Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Tujuan Percobaan


1 Untuk memperkenalkan langkah-langkah analisis obat dan bagaimana
metabolisme dalam urine
2 Untuk melakukan analisis kaffein dalam urine
3 Untuk memahami proses ADME ( absorbsi, distribusi, metabolisme, dan
ekskresi) kaffein
4 Untuk mengetahui nilai parameter farmakokinetik kaffein
1.2. Dasar Teori
Kafein merupakan alkaloid kristal xanthine berwarna putih dan rasanya pahit
yang bisa digunakan sebagai perangsang syaraf (psychoactive stimulant) dan juga
memiliki efek diuretik (gampang beser) pada manusia dan hewan. Kafein
ditemukan oleh ahli kimia Jerman, Friedrich Ferdinand Runge, pada tahun 1819.
Dia menamainya dengan istilah "kaffein", yaitu sebuah senyawa kimia yang ada
pada kopi, yang dalam logat Inggris menjadi caffeine. Kafein juga dinamai
"guaranine" karena ditemukan pada guarana, "mateine" ketika ditemukan pada
mate, dan "theine" ketika ditemukan pada teh. Semua nama ini merupakan
sinonim dari kafein.(Abraham, 2010)
Kafein merupakan jenis alkaloid yang secara alamiah terdapat dalam biji
kopi, daun teh, daun mete, biji kola, biji coklat dan beberapa minuman penyegar.
Kafein memiliki berat molekul 194,19 gram/mol. Dengan rumus kimia C 8H10N8O2
dan pH 6,9 (larutan kafein 1 % dalam air ). Secara ilmiah, efek kafein terhadap
kesehatan sebetulnya tidak ada, tetapi yang ada adalah efek tak langsungnya
seperti menstimulasi pernafasan dan jantung, serta memberikan efek samping
berupa rasa gelisah (neuroses), tidak dapat tidur (insomnia) dan denyut jantung
tak beraturan (tachycardia). Kopi dan teh banyak mengandung kafein
dibandingkan jenis tanaman lain, karena tanaman kopi dan teh menghasilkan biji
kopi dan daun teh yang sangat cepat, sementara penghancurannya sangat lambat
(Abraham, 2010)
Urin merupakan keluaran akhir yang dihasilkan ginjal sebagai akibat
kelebihan urine dari penyaringan unsur-unsur plasma (Frandson, 1992). Urine
atau urin merupakan cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal kemudian
dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Eksreksi urine diperlukan
untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan
untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Urine disaring di dalam ginjal, dibawa
melalui ureter menuju kandung kemih, akhirnya dibuang keluar tubuh melalui
uretra (Ningsih, 2012). Proses pembentukan urin di dalam ginjal melalui tiga
tahapan yaitu filtrasi (penyaringan), reabsorpsi (penyerapan kembali), dan
augmentasi (penambahan) (Budiyanto, 2013).
Pada filtrasi terjadi proses sebagai berikut. Filtrasi darah terjadi di
glomerulus, yaitu kapiler darah yang bergelung-gelung di dalam kapsul Bowman.
Pada glomerulus terdapat sel-sel endotelium sehingga memudahkan proses
penyaringan. Selain itu, di glomerulus juga terjadi pengikatan sel-sel darah,
keping darah, dan sebagian besar protein plasma agar tidak ikut dikeluarkan. Hasil
proses infiltrasi ini berupa urine primer (filtrate glomerulus) yang komposisinya
mirip dengan darah, tetapi tidak mengandung protein. Di dalam urine primer
dapat ditemukan asam amino, glukosa, natrium, kalium, ion-ion, dan garam-
garam lainnya (Budiyanto, 2013).
Proses reabsorpsi terjadi di dalam pembuluh (tubulus) proksimal. Proses ini
terjadi setelah urine primer hasil proses infiltrasi mengalir dalam pembuluh
(tubulus) proksimal. Bahan-bahan yang diserap dalam proses reabsorpsi ini adalah
bahan-bahan yang masih berguna, antara lain glukosa, asam amino, dan sejumlah
besar ion-ion anorganik. Selain itu, air yang terdapat dalam urine primer juga
mengalami reabsorpsi melalui proses osmosis, sedangkan reabsorpsi bahan-bahan
lainnya berlangsung secara transpor aktif. Proses penyerapan air juga terjadi di
dalam tubulus distal. Kemudian, bahan-bahan yang telah diserap kembali oleh
tubulus proksimal dikembalikan ke dalam darah melalui pembuluh kapiler yang
ada di sekeliling tubulus. Proses reabsorpsi ini juga terjadi di lengkung Henle,
khususnya ion natrium. Hasil proses reabsorpsi adalah urine sekunder yang
memiliki komposisi zat-zat penyusun yang sangat berbeda dengan urine primer.
Dalam urine sekunder tidak ditemukan zat-zat yang masih dibutuhkan tubuh dan
kadar urine meningkat dibandingkan di dalam urine primer (Djojodibroto, 2001).
Pada augmentasi, terjadi proses sebagai berikut. Urine sekunder selanjutnya
masuk ke tubulus kontortus distal dan saluran pengumpul. Di dalam saluran ini
terjadi proses penambahan zat-zat sisa yang tidak bermanfaat bagi tubuh.
Kemudian, urine yang sesungguhnya masuk ke kandung kemih (vesika urinaria)
melalui ureter. Selanjutnya, urine tersebut akan dikeluarkan dari tubuh melalui
uretra. Urine mengandung urea, asam urine, amonia, dan sisa-sisa pembongkaran
protein. Selain itu, mengandung zat-zat yang berlebihan dalam darah, seperti
vitamin C, obat-obatan, dan hormon serta garam-garam (frandson, 1992).
Spektrofotometri adalah salah satu teknik analisis fisika kimia yang
didasarkan pengabsobsian energi cahaya oleh suatu sistem kimia sebagai fungsi
dari panjang gelombang radiasi (Day dan Underwood, 2002).
Spektrofotometri uv-vis adalah pengukuran serapan cahaya di daerah
ultraviolet (200 350 nm) dan sinar tampak (350 800 nm) oleh suatu senyawa.
Serapan cahaya uv atau cahaya tampak mengakibatkan transisi elektronik, yaitu
promosi elektron-elektron dari orbital keadaan dasar yang berenergi rendah ke
orbital keadaan tereksitasi berenergi lebih tinggi.Panjang gelombang cahaya uv
atau cahaya tampak bergantung pada mudahnya promosi elektron. Molekul-
molekul yang memerlukan lebih banyak energi untuk promosi elektron, akan
menyerap pada panjang gelombang yang lebih pendek. Molekul yang
memerlukan energi lebih sedikit akan menyerap pada panjang gelombang yang
lebih panjang. Senyawa yang menyerap cahaya dalam daerah tampak (senyawa
berwarna) mempunyai elektron yang lebih mudah dipromosikan dari pada
senyawa yang menyerap pada panjang gelombang lebih pendek. (Day dan
Underwood, 2002).
BAB II
METODE KERJA

2.1. Alat dan Bahan


a. Alat :
1. Botol coklat
2. Bulp
3. Labu ukur
4. Pipet
5. Seperangkat alat spektrofotometer
6. Vial
b. Bahan:
1. Aqua dest
2. Kaffein
3. Urine
2.2. Cara kerja
a Pemberian kaffein dengan pengumpulan urine
1. Satu hari sebelum praktikum praktikan :
a. Meminta obat kepada laboran
b. Tidak memakan makanan kaya akan protein
c. Tidak memakan atau meminum minuman yang dapat mengganggu
ADME
2. Relawan menampung seluruh urine ( Blanko )
3. Relawan meminum obat dan air kurang lebih 200ml
4. Ditampung urine tersebut dalam botol beri label, lalu meminum air
kembali kurang lebih 200ml (sampel 1)
5. Ditampung urine tersebut dalam botol beri label, lalu meminum air
kembali kurang lebih 200ml (sampel 2)
6. Dilanjutkan percoban 3 dan 4 sampai diperoleh 6 sampel
7. Disimpan urine tersebut dalam kulkas untuk mencegah terjadinya
oksidasi .
b Analisis cuplikan urine pada obat kaffein
1 Ditentukan kadar kaffein dalam sampel urine pada masing-masing
interval waktu yang telah ditentukan.
2 Untuk penetapan kadar urine dengan cara 1ml urine lalu ditambahkan
10 ml aquadest lalu ditentukan dalam spektrofotometer. Jika terlalu
besar kadar dilakukan pengenceran ( dilakukan triplo).
3 Dilakukan perhitungan parameter farmakokinetik kaffein
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Data pengamatan


a Data Absorbansi Urine pada Kaffein

No sampel Waktu interval Volume urine Absorban


Blanko 1-0.1=0.5 85ml 0.533 A
1 1-2= 1 105ml 0.510 A
2 2-2.5= 0.5 103ml 0.471 A
3 2.5-3= 0.5 106ml 0.715 A
4 3-3.5= 0.5 106ml 0.599 A
5 3.5-4= 0.5 104ml 0.588 A
6 4-4.5= 0.5 104ml 703

b Metode Kecepatan Ekskresi RENAL


Interval
No. t mid Vu Cu Du/dt t mid Ln
waktu dt
Sampel (jam) (ml) (ug/ml) (mg/jam) (jam) Du/dt
(jam)
Blanko 0-1 1 0,5 85 10,751 0,914 0,5 -0,09
0,
1 1-1,5 5 1,25 105 10,307 2,164 1,25 0,77
0,
2 1,5-2 5 1,75 108 9,553 2,063 1,75 0,72
0,
3 2-2,5 5 2,25 106 14,26 3,023 2,25 1,11
0,
4 2,5-3 5 2,75 106 12,027 2,550 2,75 0,94
0,
5 3-3,5 5 3,25 104 11,814 2,457 3,25 0,90
0,
6 3,5-4 5 3,75 104 14,036 2,919 3,75 1,07
Interval Vu Du Du-
No. Cu Du Ln (Du - Du
Tmid waktu dt (ml (mg Du Tmid
Sampel (g/ml) kum kum)
(jam) ) ) kum
1 0,5 0-1 1 85 10,751 0,91 0,91 6,67 1 1,898361114
0,
2 1,25 1-1,5 1,08 2,00 5,59 1,5 1,721464143
5 105 10,307
0,
3 1,75 1,5-2 1,03 3,03 4,56 2 1,517539047
5 108 9,553
0,
4 2,25 2-2,5 1,51 4,54 3,05 2,5 1,114953704
5 106 14,26
0,
5 2,75 2,5-3 1,27 4,90 2,69 3 0,988946221
5 106 12,027
0,
6 3,25 3-3,5 1,23 6,13 1,46 3,5 0,378261078
5 104 11,814
0,
7 3,75 3,5-4 1,46 7,59 0,00 4 -
5 104 14,036
c Metode ARE

3.2. Perhitungan
Persamaan linear kaffein y=bx+a; y= 0,05175 x 0.0234 dimana r2= 0.999
y+ a
x=
cu= b

0.533+ 0.234
Blanko : cu= 0.05175 = 10.751

0.510+ 0.234
Sampel 1 : cu 0.05175 = 10.307

0.471+ 0.234
Sampel 2 : cu= 0.05175 = 9.553

0.715+ 0.234
Sampel 3 : cu= 0.05175 = 14.26

0.599+ 0.234
Sampel 4 : cu= 0.05175 = 12.027
0.588+ 0.234
Sampel 5 : cu= 0.05175 = 11.814

0.703+ 0.234
Sampel 6 : cu= 0.05175 = 14.036

3.3. Pembahasan
Pada praktikum ini digunakan atau dilakukan analisis kaffein total dalam
cuplikan urine dengan menggunakan spektrofotometer pada gelombang
maksimum yang telah ditentukan sebeelumnya. Pada praktikum ini menggunakan
panjang gelombang 273nm . kadar kaffein total tergantung kemampuan biologis
dalam ADME terhadap pemberian kaffein. Praktikum ini mempunyai tujuan untuk
mengetahui nilai parameter farmakokinetik, nilai farmakokinetik berkaitan dengan
nilai waktu paruh. Harus diketahui bahwa kaffein merupakan obat perangsang
sistem saraf pusat pada manusia dan mempunyai efek samping ngantuk, kaffein
merupakan obat psikoaktif yang paling banyak.
Pada praktikum ini dengan mengumpulkan urine yang dilakukan oleh
praktikan yang telah mengkonsumsi kaffein. Cuplikan urine dikumpulkan selama
6 jam selanjutnya urine diukur volumenya. Tujuannya utuk menghitung volume
urine dan nilai DU . urine praktikan disentrifugasi . tujuan sentrifugasi adal;ah
untuk memisahkan suspensi dalam jumlah sedikit. Sentrifugasi yang cepat
menghasilkan sentrifual yang lebih besar sehingga partikel pensuspensi
pengendapan diatas tabung. Lalu selanjutnya dideteksi dengan spektrofotometer
dengan panjang gelombang 273nm .
Berdasarkan hasil praktikum absorban dihitung,diukur, dibuat grafik dan
dibuat kurva . kurva hasil kalibrasi dengan menggunakan 2 metode yaitu metode
kecepatan ekskresi renal dan metode ARE ( amopunt of remaining drug of
excreted). Dengan menggunakan metode ARE didapat nilai persamaan linear
yaitu y=0.5286x+2.5286 . dengan kecepatan korelasi r sbesar 0.9164 dengan k
eliminasi sebesar 0.5286 . dengan menggunakan metode kecepatan ekskresi renal
diperoleh persamaan y=0.2072x+1.5503 dengan nilai r 0.8786 dengan k eliminasi
0.2072 . waktu paruh adalah waktu parameter farmakokinetik yang umumnya di
gunakan . t1/2 dari metode ARE adalah 1.31jam sedangkan pada metode renal
adalah 3.34jam . pada literatur t1/2 dari opbat keffein adalah 1.9 12.2 jam hal
tersebut telah memenuhi syarat .

BAB IV
KESIMPULAN

Dari pratikum analisis kaffein total dalam cuplikan urine pada urine praktikan
dapat disimpulkan bahwa
1 Menggunakan metode ARE persamaan linear yaitu y= -0.5286x+2.5286
dengan nilai r adalah 0.9164
2 Menggunakan metode pkecepatan ekskresi renal didapat nilai persamaan y=-
0.2072x+1.5503 dengan nilai r adalah 0.8786
3 T1/2 dari metode ARE adalah 1.31 jam
4 T1/2 dari metode renal adalah 3.34 jam
DAFTAR PUSTAKA

Abraham. 2010. Kimia organik II. UNHALU : Kendari


Budiyanto. 2013. Proses Pembentukan Urin Pada Ginjal. Tersedia di:
http://budisma.web.id/materi/sma/biologi-kelas-xi/proses-pembentukan-
urine-pada-ginjal/ [Akses tanggal 18 mei 2017].
Day Jr R.A. dan A.L. Underwood. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta :
Erlangga
Djojodibroto, R.D. 2001. Seluk Beluk Pemeriksaan Kesehatan (Medical Check
Up): Bagaimana Menyikapi Hasilnya. Pustaka Populer Obor. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai