PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kesehatan merupakan salah satu unsur kesejhateraan umum yang harus dapat di
wujudkan melalui pembangunan yang berkesenambungan. Pembangunan kesehatan merupakan
salah satu upaya pembangunan nasional diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang
optimal (Depkes RI, 1992).
Dalam peraturan pemerintah nomor 25 tahun 1980, yang dimaksud dengan apotek adalah
suatu tempat tertentu dimana dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran obat kepada
masyarakat. Tugas dan fungsi apotek adalah sebagai tempat pengabdian profesi seorang apoteker
yang telah mengucapkan sumpah jabatan, sarana farmasi yang melaksanakan peracikan,
pengubahan bentuk, pencampuran dan penyerahan obat atau bahan obat, dan sarana penyalur
perbekalan farmasi yang harus menyebarkan obat yang diperlukan masyarakat secara meluas dan
merata (Anonim, 1980).
Rumah sakit adalah salah satu dari sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya
kesehatan. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Upaya
kesehatan diselenggarakan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif),
pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan
(rehabilitatif), yang dilaksanakan secaramenyeluruh, terpadu dan berkesinambungan
Rumah sakit mempunyai peranan yang penting untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat. Di Indonesia rumah sakit merupakan rujukan pelayanan kesehatan untuk puskesmas
terutama upaya penyembuhan dan pemulihan. Mutu pelayanan di rumah sakit sangat
dipengaruhui oleh kualitas dan jumlah tenaga kesehatan yang dimiliki rumah sakit tersebut.
Pelayanan kefarmasian sebagai salah satu unsur dari pelayanan utama di rumah sakit,
merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari sistem pelayanan di rumah sakit yang
berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu, termasuk pelayanan
farmasi klinik yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat. Praktek pelayanan kefarmasian
merupakan kegiatan terpadu, dengan tujuan untuk mengidentifikasi, mencegah dan
menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan obat dan kesehatan.
Apoteker harus mengelola apotek secara tertib, teratur dan berorientasi bisnis. Tertib
artinya disiplin dalam mentaati peraturan perundangan dalam pelayanan obat, membuat laporan
narkotika, tidak membeli maupun menjual obat-obat yang tidak terdaftar, memberikan informasi
obat kepada pasien dan sebagainya. Teratur artinya pemasukan dan pengeluaran uang dan obat
dicatat dengan baik untuk evaluasi dan pembuatan laporan keuangan. Berorientasi bisnis artinya
tidak lepas dari usaha dagang, yaitu harus mendapatkan keuntungan supaya usaha apotek bisa
terus berkembang.
Pelayanan farmasi rumah sakit merupakan salah satu kegiatan di rumah sakit yang
menunjang pelayanan kesehatan yang bernutu. Hal tersebut di perjelaskan dalam Keputusan
Menteri Kesehatan Nomor 1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit,
yang menyebutkan bahwa pelayanan farmasi rumah sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan
dari system pelayanan kesehatan rumah sakit yang berorientasi kepada pelayanan pasien,
penyedian obat yang bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik, yang tejangkau bagi semua
lapisan masyarakat.
BAB II
PERSIAPAN
A. Standar Pelayanan Farmasi Rumah Sakit
Sesuai dengan SK Menkes Nomor 1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar Pelayanan
Rumah Sakit bahwa pelayanan farmasi rumah sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan dari
sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang utuh dan berorientasi kepada pelayanan pasien
penyediaan obat yang bermutu,termasuk pelayanan fa rmasi klinik yang terjangkau bagi semua
lapisan masyarakat. Farmasi rumah sakit bertanggung jawab terhadap semua barang farmasi
yang beredar di rumah sakit tersebut.
Pelayanan diselenggarakan dan diatur demi berlangsungnya pelayanan farmasi yang
efisien dan bermutu, berdasarkan fasilitas yang ada dan standar pelayanan keprofesian yang
universal Adanya bagan organisasi yang menggambarkan uraian tugas, fungsi, wewenang dan
tanggung jawab serta hubungan koordinasi di dalam maupun di luar pelayanan farmasi yang
ditetapkan oleh pimpinan rumah sakit
Adapun tujuan dan fungsi pelayanan farmasi di rumah sakit menurut keputusan menteri
kesehatan adalah sebagai berikut :
Tujuan pelayanan farmasi di rumah sakit,yaitu:
a. Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal baik dalam keadaan biasa maupun dalam
b.
keadaan gawat darurat, sesuai dengan keadaan pasien maupun fasilitas yang tersedia
Menyelenggarakan kegiatan pelayanan profesional berdasarkan prosedur kefarmasian dan etik
c.
d.
e.
f.
g.
profesi
Melaksanakan KIE (Komunikasi Informasi dan Edukasi) mengenai obat
Menjalankan pengawasan obat berdasarkan aturan-aturan yang berlaku
Melakukan dan memberi pelayanan bermutu melalui analisa, telaah dan evaluasi pelayanan
Mengawasi dan memberi pelayanan bermutu melalui analisa, dan evaliasi pelayanan
Mengadakan penelitian di bidang farmasi dan peningkatan metode
sakit
Menerima perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan ketentuan yang berlaku
- Menyimpan perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan persyaratan kefarmasian
- Mendistribusikan perbekalan farmasi ke unit-unit pelayanan di rumah sakit.
Pelayanan kefarmasian dalam penggunaan obat dan alat kesehatan
- Mengkaji instruksi pengobatan/resep pasien
- Mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat dan alat kesehatan
- Mencegah dan mengatasi masalah yang berkaitan dengan obat dan alat kesehatan
- Memantau efektifitas dan keamanan penggunaan obat dan alat kesehatan
- Memberikan informasi kepada petugas kesehatan, pasien/keluarga
- Memberi konseling kepada pasien/keluarga
- Melakukan pencampuran obat suntik
- Melakukan penyiapan nutrisi parenteral
- Melakukan penanganan obat kanker
- Melakukan penentuan kadar obat dalam darah
B. MAN
Untuk memulai pelayanan farmasi rumah sakit dibutuhkan sumber daya manusia yang
memadai baik secara kualitas maupun kuantitas. Pelatihan untuk merubah pradigma pelayanan
farmasi merupakan suatu keharusan. Apoteker merupakan ahli di bidang kefarmasian dan
mempunyai hubungan yang sangat erat dengan efektifitas pelayanan pengobatan yang rasional,
oleh karena itu seorang apoteker harus mempunyai wawasan, pengetahuan, keterampilan yang
luas dan mampu mengikuti perkembangan di bidang kefarmasian di rumah sakit.
Penyelenggaraan pelayanan kefarmasian dilaksanakan oleh tenaga farmasi profesional
yang berwenang berdasarkan undang-undang memenuhi persyaratan baik dari segi aspek hukum,
strata pendidikan, kualitas maupun intitas dengan jaminan kepastian adanya peningkatan
pengetahuan, keterampilan dan sikap keprofesian terus menerus dalam rangka menjaga mutu
profesi dan kepuasan pelanggan. Kualitas dan rasio kuantitas harus disesuaikan dengan beban
kerja dan keluasan cakupan pelayanan serta perkembangannya.
Personalia Pelayanan Farmasi Rumah Sakit adalah sumber daya manusia yang
melakukan pekerjaan kefarmasian di rumah sakit yang termasuk dalam bagan organisasi rumah
sakit dengan persyaratan:
Tersedianya fasilitas penyimpanan barang farmasi yang menjamin semua barang farmasi tetap
dalam kondisi yang baik dan dapat dipertanggung jawabkan sesuai dengan spesifikasi masing-
BAB III
PELAKSANAAN
A. Bagan Organisasi
Dengan adanya bagan organisasi, maka akan dengan mudah menggambarkan tugas,
koordinasi kewenangan serta fungsi serta hubungan koordinasi di dalam maupun di luar
pelayanan farmasi yang telah di tetapkan oleh pimpinan rumah sakit.
Kerangka
organisasi
meminimal
mengakomodasi
penyelenggaraan
pengelolaan
perbekalan, pelayanan farmasi klinik dan manajemen mutu, dan harus selalu dinamis sesuai
perubahan yang dilakukan yang tetap menjaga mutu sesuai harapan pelanggan
B. Kebijakam dan Prosedur
Semua kebijakan dan prosedur yang ada harus tertulis dan dicantumkan tanggal
dikeluarkannya peraturan tersebut. Peraturan dan prosedur yang ada harus mencerminkan standar
pelayanan farmasi mutakhir yang sesuai dengan peraturan dan tujuan dari pada pelayanan
farmasi itu sendiri
1.
Kriteria kebijakan dan prosedur dibuat oleh kepala instalasi panita/komite farmasi dan terapi
serta para apoteker
2.
Obat hanya dapat diberikan setelah mendapat pesanan dari dokter dan apoteker menganalisa
mampu
pengelolaan perbekalan farmasi yang meliputi prencanaan, pengadaan, penerimaan,
dikeluhkan pasien
pengawasan mutu pelayanan dan pengendalian perbekalan farmasi
pemberian konseling/informasi oleh apoteker kepada pasien maupun keluarga pasien dalam hal
penggunaan dan penyimpanan obat serta berbagai aspek pengetahuan tentang obat demi
Mewujudkan Sistem Informasi Manajemen berdaya guna dan tepat guna melaksanakan
kegiatan
pelayanan
yang
dimulai
dari
tahap
validasi,interpretasi,
I.
Konseling
Merupakan suatu proses yang sistematik untuk mengidentifikasi dan penyelesaian
masalah pasien yang berkaitan dengan pengambilan dan penggunaan obat pasien rawat jalan dan
pasien rawat inap.
J.
K. Ronde/Visite Pasien
Merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap bersama tim dokter dan tenaga
kesehatan lainnya
L. Pengkajian Penggunaan Obat
Merupakan program evaluasi penggunaan obat yang terstruktur dan berkesinambungan
untuk menjamin obat-obat yang digunakan sesuai indikasi, efektif, aman dan terjangkau oleh
pasien