Anda di halaman 1dari 18

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Pendidikan Kesehatan
2.1.1 Pengertian Pendidikan Kesehatan
Pndidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk
mempengaruhi orang lain sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh
pelaku pendidikan. Pengertian tersebut mengandung tiga unsur pendidikan yang
meliputi input (sasaran dan pelaku pendidikan), proses (upaya yang
direncanakan), dan output (perilaku yang diharapkan).
Pendidikan adalah upaya pembelajaran kepada masyarakat agar masyarakat
mau melakukan tindakan-tindakan (praktik) untuk memelihara (mengatasi
masalah-masalah), dan meningkatkan kesehatannya (Notoatmodja, 2010: 26).
Pendidikan kesehatan merupakan serangkaian upaya yang ditujukan untuk
mempengaruhi orang lain, mulai dari individu, kelompok, keluarga dan
masyarakat agar terlaksananya perilaku hidup sehat.
Dari beberapa pengertian diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa
pendidikan kesehatan adalah usaha yang ditujukan untuk mempengaruhi orang
lain dan upaya dalam memberikan pembelajaran kepada masyarakat agar
terlaksananya perilaku hidup sehat dalam upaya meningkatkan kesehatannya.
2.1.2

Tujuan Pendidikan Kesehatan


Secara umum tujuan pendidikan kesehatan adalah mengubah perilaku

individu atau masyarakat di bidang kesehatan (WHO, 1954). Akan tetapi, perilaku
mencakup hal yang luas sehingga perilaku perlu dikategorikan secara mendasar
sehingga rumusan tujuan kesehatan dapat dirinci sebagai berikut (Maulana, 2009:
149).
1) Menjadikan kesehatan sebagai suatu yang bernilai di masyarakat. Oleh
karena itu, pendidik kesehatan bertanggung jawab mengarahkan cara-cara
hidup sehat menjadi kebiasaan hidup masyarakat sehari-hari.
2) Menolong individu agar mampu secara mandiri atau berkelompok
mengadakan kegiatan untuk mencapai tujuan hidup sehat.
3) Mendorong pengembangan dan penggunaan secara tepat sarana pelayanan
kesehatan yang ada. Adakalanya, pemanfaatan sarana pelayanan yang ada
dilakukan secara berlebihan atau justru sebaliknya, kondisi sakit, tetapi tidak
menggunakan sarana kesehatan yang
5 ada dengan semestinya.

2.1.3

Sasaran Pendidikan Kesehatan


Sesuai dengan pembangunan Indonesia, sasaran pendidikan kesehatan

meliputi masyarakat umum dengan berorientasi pada masyarakat pedesaan,


kelompok tertentu (misalnya wanita, pemuda, remaja, termasuk lembaga
pendidikan), dan individu dengan teknik pendidikan kesehatan individu (Maulana,
2009: 150).
2.1.4 Metode Pendidikan Kesehatan
2.1.4.1 Metode pendidikan individual (perorangan). Bentuk dari metode individual ada 2
(dua) bentuk:
1) Bimbingan dan penyuluhan (guidance and counseling)
2) Wawancara (interview)
2.1.4.2 Metode pendidikan kelompok
Metode pendidikan kelompok harus memperhatikan apakah kelompok itu
besar atau kecil, karena metodenya akan lain. Efektivitas metodenya pun akan
tergantung pada besarnya sasaran pendidikan.
1) Kelompok besar
Ceramah: metode yang cocok untuk sasaran yang berpendidikan tinggi
maupun rendah. Seminar: hanya cocok untuk sasaran kelompok besar dengan
pendidikan menengah ke atas. Seminar adalah suatu penyajian (presentasi) dari
satu ahli atau beberapa tentang suatu topik yang dianggap penting dan biasanya
dianggap hangat di masyarakat.
2) Kelompok kecil
(1) Diskusi kelompok
Dibuat sedemikian rupa sehingga saling berhadapan, pimpinan
diskusi/penyuluh duduk diantara peserta agar tidak ada kesan lebih tinggi,
tiap kelompok punya kebebasan mengeluarkan pendapat, pimpinan diskusi
memberikan pancingan, mengarahkan, dan mengatur sehingga diskusi
berjalan hidup dan tak ada dominasi dari salah satu peserta.
(2) Curah pendapat (Brain Storming)
Merupakan modifikasi diskusi kelompok, dimulai dengan memberikan
suatu masalah, kemudian peserta memberikan jawaban/tanggapan,

jawaban/tanggapan tersebut ditampung dan ditulis dalam flipchart/papan


tulis, sebelu semuanya mencurahkan pendapat tidak boleh ada komentar
dari siapapun, baru setelah semuanya mengemukakan pendapat, tiap
anggota mengomentari, dan akhirnya terjadi diskusi.
(3) Bola salju (Snow Balling)
Tiap orang di bagi menjadi pasangan-pasangan (1 pasang 2 orang).
Kemudian dilontarkan suatu pertanyaan atau masalah, setelah lebih kurang
5 menit tiap 2 pasang bergabung menjadi satu. Mereka tetap mendiskusikan
masalah tersebut, dan mencari kesimpulanya. Kemudian tiap 2 pasang yang
sudah beranggotakan 4 orang ini bergabung lagi dengan pasangan lainnya
dan demikian seterusnya akhirnya menjadi diskusi seluruh kelas.
(4) Kelompok kecil-kecil (Buzz group)
Kelompok langsung dibagi menjadi kelompok kecil-kecil, kemudian
dilontarkan suatu permasalahan sama/tidak sama dengan kelompok lain, dan
masing-masing kelompok mendiskusikan masalah tersebut. Selanjutnya
kesimpulan dari tiap kelompok tersebut dan dicari kesimpulannya.
(5) Memainkan peranan (Role play)
Beberapa anggota kelompok ditunjuk sebagai pemegang peranan
tertentu untuk memainkan peranan tertentu, misalnya sebagai dokter
puskesmas, sebagai perawat atau bidan, dll, sedangkan anggota lainnya
sebagai pasien/anggota masyarakat. Mereka memperagakan bagaimana
interaksi/komunikasi sehari-hari dalam melaksanakan tugas.

(6) Permainan simulasi (Simulation game)


Merupakan gambaran role play dan diskusi kelompok. Pesan-pesan di
sajikan dalam bentuk permainan seperti permainan monopoli. Cara
memainkannya persis seperti main monopoli dengan menggunakan dadu,
gaco (petunjuk arah), dan papan main. Beberapa orang menjadi pemain, dan
sebagian lagi perperan sebagai nara sumber.
2.1.5

Fktor-faktor yang Mempengaruhi Pendidikan Kesehatan


Ada 3 faktor utama yang mempengaruhi pendidikan kesehatan :
1) Faktor-faktor predisposisi

Pendidikan kesehatan ditujukan untuk mengugah kesadaran, memberikan


dan meningkatkan pengetahuan sasaran pendidikan kesehatan yang menyangkut
tentang pemeliharaan kesehatan, peningkatan kesehatan untuk individu,
kelompok, keluarga dan masyarakat.
2) Faktor-faktor enabiling/kemungkinan
Pendidikan kesehatan dipengaruhi faktor enabiling atau kemungkinan
diantaranya sarana dan praserana kesehatan bagi sarana pendidikan kesehatan.
Pendidikan kesehatan dilakukan dengan memberikan bimbingan pelatihan dan
bantuan lainnya yang dibutuhkan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
3) Faktor-faktor reinforcing
Faktor-faktor reinforcing ini antara lain tokoh agama, tokoh masyarakat dan
petugas kesehatan. Pemberian pelatihan pendidikan kesehatan ditujukan kepada
tokoh agama, tokoh masayarakat dan petugas kesehatan. Individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat akan menjadikan mereka teladan dalam bidang
kesehatan. Perubahan perilaku hidup sehat akan lebih mudah tercapai jika
memberikan pendidikan kesehatan adalah orang yang diyakini kebenaran atas
perkataan, sikap dan perilakunya.
2.2 Konsep Dasar Asam Urat
2.2.1
Asam urat adalah salah satu penyakit arthritis yang disebabkan oleh
metabolisme abnormal purin ditandai dengan meningkatnya kadar asam urat
dalam darah (Sunita, 2005 dalam Ariani, 2014: 19).
Gout diartikan sebagai suatu penyakit dimana terjadi penumpukan asam urat
dalam tubuh secara berlebihan, baik akibat produksi yang meningkat,
pembuangan yang menurun, atau akibat peningkatan asupan makanan kaya purin.
Gout ditandai dengan peningkatan kadar asam urat, serangan berulang dari
arthritis yang akut, kadang-kadang disertai pembentukan kristal natrium urat besar
yang dinamakan tofus, deformitas sendi, dan cedera pada ginjal (Naga, 2012
dalam Ulfiyah, 2013: 11).
2.2.2

Stadium pada Penyakit Asam Urat


Stadium asam urat dibagi menjadi beberapa macam :
Hiperurisemia: tanpa gejala atau hanya terasa tidak segar.

1) Arthritis akut: serangan akut dapat terjadi tanpa presipitasi apapun, tetapi
dapat pula terjadi karena trauma local, pembedahan, stress, dan pengggunaa
obat-obatan.
2) Fase interkritik (arthritis rekuren): terjadi arthritis yang rekuren dengan
jarak satu serangan dengan serangan lainnya semakin pendek.
3) Arthritis kronik: disebabkan oleh kelaian sendi yang menetap karena
2.2.3

destruksi atau osteoarthrosis sekunder.


Faktor Resiko dan Penyebab
Penyebab terjadinya penyakit gout/asam urat dapat dibagi menjadi 3 faktor

yaitu :
1) Faktor umum
Faktor umum penyebab gout diantaranya adalah kurang tidur yang dapat
menyebabkan penumpukan asam laktat. Saat tidur akan terjadi penguraian asam
laktal di dalam tubuh. Jika seseorang mengalami tidur yang cukup, maka
penguraian asam laktat di dalam tubuh akan sempurna, dan bila seseorang
mengalami tidur yang kurang asam laktat belum sempurna diuraikan sehingga
terjadi penumpukan asam laktat di dalam tubuh. Penumpukan asam laktat di
dalam tubuh dapat mencegah pengeluaran asam urat melalui urin.
2) Faktor dari dalam
Faktor dari dalam lebih banyak terjadi akibat proses penyimpangan
metabolisme yang umumnya berkaitan dengan faktor usia, dimana usia diatas 40
tahun atau manula beresiko besar terkena asam urat. Gout pada pria terjadi pada
usia lebih muda dari pada wanita karena pada pria tidak memiliki hormon
estrogen dimana salah satu fungsi hormon estrogen adalah dapat meningkatkan
mengeluaran asam urat melalui urin. Genetik atau riwayat keluarga juga
merupakan faktor risiko penyebab penyakit gout.
3) Faktor dari luar
Faktor dari luar dapat berupa konsumsi makanan dan minuman yang dapat
merangsang pembentukan asam urat seperti makanan yang mempunyai kadar
protein tinggi diantaranya kacang-kacangan, emping, melinjo, cokelat, dan
minuman cola. Mengkonsumsi makanan yang tinggi purin akan menyebabkan
meningkatnya kadar asam urat dalam darah, yang menyebabkan terjadinya
pengkristalan dalam sendi. Protein terutama yang berasal dari hewan yang

10

meningkatkan kadar asam urat dalam darah diantaranya adalah hati, ginjal, otak,
paru dan limpa.
4) Faktor lain
Faktor lain penyebab gout adalah penyakit ginjal. Jika seseorang
mempunyai penyakit ginjal makan pembuangan asam urat akan berkurang
sehingga kadar asam urat dalam darah akan meningkat. Selain itu penyabab
lainnya adalah obesitas, kadar trigliserida yang tinggi. Pada penderita diabetes
yang tidak terkontrol dengan baik biasanya terdapat kadar benda-benda keton
(hasil buangan metabolisme lemak) yang tinggi. Benda-benda keton yang tinggi
akan menyebabkan kadar asam urat ikut meningkat.
2.2.4

Manifestasi Klinis
Biasanya, serangan gout pertama hanya menyerang satu sendi dan

berlangsung selama beberapa hari. Kemudian, gejalanya menghilang secara


bertahap, dimana sendi kembali berfungsi dan tidak muncul gejala hingga terjadi
serangan berikutnya. Namun, gout cenderung akan semakin memburuk, dan
serangan yang tidak diobati akan berlangsung lebih lama, lebih sering, dan
menyerang beberapa sendi. Sehingga sendi yang terserang bisa mengalami
kerusakan permanen. Biasanya, urutan sendi yang terkena serangan gout seperti
pada ibu jari kaki atau tangan, tumit, lutut, dan siku. Nyeri yang hebat dirasakan
oleh penderita gout pada satu atau beberapa sendi. Umumnya, serangan terjadi
pada malam hari. Biasanya, hari sebelum serangan gout terjadi, penderita tampak
segar bugar tanpa gejala atau keluhan, tepatnya pada tengah malam menjalang
pagi, penderita terbangun karena merasakan sakit yang sangat hebat disertai nyeri
yang semakin memburuk dan tidak tertahankan. Sendi yang terserang gout akan
membengkak dan kulit di atasnya akan berwarna merah keunguan, kencang dan
licin, serta terasa hangat dan nyeri jika digerakkan, dan muncul benjolan pada
sendi yang disebut (tofus). Peradangan sendi pada gout bersifat menahun, dan
umumnya setelah terjadi serangan gout berulang, sendi yang terserang bisa
menjadi bengkok atau cacat. Hamper 20% penderita gout juga mengidap batu
ginjal. Gejala lain adalah suhu tubuh badan menjadi demam, kepala terasa sakit,
nafsu makan berkurang, dan jantung berdebar (Wijayakusuma, 2006: 17).
2.2.5 Komplikasi

11

Komplikasi terjadi apabila penderita gout tidak melakukan pengobatan


secara teratur. Komplikasi yang terjadi pada penderita gout yaitu (Misnadiarly,
2007 dalam Ulfiyah, 2013: 15).
1) Penderita akan mengalami radang sendi akut berulang dan kekambuhannya
2)
3)
4)
5)
2.2.6

semakin lama akan semakin sering.


Sendi yang sakit akan bertambah banyak.
Tofi yang terbentuk semakin besar bahkan bisa pecah.
Timbul batu pada saluran kemih bahkan menyebabkan gagal ginjal.
Pemeriksaan Diagnostik
Untuk memastikan seseorang terkena gout, dapat dilakukan pemeriksaan

berikut ini (Wijayakusuma, 2006: 18).


1) Pemeriksaan kadar asam urat di dalam darah
Kadar normal asam urat dalam darah untuk laki-laki 3,4-7 mg/dl
Kadar normal asam urat dalam darah untuk wanita 2,4-6 mg/dl
Kadar asam urat dalam darah diharapkan stabil pada sekitar 5 mg/dl
2) Pemeriksaan kadar asam urat dalam urin per 24 jam
Kadar asam urat dalam urin berlebihan jika kadarnya lebih dari 800 mg/24
jam pada diet biasa atau lebih dari 600 mg/24 jam pada diet bebas purin.
3) Pemeriksaan cairan sendi
Merupakan pemeriksaan untuk melihat defosit kristal asam urat
(monosodium urat monohidrat) pada sendi yang mengalami peradangan.
4) Pemeriksaan sinar X
Merupakan pemeriksaan pada encok kronis untuk melihat adanya kerusakan
2.2.7

pada tulang dan tulang rawan.


Penatalaksanaan
Bagi penderita asam urat bisa mengkonsumsi obat alloppurinol karena

allopurinol bekerja menurunkan produksi asam urat dengan cara penghambatan


kerja enzim yang memproduksinya, yaitu enzim xantin oksidase. Selain
bermanfaat menekan produksi asam urat, allopurinol juga memiliki efek positif
dalam melawan kolesterol jahat dalam tubuh. Selain itu langkah pertama untuk
mengurangi nyeri adalah dengan mengendalikan peradangan, baik dengan obatobatan maupun dengan mengistirahatkan sendi yang sedang meradang (Junaidi,
2012 dalam Ariani, 2014: 27).
2.2.8

Pencegahan
Penderita gout dianjurkan untuk diet rendah purin untuk mengurangi

pembentukan asam urat. Penderita kegemukan juga harus diet untuk menurunkan
berat badan. Kadar purin dalam makanan normal selama sehari bisa mencapai

12

600-1000 mg, sedangkan diet rendah purin dibatasi hanya mengandung 120-150
mg purin. Diet juga harus memenuhi cukup kalori, protein, mineral dan vitamin
(Wijayakusuma, 2006: 19).
1) Batasi asupan purin
Makanan yang mengandung purin dapat meningkatkan kadar asam urat
darah. Untuk mencegah terjadinya asam urat, maka konsumsi makanan yang
mengandung purin harus dikurangi. Menurut kadar kandungan purin, jenis
makanan bisa dibedakan menjadi 3 kelompok.
(1) Kelompok I
Kadar purin tinggi (100-1000 mg purin/100 mg bahan pangan). Bahan
makanan yang tergolong dalam kelompok ini seperti otak, hati, jantung,
ginjal, jeroan, ekstrak daging/kaldu, bebek, burung dara, sarden, remis,
kerang, ikan teri, alkohol, ragi, makanan yang diawetkan.
(2) Kelompok II
Kadar purin sedang (50-100 mg purin/100 mg bahan pangan), seperti daging
sapi, ayam, ikan, udang, kacang-kacangan kering dan hasil olahannya
seperti tahu, tempe, asparagus, bayam, kembang kol, kangkung, daun dan
buah melinjo, buncis, dan jamur.
(3) Kelompok III
Kadar purin rendah (0-<50 mg purin/100 mg bahan pangan). Golongan
makanan ini seperti nasi, jagung, mie, susu rendah lemak, telur, buahbuahan (kecuali durian dan alpukat), dan sayuran (kecuali sayuran dalam
kelompok II).
2) Kurangi makanan tinggi lemak
Lemak dapat menghambat pengeluaran asam urat melalui urin. Konsumsi
makanan yang digoreng, bersantan sebaiknya dikurangi. Daging dan jeroan selain
mengandung purin tinggi keduanya juga mengandung lemak tinggi sehingga
harus dikonsumsi dalam jumlah terbatas.
3) Banyak minum air putih setiap hari
Mengkonsumsi cairan yang tinggi dapat membantu membuang asam urat
melalui urin. Oleh karena itu disarankan untuk minum minimal 2,5 liter atau 8-10
gelas sehari. Cairan juga bisa diperoleh melalui buah-buahan segar yang
mengandung banyak air seperti semangka, melon, blewah, nanas, belimbing
manis, dan jambu air. Buah durian dan alpukat sebaiknya dikurangi karena
keduanya mengandung lemak tinggi yang dapat menghambat pengeluaran asam
urat sehingga meningkatkan kadar asam urat dalam darah.

13

4) Hindari dan kurangi minum beralkohol dan soft drink


Soft drink seperti minuman cola sebaiknya dikurangi karena dapat memicu
peningkatan asam urat dalam darah. Alkohol akan meningkatkan kadar asam urat
darah karena minuman yang mengandung alkohol akan dimetabolisme menjadi
asam laktat. Asam laktat akan menghambat pembuangan asam urat melalui urin.
5) Pertahankan berat badan ideal
Obesitas akan meningkatkan produksi asam urat. Asupan kalori yang terlalu
sedikt juga bisa meningkatkan kadar asam urat karena adanya produksi senyawa
keton yang akan mengurangi pengeluaran asam urat melalui urin.
6) Olahraga teratur
Olahraga yang teratur dapat memperbaiki kondisi kekuatan dan kelenturan
sendi serta memperkecil risiko terjadinya kerusakan sendi akibat radang sendi.
Selain itu juga olahraga dapat menghangatkan tubuh dengan memperlancar
peredaran darah dan mencegah pengendapan asam urat pada ujung-ujung tubuh
yang dingin karena kurang pasokan darah. Olaharaga yang dapat dilakukan
dengan memenuhi prinsi FIT (Frequency, Intensity and Time). FIT yang baik
adalah frekuensi 3 kali dalam seminggu.
7) Tidur teratur
Saat tidur akan terjadi penguraian asam laktat di dalam tubuh. Jika
seseorang mengalami tidur cukup, maka penguraian asam laktat di dalam tubuh
akan sempurna. Jika seseorang mengalami tidur yang kurang, asam laktat belum
sempurna diuraikan sehingga terjadi penumpukan asam laktat di dalam tubuh.
2.2.9 Diet Asam urat
Diet adalah kondisi seseorang harus mengurangi konsumsi jenis makanan
tertentu. Diet pada penderita asam urat yaitu harus mengonsumsi makanan yang
rendah purin. Diet rendah purin bertujuan untuk mengurangi makanan yang kaya
akan kandungan purin seperti sarden, kangkung, jeroan, dan bayam. Oleh karena
itu, penderita gout dianjurkan untuk diet rendah purin guna mengurangi
pembentukan asam urat. Kadar purin dalam makanan normal dalam sehari bisa
mencapai 600-1000 mg, sedangkan diet rendah purin dibatasi hanya mengandung
120-150 mg purin, tetapi diet yang dilakukan juga harus memenuhi cukup kalori,
protein, mineral dan vitamin. Diet diberikan sampai kadar asam urat darah dan
berat badan menjadi normal
2.2.10 Kadar Asam Urat

14

Kadar normal asam urat untuk pria antara 2,1 sampai 8,5 mg/dl dan wanita
2,0 sampai 6,6 mg/dl. Bagi usia lanjut, kadar tersebut sedikit lebih tinggi. Ratarata kadar normal asam urat adalah 3,0 sampai 7,0 mg/dl. Bila lebih dari 7,0 mg/dl
maka dapat menyebabkan serangan asam urat dan dianggap berlebihan
menyebabkan batu ginjal.
2.3 Konsep Dasar Pengetahuan
2.3.1 Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan bukanlah sesuatu yang sudah ada dan tersedia, sementara
orang lain tinggal menerimanya. Pengetahun adalah sebagai suatu pembentukan
yang terus menerus oleh seseorang yang setiap saat mengalami organisasi karena
adanya pemahaman-pemahaman baru (Budiman, 2013: 3).
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang
terhadap objek melalui indera yang dimilikinya. Dengan sendirinya, pada waktu
penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh
intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan
seseorang diperoleh melalui indera pendengaran (telinga), dan indera penglihatan
(mata) .
Pengetahuan juga merupakan pedoman dalam membentuk tindakan
seseorang (overt behavior). Berdasarkan pengalaman dan penelitian, diperoleh
bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan lebih langgeng daripada perilaku
yang tidak didasari pengetahuan .
Berdasarkan pendapat beberapa ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa
pengetahuan merupakan sesuatu yang didapat melalui proses penginderaan yang
dibentuk secara terus menerus dan setiap saat mengalami organisasi karena
adanya pemahaman-pemahaman baru, dan merupakan pedoman dalam
membentuk tindakan.
2.3.2 Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat
yang berbeda-beda. Secara garis besarnya dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan
yaitu :
1) Tahu (Know)
Tahu berarti mengingat suatu materi yang telah dipelajari atau rangsangan
yang telah diterima sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini
adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang
dipelajari dan diterima sebelumnya. Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang

15

paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa seseorang itu tahu adalah ia
dapat menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, dan menyatakan.
2) Memahami (Comprehension)
Memahami berarti kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang
objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
Orang yang paham harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh,
menyimpulkan, dan meramalkan. Misalnya orang yang memahami cara
pemberantasan penyakit demam berdarah, bukan hanya sekedar menyebutkan 3 M
(mengubur, menutup, dan menguras), tetapi harus dapat menjelaskan mengapa
harus menutup, menguras, dan sebagainya.
3) Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang
dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui
tersebut pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan
sebagai penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, dan prinip dalam konteks
atau situasi nyata. Misalnya seseorang yang telah paham tentang penggunaan
rumus statistik dalam penghitungan hasil penelitian, dapat menggunakan prinsipprinsip siklus pemecahan masalah (problem solving cycle) di dalam masalah
kesehatan dari kasus yang diberikan.
4) Analisis (Analysis)
Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan/atau
memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang
terdapat dalam sutau masalah atau objek yang diketahui, tetapi masih dalam satu
struktur organisasi dan ada kaitannya satu sama lain. Indikasi bahwa pengetahuan
seseorang sudah sampai pada tingkat analisis adalah apabila orang tersebut telah
dapat membedakan, memisahkan, mengelompokkan, membuat diagram dan
bagan. Misalnya dapat membuat diagram (flow chart) siklus hidup cacing kremi.
5) Sintesis (Synthesis)
Sintesis merupakan kemampuan seseorang untuk merangkum, meletakkan,
atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru
atau kemampuan menyusun formulasi baru dari formulasi yang sudah ada.
Seseorang yang dikatakan memiliki tingkat pengetahuan sintesis yatu dapat
menyusun, merencanakan, meringkas, dan dapat menyesuaikan terhadap suatu
teori atau rumusan yang telah ada. Misalnya dapat meringkas dengan kata-kata
atau kalimat sendiri tentang hal-hal yang telah dibaca atau didengar.

16

6) Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Evaluasi dilakukan dengan
menggunakan kriteria sendiri atau kriteria yang telah ada.
2.3.3 Jenis Pengetahuan
Pemahaman masyarakat mengenai pengetahuan dalam konteks kesehatan
sangat beraneka ragam. Pengetahuan merupakan bagian dari perilaku kesehatan.
Jenis pengetahuan diantaranya sebagai berikut (Budiman, 2013: 4).
1) Pengetahuan implisit
Pengetahuan implisit adalah pengetahuan yang masih tertanam dalam
bentuk pengalaman seseorang dan berisi faktor-faktor yang tidak bersifat nyata,
seperti keyakinan pribadi, perspektif, dan prinsip-prinsip. Pengetahuan seseorang
biasanya sulit untuk distransfer ke orang lain baik secara tertulis ataupun lisan.
Pengetahuan implisit sering kali kebiasaan dan budaya bahkan bisa tidak disadari.
2) Pengetahuan eksplisit
Pengetahuan esksplisit adalah pengetahuan yang telah didokumentasikan
atau disimpan dalam wujud nyata, kebiasanya dalam wujud perilaku kesehatan.
Pengetahuannya dideskripsikan dalam tindakan yang berhubungan dengan
kesehatan.
Jadi jenis pengetahuan ada yang sulit ditransfer seperti keyakinan pribadi
dan prinsip sedangkan yang dapat dibagikan seperti yang sudah digambarkan atau
dituliskan dalam buku dan dapat dijadikan sebagai pedoman untuk bertindak
terutama yang berhubungan dengan kesehatan.
2.3.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Dalam proses memperoleh pengetahuan, ada beberapa faktor yang
memengaruhi yaitu (Budiman, 2013: 6).
1) Pendidikan
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan
kemampuan di dalam dan di luar sekolah (baik formal maupun non-formal),
berlangsung seumur hidup. Pendidikan adalah sebuah proses pengubahan sikap
dan tata laku seseorang atau kelompok dan juga usaha mendewasakan manusia
melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Pendidikan mempengaruhi proses
belajar, makin tinggi pendidikan seseorang, makin mudah orang tersebut untuk
menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi, maka seseorang akan cenderung
untuk mendapatakan informasi, baik dari orang lain maupun dari media massa.

17

Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang
didapat tentang kesehatan.
Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana diharapakan
seseorang dengan pendidikan tinggi, orang tersebut akan semakin luas pula
pengetahuannya. Namun, perlu ditekankan bahwa seorang yang berpendidikan
rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula.
Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan
tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan nonformal, pengetahuan seseorang
tentang sesuatu objek juga mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan negatif.
Kedua aspek inilah yang akhirnya akan menentukan sikap seseorang terhadap
objek tertentu. Semakin banyak objek positif dari objek yang diketahui, makan
akan menumbuhkan sikap positif terhadap objek tersebut.
2) Informasi/media massa
Informasi adalah that of which one is apprised or told: intelligene, news
(Oxford English Dictionary). Kamus lain menyatakan bahwa informasi adalah
sesuatu yang dapat diketahui, namun ada pula yang menekankan informasi
sebagai transfer pengetahuan. Adanya perbedaan definisi informasi dan
hakekatnya dikarenakan sifatnya yang tidak dapat diuraikan (intangible),
sedangkan informasi dapat dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, yang diperoleh
dari data dan pengamatan terhadap dunia sekitar kita, serta diteruskan melalui
komunikasi. Informasi mencakup kata, teks, gambar, suara, kode, program
komputer, dan basis data.
Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non-formal
dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga
menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Berkembangnya
teknologi akan menyediakan berbagai maam media massa yang dapat
mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru. Sebagai sarana
komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar,
majalah dan lain-lain mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan
keperayaan orang. Dalam menyampaikan informasi sebagai tugas pokoknya,
media massa juga membawa pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat
mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal
memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal
tersebut.

18

3) Sosial, budaya, dan ekonomi


Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran
apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian, seseorang akan
bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi juga akan
menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu
sehingga status ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.
4) Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu. Baik
lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap
proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam lingkungan
tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal balik maupun tidak, yang
akan direspons sebagai pengetahuan oleh setiap individu.
5) Pengalaman
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk
memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali
pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa
lalu. Pengalaman dalam bekerja yang dikembangkan akan memberikan
pengetahuan dan keterampilan professional, serta dapat mengembangkan
kemampuan mengambil keputusan yang merupakan manifestasi dari keterpaduan
menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah nyata dalam bidang
kerjanya.
6) Usia
Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin
bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya
sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Pada usia madya,
individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial, serta
lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri
menuju usia tua. Selain itu, orang usia madya akan lebih banyak menggunakan
banyak waktu untuk membaca. Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan
kemampuan verbal, dilaporkan hamper tidak ada penurunan pada usia ini. Dua
sikap tradisional mengenai jalannya perkembangan selama hidup adalah sebagai
berikut.

19

(1) Semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang dijumpai
dan semakin banyak hal yang dikerjakan sehingga menambah
pengetahuannya.
(2) Tidak dapat mengejarkan kepandaian baru kepada orang yang sudah tua
karena telah mengalami menuduran baik fisik maupun mental. Dapat
diperkirakan bahwa IQ akan menurun sejalan dengan bertambahnya usia,
khususnya pada beberapa kemampuan yang lain, seperti kosakata dan
pengetahuan umum. Beberapa teori yang berpendapat ternyata IQ seseorang
akan menurun cukup cepat sejalan bertambahnya usia.
2.3.5

Pengukuran Tingkat Pengetahuan


Pengukuran pengetahuan dapat diperoleh dari kuesioner atau angket yang

menanyakan isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden.
Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita
sesuaikan dengan tingkat pengetahuan tersebut di atas. Sedangkan kualitas
pengetahuan pada masing-masing tingkat pengetahuan dapat dilakukan dengan
rumus dan skoring di bawah ini:

N=

sp
sm

x 100%

Keterangan.
N

= nilai pengetahuan

sp

= skor yang didapat

sm

= skor tertinggi maksimum


Selanjutnya, persentase jawaban dapat diinterpretasikan dalam kalimat

kualitatif dengan acuan sebagai berikut:


1) Tingkat pengetahuan baik bila skor atau nilai 76-100%.
2) Tingkat pengetahuan cukup bila skor atau nilai 56-75%.
3) Tingkat pengetahuan kurang baik bila skor atau nilai < 55%.
2.4 Konsep Dasar Lansia
2.4.1 Pengertian
Usia lanjut adalah fase menurunnya kemampuan akal dan fisik yang dimulai
dengan adanya beberapa perubahan dalam hidup.
Usia lanjut merupakan tahap akhir dari siklus hidup manusia, yaitu bagian
dari proses kehidupan yang tidak dapat dihindarkan dan akan di alami setiap
individu, dan individu tersebut mengalami banyak perubahan baik secara fisik

20

maupun mental khususnya kemunduran dalam berbagai fungsi dan kemampuan


yang pernah dimilikinya.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa usia lanjut merupakan
seseorang yang mencapai umur lebih dari 60 tahun dan mulai banyak mengalami
perubahan baik secara fisik maupun mental.
2.4.2

Batasan Lansia
Menurut WHO ada empat tahapan, yaitu.
1) Usia pertengahan (middle age) usia 45-59 tahun
2) Lanjut usia (elderly) usia 60-74 tahun
3) Lanjut usia tua (old) usia 75-90 tahun
4) Usia sangat tua (very old) usia > 90 tahun
2.4.3 Proses Menua
Tahap dewasa merupakan tahap tubuh mencapai titik perkembangan yang
maksimal. Setelah itu tubuh mulai menyusut dikarenakan berkurangnya jumlah
sel-sel yang ada di dalam tubuh. Sebagai akibatnya, tubuh juga akan mengalami
penurunan fungsi secara perlahan-lahan. Itulah yang dikatakan proses penuaan.
Penuaan atau proses terjadinya tua adalah suatu proses menghilangnya secara
perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri
mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan
terhadap infeksi serta memperbaiki kerusakan yang diderita (Maryam dkk, 2008:
45).
2.4.4

Perubahan yang Terjadi pada Lanjut Usia


Perubahan yang terjadi pada lansia meliputi perubahan fisik, mental dan

psikososial.
1) Perubahan Fisik
(1) Kekuatan fisik secara menyeluruh berkurang, merasa cepat lelah dan
stamina menurun.
(2) Sikap badan yang semula tegap menjadi membungkuk, otot-otot mengecil,
hipotrofis, terutama dibagian dada dan lengan.
(3) Kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan lemak. Permukaan
kulit kasar dan bersisik karena kehilangan proses keratinasi serta
perubahan ukuran dan bentuk sel epidermis.
(4) Rambut memutih dan pertumbuhan berkurang sedang rambut dalam
hidung dan telinga mulai menebal.

21

(5) Perubahan pada indera. Misal pada penglihatan, hilangnya respon terhadap
sinar, hilangnya daya akomodasi. Pada pendengaran pengumpulan
cerumen dapat terjadi karena meningkatnya keratin.
(6) Pengapuran pada tulang rawan, seperti tulang dada sehingga rongga dada
menjadi kaku dan sulit bernafas.
2) Perubahan sosial
(1) Perubahan peran post power syndrome, single woman, dan single parent.
(2) Ketika lansia lainnya meninggal maka muncul perasaan kapan akan
meninggal.
(3) Terjadinya kepikunan yang dapat mengganggu dalam bersosialisasi.
(4) Emosi mudah berubah, sering marah-marah dan mudah tersinggung.
3) Perubahan Psikologi
Perubahan psikologis pada lansia meliputi short term memory, frustasi,
kesepian, takut kehilangan kebebasan, takut menghadapi kematian, perubahan
depresi dan kecemasan.
2.5 Kerangka Konseptual

Pre Test

Lansia

Pendidikan kesehatan.
1) Pengertian asam urat
2) Penyebab asam urat
3) Tanda dan gejala
asam urat
4) Komplikasi
5) Kadar asam urat
6) Pencegahan
7) Diet asam urat
Post Test

Bagan 2.1

Tingkat pengetahuan
1. Tahu
2. Memahami
3. Aplikasi
4. Analisis
5. Sintesis
6. Evaluasi
Kategori tingkat
pengetahuan.
1. Baik
2. Cukup
3. Kurang

Kerangka Konsep Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Diet


Asam Urat Terhadap Tingkat Pengetahuan Pada Lansia Di
Wilayah Kereng Bangkirai Palangka Raya.

Keterangan:
: Diteliti
: Tidak diteliti

22

: Berpengaruh
: Berhubungan
2.6 Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau pertanyaan
penelitian, yang diharapkan bisa menjawab suatu pertanyaan dalam penelitian
(Nursalam, 2013: 50). Hipotesis disusun sebelum penelitian dilaksanakan, karena
hipotesis dapat mengarahkan penelitian, memperkecil jangkauan penelitian,
member petunjuk pada tahap pengumpulan data, panduan dalam pengujian
anatara dua variabel atau lebih, dan membantu mengarahkan mengidentifikasi
variabel yang akan diteliti (Hidayat, 2009: 39). Hipotesis yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut.
H0 : Tidak ada pengaruh pendidikan kesehatan tentang diet asam urat terhadap
tingkat pengetahuan pada lansia di Wilayah UPTD Puskesmas Kereng
Bangkirai Palangka Raya.
H1 : Adanya pengaruh pendidikan kesehatan tentang diet asam urat terhadap
tingkat pengetahuan pada lansia di Wilayah UPTD Kereng Bangkirai
Puskesmas Palangka Raya.

Anda mungkin juga menyukai

  • Bab 3
    Bab 3
    Dokumen23 halaman
    Bab 3
    siwi wiraharjo
    Belum ada peringkat
  • Bab 3
    Bab 3
    Dokumen19 halaman
    Bab 3
    siwi wiraharjo
    Belum ada peringkat
  • Bab 3
    Bab 3
    Dokumen19 halaman
    Bab 3
    siwi wiraharjo
    Belum ada peringkat
  • LP Anc
    LP Anc
    Dokumen15 halaman
    LP Anc
    siwi wiraharjo
    Belum ada peringkat
  • LP Anc
    LP Anc
    Dokumen15 halaman
    LP Anc
    siwi wiraharjo
    Belum ada peringkat
  • Bab 2
    Bab 2
    Dokumen26 halaman
    Bab 2
    siwi wiraharjo
    Belum ada peringkat
  • Satuan Acara Penyuluhan
    Satuan Acara Penyuluhan
    Dokumen5 halaman
    Satuan Acara Penyuluhan
    siwi wiraharjo
    Belum ada peringkat
  • Bab 2
    Bab 2
    Dokumen25 halaman
    Bab 2
    siwi wiraharjo
    Belum ada peringkat
  • Leaflet Anemia
    Leaflet Anemia
    Dokumen3 halaman
    Leaflet Anemia
    siwi wiraharjo
    Belum ada peringkat
  • WOC ANEMIA Acc
    WOC ANEMIA Acc
    Dokumen1 halaman
    WOC ANEMIA Acc
    siwi wiraharjo
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen1 halaman
    Daftar Pustaka
    siwi wiraharjo
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen7 halaman
    Bab 1
    siwi wiraharjo
    Belum ada peringkat
  • Format Asuhan Keperawatan Antenatal
    Format Asuhan Keperawatan Antenatal
    Dokumen16 halaman
    Format Asuhan Keperawatan Antenatal
    siwi wiraharjo
    Belum ada peringkat
  • Bab 3
    Bab 3
    Dokumen13 halaman
    Bab 3
    siwi wiraharjo
    Belum ada peringkat
  • Bab 2
    Bab 2
    Dokumen28 halaman
    Bab 2
    siwi wiraharjo
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen6 halaman
    Bab 1
    siwi wiraharjo
    Belum ada peringkat
  • Bab 1-3
    Bab 1-3
    Dokumen63 halaman
    Bab 1-3
    siwi wiraharjo
    Belum ada peringkat
  • Bab 5
    Bab 5
    Dokumen5 halaman
    Bab 5
    siwi wiraharjo
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen5 halaman
    Bab 1
    siwi wiraharjo
    Belum ada peringkat
  • Bab 4
    Bab 4
    Dokumen22 halaman
    Bab 4
    siwi wiraharjo
    Belum ada peringkat
  • Bab 3
    Bab 3
    Dokumen20 halaman
    Bab 3
    siwi wiraharjo
    Belum ada peringkat
  • Bab 3
    Bab 3
    Dokumen20 halaman
    Bab 3
    siwi wiraharjo
    Belum ada peringkat
  • LP KPD
    LP KPD
    Dokumen8 halaman
    LP KPD
    siwi wiraharjo
    Belum ada peringkat
  • Bab 2
    Bab 2
    Dokumen62 halaman
    Bab 2
    siwi wiraharjo
    Belum ada peringkat
  • Contoh Askep Keperawatan Medikal Bedah
    Contoh Askep Keperawatan Medikal Bedah
    Dokumen44 halaman
    Contoh Askep Keperawatan Medikal Bedah
    siwi wiraharjo
    100% (1)
  • LP KPD
    LP KPD
    Dokumen8 halaman
    LP KPD
    siwi wiraharjo
    Belum ada peringkat
  • Rencana Setelah Lulus Kuliah Keperawatan
    Rencana Setelah Lulus Kuliah Keperawatan
    Dokumen1 halaman
    Rencana Setelah Lulus Kuliah Keperawatan
    siwi wiraharjo
    Belum ada peringkat
  • LP Cs Dan Letak Sungsang Pada Ibu Hamil
    LP Cs Dan Letak Sungsang Pada Ibu Hamil
    Dokumen24 halaman
    LP Cs Dan Letak Sungsang Pada Ibu Hamil
    siwi wiraharjo
    Belum ada peringkat
  • Contoh Askep Keperawatan Medikal Bedah. (Pemeriksaan Persyarafan)
    Contoh Askep Keperawatan Medikal Bedah. (Pemeriksaan Persyarafan)
    Dokumen22 halaman
    Contoh Askep Keperawatan Medikal Bedah. (Pemeriksaan Persyarafan)
    siwi wiraharjo
    Belum ada peringkat