
kesehatan berguna untuk memperkirakan adanya ketidakpatuhan. Sikap pasien
yang tidak mau menerima penyakitnya pun dapat mempengaruhi ketidakpatuhan
pasien pada terapi yang dianjurkan.

2.5 Penelitian Terkait


Tabel 2.1 penelitian terkaitDewi Apriliyanti (tahun 2013)
Judul: Pengaruh Pemberian Eksrak Kelopak Bunga Rosela (Hibiscus Sabdariffa) Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah pada
Penderita Diabetes Melitus Tipe II di Puskesmas Palangka Raya, Kalimantan Tengah.
Populasi penelitian

Tindakan yang akan


diberikan
Populasi yang di gunakan Tujuan penelitian ini adalah
sebanyak98 presponden di 3 mengetahui
pengaruh
puskesmas.
pemberian ekstrak kelopak
bunga
rosella
(hibiscus
sabdariffa) terhadap penurunan
kadar gula darah pada pasien
diabetes melitus tipe 2 di
puskesmas Palangka Raya.

Hasil penelitian

Uji statistik yang di gunakan

Hasil penelitian ini telah


membuktikan
bahwa
intervensi
keperawatan
mendiri melalui pemberian
seduhan teh ekstrak kelopak
bunga
rosella
memiliki
pengaruh yang signifikan
terhadap penurunan kadar gula
darah pada penderita diabetes
melitus tipe 2.

Desain
penelitian
ini
menggunakan
Quasy
Experimental design (ekoerimen
semu)
dengan
menggunakan
rencana time series design, dimana
dalam rancangan ini, pada sampel
penelitian,
sebelum
dilaksanankannya
perlakuan
dilakukan observasi beberapa kali
dan
sesudah
perlakuan
jugadilakukan observasi.

66

67

2.6 Kerangka Konsep


Kerangka konsep adalah formulir atau simplikasi dari kerangka teori atau
teori-teori yang mendukung penelitian tersebut. Kerangka konsep terdiri dari
variabel-variabel serta hubungan variabel yang satu dengan yang lain. Dengan
adanya kerangka konsep akan mengarahkan kita untuk menganilisis hasil
penelitian. (Notoatmodjo, 2010: 100).
Faktor yang mempengaruhi Kepatuhan meliputi
Peran Keluarga meliputi:
Internal:
Penyedia
Pengetahuan
Pengasuh
Pendidikan
Pendidik
Pelindungatau pengayom Gaya hidup
Pengalaman
Sikap Internal:
Faktor yang mempengaruhi motivasi meliputi
Eksternal :
Pengetahuan
Faktor geografis
Harapan
Dukungan keluarga
Kebutuhan
Dukungan petugas kesehatan
Kepuasan
Fasilitas kesehatan
Eksternal:
Lingkungan kerja
Pimpinan dan kepemimpinan
Tuntutan perkembangan organisasi
Dorongan atau bimbingan atasan

Kategori:
Patuh
Cukup patuh
Kurang patuh

sak :
Keterangan:
muncul dalam kondisi terjepit secara serentak dan menghentakan dengan cepat sekali.
: Diteliti
: Berhubungan
: Tidak diteliti
: Berpengaruh

Bagan 2.1 Kerangka Konsep Hubungan Peran Keluarga Dan Motivasi Pasien
Dengan Kepatuhan Kontrol Pada Pasien Diabetes Melitus Rawat Jalan
Di Poli Klinik Penyakit Dalam RSUDdr. Doris Sylvanus Palangka
Raya.

68

2.7

Hipotesis
Secara umum hipotesis berasal dari kata hipo (lemah) dan tesis

(pernyataan), yaitu suatu

pernyataan yang masih lemah dan membutuhkan

pembuktiaan untuk menegaskan apakah hipotesis tersebut dapat diterima atau


harus ditolak, berdasarkan fakta atau data empiris yang telah dikumpulkan dalam
penelitian. Hipotesis juga merupakan sebuah pernyataan tentang hubungan yang
diharapkan antara dua variabel atau lebih yang dapat diuji secara empiris.
Hipotesis nol (H0) adalah hipotesis yang menyatakan tidak adanya
hubungan antara variabel independen (X) dan variabel dependen (Y). Artinya,
dalam rumusan hipotesis, yang diuji adalah ketidakbenaran variabel (X)
mempenyaruhi (Y). Hipotesis kerja (H1) adalah hipotesis yang menyatakan
adanya hubungan antara variabel independen (X) dan variabel independen (Y)
yang diteliti.
Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
H1: Ada hubungan antara hubungan peran keluarga dan motivasi pasien dengan
kepatuhan kontrol pada pasien diabetes melitus rawat jalan dipoliklinik
penyakit dalam RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.

Anda mungkin juga menyukai

  • Bab 3
    Bab 3
    Dokumen23 halaman
    Bab 3
    siwi wiraharjo
    Belum ada peringkat
  • Bab 3
    Bab 3
    Dokumen19 halaman
    Bab 3
    siwi wiraharjo
    Belum ada peringkat
  • Bab 3
    Bab 3
    Dokumen19 halaman
    Bab 3
    siwi wiraharjo
    Belum ada peringkat
  • LP Anc
    LP Anc
    Dokumen15 halaman
    LP Anc
    siwi wiraharjo
    Belum ada peringkat
  • LP Anc
    LP Anc
    Dokumen15 halaman
    LP Anc
    siwi wiraharjo
    Belum ada peringkat
  • Bab 2
    Bab 2
    Dokumen26 halaman
    Bab 2
    siwi wiraharjo
    Belum ada peringkat
  • Satuan Acara Penyuluhan
    Satuan Acara Penyuluhan
    Dokumen5 halaman
    Satuan Acara Penyuluhan
    siwi wiraharjo
    Belum ada peringkat
  • Bab 2
    Bab 2
    Dokumen25 halaman
    Bab 2
    siwi wiraharjo
    Belum ada peringkat
  • Leaflet Anemia
    Leaflet Anemia
    Dokumen3 halaman
    Leaflet Anemia
    siwi wiraharjo
    Belum ada peringkat
  • WOC ANEMIA Acc
    WOC ANEMIA Acc
    Dokumen1 halaman
    WOC ANEMIA Acc
    siwi wiraharjo
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen1 halaman
    Daftar Pustaka
    siwi wiraharjo
    Belum ada peringkat
  • Bab 2
    Bab 2
    Dokumen18 halaman
    Bab 2
    siwi wiraharjo
    Belum ada peringkat
  • Format Asuhan Keperawatan Antenatal
    Format Asuhan Keperawatan Antenatal
    Dokumen16 halaman
    Format Asuhan Keperawatan Antenatal
    siwi wiraharjo
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen7 halaman
    Bab 1
    siwi wiraharjo
    Belum ada peringkat
  • Bab 3
    Bab 3
    Dokumen13 halaman
    Bab 3
    siwi wiraharjo
    Belum ada peringkat
  • Bab 3
    Bab 3
    Dokumen20 halaman
    Bab 3
    siwi wiraharjo
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen5 halaman
    Bab 1
    siwi wiraharjo
    Belum ada peringkat
  • Bab 4
    Bab 4
    Dokumen22 halaman
    Bab 4
    siwi wiraharjo
    Belum ada peringkat
  • Bab 2
    Bab 2
    Dokumen28 halaman
    Bab 2
    siwi wiraharjo
    Belum ada peringkat
  • Bab 3
    Bab 3
    Dokumen20 halaman
    Bab 3
    siwi wiraharjo
    Belum ada peringkat
  • Bab 1-3
    Bab 1-3
    Dokumen63 halaman
    Bab 1-3
    siwi wiraharjo
    Belum ada peringkat
  • Bab 5
    Bab 5
    Dokumen5 halaman
    Bab 5
    siwi wiraharjo
    Belum ada peringkat
  • LP KPD
    LP KPD
    Dokumen8 halaman
    LP KPD
    siwi wiraharjo
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen6 halaman
    Bab 1
    siwi wiraharjo
    Belum ada peringkat
  • Contoh Askep Keperawatan Medikal Bedah
    Contoh Askep Keperawatan Medikal Bedah
    Dokumen44 halaman
    Contoh Askep Keperawatan Medikal Bedah
    siwi wiraharjo
    100% (1)
  • LP KPD
    LP KPD
    Dokumen8 halaman
    LP KPD
    siwi wiraharjo
    Belum ada peringkat
  • Rencana Setelah Lulus Kuliah Keperawatan
    Rencana Setelah Lulus Kuliah Keperawatan
    Dokumen1 halaman
    Rencana Setelah Lulus Kuliah Keperawatan
    siwi wiraharjo
    Belum ada peringkat
  • LP Cs Dan Letak Sungsang Pada Ibu Hamil
    LP Cs Dan Letak Sungsang Pada Ibu Hamil
    Dokumen24 halaman
    LP Cs Dan Letak Sungsang Pada Ibu Hamil
    siwi wiraharjo
    Belum ada peringkat
  • Contoh Askep Keperawatan Medikal Bedah. (Pemeriksaan Persyarafan)
    Contoh Askep Keperawatan Medikal Bedah. (Pemeriksaan Persyarafan)
    Dokumen22 halaman
    Contoh Askep Keperawatan Medikal Bedah. (Pemeriksaan Persyarafan)
    siwi wiraharjo
    Belum ada peringkat