Anda di halaman 1dari 28

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori
1. Motivasi Belajar
a. Hakikat Motivasi
Dalam(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24885/4/
Chapter%2011.pdf) kata motivasi berasal dari bahasa latin movere
yang artinya menimbulkan pergerakan. Motivasi didefinisikan sebagai
kekuatan psikologis yang menggerakkan seseorang kearah beberapa
jenis tindakan (Haggard, 1989) dan sebagai suatu kesediaan peserta
didik untuk menerima pembelajaran, dengan kesiapan sebagai bukti
dari motivasi (Redman, 1993).
Munurut Kort (1987), motivasi adalah hasil faktor internal dan
faktor eksternal dan bukan hasil eksternal saja. Hal yang tersirat dari
motivasi adalah gerakan untuk memenuhi suatu kebutuhan atau
mencapai suatu tujuan.
Motivasi juga didefinisikan sebagai dorongan dari dalam diri
individu berdasarkan mana dari berperilaku dengan cara tertentu untuk
memenuhi keinginan dan kebutuhannya. Adapun pemotivasian dapat
diartikan sebagai pemberian motif-motif sebagai pendorong agar orang

bertindak,

berusaha

untuk

mencapai

tujuan

organisasional

(Silalahi,2002)
Menurut Supriyono (2003), motivasi adalah kemampuan untuk
berbuat sesuatu sedangkan motif adalah kebutuhan, keinginan,
dorongan untuk berbuat sesuatu. Motivasi seseorang dipengaruhi oleh
stimuli kekuatan, intrinsik yang ada pada individu yang bersangkutan.
Stimuli eksternal mungkin dapat pula mempengaruhi motivasi tetapi
motivasi itu sendiri mencerminkan reaksi individu terhadap stimuli
tersebut.
Rumusan lain tentang motivasi yang diberikan Robbins dan
Coulter (2006), yang dimaksud motivasi adalah kesediaan untuk
melaksanakan upaya tinggi, untuk mencapai tujuan tujuan
keorganisasian, yang dikondisi oleh kemampuan upaya demikian,
untuk memenuhi kebutuhan indicidual tertentu.
Definisi lain tentang motivasi Gray et-al (dalam Winardi, 2001)
menyatakan bahwa motivasi merupakan hasil sejumlah proses, yang
bersifat internal atau eksternal bagi seseorang individu, yang
menyebabkan timbulnya sikap antusiasme dan persistensi dalam hal
melaksanakan kegiatan kegiatan tertentu.
Dalam
(http://tkampus.blogspot.com/2012/04/pengertianmotivasi-dan-teori-teori-html)

Robbins

dan

Judge

(2007)

10

mendefinisikan motivasi sebagai proses yang menjelaskan intensitas,


arah dan ketekunan usaha untuk mencapai suatu tujuan.
Motivasi adalah sesuatu yang mendorong individu untuk
berperilaku

yang

langsung

menyebabkan

munculnya

perilaku

seseorang akan melakukan sesuatu perbuatan betapapun beratnya jika


ia mempunyai motivasi tinggi. Motivasi pada dasarnya merupakan
dorongan yang muncul dari diri sendiri untuk bertingkah laku.
Dorongan itu pada umumnya diarahkan untuk mencapai sesuatu atau
tujuan. Itu sebabnya sering mendengar istilah motif dan dorongan
yang dikaitkan dengan prestasi atau keberhasilan yang dikenal dengan
motif berprestasi (achievement motive). (Drs.Lukmanul hakim,M.Pd
dalam Pencapaian Pembelajaran 2008;35)
Samsudin (2005) memberikan pengertian motivasi sebagai
proses mempengaruhi atau mendorong dari luar atau terhadap
seseorang atau kelompok kerja agar mereka mau melaksanakan
sesuatu yang telah ditetapkan. Motivasi juga dapat diartikan sebagai
desakan yang alami untuk memuaskan dan mempertahankan
kehidupan.
Drs.Moh.Uzer Usman : 2000 menyatakan bahwa motivasi adalah
suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan /
tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan /
keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang mendorong tingkah
lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan.

11

Dari beberapa pendapat di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa


pengertian motivasi adalah keseluruhan daya penggerak baik dari
dalam diri maupun dari luar dengan menciptakan serangkaian usaha
untuk

menyediakan

kondisi-kondisi

tertentu

yang

menjamin

kelangsungan dan memberikan arah pada kegiatan sehingga tujuan


yang dikehendaki oleh subjek itu dapat tercapai.
b. Motivasi Belajar
Motivasi belajar adalah suatu keinginan untuk mencapai suatu
keberhasilan merupakan pendorong untuk bertingkah laku atau
melakukan kegiatan belajar. Motivasi dapat memberikan semangat
(dorongan) yang luar biasa terhadap seseorang untuk berperilaku dan
dapat memberikan arah dalam belajar. Motivasi ini pada dasarnya
merupakan keinginan (wants) yang ingin dipenuhi (needs) maupun
minat (interest) terhadap sesuatu. Oleh karena itu bagi seorang siswa
motivasi untuk belajar pada umumnya timbul karena adanya
rangsangan, baik yang dating dari dalam dirinya sendiri maupun dari
luar dirinya. (Drs. Lukmanul hakim,M.Pd dalam Pencapaian
Pembelajaran 2008:35).
Dalam(http.akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/02/06/teoriteori-motivasi/) A.M. Sardiman (2005:75) mengartikan motivasi beljar
sebagai serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi
tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu, dan

12

bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk meniadakan atau


mengelak perasaan tidak suka itu.
Ada beberapa prinsip motivasi dalam belajar (Depdiknas, 2004 :
3 ) yaitu :
a. Jika materi pembelajaran yang dipelajarinya bermakna karena
sesuai bakat, minat dan pengetahuan dirinya, maka motivasi
belajar siswa akan meningkat.
b. Pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang telah dikuasai siswa
dapat dijadikan landasan untuk menguasai pengetahuan, sikap, dan
keterampilan selanjutnya.
c. Motivasi belajar siswa akan meningkat jika guru mampu menjadi
model untuk dilihat dan ditiru.
d. Materi atau kegiatan pembelajaran yang disajikan guru hendaknya
selalu baru dan berbeda dari yang pernah dipelajari sebelumnya
sehingga mendorong siswa untuk mengikutinya.
e. Pelajaran yang dikerjakan siswa tepat dan sesuai dengan bakat,
minat, dan kemampuan yang dimiliki.
f. Memberikan waktu yang cukup kepada siswa untuk melakukan
tugas.
g. Suasana proses pembelajaran yang menyenangkan dan nyaman
bagi siswa.
h. Guru memberikan kesempatan yang luas kepada siswa untuk
belajar sesuai dengan strategi, metode, dan teknik belajar sendiri.
i. Dapat mengembangkan kemampuan belajar siswa seperti berpikir
logis, sistematis, induktif, atau deduktif.
j. Siswa lebih menguasai hsil belajar jika melibatkan banyak indera.

13

k. Antara guru dengan siswa terjadi komunikasi yang akrab dan


menyenangkan,

sehingga

siswa

mampu

dan

berani

mengungkapkan pendapatnya sesuai dengan tingkat berfikirnya.


Motivasi berkaitan erat dengan tujuan yang ingin dicapai karena
motivasi dan tujuan merupakan bagian penting dari proses belajar agar
mendapatkan hasil yang diinginkan.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian
motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak baik dari dalam
diri maupun dari luar diri siswa dengan menciptakan serangkaian
usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu yang menjamin
kelangsungan dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga
tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai.
2. Hasil Belajar
a. Hakikat Belajar
Belajar adalah proses perubahan perilaku akibat interaksi
individu dengan lingkungan. Jadi perubahan perilaku adalah hasil
belajar artinya seseorang telah dikatakan belajar jika ia dapat
melakukan sesuatu yang tidak dapat dilakukan sebelumnya. (Drs.
Lukmanul Hakim,M.Pd dalam Perencanaan Pembangunan 2008 :277).
Menurut Daryanto (2010:2) dalam (http:www.sarjanaku.com/
2011/03/pengertian-definisi-hasil-belajar.html) belajar adalah suatu
proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
14

Sedangkan menurut Djamarah (2008:13) mengatakan bahwa


belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam
interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif,
dan psikomotor.
Menurut Slameto (2010:2) belajar merupakan suatu proses
perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi
dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Menurut Fathurrohman dan Sutikno (2010:6) belajar adalah
perubahan yang terjadi di dalam diri seseorang setelah melakukan
aktifitas tertentu.
Menurut Syah (2010:90) belajar adalah tahapan perubahan
seluruh tingkah laku individu yang relative menetap sebagai hasil
pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses
kognitif.
Menurut Uno (2011:15) belajar adalah proses perubahan perilaku
seseorang setelah mempelajari suatu objek ( pengetahuan, sikap, atau
keterampilan) tertentu.
Menurut Yamin (2007:168) belajar merupakan perubahan
perilaku seseorang melalui latihan dan pengalaman, seseorang belajar
tidak ditentukan oleh kekuatan-kekuatan yang datang dari dalam
dirinya atau oleh stimulus-stimulus yang dating dari lingkungan, akan
tetapi merupakan interaksi timbal balik dari determinan-determinan
individu dan determinan-determinan lingkungan.

15

Menurut Hamalik (2011:27) belajar merupakan suatu proses,


suatu kegiatan, dan bukan suatu hasil atau tujuan.
Menurut Purwanto (2011:38) belajar adalah proses dalam diri
individu yang berinteraksi dengan lingkungan untuk mendapatkan
perubahan dalam perilaku.
Pengertian belajar yang cukup komprehensif diberikan oleh BellGredler (1985:1) yang menyatakan belajar adalah proses yang
dilakukan

oleh

manusia

untuk

mendapatkan

aneka

ragam

competencies, skill and attitude. Kemampuan (Competencies),


keterampilan (Skill), dan sikap ( Attitude ) tersebut diperoleh secara
bertahap dan berkelanjutan mulai dari bayi sampai masa tua melalui
rangkaian proses belajar sepanjang hayat. Rangkaian proses belajar itu
dilakukan dalam bentuk keterlibatannya dalam pendidikan informal,
keturutsertaannya dalam pendidikan formal dan atau pendidikan non
formal. Kemampuan ini yang membedakan manusia dari makhluk
lainnya.
Secara konseptual Fontana (1981) mengartikan belajar adalah
suatu proses perubahan yang reaktif tetap dalam perilaku individu
sebagai hasil dari pengalaman.
Gagne (1985) juga menyatakan bahwa belajar adalah suatu
perubahan dalam kemampuan yang bertambah lama dan bukan berasal
dari proses pertumbuhan.

16

Dari semua pendapat ahli mengenai pengertian belajar sangat


jelas bahwa belajar tidak hanya berkenaan dengan jumlah pengetahuan
tetapi juga meliputi seluruh kemampuan individu.
Ciri-ciri belajar yaitu:
1. Belajar harus memungkinkan terjadinya perubahan perilaku
pada diri individu.
2. Perubahan itu harus buah dari pengalaman.
3. Perubahan tersebut relative menetap.
b. Hasil Belajar
Dalam(http:www.sarjanaku.com/2011/03/pengertiandefinisihasil-belajar.html) menurut Purwanto (2011:46) hasil belajar adalah
perubahan perilaku peserta didik akibat belajar.Perubahan perilaku
disebabkan karena dia mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang
diberikan dalam proses belajar mengajar. Lebih lanjut ia mengatakan
bahwa hasil belajar dapat berupa perubahan dalam aspek kognitif,
afektif, dan psikomotor.
Sejalan
dengan

pendapat

tersebut

Sudjana(2003:3)

mengemukakan bahwa hasil belajar adalah perubahan tingkah laku


yang mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotor yang dimiliki
oleh siswa setelah menerima pengalaman belajar.
Menurut Hamalik(2003:155) hasil belajar adalah sebagai
terjadinya perubahan tingkah lakku pada diri seseorang yang dapat
diamati dan diukur bentuk pengetahuan, sikap dan keterampilan.
Perubahan tersebut dapat diartikan sebagai terjadinya peningkatan dan

17

pengembangan yang lebih baik sebelumnya yang tidak tahu menjadi


tahu.
Hasil belajar matematika dapat diukur dengan pelaksanaan
evaluasi pembelajaran sebagai dasar untuk memberikan umpan balik
atau feedback. Oleh karena itu harus melakukan evaluasi secara terus
menerus. Tujuannya bukan sekedar menentukan indeks kemampuan
atau angka (nilai) matematika tetapi harus menggambarkan keadaan
sebenarnya hasil yang dicapai. Dengan mengetahui hasil sebenarnya
dapat diketahui pula segi-segi kelemahan dan kekuatan dari
perencanaan pembelajaran yang dilaksanakan, disamping kemampuan
siswa itu sendiri.
Untuk mengukur derajat keberhasilan dalam belajar matematika
adalah pencapaian keberhasilan dan keefektifan perencanaan dan
proses pembelajaran yang dilakukan melalui evaluasi secara terinci
yaitu :
1. Untuk mengetahui apakah siswa dapat mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
2. Untuk mengetahui kondisi belajar yang disiapkan, apakah dapat
menyebabkan siswa belajar.
3. Mengetahui apakah siswa benar-benar melakukan seluruh
kegiatan dalam belajar (proses belajarnya)
4. Mengetahui dimana letak hambatan pencapaian tujuan, atau
hambatan yang dihadapi dalam belajar. Atas dasar ini hasil belajar
matematika dapat tercapai.

18

B.

Hipotesis Tindakan
a. Hakikat Matematika
Matematika adalah simbol ilmu deduktif yang tidak menerima
pembuktian secara induktif, ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur
yang terorganisasi dari unsur yang tidak didefinisikan ke unsur yang
dapat didefinisikan ke postulat dan selanjutnya ke dalil. (Ruseffendi
dalam Heruman,2007 : 1).
Menurut
Jonson

dan

rising

dalam

Aji

Apriyanto

(http.//www.Ajiapriyanto.co.cc.html) Matematika adalah pengetahuan


struktur yang terorganisasi, sifat-sifat atau teori dibuat secara deduktif
berdasarkan pada unsur yang didefinisikan aksioma teori yang dibuktikan
kebenarannya. Dengan kata lain Matematika merupakan suatu bahasa
yang dilukiskan dengan bilangan atau simbol tertentu yang didefinisikan
dengan cermat dan jelas.
Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
matematika adalah pengetahuan yang tersusun secara sistematis yang
dilukiskan dengan bilangan dengan bilangan atau simbol tertentu yang
didefinisikan dengan cermat dan jelas untuk memecahkan masalah yang
berhubungan dengan bilangan.
b. Tinjauan tentang Materi Menghitung Luas Segitiga
1) Pengertian Segitiga
Segitiga adalah bangun datar dengan 3 buah sisi dan 3 buah
sudut. segitiga dibedakan jenisnya menurut panjang sisi-sisinya.

19

Sisi AB disebut juga sebagai sisi c, karena letaknya di depan


sudut C. Demikian juga sisi BC dan AC disebut juga sebagai sisi a
dan b.
Garis tinggi segitiga adalah garis yang ditarik dari salah satu
titik sudut dan yegak lurus dengan sisi di depannya. Karena
segitiga memiliki tiga buah titik sudut, maka setiap segitiga
memiliki tiga buah garis tinggi.
Setiap sisi segitiga dapat dipandang sebagai alas sebuah
segitiga. Perhatikan gambar tersebut :

20

Garis tinggi yang dibuat dari titik sudut C disebut t c, karena


tegak lurus dengan alas atau sisi c atau AB. Demikian pula dengan
garis tinggi yang dibuat dari titik sudut B dan A disebut tb dan ta.

2) Jenis jenis Segitiga


Perhatikan jenis-jenis segitiga di bawah ini:

Segitiga sama sisi adalah segitiga yang ketiga sisinya sama


panjang. Sebagai akibatnya semua sudutnya juga sama besar, yaitu
60o.
Segitiga sama kaki adalah segitiga yang dua dari tiga sisinya
sama panjang. Segitiga ini memiliki dua sudut yang sama besar.

21

Segitiga sembarang adalah segitiga yang ketiga sisinya


berbeda panjangnya. Besar semua sudutnya juga berbeda.
Segitiga siku-siku adalah segitiga yang salah satu besar
sudutnya sama dengan 90o. Sisi di depan sudut 90o disebut
hipotenusa atau sisi miring.

3) Menghitung Luas Segitiga


Rumus luas segitiga dapat diturunkan dari rumus luas
persegi panjang. Perhatikan gambar di bawah ini :

Dari gambar di atas dapat disimpulkan bahwa segitiga ABC


terbentuk dari persegi panjang ABCD yang dibagi ua bagian yang
sama. Jika dibandingkan luasnya sebagai berikut:

Luas persegi panjang ABCD adalah:


L= panjang x lebar
Luas segitiga setengah dari luas persegi panjang, maka
diperoleh luas segitiga ABC :

22

L=

1
2

x panjang x lebar

Dalam segitiga, tidak ada ukuran panjang dan lebar. Sisi


bawah disebut alas (a) dan sisi tegak disebut tinggi (t). Sehingga
luas segitiga dirumuskan:
1
L = 2 x alas (a) x tinggi (t)
C. Tinjauan Tentang Metode STAD
1) Pengertian Metode STAD (Student Team Achievement Division)
Menurut Slavin (2009 : 12), gagasan utama dari metode
STAD adalah untuk memotivasi siswa supaya dapat saling
mendukung dan membantu satu sama lain dalam menguasai
kemampuan yang diajarkan oleh guru. Dalam metode STAD siswa
ditempatkan dalam kelompok belajar beranggotakan empat atau
lima orang yang merupakan campuran menurut kinerja, jenis
kelamin, dan suku. Metode STAD lebih menekankan pada
kegiatan belajar kelompok, dimana siswa secara aktif melakukan
diskusi, kerja sama, saling membantu, dan semua anggota
kelompok mempunyai peran dan tanggung jawab yang sama.
Menurut Slavin (2009 : 143) metode STAD adalah salah
satu metode pembelajaran yang paling sederhana, dan merupakan
23

metode yang paling baik bagi para guru yang baru menggunakan
pembelajaran kooperatif.
Menurut Isjoni (2009 : 74) STAD merupakan salah satu tipe
kooperatif yang menekankan pada adanya aktifitas dan interaksi
diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu
dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang
maksimal.
Slavin (2009:141) berpendapat metode STAD merupakan
metode yang digunakan secara terstruktur, metode STAD
merupakan metode yang terdapat dalam pembelajaran kooperatif
yang paling tua dan paling banyak digunakan dalam penelitian
pendidikan, termasuk juga dalam penyampaian materi di kelas.
2) Komponen Metode STAD
Menurut Slavin (2009:143-160), metode STAD terdiri dari
lima komponen utama yaitu:
a) Presentasi Kelas
Materi dalam metode STAD adalah pengenalan awal
dalam presentasi kelas. Dalam presentasi kelas ini, guru
mengajarkan materi secara langsung dalam pertemuan kelas.
Presentasi kelas dalam metode STAD berbeda dengan
presentasi kelas yang dilakukan guru pada umumnya. Hal ini
disebabkan karena presentasi kelas dalam metode STAD hanya
dilakukan pada hal-hal pokok saja. Dengan cara ini siswa
dituntut untuk sungguh-sungguh dalam memperhatikan materi

24

yang diberikan oleh guru dalam presentasi kelas arena akan


membantu mereka dalam mengerjakan kuis dan menentukan
skor kelompok mereka.
b) Tim (Tahap Kerja Kelompok)
Kelompok terdiri dari 4-5 siswa yang mempunyai
karakteristik yang berbeda-beda atau heterogen baik dalam
penguasaan materi, jenis kelamin, maupun keturunan. Fungsi
utama dari kelompok adalah memastikan bahwa semua anggota
kelompok dapat belajar dan juga untuk mempersiapkan anggota
kelompok

dalam

menghadapi

tes.

Setelah

guru

mempresentasikan materi, kelompok segera mempelajari


lembar kerja atau tugas yang diberikan oleh guru. Bila terdapat
kesulitan

maka

anggota

kelompok

secara

bersama

mendiskusikan kesulitan tersebut, membandingkan jawabanjawaban dari masing-masing anggota dan membetulkan
kesalahan-kesalahan konsep dari anggota kelompok. Kelompok
merupakan hal yang sangat penting dalam metode STAD. Pada
setiap pendapat, tekanan diberikan pada anggota kelompok
yang terbaik tersebut harus membantu anggota kelompok lain
dalam penguasaan materi.
c) Kuis (Tes Individu)
Setelah kurang lebih 1-2 pertemuan dari presentasi guru
dan 1-2 kali kelompok melakukan latihan dalam kelompoknya,
25

siswa diberi tes individu. Siswa tidak boleh saling membantu


selama tes. Jadi setiap siswa bertanggung jawab

secara

individu dalam menguasai materi pembelajaran yang telah


diberikan. Hasil selanjutnya diberi skor.
d) Skor Kemajuan Individual
Maksud dari skor

kemajuan

individual

adalah

memberikan nilai pada setiap siswa yang dapat dicapai jika


mereka bekerja keras dan mengerjakan lebih baik dari pada
materi yang telah lampau. Keadaannya mungkin siswa
mengalami peningkatan skor atau bahkan menurun. Kemudian
guru menghitung besarnya skor perkembangan yaitu dengan
membandingkan skor tes materi yang lalu dengan skor yang
baru.
e) Rekognisi Tim
Setelah melakukan kuis, perhitungan skor perkembangan
individu dan skor kelompok dilakukan. Skor individu setiap
anggota

kelompok

memberikan

sumbangan

pada

skor

kelompok berdasarkan skor pada kuis sebelumnya dengan skor


kuis terakhir.
3) Persiapan dalam Penggunaan Metode STAD
Dalam penggunaan metode STAD, menurut Slavin (2009 :
147-151) guru-guru perlu mempersiapkan hal-hal sebagai berikut:
a) Materi
Materi ajar dapat dibuat oleh guru berupa Lembar Kerja
Siswa (LKS). Lembar kerja siswa ini dilengkapi dengan
26

jawabannya. Selain itu guru juga harus mempersiapkan kuis


untuk tiap unit atau kompetensi dasar yang telah direncanakan
untuk diajarkan.
b) Membagi para siswa ke dalam kelompok
Sebuah kelompok dalam metode STAD merupakan
sebuah kelompok yang terdiri dari empat atau lima siswa yang
heterogen.
c) Menentukan Skor Awal Pertama
Skor dasar awal dapat diambil dari skor rata-rata siswa
pada kuis sebelumnya. Apabila sebelumnya belum pernah
diadakan kuis, skor dasar awal dapat diambil dari nilai final
siswa dari tahun yang lalu.
d) Membangun Tim
Sebelum memulai program pembelajaran kooperatif,
akan sangat baik jika memulai dengan satu atau lebih latihan
pembentukan tim sekadar untuk memberi kesempatan kepada
anggota tim untuk melakukan sesuatu yang menyenangkan dan
untuk saling mengenal satu sama lain.
4) Langkah-langkah Penerapan Metode STAD
Berikut ini disajikan langkah-langkah pembelajaran STAD
menurut pendapat Agus Suprijono (2009:36) adalah sebagai
berikut:

27

a) Membentuk kelompok yang anggotanya empat orang secara


heterogen ( campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku dan
lain-lain).

b) Guru menyajikan pelajaran.


c) Guru memberi tugas kepada kelompok untu dikerjakan oleh
anggota-anggota kelompok. Anggotanya yang sudah mengerti
dapat menjelaskan pada anggota lainnya sampai semua anggota
dalam kelompok itu mengerti.
d) Guru memberi kuis atau pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada
saat menjawab kuis tidak boleh saling membantu.
e) Memberi evaluasi.
f) Kesimpulan.
5) Tahap Pelaksanaan dalam Metode STAD
Pada proses pembelajarannya, menurut Slavin dalam
(Isjoni,2009 : 74-76) metode STAD melalui lima tahapan yaitu:
a) Penyajian Materi
Tiap pelajaran dalam STAD selalu dimulai dengan
presentasi kelas. Presentasi kelas meliputi pendahuluan, inti
yang dapat berisi komponen presentasi bahan dan latihan
terbimbing dari keseluruhan pelajaran.
b) Pendahuluan
Dalam pendahuluan guru menekankan pada apa yang
akan dipelajari peserta didik dan mengapa pelajaran itu penting.

28

Hal

ini

dilaksanakan

untuk

memotivasi

siswa

dalam

mempelajari konsep yang akan diajarkan.


c) Presentasi
1) Menentukan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.
2) Pembelajaran kooperatif menekankan bahwa belajar adalah
memahami makna dan bukan hafalan.
3) Memberikan penjelasan mengapa jawaban pertanyaan
benar atau salah.
4) Beralih pada konsep yang lain jika siswa telah menguasai
pokok permasalahannya.
d) Latihan Terbimbing
1) Menyuruh siswa mengerjakan soal atau pertanyaan yang
diberikan.
2) Memanggil siswa secara random untuk menyelesaikan soal.
3) Pemberian tugas kelas.
e) Belajar Kelompok
Selama

kegiatan

kelompok,

masing-masing

siswa

bertugas mempelajari materi yang telah disajikan oleh guru dan


membantu teman sekelompok untuk menguasai bahan pelajaran
tersebut. Guru memberikan lembar kegiatan untuk dikerjakan
siswa. Setiap siswa harus mengerjakan sendiri secara mandiri
dan selanjutnya saling mencocokkan jawabannya dengan teman
sekelompoknya. Apabila teman sekelompoknya ada yang
kurang memahami, maka anggota kelompok yang lain harus
membantunya. Guru harus menekankan bahwa kegiatan yang
dipelajari bukan untuk diisi dan diserahkan kepada guru.
29

Apabila siswa mempunyai permasalahan, sebaiknya ditanyakan


dahulu

kepada

seluruh

anggota

kelompoknya

sebelum

ditanyakan kepada guru.

f) Kuis
Pada saat mengerjakan kuis siswa tidak boleh saling
bekerja sama. Siswa harus menunjukkan bahwa mereka telah
belajar secara individual. Siswa juga tidak diperbolehkan
bertukar lembar jawaban dengan anggota kelompok yang lain.
g) Penghargaan Kelompok
Setelah diadakan kuis, guru mengumumkan skor
perkembangan individudan skor kelompok dan memberikan
penghargaan kepada kelompok yang memperoleh skor tinggi.

6) Penilaian / Skoring dalam Metode STAD


Menurut Muhamad Nur (2005:23), penilaian/skoring pada
metode STAD meliputi 3 hal yaitu:
a) Skor Dasar
Skor dasar adalah skor yang diperoleh dari rata-rata siswa
pada kuis sebelumnya atau dapat juga diperoleh dari nilai final
siswa dari tahun yang lalu.
b) Skor Perkembangan
Skor perkembangan adalah skor perbandingan antara skor
dasar dengan skor kuis. Skor ini diperoleh berdasarkan
seberapa besar skor kuis siswa melampaui skor dasar mereka.
c) Skor Kelompok
30

Skor kelompok adalah jumlah dari skor perkembangan


semua anggota kelompok dibagi jumlah anggota kelompok.
Laporan nilai akhir dalam metode STAD didasarkan pada skor
perkembangan atau skor kelompok.
Menurut Slavin (2009 : 159), skor perkembangan individu
untu tiap-tiap kuis individual dalam metode STAD dapat dilihat
pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Skor Perkembangan Individu


Nilai
Nilai Kuis

Perkembanga

1. Lebih dari 10 poin di bawah nilai awal


2. 10 poin sampai 1 poin di bawah nilai awal
3. Sama dengan nilai awal sampai dengan 10

n
5
10
20

poin di atas nilai awal


4. Lebih dari 10 poin di atas nilai awal
5. Betul semua (nilai sempurna)

Menurut

Slavin

dalam

30
30
Slavin (2009:159)

(Isjoni,

2009:76),

nilai

perkembangan yang diperoleh kelompok terdapat tiga tingkat


penghargaan yang diberikan untuk prestasi kelompok, yaitu :
31

a) Super Team (Kelompok istimewa), diberikan bagi kelompok


yang memperoleh skor rata-rata lebih besar atau sama
dengan 25.
b) Great Team (Kelompok hebat), diberikan bagi kelompok
yang memperoleh skor rata-rata antara 20 sampai kurang
dari 25.
c) Good Team (Kelompok baik), diberikan bagi kelompok yang
memperoleh skor antara 15 sampai kurang dari 20.
D. Kerangka Berpikir
Berdasarkan kajian teori yang dikemukakan di atas maka dapat disusun
suatu kerangka pemikiran. Pada kondisi awal pembelajaran sebelum
menerapkan metode STAD, guru masih menggunakan pembelajaran
konvensional. Siswa menjadi lebih cepat bosan dan informasi yang
disampaikan sulit diserap oleh siswa serta tidak merangsang kreatifitas dan
partisipasi siswa. Guru lebih menekankan pada terselesainya materi pelajaran
dari pada tingkat kemampuan siswa dalam memahami materi. Komunikasi
pembelajaran hanya satu arah sehingga kurang adanya timbal balik antara
guru dengan siswa untuk aktif dan kreatif dalam menyerap dan mempertajam
gagasannya. Siswa masih merasa malu untuk bertanya kepada guru tentang
materi yang belum mereka pahami sehingga membuat siswa kurang aktif
dalam pembelajaran. Siswa menganggap bahwa matematika merupakan mata
pelajaran yang sulit sehingga mereka enggan mempelajarinya. Akibat dari

32

permasalahan tersebut dapat mempengaruhi pemahaman siswa terhadap


konsep penjumlahan bilangan pecahan biasa cenderung rendah.
Dengan kondisi tersebut, maka peneliti melaksanakan tindakan dengan
menerapkan metode STAD untuk meningkatkan pemahaman siswa tentang
konsep menghiung lus segitiga. Pada kondisi akhir pembelajaran, partisipasi,
kerja sama, tanggung jawab, dan kreativitas siswa dalam pembelajaran dapat
meningkat sehingga pembelajaran dapat lebih bermakna dan pada akhirnya
pemahaman teradap konsep menghitung luas segitiga meningkat.

Kondisi Guru
Awal menggunakan
Analisa
metode
hasil
konvensional
belajar siswa terhadap luas segitiga rend

Dari pemikiran di atas dapat digambarkan kerangka pemikiran dalam


penelitian ini yang tertera pada gambar:

Penerapan metode STAD : Siswa dapat bekerja sama dengan teman sebayanya, Siklus
sharing,
I saling asah, asih, da
Perencanaan, Pelaksanaan, Diskusi dibuat kelompok be
Tindakan

Siklus II Perencanaan, Pelaksanaan, Diskusi dibuat kelompok kecil. M


Motivasi dan hasil belajar siswa terhadap menghitung luas segitiga meningkat.
Kondisi Akhir

33

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir

E. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas, maka dapat
dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
1. Penggunaan metode Student Team Achievement Division (STAD) dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa tentang konsep menghitung luas
segitiga di kelas IV SD Negeri Kalikembang .
2. Penggunaan metode Student Team Achievement Division (STAD) dapat
meningkatkan hasil belajar siswa tentang konsep menghitung luas
segitiga di kelas IV SD Negeri Kalikembang

34

F. Indikator Kinerja dan Kriteria Keberhasilan


Indikator keberhasilan untuk mengukur peningkatan hasil belajar siswa
adalah ketuntasan siswa dalam mempelajari materi pelajaran. Sisw dinyatakan
tuntas belajar jika telah mencapai tingkat penguasaan materi pelajaran 85 %
ke atas. Indikator yang digunakan untuk mengukur peningkatan keaktifan
belajar siswa adalah keterlibatan siswa secara aktif dalam proses
pembelajaran. Siswa dinyatakan terlibat secara aktif jika:
1. Siswa mau mengajukan dan menjawab pertanyaan
2. Siswa bekerja secara mandiri
3. Siswa aktif belajar dan bekerja dalam kelompok
4. Siswa akif dalam mengkomunikasikan hasil.
Kriteria yang digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan perbaikan
pembelajaran adalah sebagai berikut:
1. Intervensi yang dilakukan dikatakan mampu meningkatkan motivasi
belajar siswa jika minimal 85% siswa menampilkan satu dari dua
indikator yang dipersyaratkan.
2. Intervensi yang dilakukan dikatakan dapat meningkatkan hasil belajar
siswa jika ada peningkatan hasil belajar siswa serta minimal 85% dari
jumlah siswa tuntas belajar.

35

36

Anda mungkin juga menyukai

  • Lembar Pengesahan
    Lembar Pengesahan
    Dokumen1 halaman
    Lembar Pengesahan
    Martini Subagyo
    Belum ada peringkat
  • PTK Sutarto Matematika
    PTK Sutarto Matematika
    Dokumen91 halaman
    PTK Sutarto Matematika
    Martini Subagyo
    Belum ada peringkat
  • Aplikasi Nli KK 13
    Aplikasi Nli KK 13
    Dokumen936 halaman
    Aplikasi Nli KK 13
    Martini Subagyo
    Belum ada peringkat
  • Contoh Proposal PTS
    Contoh Proposal PTS
    Dokumen13 halaman
    Contoh Proposal PTS
    Martini Subagyo
    50% (2)
  • Yakin Allah Pasti Memberi Jalan Keluar
    Yakin Allah Pasti Memberi Jalan Keluar
    Dokumen3 halaman
    Yakin Allah Pasti Memberi Jalan Keluar
    Martini Subagyo
    Belum ada peringkat
  • PTK Sutarto Matematika
    PTK Sutarto Matematika
    Dokumen91 halaman
    PTK Sutarto Matematika
    Martini Subagyo
    Belum ada peringkat
  • PENGANTAR
    PENGANTAR
    Dokumen1 halaman
    PENGANTAR
    Martini Subagyo
    Belum ada peringkat
  • A. Halaman Judul, Pengesahan, Keaslian, DLL
    A. Halaman Judul, Pengesahan, Keaslian, DLL
    Dokumen14 halaman
    A. Halaman Judul, Pengesahan, Keaslian, DLL
    Martini Subagyo
    Belum ada peringkat
  • PTK Sutarto Matematika
    PTK Sutarto Matematika
    Dokumen91 halaman
    PTK Sutarto Matematika
    Martini Subagyo
    Belum ada peringkat
  • Bab Iv
    Bab Iv
    Dokumen21 halaman
    Bab Iv
    Martini Subagyo
    Belum ada peringkat
  • PTK Sutarto Matematika
    PTK Sutarto Matematika
    Dokumen91 halaman
    PTK Sutarto Matematika
    Martini Subagyo
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen2 halaman
    Daftar Pustaka
    Martini Subagyo
    Belum ada peringkat
  • Anakku
    Anakku
    Dokumen1 halaman
    Anakku
    Martini Subagyo
    Belum ada peringkat
  • Bab V
    Bab V
    Dokumen2 halaman
    Bab V
    Martini Subagyo
    Belum ada peringkat
  • Lesson Study 3
    Lesson Study 3
    Dokumen11 halaman
    Lesson Study 3
    Martini Subagyo
    Belum ada peringkat
  • Hal Judul
    Hal Judul
    Dokumen1 halaman
    Hal Judul
    Martini Subagyo
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen11 halaman
    Bab Ii
    Martini Subagyo
    Belum ada peringkat
  • pts2 KKG
    pts2 KKG
    Dokumen7 halaman
    pts2 KKG
    Martini Subagyo
    Belum ada peringkat
  • Abs Tarak Si
    Abs Tarak Si
    Dokumen2 halaman
    Abs Tarak Si
    Martini Subagyo
    Belum ada peringkat
  • Daftar Tabel
    Daftar Tabel
    Dokumen1 halaman
    Daftar Tabel
    Martini Subagyo
    Belum ada peringkat
  • Isi
    Isi
    Dokumen34 halaman
    Isi
    Martini Subagyo
    Belum ada peringkat
  • PTK 1
    PTK 1
    Dokumen96 halaman
    PTK 1
    Martini Subagyo
    Belum ada peringkat
  • Fungsi RPP
    Fungsi RPP
    Dokumen17 halaman
    Fungsi RPP
    Martini Subagyo
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Dokumen2 halaman
    Daftar Isi
    Martini Subagyo
    Belum ada peringkat
  • PTK Ips Karsum 1
    PTK Ips Karsum 1
    Dokumen80 halaman
    PTK Ips Karsum 1
    Martini Subagyo
    Belum ada peringkat
  • Rat PKM
    Rat PKM
    Dokumen5 halaman
    Rat PKM
    Martini Subagyo
    Belum ada peringkat
  • Rat PKM
    Rat PKM
    Dokumen5 halaman
    Rat PKM
    Martini Subagyo
    Belum ada peringkat
  • Bacaan Doa Shalat Hajat Dalam Bahasa Arab
    Bacaan Doa Shalat Hajat Dalam Bahasa Arab
    Dokumen2 halaman
    Bacaan Doa Shalat Hajat Dalam Bahasa Arab
    Martini Subagyo
    Belum ada peringkat
  • Pts 3 Wahyono
    Pts 3 Wahyono
    Dokumen51 halaman
    Pts 3 Wahyono
    Martini Subagyo
    Belum ada peringkat