Anda di halaman 1dari 91

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) merupakan hal pokok dalam
pendidikan. Belajar merupakan perubahan perilaku manusia atau perubahan
kapabilitas yang relatif permanen sebagai hasil pengalaman. Pengalaman
inilah yang mmbuahkan hasil yang disebut belajar (Robert M Cagne,1984.
The Condition Of Learning and Theory of Instruction). Setiap individu
mempunyai cara belajar yang berbeda-beda sesuai dengan tingkat
kebutuhannya.
Selain itu belajar juga dipengaruhi oleh faktor-faktor yang dapat
mendukung keberhasilan belajar seseorang. Misalnya faktor dari luar seperti
lingkungan,guru,dan keluarga. Adapun faktor dari dalam adalah kurangnya
rasa percaya diri dalam belajar. Untuk mengatasi hal tersebut maka tugas
seorang guru adalah mencari cara atau upaya bagaimana meningkatkan

2
keberhasilan siswa dalam kegiatan belajar sehingga dapat mencapai hasil
yang maksimal.
Dewasa ini banyak cara yang bisa digunakan untuk mendukung
keberhasilan dalam proses pembelajaran. Salah satunya adalah dengan
menerapkan metode / strategi dalam pembelajaran yang tepat agar siswa
dapat memahami dan siswa juga tidak cepat merasa bosan. Seperti yang
terjadi di SD Negeri 1 Karangtalun Kidul khususnya pada siswa kelas III
(Tiga) pada pelajaran matematika tentang pembagian bilangan dengan cara
bersusun pendek,siswa belum bisa memahami mengenai langkah-langkah
pembagian bilangan bersusun yangbenar.
Dari jumlah siswa sebanyak 23,yang bisa mengerjakan soal dan
mendapat nilai diatas 70 hanya 9 siswa,sementara 14 siswa lainnya nilainya
masih dibawah 70 sehingga nilai yang diperoleh belum mencapai ketuntasan
dalam belajar.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel dibawah ini
Tabel Hasil Ulangan Harian Materi Pokok Pembagian Bilangan Bersusun
Pendek

Rentang Nilai

Jumlah siswa yang memperoleh

Prosentase ( % )

10-20
30-40
50-60
70-80
90-100
Jumlah

6
8
9
23

26,08 %
34,78 %
39,13 %
100%
2

3
Tabel 1.1 Hasil ulangan harian sebelum perbaikan pembelajaran
Untuk mengatasi hal tersebut maka perlu digunakan metode yang
sesuai agar siswa dapat dengan mudah memahami dan menerapkannya
dengan benar. Seperti yang dikemukakan teori makna (Makna Theory) dari
Ausubel (Brownel dan Chazall) mengemukakan pentingnya kebermaknaan
pembelajaran akan membuat pembelajaran lebih bermanfaat dan akan lebih
mudah dipahami dan diingat oleh peserta didik. Kebermaknaan yang
dimaksud dapat berupa struktur matematika yang lebih ditonjolkan untuk
memudahkan pemahaman. Wujud lain kebermaknaan adalah pernyataan
konsep-konsep dalam bentuk bagan,diagram atau peta,yang mana
keterkaitan di antara konsep-konsep yang diberikan.
Untuk

mendukung

usaha

pembelajaran

yang

mampu

menumbuhkan kekuatan matematikal,diperlukan guru yang profesional dan


kompeten. Guru yang profesional dan kompeten adalah guru yang
menguasai materi pembelajaran matematika, memahami bagaimana anakanak belajar, menguasai pembelajaran yang mampu mencerdaskan peserta
didik,dan mempunyai kepribadian yang dinamis dalam membuat keputusan
perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran. Dukungan dan bimbingan
untuk pengembangan profesionalisme dalam mengajar matematika dapat
berupa pengembangan dan penetapan ukuran baku (standar) minimal yang
perlu dikuasai setiap guru matematika yang profesional. Beberapa
komponen dalam standar guru matematika yang profesional adalah :1)

4
Penguasaan

dalam

pembelajaran

matematika,2)

Penguasaan

dalam

pelaksanaan evaluasi pembelajaran matematika,3) Penguasaan dalam


pengembangan profesional guru matematika,dan 4) Penguasaan tentang
posisi penopang dan pengembang guru matematika dan pembelajaran
matematika. Guru matematika yang profesional dan kompeten mempunyai
wawasan landasan yang dapat dipakai dalam perencanaan dan pelaksanaan
pembelajaran.
Dasar pengembangan pendidikan yang bermutu tinggi adalah
prinsip belajar sepanjang hayat (Puskur,2002:2) dan empat pilar (tiang)
belajar yang dikemukakan UNESCO (Yabe, T., 2001:1) yaitu (1) learning to
know, (2) learning to do, (3) learning to be, (4) learning to live together.
Prinsip-prinsip tersebut mendasari pengembangan pendidikan untuk
menghasilkan kompetensi peserta didik sesuai dengan tingkatan belajar
disekolah. Peserta didik yang kompeten artinya peserta didik yang
cerdas,cakap,mampu memahami dengan baik bahan yang diajarkan,mampu
bersikap,

bernalar,dan

bertindak

sesuai

prosedur

yang

benar,dan

mengembangkan integritas kebersamaan dalam perbedaan. Untuk menjadi


siswa yang berkompeten,setiap siswa mengikuti proses pendidikan berupa
pembelajaran. Dalam proses pembelajaran terdapat serangkaian kegiatan
untuk

memberikan

pengalaman

belajar

yang

berkaitan

dengan

pengetahuan,keterampilan,dan sikap. Proses merupakan faktor penting


untuk memperoleh hasil yang baik dan memuaskan.

5
Dari hasil observasi yang peneliti lakukan,ternyata ada beberapa
permasalahan yang dihadapi selama proses pembelajaran,yaitu :1) Sebagian
siswa mengalami kesulitan dalam memahami materi pembelajaran,2)
Penggunaan metode yang kurang tepat dalam pembelajaran,3) Siswa kurang
aktif dalam proses pembelajaran. Untuk mencapai keberhasilan dalam
pembelajaran khususnya pada pelajaran matematika tentang pembagian
bilangan dengan cara bersusun pendek,maka digunakan Metode Drill
(latihan) yang terus menerus agar siswa dapat mengingat dan bisa
mengerjakan soal dalam waktu yang singkat.
Berdasarkan

pernyataan

diatas

maka

peneliti

mengadakan

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) pada mata pelajaran matematika tentang


Pembagian Bilangan Dengan Cara Bersusun Pendek pada siswa kelas III
(tiga) SD Negeri 1 Karangtalun Kidul.

B. Rumusan Masalah
Bertolak

dari

permasalahan

yang

timbul

selama

proses

berlangsungnya pembelajaran didalam kelas,maka peneliti merefleksi diri.


Dari kegiatan yang dilakukan peneliti ternyata rendahnya hasil belajar siswa
disebabkan oleh beberapa hal,yaitu pemilihan metode yang kurang sesuai
dengan karakteristik materi pembelajaran pada saat kegiatan belajar
mengajar dan kurangnya bimbingan guru dalam pembelajaran.

6
Berdasarkan hal-hal tersebut,maka rumusan masalah sebagai fokus
perbaikan pembelajaran adalah:
1. Bagaimana cara meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran
matematika tentang pembagian bilangan dengan cara bersusun pendek
dikelas III (tiga) SD Negeri 1 Karangtalun Kidul?
2. Apakah dengan menggunakan metode drill (latihan) pada pelajaran
matematika tentang pembagian bilangan dengan cara bersusun pendek
dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas III (tiga) di SD Negeri 1
Karangtalun Kidul?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan diadakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah sebagai berikut:
1. Tujuan Umum
a. Meningkatkan kualitas hasil pembelajaran
b. Memberikan peningkatan kualitas pembelajaran menggunakan metode
drill (latihan) dalam pelajaran matematika
2. Tujuan Khusus
a. Untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran
matematika pokok bahasan Pembagian bilangan dengan cara
bersusun pendek melalui metode drill (latihan)

7
b. Dengan menggunakan metode drill (latihan) diharapkan siswa dapat
mengerjakan soal pembagian dengan cara bersusun pendek sehingga
hasil belajar yang diperoleh akan meningkat.

D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat :
1. Bagi guru
Memberikan informasi tentang pembagian dengan menggunakan
metode drill (latihan) untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada
pelajaran matematika
2. Bagi siswa
Dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran matematika
mengenai pembagian bilangan dengan cara bersusun pendek.
3. Bagi Sekolah
a. Dapat memberikan sumbangan yang positif terhadap peningkatan
kualitas pendidikan
b. Dapat dijadikan sebagai bahan referensi guna meningkatkan prestasi
belajar dalam pembelajaran
BAB II

8
KAJIAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori
1. Pengertian Belajar
Menurut Nashar [2004 ; 9] belajar merupakan perubahan tingkah
laku. Perubahan itu mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik yang
terjadi melalui latihan dan pengalaman.maupun fisik seperti perubahan
dalam pengertian, pemecahan suatu masalah atau berpikir, keterampilan,
kecakapan, kebiasaan atau sikap. Kegiatan yang dimaksud itu dapat diamati
dengan adanya interaksi antara individu dengan lingkungannya. Belajar juga
merupakan proses perbuatan yang dilakukan dengan sengaja, yang
kemudian menimbulkan perubahan, yang keadaannya berbeda dari
perubahan yang ditimbulkan oleh lainnya [Sumardi Suryabrata 1984 ; 252 ].
Menurut Gagne dalam bukunya The Conditions Of Learning
belajar merupakan sejenis perubahan yang diperlihatkan dalam perubahan
tingkah laku yang keadaannya berbeda dari sebelum individu berada dalam
situasi belajar dan sesudah melakukan tindakan yang serupa itu. Perubahan
terjadi akibat adanya suatu pengalaman atau latihan.Berbeda dengan
perubahan serta merta akibat refleks atau perilaku yang bersifat naluriah.
Berdasarkan uraian diatas, ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam
pengertian belajar, antara lain : 1).Bersifat kontinu dan fungsional.
2).Perubahan yang terjadi secara sadar.3).Perubahan dalam belajar

9
memerlukan waktu yang relative lama. 4).Perubahan dalam belajar terjadi
karena adanya tujuan yang akan dicapai dan terarah dan benar-benar disadari
untuk mencapainya. 5).Perubahan belajar mencakup aspek tingkah laku,
yaitu pengetahuan pemahaman, sikap, dan keterampilan.
Maka dapat disimpulkan belajar adalah suatu proses perubahan
didalam kepribadian manusia dan perubahan tersebut ditampakkan didalam
bentuk peningkatan kualitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan ,
pengetahuan sikap , kebiasaan , pemahaman , keterampilan , daya pikir , dan
kemampuan lainnya.
2. Teori Belajar Matematika
a. Teori belajar Bruner,
Menurut J.Bruner dalam Hidayat (2004:8) belajar merupakan suatu
proses aktif yang memungkinkan manusia untuk menemukan hal-hal
baru diluar informasi yang diberikan kepada dirinya. Pengetahauan perlu
dipelajari dalam tahap-tahap tertentu agar pengetahuan itu dapat
diinternalisasi

dalam

pikiran

(struktur

kognitif)

manusia

yang

mempelajarinya. Proses internalisasi akan terjadi secara sungguhsungguh (yang berarti proses belajar mengajar terjadi secara optimal) jika
pengetahuan itu dipelajari dalam tahap-tahap sebagai berikut :
1. Tahap Enaktif
Suatu tahap pembelajaran dimana pengetahuan dipelajari secara
enaktif dengan menggunakan benda-benda konkret atau situasi yang
nyata.
9

10
2. Tahap Ikonik
Suatu tahap pembelajaran dimana pengetahuan dipresentasikan
(diwujudkan) dalam bentuk bayangan visual (visual imageri),gambar
atau diagram yang menggambarkan kegiatan konkret atau situasi
konkret yang terdapat pada tahap enaktif.
3. Tahap Simbolik
Suatu tahap pembelajaran di mana pengetahuan itu dipresentasikan
dalam

bentuk

symbol-simbol

abstrak

,baik

simbol-simbol

verbal(misalkan huruf-huruf),lambing-lambang matematika maupun


lambing-lambang abstrak lainnya(Hidayat,2004:9)
Suatu proses belajar akan berlangsung secara optimal jika
pembelajaran diawali dengan tahap enaktif,dan kemudian jika tahap
belajar yang pertama ini dirasa cukup, siswa beralih ketahap belajar
yang kedua, yaitu tahap belajar dengan mengggunakan modus
representasi ikonik.Selanjutnya kegiatan belajar itu dilanjutkan pada
tahap ketiga, yaitu tahap belajar dengan menggunakan modus
representasi simbolik.
b. Teori belajar Dienes
Zoltan P. Dienes adalah seorang guru matematika yang
telah

mengembangkan

minatnya

dan

pengalamannya

dalam

pendidikan matematika.Dienes memandang matematika sebagai


pelajaran struktur, klasifikasi struktur, relasi-relasi dalam struktur, dan
mengklasifikasikan

relasi-relasi

antara

struktur.

Dienes

mengemukakan bahwa konsep-konsep matematika itu akan lebih

10

11
berhasil dipelajari bila melalui tahapan tertentu.Tahapan belajar
menurut Dienes ada enam tahapan secara berurutan, yaitu sebagai
berikut :
1. Bermain bebas (Free play)
Pada tahap awal ini anak-anak bermain bebas tanpa diarahkan
dengan menggunakan benda-benda matematika konkret.Siswa
belajar

konsep

matematika

memanipulasikan

benda-benda

melalui

mengotak-katik

konkret.Tugas

guru

atau
adalah

menyediakan benda-benda konkret yang bisa menyajikan konsepkonsep matematika. Pada tahap ini guru tidak seperti biasa
mengajar matematika, dengan cara terstruktur dan pengarahan,
namun demikian tetap ini penting bagi anak dalam belajar konsep
matematika.
2. Permainan (Games)
Pada tahap kedua ini, anak mulai mengamati pola dan keteraturan
yang terdapat dalam konsep. Maka akan memperhatikan bahwa ada
aturan-aturan tertentu yang terdapat dalam suatu konsep tertentu,
tetapi tidak terdapat dalam konsep-konsep lainnya. Melalui
permainan, siswa diajak untuk mulai mengenal dan memikirkan
stuktur-struktur matematika.Dengan berbagai permainan untuk
penyajian konsep-konsep yang berbeda,akan menolong anak untuk
bersifat logis dan matematis dalam mempelajari konsep tersebut.

11

12
3. Penelaahan Kesamaan Sifat (Searching for communities)
Pada tahap ini siswa mulai diarahkan pada kegiatan menemukan
sifat-sifat kesamaan dalam permainan yang sedang diikuti. Dalam
melatih mencari kesamaan sifat ini, guru perlu mengarahkan
mereka dengan menstranslasikan kesamaan struktur dan bentuk
permainan lain. Pada tahap ini siswa mulai belajar membuat
abstraksi tentang pola, keteraturan, sifat-sifat bersama yang
dimiliki dari model-model yang disajikan.Misalnya dari berbagai
benda segitiga.
4. Representasi (Representation)
Pada tahap ini siswa mulai belajar membuat pernyataan atau
reprentasi tentang sifat-sifat kesamaan suatu konsep matematika
yang diperoleh pada tahap penelaahan sifat.Reprentasi ini dapat
dalam bentuk gambar, diagram, atau verbal (dengan kata-kata atau
ucapan).
5. Simbolisasi (Symbolization)
Pada tahap ini siswa perlu menciptakan simbol matematika atau
rumusan verbal yang cocok untuk menyatakan konsep yang
representasinya sudah diketahuinya pada tahap ke empat.
6. Formalisasi (Formalitation)
Tahap formalisasi merupakan tahap yang terakhir dan belajar
konsep

menurut

Dienes.

12

Pada

tahap

ini

siswa

belajar

13
mengorganisasikan konsep-konsep membentuk secara formal, dan
harus sampai pada pemahaman aksioma, sifat, aturan, dalil
sehingga menjadi struktur dari sistem yang dibahas
c. Teori Belajar Van Hiele
Menurut Van Hiele ada tiga unsur utama dalam pengajaran geometri,
yaitu waktu, materi pengajaran, dan metode pengajaran yang
ditetapkan. Jika ketiga unsur utama tersebut dilalui secara terpadu
akan dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa kepada tahapan
berpikir yang lebih tinggi.
Adapun tahapan-tahapan anak belajar Geometri menurutnya
ada lima tahapan. Yaitu tahap pengenalan, analisis, pengurutan,
deduksi, dan akurasi.
1. Tahap Pengenalan
Pada

tahap ini siswa mulai belajar mengenal suatu bangun

Geometri secara keseluruhan,tetapi ia belum mampu mengetahui


adanya sifat-sifat dari bangun Geometri yang dilihatnya itu.
2. Tahap Analisis
Pada tahap analisis siswa sudah mulai mengenal sifat-sifat yang
dimiliki bangun Geometri yang diamati.
3. Tahap Pengurutan

13

14
Pada tahap ini siswa sudah mengenal dan memahami sifat-sifat
suatu bangun Geometri serta sudah dapat mengurutkan bangunbangun Geometri yang satu dengan lainnya saling berhubungan.

4. Deduksi
Pada tahap ini siswa telah mampu menarik kesimpulan secara
deduktif, yaitu menarik kesimpulan yang bersifat umum menuju
kehal-hal yang bersifat khusus.
4. Akurasi
Pada tahap kelima ini siswa sudah mulai menyadari pentingnya
ketepatan prinsip-prinsip dasar yang melandasi suatu pembuktian.
d. Teori Belajar Brownell dan Van Engen
Menurut William Brownell (1935) bahwa belajar itu pada hakekatnya
merupakan suatu proses yang bermakna. Ia mengemukakan bahwa
belajar matematika itu harus merupakan belajar bermakna dan
pengertian. Teori makna memandang matematika sebagai suatu sistem
dan konsep-konsep, prinsip-prinsip dan proses-proses yang dapat
dimengerti.Menurutnya tes belajar untuk mengukur kemampuan
matematika anak bukanlah semata-mata untuk mengukur kemampuan
mekanik anak dalam berhitung saja.Tes harus mengungkapkan
kemampuan intelektual anak dalam melihat antara bilangan, dan
kemampuan untuk menghadapi situasi aritmetika dengan pemahaman

14

15
yang sempurna baik aspek matematikanya maupun aspek praktisnya.
Menurut teori ini, anak harus melihat makna dari apa yang
dipelajarinya. Anak harus tahu makna dari simbol yang ditulis dan
kata yang diucapkannya.
Menurut Brownell kemampuan mendemonstrasikan operasioperasi hitung secara mekanis dan otomatis tidaklah cukup.Tujuan
utama dari pengajaran aritmetika adalah mengembangkan kemampuan
berpikir dalam situasi kuantitatif.
Van Engen (1949) seorang penganut teori makna mengatakan
bahwa pada situasi yang bermakna selalu terdapat tiga unsur yaitu :
1. Ada suatu kejadian,benda,atau tindakan
2. Adanya simbol (lambing/notasi/gambar)yang digunakan sebagai
pernyataan yang mewakili unsur pertama diatas
3. Adanya individu yang menafsirkan simbol-simbol dan mengacu
kepada unsur pertama diatas
Menurut Van Engen tujuan pengajaran aritmetika untuk
membantu anak memahami suatu sistem simbol yang mewakili suatu
himpunan kejadian, dan serentetan kegiatan yang diberi simbol itu
harus dialami langsung oleh anak.
c. Teori Belajar Gagne
Robert M.Gagne seorang ahli psikologi telah menggunakan
matematika sebagai medium untuk menguji dan menggunakan teori

15

16
belajar. Ia bekerja sama dengan Proyek Matematika Universitas
Meryland membahas pembelajaran matematika dalam pengembangan
kurikulum matematika di sekolah.

1. Objek belajar matematika


Menurut Gagne bahwa dalam belajar matematika ada dua objek,
yaitu objek langsung matematika dan objek tidak langsung dari
belajar matematika.Objek langsung meliputi fakta, operasi, konsep,
dan

prinsip.

Sedangkan

objek

tidak

langsung

mencakup

kemampuan menyelidiki, memecahkan masalah, disiplin diri,


bersikap positif, dan tahu bagaimana semestinya belajar
2. Tipe-tipe belajar
Gagne telah menentukan dan membedakan delapan tipe belajar
yang terurut kesukarannya dari yang sederhana sampai kepada
yang kompleks yaitu :
Tahap 1. Belajar Isyarat. Belajar isyarat atau belajar signal ialah
belajar sesuatu yang tidak disengaja sebagai akibat
adanya rangsangan. Misalnya sikap positif dari siswa
dalam belajar matematika karena sikap atau ucapan guru
yang menyenangkan.

16

17
Tahap 2.Belajar Stimulus Respon.Belajar pada tahap ini sudah
disengaja dan responnya adalah jasmaniah.Misalnya
siswa menyebutkan atau menuliskan beberapa contoh
bilangan bulat yang negative setelah guru memberikan
penjelasan tentang bilangan bulat negatif.
Tahap 3.Rangkaian Gerak. Belajar dalam bentuk perbuatan
jasmaniah terurut dari dua kegiatan atau lebih stimulus
respons.Misalnya seorang anak yang menggambar ruas
garis melalui dua titik yang diketahui diawali dengan
mengambil mistar, meletakan mistar melalui dua titik,
mengambil pensil dan akhirnya menarik ruas garis.
Tahap 4. Rangkaian Verbal.Belajar yang berupa perbuatan lisan
terurut

dari

dua

respons.Misalnya

kegiatan
menyatakan

atau
atau

lebih

stimulus

mengemukakan

pendapat tentang simbol, definisi, aksioma, dalil, dan


semacamnya.
Tahap

Belajar

Membedakan.Belajar

memisah-misahkan

rangkaian yang bervariasi. Ada dua macam belajar


membeda-bedakan,yaitu belajar membedakan tunggal
berupa pengertian siswa terhadap suatu lambing dan
belajar membedakan jamak yaitu membedakan beberapa
lambang tertentu.

17

18
Tahap 6. Belajar Konsep.Tipe belajar konsep ini disebut pula tipe
belajar pengelompokan, yaitu belajar mengenal atau
melihat

sifat

bersama

dari

suatu

benda

atau

peristiwa.Misalnya untuk memahami konsep lingkaran


siswa mengamati cincin, gelang, permukaan drum,
permukaan gelas dan semacamnya.
Tahap 7.Belajar Aturan.Pada tipe ini siswa diharap mampu
memberikan respons terhadap semua stimulus dengan
segala macam perbuatan misalnya siswa yang mampu
menyebutkan

sifat

penyebaran

perkalian

terhadap

penjumlahan, tetapi belum mampu menggunakannya


atau sebaliknya.
Tahap 8.Pemecahan Masalah.Pemecahan masalah adalah tipe
belajar yang paling tinggi. Sesuatu itu merupakan
masalah bagi siswa bila sesuatu itu baru dikenalnya,
tetapi siswa telah memiliki prasyaratnya hanya siswa
belum

tahu

proses

alogaritmanya

(hitungannya/penyelesaiannya). Sesuatu masalah bagi


siswa tetapi bukan bagi guru.

3. Pembelajaran Matematika
Pembelajaran adalah upaya untuk menciptakan iklim dan pelayanan
terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat , dan kebutuhan peserta didik
18

19
yang beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa
(Suyitno,2004:1)
Sebagaimana diketahui bahwa objek langsung belajar matematika itu
pada hakekatnya merupakan penanaman penalaran dan pembinaan
keterampilan dari konsep-konsep, yaitu ide-ide atau gagasan-gagasan yang
terbentuk dari sifat-sifat yang sama. Dilain pihak dihubungkan dengan
proses pembelajaran yang diselenggarakan guru dalam rangka transfer
kurikulum maka konsep-konsep matematika yang tersusun dalam GBPP
matematika SD dapat dikelompokkan ke dalam tiga jenis konsep,yaitu :
a. Konsep dasar
Konsep dasar pada pembelajaran matematika merupakan materimateri atau bahan-bahan dan sekumpulan bahasan atau semesta bahasan,
dan umumnya merupakan materi baru untuk para siswa yang
mempelajarinya.Konsep-konsep dasar ini merupakan konsep-konsep
yang pertama kali dipelajari oleh para siswa dari sejumlah konsep yang
diberikan. Oleh karena itu, setelah konsepdasar ini ditanamkan maka
konsep dasar ini akan menjadi prasyarat dalam memahami konsepkonsep berikutnya.
b. Konsep yang berkembang
Konsep yang berkembang dari konsep dasar merupakan sifat atau
penerapan dari konsep-konsep dasar.Konsep yang berkembang ini
merupakan kelanjutan dari konsep dasar dan dalam mempelajarinya
memerlukan pengetahuan tentang konsep dasar. Dengan kata lain, konsep
jenis ini akan mudah dipahami oleh para siswa apabila mereka telah
menguasai konsep prasyaratnya,yaiyu konsep dasarnya.
19

20
c. Konsep yang harus dibina keterampilannya
Konsep yang termasuk ke dalam jenis konsep ini dapat merupakan
konsep-konsep dasar atau konsep-konsep yang berkembang.Konsepkonsep jenis ini perlu mendapat perhatian dan pembinaan dari guru
sehingga para siswa mempunyai keterampilan dalam menggunakan atau
menampilkan konsep-konsep dasar maupun konsep-konsep yang
berkembang. Dengan adanya pembinaan keterampilan terhadap konsepkonsep ini diharapkan proses pembelajaran matematika dapat mengkaji
isu-isu tentang kurangnya keterampilan berhitung.
Agar tujuan pengajaran dapat tercapai,guru harus mampu
mengorganisir semua komponen sedemikian rupa sehingga antara
komponen yang satu dengan lainnya dapat berinteraksi secara harmonis
(Suhito,2000:12). Salah satu komponen dalam pembelajaran adalah
pemanfaatan berbagai macam strategi dan metode pembelajaran secara
dinamis dan fleksibel sesuai dengan materi, siswa dan konteks
pembelajaran(Depdiknas,2003:1). Sehingga dituntut kemampuan guru
untuk dapat memilih model pembelajaran serta media yang cocok dengan
materi atau bahan ajaran.
Selain itu di dalam mempelajari matematika siswa memerlukan
konteks dan situasi yang berbeda-beda sehingga diperlukan usaha guru
untuk :
1. Menyediakan dan menggunakan berbagai alat peraga atau media
pembelajaran yang menarik perhatian siswa,
2. Memberikan kesempatan belajar matematika di berbagai tempat dan
keadaan,
20

21
3. Memberikan kesempatan menggunakan matematika untuk berbagai
keperluan,
4. Mengembangkan sikap menggunakan matematika sebagai alat untuk
memecahkan matematika baik di sekolah maupun di rumah,
5. Menghargai sumbangan tradisi,budaya,dan seni di
pengembangan matematika,
6. Membantu siswa menilai

sendiri

kegiatan

dalam

matematikanya.

(Depdiknas,2003:6)
Dari hal tersebut dapat dikatakan bahwa seorang guru dalam
melakukan pembelajaran matematika harus bias membuat situasi yang
menyenangkan,memberikan alternatif penggunaan alat peraga atau media
pembelajaran yang bisa digunakan pada berbagai tempat dan
keadaan,baik di sekolah maupun di rumah.
4. Pembagian Bilangan
Pembagian bilangan merupakan pengurangan bilangan secara
berulang. Seperti halnya perkalian, pembagian juga lebih praktis dilakukan
dengan cara bersusun.
1. Pembagian bilangan tiga angka oleh bilangan satu angka dengan hasil
bagi bilangan tiga angka,
dengan cara bersusun pendek.
93 : 4 = ..........
234
hasil bagi
4 4 936
ratusan
8
ratusan
13
puluhan
12
puluhan
16
satuan
16
satuan
0
sisa

: 9 : 4 = 2 sisa 1
:2 x4=8
: 13 : 4 = 3 sisa 1
: 3 x 4 = 12
: 16 : 4 = 4
: 4 x 4 = 16

Jadi , 936 : 4 = 234

21

22
2. Pembagian bilangan tiga angka oleh bilangan satu angka yang hasil
baginya dua angka.
dengan cara bersusun pendek.
258 : 6 = .........
43
puluhan : 25 : 6 = 4 sisa 1
6 258
24
puluhan : 4 x 6 = 24
18
satuan : 18 x 6 = 24
18
satuan : 6 x 3 = 18
0
Jadi, 258 : 6 = 43
5. Hasil Belajar
Suatu proses belajar akan menghasilkan hasil belajar.Sebagaimana
diketahui bahwa tujuan dari pembelajaran yang dilakukan oleh guru baik di
rumah,sekolah atau belajar dimanapun adalah agar dapat memperoleh hasil
belajar yang dianggap baik yaitu yang telah memenuhi standar hasil belajar
yang telah ditetapkan sehingga dapat digolongkan menjadi hasil belajar
yang baik.Dalam proses memperoleh hasil belajar yang baik itu diperlukan
metode pembelajaran yang tepat artinya yang sesuai dengan kondisi dan
keadaan kehidupan sehari-hari atau kontekstual,sehingga apa yang menjadi
hasil belajar dapat terpenuhi.
Setiap proses belajar yang dilaksanakan oleh peseta didik akan
menghasilkan hasil belajar. Didalam proses pembelajaran,guru sebagai
pengajar sekaligus pendidik memegang peranan dan tanggung jawab yang
besar dalam rangka membantu meningkatkan keberhasilan peserta didik.
Hasil belajar yang baik hanya bisa dicapai melalui proses belajar yang baik.
Jika proses belajar tidak optimal sangat sulit diharapkan terjadinya hasil
belajar yang baik.
22

23
Menurut Hamalik (2001:159) bahwa hasil belajar menunjukkan
kepada prestasi belajar,sedangkan prestasi belajar itu merupakan indicator
adanya derajat perubahan tingkah laku siswa.
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2002:36) hasil belajar adalah hasil
yang ditunjukkan dari suatu interaksi tindak belajar dan biasanya
ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan guru.
Adapun hasil belajar dalam pembelajaran matematika yang harus dicapai
sebagai berikut (Firman Suherman 2003:17)
1. Menunjukkan permasalahan dan keterkaitan antara konsep matematika
yang

dipelajari,serta

mengaplikasikan

konsep

alogaritma

luwes,akurat,efisien,dan tepat dalam pemecahan masalah.


2. Memiliki
kemampuan
mengkomunikasikan
gagasan
simbol,tabel,grafik,ataudiagram

untuk

menjelaskankeadaan

secara
dengan
atau

masalah.
3. Menggunakan penalaran pada pola,sifat atau melakukan manipulasi
matematika dan membuat generalisasi,menyusun bukti atau menjelaskan
gagasan dan pertanyaan matematika.
4. Kemampuan berpikir tinggi diperlukan agar siswa memiliki kemampuan
untuk

menemukan

penyelesaian

problem-problem

matematika

dijenjangnya.
5. Menunjukkan kemampuan strategi dalam membuat (merumuskan)
,menafsirkan dan menyelesaikan metode matematika dalam pemecahan
masalah.
6. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan.
Hasil belajar akan dipengaruhi oleh banyak faktor. Dari sekian
banyak faktor yang mempengaruhi hasil belajar baik itu menurut Muhibbin

23

24
Syah

,Slamet,Sumardi

Suryabrata,dapat

digolongkan

menjadi

tiga

macam,sebagaimana yang dikatakan oleh Abu Ahmadi yaitu :


1. Faktor-faktor stimulasi belajar
Segala sesuatu diluar individu yang merangsang individu untuk
mengadakan reaksi atau perbuatan belajar dikelompokkan dalam faktor
stimuli belajar antara lain ; Panjangnya bahan pelajaran,kesulitan bahan
pelajaran,berartinya bahan pelajaran,berat ringannya tugas,suasana
lingkungan eksternal.
2. Faktor-faktor metode belajar
Metode belajar yang dipakai guru sangat mempengaruhi metode belajar
yang dipakai oleh si pelajar,faktor-faktor metode belajar menyangkut
hal-hal berikut ; kegiatan berlatih atau praktek,overlearning dan
drill,resitasi belajar,pengenalan tentang hasil-hasil belajar,belajar dengan
keseluruhan

dan

dengan

bagian-bagian,penggunaan

modalitet

indera,bimbingan dalam belajar,kondisi-kondisi intensif.


3. Faktor-faktor individual
Faktor-faktor individual meliputi ; kematangan,faktor

usia

kronologis,perbedaan jenis kelamin,pengalaman sebelumnya,kapasitas


mental,kondisi kesehatan jasmani,kondisi kesehatan rohani,dan motivasi.
Gagne mengelompokkan hasil belajar ke dalam lima kategori berikut :
a) Informasi verbal (verbal information)
Informasi verbal adalah kemampuan yang menuntut siswa untuk
memberikan tanggapan khusus terhadap stimulus yang relative
khusus (Dick & Carey,1990). Dalam kemampuan ini tidak ada
tuntutan untuk menggunakan simbol, memecahkan masalah atau
menerapkan aturan. Untuk mnguasai kemampuan ini siswa hanya
dituntut untuk menyimpan informasi dalam system ingatannya .
24

25
b) Keterampilan intelektual (intelectual skill)
Menurut Dick & Carey (1990) keterampilan intelektual adalah
kemampuan yang menuntut siswa untuk melakukan kegiatan kognitif
yang unik.Unik disini artinya bahwa siswa harus mampu
memecahkan suatu permasalahan dengan menerapkan informasi
yang belum pernah dipelajari.
c) Strategi kognitif (cognitive strategies)
Strategi kognitif mengacu pada kemampuan mengontrol proses
internal yang dilakukan oleh individu dalam memilih dan
memodifikasi cara berkonsentrasi, belajar, mengingat, dan berpikir
(Gagne, Briggs, & Wager,1992).Siswa yang telah menguasai
kemampuan strategi kognitif akan mendapat kemudahan dalam
berkonsentrasi, belajar, mengingat, dan berpikir.
d) Sikap (attitudes)
Sikap mengacu pada kecenderungan untuk membuat pilihan atau
keputusan untuk bertindak di bawah kondisi tertentu.Dikaitkan
dengan hasil belajar, sikap adalah kemampuan siswa dalam
menentukan pilihan atau bertindak sesuai dengan sistem nilai yang
diyakininya.
e) Keterampilan motoric
Keterampilan motoric mengacu pada kemampuan melaksanakan
gerakan atau tindakan yang terorganisasi yang direfleksikan melalui
kecepatan, ketepatan, kekuatan, dan kehalusan (Gagne, Briggs, &
Wager,

1992).Dengan

memperhatikan

pernyataan

tersebut,

keterampilan motoric tidak hanya melibatkan otot tetapi juga otak.Ini

25

26
berarti bahwa dalam melakukan keterampilan motoric kegiatan
mental dan kognitif juga terlibat.
Menurut Bloom, dkk tujuan atau hasil belajar digolongkan menjadi
tiga domain, yaitu domain kognitif, afektif, dan psikomotorik. Domain
kognitif berkenaan dengan pengembangan kemampuan otak dan penalaran
siswa.Domain afektif berkenaan dengan sikap dan nilai.Tipe hasil belajar
afektif tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku, seperti perhatian
terhadap pelajaran, disiplin, kebiasaan belajar, motivasi belajar.Hasil belajar
psikomotorik tampak dalam bentuk keterampilan, kemampuan bertindak
dari siswa.
5. Metode Drill
Metode mengajar adalah cara guru memberikan pengajaran dan
cara murid menerima pelajaran pada waktu pelajaran berlangsung,baik
dalam bentuk memberitahukan atau membangkitkan. Oleh karena itu
peranan metode pengajaran ialah sebagai alat untuk menciptakan proses
belajar yang kondusif,sehingga terjadi interaksi edukatif antara guru dan
siswa. Dari definisi metode mengajar diatas,maka metode drill adalah suatu
cara mengajar dimana siswa melaksanakan kegiatan-kegiatan latihan,agar
siswa memiliki ketangkasan atau keterampilan yang lebih tinggi dari apa
yang dipelajari.

26

27
Dalam

buku

Nana

Sudjana,kegiatan

melakukan

hal

yang

sama,berulang-ulang

secara

sungguh-sungguh

dengan

tujuan

untuk

memperkuat suatu asosiasi atau menyempurnakan suatu keterampilan agar


menjadi bersifat permanen.Adapun ciri khas dari metode ini adalah kegiatan
berupa pengulangan yang berkali-kali dari suatu hal yang sama.
Tujuan dari penggunaan metode drill antara lain :
1. Agar siswa memiliki kemampuan motoris / gerak seperti menghafalkan
kata-kata, menulis, mempergunakan alat.
2. Mengembangkan kecakapan intelek, sepeti mengalikan, membagi dan
menjumlahkan.
3. Memiliki kemampuan menghubungkan antara suatu keadaan dengan
yang lain.
4. Metode drill memiliki beberapa kelebihan yaitu bahan pelajaran yang
diberikan dalam suasana yang sungguh-sungguh akan lebih kokoh
tertanam dalam daya ingatan murid, karena seluruh pikiran , perasaan,
kemauan dikonsentrasikan pada pelajaran yang dilatihkan. Selain itu
anak didik akan dapat mempergunakan daya fikirannya dengan
bertambah baik, karena dengan pengajaran yang baik maka anak didik
akan menjadi lebih teratur, teliti, dan mendorong daya ingatnya.
5. Sehingga diharapkan, dengan menggunakan metode drill dapat
membantu meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran matematika
tentang pembagian bilangan dengan cara bersusun pendek.

B. Kerangka Berpikir

27

28
Agar hasil belajar siswa dapat meningkat maka perlu dilakukan upaya
untuk membuat siswa aktif dalam pembelajaran sehingga dapat meningkatkan
hasil belajar matematika yaitu dengan menggunakan metode drill (latihan).
Dengan metode drill (latihan) siswa dilatih untuk mengerjakan latihan-latihan
terhadap apa yang telah dipelajari siswa sehingga memperoleh suatu
keterampilan tertentu.Untuk memberikan gambaran yang jelas dapat dilihat
dalam skema berikut :

C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan uraian permasalahan dan landasan teori, maka peneliti
mengajukan hipotesis yang digunakan sebagai jawaban sementara dari jawaban
28

29
yang digunakan sebagai berikut : Melalui Metode Drill (latihan) diduga akan
meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran matematika tentang
pembagian bilangan dengan cara bersusun pendek pada siswa kelas III SD
Negeri 1 Karangtalun Kidul.

D.Kriteria Keberhasilan
Kriteria keberhasilan yang digunakan untuk mengukur keberhasilan
dalam pembelajaran adalah proses peningkatan pembelajaran dikatakan
berhasil apabila lebih dari 85% dari jumlah siswa 23 tuntas belajar. Dengan
kata lain 21 siswa dinyatakan tuntas. Proses perbaikan pembelajaran dikatakan
meningkat apabila 85%dari jumlah siswa terlibat dalam kegiatan pembelajaran.

BAB III
PELAKSANAAN PERBAIKAN

A. Subjek, Tempat dan Waktu Penelitian dan Pihak yang Membantu


1. Subjek Penelitian
a. Siswa
Siswa yang dijadikan sebagai objek penelitian adalah siswa kelas III
(tiga) SD Negeri 1 Karangtalun Kidul dengan jumlah siswa sebanyak

29

30
23 siswa, terdiri dari 10 siswa putra dan 13 siswa putri. Keterangan
lain tentang karakteristik subjek penelitian adalah sebagai berikut :
1) Pemahaman tentang pembagian bilangan dengan cara bersusun
pendek masih rendah
2) Rendahnya prestasi belajar siswa
b. Guru
Guru yang dijadikan sebagai subjek penelitian adalah peneliti selaku
guru kelas III (tiga) SD Negeri 1 Karangtalun Kidul.
2. Tempat Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilaksanakan dikelas III (tiga) SD
Negeri 1 Karangtalun Kidul UPK Purwojati Kabupaten Banyumas pada
mata pelajaran matematika materi pokok Pengerjaan Hitung Bilangan
dalam pembagian bilangan dengan cara bersusun pendek semester I
Tahun Ajaran 2015/2016. Adapun materi yang dijadikan sebagai
penelitian adalah sebagai berikut :
a. Standar Kompetensi (SK)

1. Melakukan operasi hitungan bilangan sampai tiga angka


b. Kompetensi Dasar (KD)

1.2 Melakukan perkalian yang hasilnya tiga angka dan pembagian


bilangan tiga angka
c. Materi Pokok
3. Waktu Penelitian

: Pengerjaan hitung bilangan


:

30

31
a.Siklus I

: 10 dan 12 Oktober 2015

b.Siklus II

: 17 dan 19 Oktober 2015

4. Pihak Yang Membantu Pelaksanan Penelitian


a. Kepala Sekolah
Dalam melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), peneliti dibantu
oleh Kepala Sekolah SD Negeri 1 Karangtalun Kidul. Peran serta
beliau sangat penting karena sudah memberikan ijin kepada peneliti
dan memberikan kesempatan kepada peneliti untuk melaksanakan
kegiatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Adapun identitas beliau
adalah sebagai berikut ;
Nama

: Kursin, S.Pd

NIP

: 19590616 198201 1 005

Jabatan

: Kepala Sekolah

Unit Kerja : SD Negeri 1 Karangtalun Kidul

B. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran


Syamsudin dalam Ishak dan Warji menjelaskan bahwa yang
dimaksud dengan kegiatan perbaikan adalah segala usaha yang dilakukan
untuk memahami dan menetapkan jenis, sifat kesulitan belajar, faktor-faktor
penyebabnya serta cara mendapatkan kemungkinan mengatasinya, baik

31

32
secara kuratif (penyembuhan) maupun secara preventif (pencegahan)
berdasarkan data informasi yang seobjektif mungkin.
www.referensi makalah.com >Home>
Menurut Wardani, dkk (2004 : 2.3 2.4) bahwa perbaikan
pembelajaran dilaksanakan melalui proses pengkajian secara berdaur yang
terdiri atas 4 (empat) tahap, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan dan
refleksi. Hasil refleksi terhadap tindakan yang dilakukan akan digunakan
kembali untuk memperbaiki rencana jika tindakan yang dilakukan belum
berhasil memecahkan masalah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
gambar dibawah ini :

Merencanakan

Refleksi

Melakukan Tindakan

Mengamati

Gambar 3.1 Tahap tahap dalam PTK


Sesudah siklus berlangsung beberapa kali, kemungkinan perbaikan
yang diinginkan sudah terjadi.

32

33
Dalam hal ini daur Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan tujuan
perbaikan yang direncanakan sudah berakhir. Namun, biasanya akan muncul
masalah baru.
Masalah ini akan kembali dipecahkan melalui daur Penelitian
Tindakan Kelas (PTK). Secara lebih rinci dapat dilihat pada gambar berikut:

Ide awal

Studi pendahuluan
-

Persiapan penelitian

Wawancara

- penyamaan konsep

Dengan guru

- penyusunan lembar evaluasi

- tes diagnosis

- penyusunan tes

- analisis dokumen

Revisi

Belum berhasil

Tindakan siklus I
- perencanaan perbaikan
- observasi
- diskusi dengan pengamat
- refleksi siklus

Tindakan siklus II
- perencanaan perbaikan

Berhasil

- pelaksanaan perbaikan
- observasi
- diskusi dengan pengamat

33

Simpulan

34
- refleksi siklus II
Gambar 3.2 : Diagram Siklus PTK

Prosedur perbaikan dirancang dengan urutan sebagai berikut :


a. Mengidentifikasi masalah, menganalisis dan merumuskan masalah serta
merumuskan hipotesis.
b. Menemukan cara memecahkan masalah / tindakan perbaikan.
c. Merancang scenario tindakan perbaikan yang dikemas dalam RPPP
(Rencana Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran).
d. Mendiskusikan aspek aspek yang diamati dengan teman sejawat yang
ditugasi sebagai pengamat (observer).
e. Melaksanakan pembelajaran dengan scenario yang telah dirancang dan
diamati oleh teman sejawat.
f. Mendiskusikan hasil pengamatan dengan teman sejawat (observer).
g. Melakukan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran yang telah
dilaksanakan.
h. Konsultasi dengan supervisor.
i. Merancang tindak lanjut.
Dalam melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini, peneliti
melakukan kegiatan yang terdiri dari dua siklus berkelanjutan, setiap siklus
terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan (acting),
pengamatan (observing), dan refleksi (reflection). Setiap selesai siklus
diadakan refleksi untuk mengetahui keberhasilan pembelajaran. Adapun
34

35
langkah-langkah yang akan ditempuh pada penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Perencanaan
Peneliti terlebih dahulu menyiapkan lembar pengamatan, rencana
pembelajaran, dan membuat perangkat evaluasi.
2.

Pelaksanaan Tindakan
Peneliti melaksanakan pembelajaran tentang pokok bahasan Melakukan
Operasi Hitung Pembagian dengan mengacu rencana pembelajaran yang
telah direncanakan dalam empat pertemuan. Penelitian ini dilakukan
dalam dua siklus.

3.

Observasi
Kegiatan observasi dilakukan oleh teman sejawat (observer) pada saat
proses pembelajaran berlangsung.
4. Refleksi
Pada tahap ini, semua hasil observasi diolah dan direfleksikan untuk
mengukur tingkat keberhasilan dan kelemahan selama pelaksanaan
tindakan. Berdasarkan refleksi ini, peneliti bersama-sama dengan
observer (teman sejawat) merencanakan pelaksanaan siklus selanjutnya.

C. Teknik Pengumpulan Data


1. Jenis Data

35

36
Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa kelas III (tiga) SD Negeri
1 Karangtalun Kidul. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan data
kuantitatif yaitu data yang diperoleh dari hasil tes formatif dari tiap-tiap
siklusnya yang akan digunakan sebagai tingkat keberhasilan.
2. Teknik Pengumpulan Data
Kegiatan observasi dilakukan dengan tujuan untuk mengamati aktifitas
pembelajaran peneliti dan siswa dalam proses belajar mengajar.
Pengamatan dilakukan tiap pertemuan. Peneliti telah menyiapkan lembar
observasi yang dilengkapi dengan data pengukurannya. Peneliti juga
dibantu oleh observer untuk melakukan pengamatan terhadap jalannya
pembelajaran dan mencatat semua hasil pengamatan dalam lembar
observasi siswa.

D. Deskripsi Per Siklus


Siklus I
Waktu Pertemuan I dan II
a.Standar Kompetensi

: 1. Melakukan operasi hitungan bilangan


sampai tiga angka

b. Kompetensi Dasar

: 1.2 Melakukan perkalian yang hasilnya tiga


angka dan pembagian bilangan tiga angka

c. Materi Pokok

: Pengerjaan hitungan bilangan

36

37
d. Indikator

: Melakukan pembagian bilangan tiga angka


dengan bilangan satu angka yang hasilnya
bilangan dua angka
Melakukan pembagian bilangan tiga angka
dengan bilangan satu angka yang hasilnya
bilangan tiga angka

d. Waktu Pertemuan

f. Materi Kegiatan

: Pertemuan I

: Sabtu, 10 Oktober 2015

: Pertemuan II

: Senin, 12 Oktober 2015

: Evaluasi (penilaian)

1. Tahap Perencanaan (planning)


Berdasarkan rumusan hipotesis yang telah dibuat, maka peneliti
menyiapkan

dan

menyusun

Rencana

Pelaksanaan

Perbaikan

Pembelajaran (RPPP) tentang materi pokok pengerjaan hitungan


bilangan beserta scenario tindakan mencakup langkah-langkah yang
akan dilakukan oleh guru dan siswa dalam kegiatan tindakan atau
perbaikan dan membuat lembar observasi yang akan digunakan untuk
memperoleh data yang diperlukan.
Terkait dengan RPPP, peneliti perlu menyiapkan berbagai bahan yang
diperlukan sesuai dengan hipotesis yang dipilih yaitu :
a. Strategi pembelajaran yang digunakan adalah Metode Drill (latihan)
b. Mempersiapkan alat bantu pembelajaran berupa alat peraga
c. Mempersiapkan lembar observasi

37

38
d. Mempersiapkan Lembar Kerja Siswa (LKS)
e. Mempersiapkan lembar evaluasi untuk akhir tindakan siklus
Dalam hal ini, peneliti menggunakan metode ceramah, tanya jawab, dan
penugasan.
2. Tahap Pelaksanaan (acting)
Pertemuan I
a. Kegiatan Awal ( 10 menit)
Kegiatan pembelajaran dimulai dengan mengondisikan kelas yaitu
berdoa dan mengabsen siswa. Sebelum peneliti melaksanakan
kegiatan pembelajaran, peneliti mengecek kelengkapan sumber
belajar, alat bantu dan media pembelajaran. Selanjutnya peneliti
melakukan apersepsi atau memberikan pertanyaan-pertanyaan tes
awal sebagai berikut Bu guru mempunyai 50 permen, permen
tersebut akan diberikan ke lima orang anak, berapkah permen yang
diperoleh masing-masing anak? Ayo, siapa yang tahu jawabannya?
Nanda menjawab, saya tahu jawabannya bu,hasilnya adalah 10
permen. Peneliti kemudian memberikan penguatan dan pujian
kepada Nanda, ya bagus, jawabannya tepat sekali. Kemudian
peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada
kegiatan belajar mengajar yang akan dilaksanakan.
b. Kegiatan Inti ( 45 menit)

38

39
Memasuki tahap inti ini, peneliti menjelaskan sekilas tentang hal-hal
yang berhubungan dengan materi pelajaran disertai dengan tanya
jawab. Kemudian peneliti memberikan contoh cara mengerjakan
pembagian bilangan dengan cara bersusun pendek kepada siswa,
selanjutnya siswa diberi kesempatan untuk mengerjakan soal latihan
dan menanyakan hal-hal yang belum jelas mengenai langkahlangkah pembagian bilangan dengan cara susun pendek.
c. Kegiatan Akhir ( 15 menit)
Pada kegiatan akhir, peneliti menyampaikan kesimpulan hasil
kegiatan pembelajaran dan siswa diberi tugas rumah. Siswa juga
disuruh untuk mencatat hal-hal penting / rangkuman yang telah
ditulis pada papan tulis. Peneliti juga menyampaikan bahwa pada
pertemuan berikutnya akan mengadakan evaluasi.
Pertemuan II
a. Kegiatan Awal ( 10 menit)
Setelah siswa selesai berdoa, peneliti mengabsen kehadiran siswa.
Pada kegiatan ini, peneliti dan siswa membahas tugas rumah yang
telah diberikan pada pertemuan pertama kemudian peneliti dan siswa
bertanya jawab tentang materi yang akan dibahas.
b. Kegiatan Inti ( 45 menit)
Peneliti dan siswa bertanya jawab tentang hal-hal yang berhubungan
dengan materi pembelajaran yaitu mengenai pembagian bilangan

39

40
dengan cara bersusun pendek. Siswa diberi latihan berupa soal-soal
pembagian dan dikerjakan secara mandiri, setelah itu peneliti
bersama siswa membahasnya dengan cara siswa secara bergantian
maju kedepan untuk mengerjakannya sesuai dengan langkahlangkahnya. Kemudian peneliti bersama siswa menyimpulkan
kegiatan pembelajaran dan memberi kesempatan kepada siswa yang
masih merasa kesulitan / kurang jelas.
b. Kegiatan Akhir ( 15 menit)
Pada kegiatan akhir, peneliti memeriksa jawaban siswa yang telah
dikerjakan. Peneliti juga menyampaikan kesimpulan dari hasil
pembelajaran.
3. Tahap Pengamatan (observing)
Peneliti dengan observer melakukan observasi terhadap jalannya proses
belajar mengajar dan mencatat semua hasil observasi pada lembar
observasi yang telah dipersiapkan sebelumnya, meliputi aktivitas siswa
yang diukur dengan lembar observasi kegiatan siswa. Lembar observasi
pelaksanaan tindakan peneliti digunakan untuk mengetahui aktivitas
peneliti dalam melaksanakan metode Drill (latihan). Untuk mengetahui
tingkat pemahaman siswa terhadap pelajaran, peneliti memberikan tes
formatif. Ketelitian observer sangat dibutuhkan dalam kegiatan
perbaikan pembelajaran, sehingga peranan observer sangat membantu

40

41
keberhasilan pelaksanaan perbaikan pembelajaran yang dilakukan
peneliti.
4. Tahap Refleksi (reflecting)
Berdasarkan dari hasil observasi dan tes formatif, dilakukan analisis dan
refleksi. Setelah siklus I selesai dan peneliti memeriksa semua
kelengkapan pembelajaran yang telah disesuaikan dengan Rencana
Perbaikan Pelaksanaan Pembelajaran (RPPP), lembar evaluasi dan
lembar observasi yang digunakan, ternyata hasil pembelajaran yang
diinginkan belum tercapai dan tidak sesuai dengan harapan peneliti.
Dari hal tersebut, maka peneliti melaksanakan siklus II dengan harapan
dapat mencapai hasil yang sesuai dengan tujuan pembelajaran dan bisa
memperoleh hasil yang maksimal.
Siklus II
Waktu Pertemuan I dan II
a. Standar Kompetensi

: 1. Melakukan operasi hitungan bilangan


sampai tiga angka

b. Kompetensi Dasar

; 1.2 Melakukan perkalian yang hasilnya tiga


angka dan pembagian bilangan tiga
angka

c. Materi Pokok

: Pengerjaan hitung bilangan

41

42
d. Indikator

:-Melakukan pembagian bilangan tiga angka


dengan bilangan satu angka yang hasilnya
bilangan dua angka
-Melakukan pembagian bilangan tiga angka
dengan bilangan satu angka yang hasilnya
bilangan tiga angka

e. Waktu Pertemuan

f. Materi Kegiatan

: Pertemuan I

: Sabtu, 17 Oktober 2015

: Pertemuan II

: Senin, 19 Oktober 2015

: Evaluasi

1. Tahap Perencanaan (planning)


Peneliti dengan observer berkolaborasi membuat dan menyusun Rencana
Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran (RPPP) dengan menggunakan
metode Drill (latihan). Pada siklus yang kedua ini, peneliti menyiapkan
perangkat pembelajaran berupa lembar observasi, lembar kerja siswa,
alat peraga, dan lembar evaluasi. Pada siklus kedua ini, peneliti
melakukan

penyempurnaan

Rencana

Pelaksanaan

Perbaikan

Pembelajaran (RPPP) dan scenario tindakan. Selain itu, peneliti bersama


observer juga melakukan diskusi mengenai langkah-langkah perbaikan
pembelajaran.
2. Tahap Pelaksanaan (acting)
Pertemuan I

42

43
a. Kegiatan Awal (10 menit)
Seperti biasa kegiatan pembelajaran diawali dengan mengkondisikan
kelas. Peneliti menyiapkan sumber belajar, alat bantu pembelajaran
dan

melaksanakan

kegiatan

rutin

kelas

seperti

mengabsen

siswa,memeriksa kebersihan dan kerapihan kelas. Kegiatan berikutnya


adalah peneliti memberikan apersepsi untuk memotivasi siswa dengan
memberikan pertanyaan yaitu,dalam sebuah kotak berisi kelereng
sebanyak 100 buah,kelereng tersebut akan dimasukan kedalam 5
kotak dengan jumlah yang sama besar, berapakah jumlah kelereng
pada masing-masing kotak?.Diana menjawabnya dengan cepat,
hasilnya 20 bu guru, peneliti kemudian memberikan pujian dan
motivasi kepada Diana dengan memberikan tepuk salut bahwa
jawabannya sangat tepat.
b. Kegiatan Inti ( 45 menit)
Proses kegiatan pada siklus kedua ini, pada hakekatnya sama dengan
yang dilakukan pada siklus pertama, hanya berbeda pada pola yang
dilakukan peneliti. Dalam tahap ini, peneliti memberikan latihanlatihan soal kepada siswa untuk mengerjakan soal pembagian dengan
cara bersusun pendek. Siswa yang belum bisa memahami dilatih
secara berulang-ulang sampai siswa benar-benar menguasai dan
mampu mengerjakan soal pembagian dengan benar.
c. Kegiatan Akhir ( 15 menit)

43

44
Siswa dan guru melakukan refleksi, kemudian siswa diberi tugas
rumah berupa soal-soal pembagian.

Pertemuan II
a. Kegiatan awal ( 10 menit)
Seperti biasa, sebelum memulai pelajaran peneliti mengkondisikan
kelas dan melakukan kegiatan pengabsenan. Pada tahap ini, peneliti
dan siswa membahastugas rumah yang telah diberikan pada
pertemuan pertama kemudian peneliti dan siswa bertanya jawab
tentang hal-hal yang berhubungan dengan materi pembelajaran
sebelumnya.

b. Kegiatan Inti ( 50 menit)


Proses kegiatan pada tahap ini adalah terfokus pada siswa yang belum
bisa memahami mengenai langkah-langkah pembagian bilangan
dengan cara bersusun pendek. Dalam hal ini, peneliti memberikan
bimbingan dan arahan pada siswa terutama siswa yang belum bisa
menyelesaikan / mengerjakan soal pembagian. Bagi siswa yang sudah
mahir, peneliti juga memberikan latihan-latihan soal yang bervariasi
sehingga siswa tidak merasa bosan dalam mengerjakannya.
c. Kegiatan Akhir ( 10 menit)

44

45
Pada kegiatan ini, peneliti memantapkan materi mengenai operasi
pembagian bilangan dengan cara bersusun pendek. Siswa dan peneliti
membuat kesimpulan. Siswa juga diberi tes formatif yang bertujuan
agar siswa lebih paham dan mampu mengerjakan soal pembagian
dengan tepat. Kemudian peneliti memberikan saran dan tindak lanjut
berupa pemberian tugas rumah.
3. Tahap Observasi ( observing )
Observasi dilakukan oleh observer selama berlangsungnya kegiatan
pembelajaran. Pengamat mengisi lembar observasi yang terdiri dari
lembar observasi kegiatan peneliti dan siswa, serta mengamati hasil
belajar siswa.

4. Tahap Refleksi (reflecting)


Pembelajaran matematika dengan materi pembagian bilangan dengan
cara bersusun pendek pada siklus kedua sudah berhasil karena siswa
sudah tuntas hasil belajarnya dan tujuan pembelajaran sudah tercapai.
Jika dilihat dari pembelajaran, peneliti sudah menggunakan metode yang
tepat yaitu metode Drill (latihan) yang diberikan pada siswa. Peneliti
juga sudah memaksimalkan keaktifan siswa dalam pembelajaran dengan
cara memberikan lembar kerja siswa yaitu berupa latihan-latihan soal

45

46
yang berkesinambungan sehingga siswa tidak cepat merasa bosan dalam
mengerjakannya. Dari pemantauan observer, tindakan peneliti pada
siklus kedua ini mencapai hasil akhir yang baik dan mencapai kriteria
yang diharapkan. Kegiatan siswa juga menunjukkan adanya peningkatan.
Jika dilihat dari segi hasil terjadi peningkatan hasil belajar apabila
dibandingkan dengan siklus pertama. Pada kegiatan siklus kedua, ratarata nilai yang dicapai oleh siswa mencapai 80. Hal ini menunjukkan
bahwa hasil belajar siswa sudah mencapai kriteria keberhasilan. Oleh
karena itu, maka perbaikan pembelajaran matematika tentang pembagian
bilangan dengan cara bersusun pendek dihentikan.

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian Prasiklus

46

47
Pada pembelajaran matematika mengenai materi pokok pembagian
bilangan dengan cara bersusun pendek melalui metode Drill (latihan) di kelas
III (tiga) SD Negeri 1 Karangtalun Kidul diperoleh hasil sebagai berikut :
5.

Perencanaan
Mengacu pada hipotesis yang telah dibuat, peneliti menyiapkan Rencana
Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran (RPPP) beserta scenario tindakan yang
meliputi langkah-langkah yang akan peneliti dan siswa lakukan dalam
kegiatan perbaikan pembelajaran.
Kompetensi Dasar yang diharapkan oleh peneliti yaitu siswa dapat
melakukan pembagian bilangan tiga angka. Peneliti juga mempersiapkan
berbagai keperluan yang dibutuhkan untuk menunjang proses pembelajaran
seperti menyiapkan media pembelajaran, alat bantu pembelajaran (berupa
soal evaluasi), dan lembar observasi untuk observer.
Selanjutnya peneliti bersama teman sejawat (observer) menyepakati hal-hal
yang berkaitan dengan kelancaran observasi, jenis-jenis kegiatan yang akan
diobservasi dan lainnya.

6.

Pelaksanaan
Sebelum pembelajaran pada siklus I, peneliti menjelaskan tentang metode
yang akan digunakan dalam proses pembelajaran,yaitu metode Drill

47

48
(latihan). Siswa nantinya diberi soal-soal latihan yang dikerjakan secara
mandiri.
Berikut peneliti sajikan hasil evaluasi ulangan harian (pra siklus) pada
studi awal :
REKAPITULASI NILAI ULANGAN HARIAN ( PRA SIKLUS )
MATA PELAJARAN MATEMATIKA, MATERI PEMBAGIAN BILANGAN DENGAN
CARA BERSUSUN PENDEK PADA PRA SIKLUS
NO

NAMA SISWA

NILAI

T / BT

AGUS SETIAWAN

40

BT

FEBRIAN CANDRA. P

40

BT

OLIF RINA S

40

BT

UGI DWI .H

70

BT

ADINDA NURAENI

60

BT

ALDA SEFIA

70

BT

ALYA TRI YUNIAR

60

BT

ANANDA SETYA G.K

80

ANGGA SETYAWAN

40

BT

10

DIANA LESTARI

80

11

ENDAH P

60

BT

12

FERI ANDRIANI

60

BT

13

GALIH EKA P

60

BT

14

ISKIANUR FAIZAH

70

BT

15

JEVITA OLIFIANA

70

BT

16

KINANTHI PUTRI

80

17

LUKMAN HAKIM

60

BT

18

MERI YENI A

60

BT

19

RIFA RUDIANTO

60

BT

20

SARIF MAULANA

40

BT

21

SONI ANDRIANSAH

70

BT

22

TANIA MELANI

40

BT

23

YESI RIYANTI

80

KETERANGAN
BT = BELUM TUNTAS
T=TUNTAS

Tabel 4.1 : rekap


nilai ulangan harian ( pra
siklus )
Dari hasil ulangan harian
(prasiklus)
peneliti
perbaikan

diatas,maka
mengadakan
pembelajaran

matematika tentang pembagian bilangan dengan cara bersusun pendek yang


48

49
dilaksanakan dalam dua siklus berkelanjutan dan masing-masing siklus terbagi
menjadi dua kali pertemuan.
a. Siklus I
1). Pertemuan I
Pelaksanaan tindakan siklus I, dilaksanakan pada pertemuan pertama
yaitu hari tanggal 10 Oktober 2015. Setiap pertemuan terdiri dari 2 jam
pelajaran selama 70 menit. Adapun pelaksanaan tindakannya adalah
sebagai berikut :
a. Kegiatan Awal (10 menit)
Kegiatan pembelajaran diawali dengan berdoa,mengabsen kehadiran
siswa dan menyiapkan lembar kerja, sumber belajar, alat bantu
dalam pembelajaran. Peneliti juga mengajukan pertanyaan berupa
apersepsi kepada siswa yang bertujuan untuk memotivasi siswa.
Pertanyaan yang diberikan peneliti berdasarkan indicator yang akan
dipelajari siswa yaitu tentang pembagian bilangan dengan cara
bersusun pendek.
Setelah

itu,

peneliti

menyampaikan

inti

kompetensi

dasar

pembelajaran tentang pembagian bersusun pendek dan tujuan


pembelajaran yang akan dicapai siswa
b. Kegiatan Inti (50 menit)

49

50
Pada kegiatan inti, peneliti menjelaskan tentang materi pembagian
bilangan dengan cara bersusun pendek kepada siswa, peneliti
memberikan contoh mengenai langkah-langkah dalam mengerjakan
soal pembagian bilangan dengan cara bersusun pendek. Selanjutnya
siswa diberi soal latihani pada akhir kegiatan.
c. Kegiatan akhir (10 menit)
Pada kegiatan penutup pertemuan pertama siswa diberi tugas /
pekerjaan rumah. Peneliti juga memberikan motivasi belajar kepada
siswa dengan memberikan penguatan dan pujian.
2). Pertemuan II
Pelaksanaan tindakan siklus I pada pertemuan II dilaksanakan tanggal
12 Oktober 2015. Pertemuan II terdiri dari 2 jam pelajaran selama 70
menit. Adapun pelaksanaanya adalah sebagai berikut :

a. Kegiatan Awal (10 menit)


Pelaksanaan pembelajaran dimulai dengan mengkondisikan kelas,
berdoa,

mengabsen

siswa,

menyiapkan

lembar

kerja,

dan

memberikan pertanyaan sebagai apersepsi yang bertujuan dapat


meningkatkan motivasi belajar siswa. Pertanyaan yang diberikan
peneliti berdasarkan indicator yang akan dipelajari siswa yitu tentang
pembagian bilangan. Setelah itu, peneliti bersama siswa membahas
50

51
pekerjaan rumah yang diberikan pada pertemuan pertama. Peneliti
juga menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai kepada
siswa.
b. Kegiatan Inti (50 menit)
Pada kegiatan inti, peneliti kembali menjelaskan materi tentang
pembagian bilangan dengan cara bersusun pendek kepada siswa.
Peneliti juga memberikan contoh cara mengerjakan soal pembagian
bersusun pendek. Selanjutnya siswa diberi kesempatan untuk
mengerjakan soal secara mandiri tanpa bantuan dari teman atau
peneliti. Setelah itu peneliti dan siswa membahasnya bersama-sama
dengan cara siswa secara bergantian maju kedepan untuk menuliskan
hasilnya pada papan tulis. Bagi siswa yang jawabannya benar diberi
pujian atau penguatan supaya sisa menjadi lebih bersemangat dalam
kegiatan pembelajaran.

c. Kegiatan Akhir (10 menit)


Pada kegiatan akhir, peneliti memberikan tugas kepada siswa berupa
pekerjaan rumah. Peneliti memberikan motivasi kepada siswa agar
lebih tekun lagi dalam belajar, dan memberikan kesempatan kepada
siswa untuk menanayakan hal-hal yang belum jelas.
3). Observasi
51

52
Observer melaksanakan observasi terhadap aktivitas siswa dan guru
yang

sedang

melaksanakan

perbaikan

pembelajaran

dengan

menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan. Selain itu,


observer juga memberikan angket kepada siswa untuk mengukur
tingkat penguasaan materi siswa terhadap pembelajaran yang dilakukan
peneliti.
4). Refleksi
Berdasarkan hasil observasi pada siklus I diperoleh refleksi
pembelajaran sebagai berikut :
a). Siswa belum terbiasa dengan pemberian soal-soal latihan yang
diberikan oleh guru, sehingga dalam mengerjakannya masih sangat
lambat.
b). Kurangnya perhatian dan konsentrasi siswa dalam kegiatan
pembelajaran yang menyebabkan daya tangkap siswa tidak
maksimal.
c). Kurangnya buku sumber yang dipakai sebagai bahan referensi
siswa.
d). Tingkat keaktifan siswa dalam bertanya masih kurang, hal ini
berdampak pada pemahaman materi yang diajarkan.
e). Secara klasikal, nilai rata-rata siswa belum mencapai 80 %.

52

53
Berdasarkan hasil pembelajaran tersebut, peneliti bersama observer
menetapkan untuk melakukan perbaikan pembelajaran pada siklus
II. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan lagi keaktifan dan hasil
belajar siswa agar bisa mencapai indicator keberhasilan yang
diharapkan.
5). Hasil Belajar Siswa
Dibawah ini akan disajikan hasil evaluasi (ulangan harian siswa) pada
studi awal (prasiklus) dan siklus I :
REKAPITULASI NILAI ULANGAN HARIAN MATA PELAJARAN MATEMATIKA, MATERI PEMBAGIAN
BILANGAN DENGAN CARA BERSUSUN PENDEK PADA PRA SIKLUS DAN SIKLUS I
NILAI SISWA
NO

NAMA SISWA

PRA SIKLUS

T / BT

SIKLUS I

T / BT

AGUS SETIAWAN

40

BT

40

BT

FEBRIAN CANDRA. P

40

BT

40

BT

OLIF RINA S

40

BT

40

BT

UGI DWI .H

70

70

ADINDA NURAENI

60

BT

70

ALDA SEFIA

70

TT

70

ALYA TRI YUNIAR

60

BT

70

ANANDA SETYA G.K

80

90

ANGGA SETYAWAN

40

BT

60

BT

10

DIANA LESTARI

80

90

11

ENDAH P

60

BT

70

12

FERI ANDRIANI

60

BT

70

13

GALIH EKA P

60

BT

60

BT

14

ISKIANUR FAIZAH

70

70

15

JEVITA OLIFIANA

70

70

16

KINANTHI PUTRI

80

90

17

LUKMAN HAKIM

60

BT

60

BT

18

MERI YENI A

60

BT

60

BT

19

RIFA RUDIANTO

60

BT

60

BT

53

54

20

SARIF MAULANA

40

BT

60

BT

21

SONI ANDRIANSAH

70

70

22

TANIA MELANI

40

BT

60

BT

23

YESI RIYANTI

80

90

Tabel. 4.2 rekap nilai ulangan harian ( pra siklus dan siklus I )
Berdasarkan tabel diatas, dapat diterangkan hasil perubahan ulangan
harian yang diperoleh pada tiap siklusnya :
a). Pada pra siklus, siswa yang tuntas sebanyak 9 siswa dari 23 siswa
atau siswa yang tuntas belajar adalah 39,1%.
b). Pada siklus I, siswa yang tuntas naik menjadi 13 siswa dari 23
siswa atau siswa yang tuntas belajar adalah 56,5%.
Sedangkan siswa yang belum tuntas belajar adalah sebagai berikut :
a). Pada pra siklus, siswa yang belum tuntas sebanyak 14 siswa dari 23
siswa atau siswa yang belum tuntas belajar adalah 60,8%.
b). Pada siklus I, siswa yang belum tuntas sebanyak 10 siswa dari 23
siswa atau siswa yang belum tuntas belajar adalah 43,4%.
Dari hasil analisis diatas, tampak bahwa tingkat perolehan nilai tes
formatif (hasil belajar siswa) ada peningkatan, dari studi awal / pra siklus ke
siklus I. Hal ini membuktikan bahwa dengan menggunakan metode Drill
(latihan) pada pembelajaran matematika tentang pembagian bilangan

54

55
dengan cara bersusun pendek dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang
optimal.
REKAPITULASI KETUNTASAN BELAJAR SISWA
PADA TIAP SIKLUS KEGIATAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN
HASIL BELAJAR SISWA
TUNTAS

PROSENTASSE

BELUM TUNTAS

PROSENTASE

PRA SIKLUS

39,1 %

14

60,8%

SIKLUS I

13

56,5 %

10

43,4%

NO

PEMBELAJARAN

1
2

Tabel 4.3 Rekapitulasi ketuntasan belajar siswa


Dari tabel di atas dapat di peroleh keterangan sebagai berikut :
Dari pra siklus ke siklus I , angka ketuntasan bertambah dari 9
menjadi 13 ( bertambah 4 siswa )atau naik 17,3 %.

Diagram ketuntasan belajar siswa pra siklus dan siklus I.

55

56
70
60
50
40
Tuntas

30

Column1

20
10
0
Pra siklus

Siklus I

Grafik 4.1 Grafik ketuntasan belajar siswa


Pada grafik di atas tampak jelas bahwa hasil perbaikan
pembelajaran menunjukan Ketuntasan belajar siswa yang naik dari pra
siklus ke siklus I

b. Siklus II
1). Tahap Perencanaan
Peneliti dan observer mendiskusikan tentang pelaksanaan rencana
perbaikan pembelajaran dengan acuan siklus pertama yang telah
diperbaiki

serta

menyampaikan

alat-alat

pendukung

pembelajaran serta menyiapkan lembar pengamatan.

56

kegiatan

57
2). Tahap Pelaksanaan
Dalam tahap pelaksanaan ini, peneliti melaksanakn sesuai dengan
rencana pembelajaran yang telah disiapkan sebelumnya.
Pertemuan pertama
a. Kegiatan Awal (10 menit)
Sebelum memulai kegiatan pembelajaran, peneliti mengkondisikan
kelas seperti berdoa, mengabsen kehadiran siswa dan menyiapkan
alat /media yang diperlukan dalam kegiatan pembelajaran. Peneliti
juga

memberikan

pertanyaan

berupa

apersepsi

yang

dapat

memotivasi belajar siswa. Pertanyaan disesuaikan dengan indicator


pembelajaran.
b. Kegiatan Inti ( 50 menit)
Pada kegiatan inti, peneliti kembali menjelaskan tentang materi
pembagian bilangan dengan cara bersusun pendek, kemudian
peneliti memberikan contoh soal dan dikerjakan secara bersamasama dengan siswa. Selanjutnya secara mandiri, siswa diberi tugas
untuk mengerjakan sevaluasi. Peneliti bersama siswa membahasnya.
c. Kegiatan Akhir (10 menit)
Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-hal
yang belum jelas. Peneliti memberikan tugas rumah.

57

58

Pertemuan Kedua
a. Kegiatan Awal (10 menit)
Pada

pertemuan

yang

kedua

ini,

seperti

biasa

peneliti

mengkondisikan kelas dahulu seperti berdoa, mengabsen kehadiran


siswa, dan membahas tugas pekerjaan rumah.
b. Kegiatan Inti (50 menit)
Memasuki pada tahap inti, peneliti memberikan penjelasan sekilas
tentang pembagian bersusun pendek kemudian siswa diberi soal-soal
latihan yang bertujuan untuk melatih siswa agar lebih paham dalam
mengerjakannya. Secara bergantian, peneliti menyuruh siswa untuk
maju kedepan dan menuliskan jawabanya di papan tulis. Peneliti
memberikan pujian / penguatan kepada siswa.
c. Kegiatan Akhir (10 menit)
Pada kegiatan akhir ini, peneliti membimbing siswa untuk membuat
kesimpulan. Peneliti juga memberikan kesempatan kepada siswa
untuk menanyakan hal-hal yang belum jelas. Melaksanakan tes
formatif,untuk mengukur penguasaan siswa terhadap materi yang
diberikan.
3) Tahap Observasi

58

59
Observasi dilakukan oleh teman sejawat pada saat pembelajaran
berlangsung. Pada siklus II ini terjadi peningkatan hasil pembelajaran.
Hasil tes siklus II diperoleh nilai terendah 50 dan nilai tertinggi adalah
100 dengan nilai rata-rata 78,69.
Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada tabel berikut :
HASIL ULANGAN SIKLUS II
NO

NAMA SISWA

SKOR

TUNTAS/BELUM TUNTAS

AGUS SETYAWAN

50

BT

FEBRIAN CANDRA. P

60

BT

OLIF RINA S

70

UGI DWI .H

80

ADINDA NURAENI

80

ALDA SEFIA

80

ALYA TRI YUNIAR

80

ANANDA SETYA G.K

100

ANGGA SETYAWAN

70

10

DIANA LESTARI

100

11

ENDAH P

80

12

FERI ANDRIANI

80

13

GALIH EKA P

70

14

ISKIANUR FAIZAH

90

15

JEVITA OLIFIANA

90

16

KINANTHI PUTRI

100

17

LUKMAN HAKIM

70

18

MERI YENI A

80

19

RIFA RUDIANTO

70

20

SARIF MAULANA

60

BT

21

SONI ANDRIANSAH

80

22

TANIA MELANI

70

23

YESI RIYANTI

100

JUMLAH

1810

RATA- RATA

78,69

59

60
Tabel 4.5. Nilai ulanagn siklus II

4) Tahap Refleksi
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan terhadap siklus II diperoleh
hasil bahwa tingkat keaktifan siswa pada pembelajaran sudah aktif, nilai
rata-rata sudah mencapai 80 % .Hal ini dapat diketahui dari tingkat
keberhasilan yang dicapai oleh siswa melalui evaluasi yang diberikan
oleh peneliti mengalami kenaikan dalam hal ketuntasan belajar yaitu dari
10 siswa yang belum tuntas berkurang menjadi 3 siswa yang nilainya
masih dibawah 70. Dari hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa dengan
menggunakan metode Drill (latihan) dapat meningkatkan hasil belajar
siswa dalam mengerjakan soal pembagian bilangan dengan cara bersusun
pendek dinyatakan berhasil. Dengan keberhasilan tersebut, maka
pelaksanaan perbaikan pembelajaran dihentikan pada siklus ke II ini.
Dibawah ini akan disajikan hasil perolehan nilai mulai dari pra siklus,
siklus I, dan siklus II :
PRA SIKLUS
NAMA

NO

SIKLUS I

SIKLUS II

T / BT

T / BT

T/ BT

AGUS SETIAWAN

40

BT

40

BT

50

BT

FEBRIAN CANDRA. P

40

BT

40

BT

60

BT

OLIF RINA S

40

BT

40

BT

70

UGI DWI .H

70

70

80

ADINDA NURAENI

60

BT

70

80

ALDA SEFIA

70

TT

70

80

60

61
7

ALYA TRI YUNIAR

60

BT

70

80

ANANDA SETYA G.K

80

90

100

ANGGA SETYAWAN

40

BT

60

BT

70

10

DIANA LESTARI

80

90

100

11

ENDAH P

60

BT

70

80

12

FERI ANDRIANI

60

BT

70

80

13

GALIH EKA P

60

BT

60

BT

70

14

ISKIANUR FAIZAH

70

70

90

15

JEVITA OLIFIANA

70

70

90

16

KINANTHI PUTRI

80

90

100

17

LUKMAN HAKIM

60

BT

60

BT

70

18

MERI YENI A

60

BT

60

BT

80

19

RIFA RUDIANTO

60

BT

60

BT

70

20

SARIF MAULANA

40

BT

60

BT

60

BT

21

SONI ANDRIANSAH

70

70

80

22

TANIA MELANI

40

BT

60

BT

70

23

YESI RIYANTI

80

90

100

Tabel 4.6 Hasil perolehan nilai Pra Siklus siklus I dan Siklus II
Berdasarkan hasil diatas dapat disimpulkan :
1. Pada pra siklus, siswa yang tuntas belajar adalah 9 siswa dari 23 siswa
atau sebanyak 39,1 %.
2. Pada siklus II, terjadi kenaikan ketuntasan belajar menjadi 13 siswa
dari 23 siswa atau 56,5 %.
3. Pada siklus III, siswa yang tuntas naik menjadi 20 siswa dari 23 siswa
atau sebanyak 86,95 %.
Dari hasil analisis diatas, dapat dilihat bahwa terjadi
peningkatan hasil belajar mulai dari pra siklus, siklus I, dan siklus II. Dan

61

62
hal ini membuktikan bahwa dengan metode Drill (latihan) dapat
meningkatkan hasil belajar dan pemahaman siswa tentang pembagian
bilangan dengan cara bersusun pendek.
Rekapitulasi Ketuntasan Belajar Siswa Pada Tiap Siklus:
HASIL BELAJAR SISWA
N

PEMBELAJARA

TUNTAS

PROSENTASE

BELUM TUNTAS

PROSENTASE

PRA SIKLUS

39,1 %

14

60,8 %

SIKLUS I

13

56,5 %

10

43,4 %

SIKLUS II

20

86, 95 %

13,04 %

Tabel 4.7 Rekapitulasi ketuntasan belajar


100
90
80
70
60
50

TUNTAS

Column1

40
30
20
10
0
Pra Siklus

Siklus I

62

Siklus II

63
Gambar 4.2 Grafik Ketuntasan Belajar
Berdasarkan tabel diatas, dapat dicermati bahwa dengan menggunakan
metode Drill (latihan) dapat meningkatkan hasil belajar mulai dari pra
siklus yaitu yang semula hanya 9 siswa yang tuntas belajar naik menjadi
13 siswa yang tuntas belajar pada pelaksanaan siklus II. Sedangkan pada
siklus yang ke III juga mengalami kenaikan ketuntasan belajar menjadi
20 siswa dari 23 siswa. Berikut akan peneliti tampilkan diagram
ketuntasan belajar siswa mulai dari pra siklus, siklus I, dan siklus II.

B. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran


Dalam melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), peneliti
menggunakan 2 siklus yang berkelanjutan yaitu siklus I dan Siklus II, dimana
setiap siklusnya terbagi menjadi dua kali pertemuan. Penelitian ini
mengunakan metode Driil (latihan) sebagai upaya untuk meningkatkan hasil
belajar siswa pada pelajaran matematika tentang pembagian bilangan dengan
cara bersusun pendek.
Siklus I dilaksanakan pada tanggal 10 dan 12 Oktober 2015. Pada
kegiatan pra siklus siswa yang tuntas belajar hanya 9 siswa dari 23 siswa atau
39,1 %. Dari hal tersebut, peneliti mengadakan perbaikan pembelajaran melalui
siklus I. Setelah siklus I dilaksanakan ternyata ada kenaikan kentuntasan
belajar siswa yaitu menjadi 13 siswa yang tuntas dari jumlah siswa sebanyak

63

64
23 atau sekitar 56,5 %. Antara pra siklus dan siklus I terjadi peningkatan
sebesar 17,1 % . Dari hasil analisis dan refleksi pada siklus I , ternyata harapan
peneliti untuk mencapai ketuntasan belajar belum tercapai dan belum mencapai
kriteria yang ditentukan.
Untuk

mengatasi

hal

tersebut,

maka

peneliti

dan

observer

menyepakati untuk melakukan tindakan yaitu melaksanakan siklus yang ke II


dengan memperbaiki kembali rencana pelaksanaan pembelajaran. Siklus II
dilaksanakan pada tanggal 17 dan 19 Oktober 2015. Pada siklus ke II ini,
jumlah siswa yang tuntas belajar meningkat menjadi 20 siswa dari 23 siswa
atau 86,9 % dengan perolehan nilai rata-rata 78,6
Dari hasil analisis dan refleksi pada siklus II, ternyata tingkat
ketuntasan hasil belajar siswa sudah memenuhi kriteria yang telah di tentukan
atau yang diharapkan yaitu 85 %. Maka dapat disimpulkan, bahwa dengan
metode Drill (latihan) dapat meningkatkan pemahaman siswa sehingga
meningkatkan prestasi dan hasil belajar yang maksimal. Hal ini berarti
perbaikan pembelajaran telah berhasil dan mencapai kriteria yang diharapkan.
Secara otomatis, upaya perbaikan pembelajaran berakhir pada siklus kedua.
Berdasarkan temuan selama berlangsungnya proses tindakan siklus I,
maka disusun proses pembelajaran dengan tindakan siklus II. Adapun masalahmasalah yang teridentifikasi dari tindakan siklus dapat dilihat dalam tabel
berikut :

64

65
NO
1

URAIAN

Kondisi awal/ Pra Siklus

TINDAKAN

Peneliti belum menggunakan metode


drill ( latihan ) dalam pembelajaran
matematika

Siklus I

Menggunakan metode drill ( latihan )


dengan pemberian soal soal latihan
kepada siswa

Siklus II

Mengguanakan metode drill ( latihan )


dalam pembelajaran dan memberikan
soalsoal latihan yang di kerjakan
secara

mandiri

beserta

penjelasannya

Tabel 4.8 Uraian tindakan dalam penelitian tindakan kelas

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN TINDAK LANJUT
65

cara

66
A. Simpulan
Berdasarkan hasil perbaikan pembelajaran matematika dengan materi
pokok Pembagian Bilangan Dengan Cara Bersusun Pendek serta hasil analisis
data dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Metode Drill (latihan) dapat membantu siswa dalam memahami cara
menyelesaikan soal pembagian bilangan dengan cara bersusun pendek,
karena dengan latihan-latihan soal yang berkelanjutan akan sangat
membantu siswa dalam mengingat cara menyelesaikan soal.
2. Metode Drill dapat meningkatkan hasil belajar siswa, hal tersebut dibuktikan
dengan meningkatnya nilai rata-rata kelas dan prosentase siswa yang tuntas
belajar Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel berikut :

NO

URAIAN

NILAI RATA-RATA

PROSENTASE SISWA YANG


TUNTAS BELAJAR

KONDISI AWAL

60,4

39,1 %

SIKLUS I

66,5

56,5 %

SIKLUS II

78,6

86,9 %

B. Saran Tindak Lanjut


a. Saran

66

67
Hasil penelitian dengan menggunakan metode Drill (latihan) pada
mata pelajaran matematika dengan materi pembagian bilangan dengan cara
bersusun pendek berdasarkan hasil temuan pada pelaksanaan pembelajaran,
peneliti seharusnya dapat merancang kegiatan pembelajaran dengan
menggunakan metode yang sesuai dengan karakteristik siswa. Sehingga
siswa dapat lebih aktif dalam pembelajaran. Dalam memberikan soal latihan
hendaknya bisa lebih bervariasi, sehingga tidak menimbulkan kebosanan.
Diharapkan

dengan

metode

ini,

rekan-rekan

guru

bisa

mencoba

menerapkannya dalam kegiatan pembelajaran matematika sehingga


diharapkan

kedepannya

pembelajaran

matematika

menjadi

lebih

menyenangkan.
b. Tindak Lanjut
Tujuan diadakannya perbaikan pembelajaran karena didalam kelas
terjadi permasalahan dalam kegiatan pembelajaran yang harus segera
dicarikan solusi atau pemecahannya. Hasil perbaikan pembelajaran ini
diharapkan

dapat

bermanfaat

dalam

mencari

cara

menyelesaikan

permasalahan pembelajaran yang terjadi di dalam kelas khususnya pada


jenjang Sekolah Dasar.
Dalam melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) pada setiap
siklusnya ditemukan kelebihan dan kekurangan,oleh karena itu hendaknya
kelebihan tersebut dapat dijadikan tolak ukur dalam meningkatkan hasil

67

68
belajar siswa, sedangkan kekurangan dan kelemahannya dalam setiap siklus
perbaikan hendaknya untuk diperbaiki.
Dengan penggunaan metode Drill (latihan) pada pelajaran
matematika dengan materi pembagian bilangan dengan cara bersusun
pendek dapat mendorong siswa untuk meningkatkan hasil belajarnya.
Peningkatan hasil belajar siswa tersebut bukan hanya dari nilai rata-rata saja
tapi juga berasal dari prosentase nilai ketuntasan yang ditentukan dalam
pembelajaran, sehingga Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dapat dijadikan
pedoman peneliti untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

68

69

DAFTAR PUSTAKA

Hermawan, Asep Herry. 2011. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran.


Jakarta : Universitas Terbuka.
Jumrida Husni. 2013. Metode Drill. diunduh tanggal 16 Oktober 2013 dari
http:// blogspot.com/2013/06
Karso,dkk. 2008. Pendidikan Matematika I. Jakarta : Universitas Terbuka.
Muhsetyo, Gatot,dkk. 2011. Pembelajaran Matematika SD. Jakarta :
Universitas Terbuka.
Ngapiningsih, Miyanto. 2013. Matematika SBI untuk SD dan MI. Klaten : Intan
Pariwara.
Saminanto. 2011. Ayo Praktik PTK. Semarang : Rasail Media Group.
. Santosa, Puji,dkk. 2011. Materi dan Pembelajarn Bahasa Indonesia SD.
Jakarta : Universitas Terbuka.
Wardani IGAK, Wihardit K. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta :
Universitas Terbuka
http:// www.sarjanaku.com

http:// www.hasiltestguru.com

http:// www.referensimakalah.com>home>

69

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

69

(RPP)
Nama Sekolah

: SD Negeri1 Karangtalun Kidul

Mata Pelajaran

: Matematika

Kelas/semester

: III / 1

Alokasi Waktu

: 2 x 35 menit

I. STANDAR KOMPETENSI
1.Melakukan operasi hitungan bilangan sampai tiga angka
II. KOMPETENSI DASAR
1.2 Melakukan perkalian yang hasilnya tiga angka dan pembagian bilangan
tiga angka
III. TUJUAN PEMBELAJARAN
- Siswa dapat melakukan pembagian bilangan tiga angka dengan bilangan
satu angka yang hasilnya bilangan dua angka
- Siswa dapat melakukan pembagian bilangan tiga angka dengan bilangan
satu angka yang hasilnya bilangan tiga angka
IV. MATERI POKOK
Pembagian bilangan dengan cara bersusun pendek
93 : 4 = ..........
234
4 4 936
8
13
12
16
16
0
Jadi , 936 : 4 = 234

hasil bagi
ratusan
ratusan
puluhan
puluhan
satuan
satuan
sisa

: 9 : 4 = 2 sisa 1
:2 x4=8
: 13 : 4 = 3 sisa 1
: 3 x 4 = 12
: 16 : 4 = 4
: 4 x 4 = 16

69

3. Pembagian bilangan tiga angka oleh bilangan satu angka yang hasil
baginya dua angka.
dengan cara bersusun pendek.
258 : 6 = .........
43
puluhan : 25 : 6 = 4 sisa 1
6 258
24
puluhan : 4 x 6 = 24
18
satuan : 18 x 6 = 24
18
satuan : 6 x 3 = 18
0
Jadi, 258 : 6 = 43

V. METODE PEMBELAJARAN
-Ceramah
-Penugasan

VI. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN


A.KegiatanAwal( 10menit)
-Berdoa, mengabsen siswa, dan mempersiapkan materi ajar
-Apersepsi :Mengingat kembali tentang pembagian sebagai
pengurangan berulang
B. KegiatanInti (50 menit)
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru :
-Guru bersama siswa menyebutkan pembagian bilangan sampai 100

69

-Menjelaskan kepada siswa tentang pembagian bilangan dengan cara


bersusun pendek
-Siswa memperhatikan penjelasan dari guru
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru :
- Memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas untuk
memunculkan gagasan baik secara lisan maupun tertulis
- Memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk
meningkatkan prestasi belajar
- Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk berpikir dan
bertindak tanpa rasa takut
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru :
- Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa
- Guru bersama siswa bertanya jawab, memberikan penguatan dan
penyimpulan
C. KegiatanAkhir (10 menit)
Dalam kegiatan akhir, guru :
-Guru mengajukan pertanyaan sekitar materi yang diajarkan
-Siswa mengumpulkan tugas sesuai materi yang diajarkan
-Guru dan siswa menyimpulkan materi yang diajarkan

VII. ALAT DAN SUMBER BELAJAR

69

Sumber belajar :
1.Buku Matematika 3 SBI
2.Buku Matematika 3 (BSI)
Alat Peraga :
1.Tabel Pembagian
VIII. PENILAIAN
Teknik

Penilaian
Bentuk

Instrumen

Indikator pencapaian kompetensi


instrumen
- Dapat melakukan pembagian
bilangan tiga angka dengan bilanagn

Tes

satu angka yang hasilnya bilanagn

Tertulis

dua angka.
- Dapat melakukan pembagian
bilangan tiga angaka dengan

Isian

Kerjakan
Soal Di
bawah I
1.
5 140

bilangan satu angka yang hasilnya


bilanagn tiga angka

2. 7 462

3.
5 360

4.
4 492

69

5.
5 510

Lembar Penilaian
No
1
2
3
Catatan :

Nama Siswa

Skor

Nilai

Nilai = Jumlah Benar x 20


Mengetahui

Purwojati,............................ 2015

Kepala SDN 1 Karangtalun Kidul

Guru Kelas III

KURSIN, S.Pd.

Drs. SUTARTO
NIP. 19640606 198405 1 003

NIP. 19590616 198201 1 005

RENCANA PELAKSANAAN PERBAIAKAN PEMBELAJARAN


(RPPP) SIKLUS I
Nama Sekolah

: SD Negeri1 Karangtalun Kidul

69

Mata Pelajaran

: Matematika

Kelas/semester

: III / 1

Alokasi Waktu

: 2 x 35 menit

I. STANDAR KOMPETENSI
1.Melakukan operasi hitungan bilangan sampai tiga angka
II. KOMPETENSI DASAR
1.2 Melakukan perkalian yang hasilnya tiga angka dan pembagian bilangan
tiga angka
III. TUJUAN PEMBELAJARAN
- Siswa dapat melakukan pembagian bilangan tiga angka dengan bilangan
satu angka yang hasilnya bilangan dua angka
- Siswa dapat melakukan pembagian bilangan tiga angka dengan bilangan
satu angka yang hasilnya bilangan tiga angka
IV. MATERI POKOK
Pembagian bilangan dengan cara bersusun pendek
93 : 4 = ..........
234
4 4 936
8
13
12
16
16
0

hasil bagi
ratusan
ratusan
puluhan
puluhan
satuan
satuan
sisa

: 9 : 4 = 2 sisa 1
:2 x4=8
: 13 : 4 = 3 sisa 1
: 3 x 4 = 12
: 16 : 4 = 4
: 4 x 4 = 16

Jadi , 936 : 4 = 234


4. Pembagian bilangan tiga angka oleh bilangan satu angka yang hasil
baginya dua angka.

69

dengan cara bersusun pendek.


258 : 6 = .........
43
puluhan : 25 : 6 = 4 sisa 1
6 258
24
puluhan : 4 x 6 = 24
18
satuan : 18 x 6 = 24
18
satuan : 6 x 3 = 18
0
Jadi, 258 : 6 = 43

V. METODE PEMBELAJARAN
-Ceramah
-Penugasan

VI. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN


A.KegiatanAwal( 10menit)
-Berdoa, mengabsen siswa, dan mempersiapkan materi ajar
-Apersepsi :Mengingat kembali tentang pembagian sebagai
pengurangan berulang
B. KegiatanInti (50 menit)
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru :
-Guru bersama siswa menyebutkan pembagian bilangan sampai 100
-Menjelaskan kepada siswa tentang pembagian bilangan dengan cara
bersusun pendek
-Siswa memperhatikan penjelasan dari guru

69

Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru :
- Memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas untuk
memunculkan gagasan baik secara lisan maupun tertulis
- Memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk
meningkatkan prestasi belajar
- Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk berpikir dan
bertindak tanpa rasa takut
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru :
- Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa
- Guru bersama siswa bertanya jawab, memberikan penguatan dan
penyimpulan
C. KegiatanAkhir (10 menit)
Dalam kegiatan akhir, guru :
-Guru mengajukan pertanyaan sekitar materi yang diajarkan
-Siswa mengumpulkan tugas sesuai materi yang diajarkan
-Guru dan siswa menyimpulkan materi yang diajarkan

VII. ALAT DAN SUMBER BELAJAR


Sumber belajar :
1.Buku Matematika 3 SBI
2.Buku Matematika 3 (BSI)

69

Alat Peraga :
1.Tabel Pembagian
VIII. PENILAIAN
Teknik

Penilaian
Bentuk

Instrumen

Indikator pencapaian kompetensi


instrumen
- Dapat melakukan pembagian
bilangan tiga angka dengan bilanagn

Tes

satu angka yang hasilnya bilanagn

Tertulis

dua angka.
- Dapat melakukan pembagian
bilangan tiga angaka dengan

Isian

Kerjakan
Soal Di
bawah ini !
1.
5 230

bilangan satu angka yang hasilnya

2. 6 234

bilanagn tiga angka

3.
4 216
4.
6 450
5.
7 588
6.
2 208
7. 3 336
8.

69

4 484

9
. 4 460 .
10.
5 600

Lembar Penilaian
No
1
2
3
4

Nama Siswa

Skor

Nilai

69

Catatan :
Nilai = Jumlah Benar x 10

Mengetahui

Purwojati,............................ 2015

Kepala SDN 1 Karangtalun Kidul

Guru Kelas III

KURSIN, S.Pd.

Drs. SUTARTO
NIP. 19640606 198405 1 003

NIP. 19590616 198201 1 005

RENCANA PELAKSANAAN PERBAIAKAN PEMBELAJARAN


(RPPP) SIKLUS II
Nama Sekolah

: SD Negeri1 Karangtalun Kidul

Mata Pelajaran

: Matematika

Kelas/semester

: III / 1

69

Alokasi Waktu

: 2 x 35 menit

I. STANDAR KOMPETENSI
1.Melakukan operasi hitungan bilangan sampai tiga angka
II. KOMPETENSI DASAR
1.2 Melakukan perkalian yang hasilnya tiga angka dan pembagian bilangan
tiga angka
III. TUJUAN PEMBELAJARAN
- Siswa dapat melakukan pembagian bilangan tiga angka dengan bilangan
satu angka yang hasilnya bilangan dua angka
- Siswa dapat melakukan pembagian bilangan tiga angka dengan bilangan
satu angka yang hasilnya bilangan tiga angka
IV. MATERI POKOK
Pembagian bilangan dengan cara bersusun pendek
93 : 4 = ..........
234
4 4 936
8
13
12
16
16
0

hasil bagi
ratusan
ratusan
puluhan
puluhan
satuan
satuan
sisa

: 9 : 4 = 2 sisa 1
:2 x4=8
: 13 : 4 = 3 sisa 1
: 3 x 4 = 12
: 16 : 4 = 4
: 4 x 4 = 16

Jadi , 936 : 4 = 234


5. Pembagian bilangan tiga angka oleh bilangan satu angka yang hasil
baginya dua angka.
dengan cara bersusun pendek.
258 : 6 = .........
43

69

6 258
24
18
18
0
Jadi, 258 : 6 = 43

puluhan : 25 : 6 = 4 sisa 1
puluhan : 4 x 6 = 24
satuan : 18 x 6 = 24
satuan : 6 x 3 = 18

V. METODE PEMBELAJARAN
-Ceramah
-Penugasan

VI. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN


A.KegiatanAwal( 10menit)
-Berdoa, mengabsen siswa, dan mempersiapkan materi ajar
-Apersepsi :Mengingat kembali tentang pembagian sebagai
pengurangan berulang
B. KegiatanInti (50 menit)
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru :
-Guru bersama siswa menyebutkan pembagian bilangan sampai 100
-Menjelaskan kepada siswa tentang pembagian bilangan dengan cara
bersusun pendek
-Siswa memperhatikan penjelasan dari guru
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru :

69

- Memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas untuk


memunculkan gagasan baik secara lisan maupun tertulis
- Memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk
meningkatkan prestasi belajar
- Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk berpikir dan
bertindak tanpa rasa takut
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru :
- Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa
- Guru bersama siswa bertanya jawab, memberikan penguatan dan
penyimpulan
C. KegiatanAkhir (10 menit)
Dalam kegiatan akhir, guru :
-Guru mengajukan pertanyaan sekitar materi yang diajarkan
-Siswa mengumpulkan tugas sesuai materi yang diajarkan
-Guru dan siswa menyimpulkan materi yang diajarkan

VII. ALAT DAN SUMBER BELAJAR


Sumber belajar :
1.Buku Matematika 3 SBI
2.Buku Matematika 3 (BSI)
Alat Peraga :
1.Tabel Pembagian

69

VIII. PENILAIAN
Teknik

Penilaian
Bentuk

Instrumen

Indikator pencapaian kompetensi


instrumen
- Dapat melakukan pembagian
bilangan tiga angka dengan bilanagn

Tes

satu angka yang hasilnya bilanagn

Tertulis

dua angka.
- Dapat melakukan pembagian
bilangan tiga angaka dengan
bilangan satu angka yang hasilnya
bilanagn tiga angka

Isian

Kerjakan
Soal Di
bawah ini !
1.
4 192
2.
9 333
3.
8 512
4.
4 276

5.
5 465

6.
5 520

7. 5 625
8.
4 528

69

9 . 3 426
.
10.
4 744

Lembar Penilaian
No
1
2
3
4

Nama Siswa

Skor

Nilai

69

Catatan :
Nilai = Jumlah Benar x 10

Mengetahui

Purwojati,............................ 2015

Kepala SDN 1 Karangtalun Kidul

Guru Kelas III

KURSIN, S.Pd.

Drs. SUTARTO
NIP. 19640606 198405 1 003

NIP. 19590616 198201 1 005

LEMBAR OBSERVASI PENGAMATAN KINERJA GURU


Sekolah

: SD Negeri 1 Karangtalun Kidul

Mata Pelajaran

: Matematika

Kelas / Semester

: III / 1

69

Standar Komperensi

: 1. Melakukan operasi hitungan bilangan sampai tiga


angka.

Kompetensi Dasar

: 1.2 Melakukan perkalian yang hasilnya tiga angka dan


pembagian bilangan tiga angka.

Waktu Pelaksanaan

: Siklus 1
Siklus II

Fokus Observasi

10 dan 12 Oktober 2015


17 dan 19 Oktober 2015

: 1. Persiapan mengajar
2. Kegiatan pembelajaran
3. Kegiatan evaluasi
4. Kegiatan akhir

Kemunculan Siklus
Siklus I
Siklus II
Ada
Tidak
Ada
Tidak

No
Aspek
.
A.

Persiapan Mengajar

1.

Merumuskan tujuan khusus

2.

Menyediakan

alat

bantu

dan

69

sumber belajar

3.

Menyediakan lembar kerja siswa

4.

Menyiapkan lembar evaluasi

B.

Kegiatan Pembelajaran

1.

Menyampaikan

tujuan

pembelajaran
2.

Memberikan apersepsi

3.

Memberikan motivasi

4.

Menggunakan metode yang tepat

5.

Menggunakan alat bantu / alat

peraga yang sesuai


6.

Melaksanakan

pembelajaran

kelompok
7.

pembelajaran

Memberi petunjuk / penjelasan

yang berkaitan dengan isi

Melaksanakan
individual

8.

9.

Memberi contoh yang bervariasi

10.

Memberi dorongan untuk bertanya

11.

Membantu

siswa

menyadari

kelebihan / kekurangan
12.

Memicu siswa untuk aktif

13.

Menunjukan sikap ramah dan

69

terbuka
menyimpulkan

14.

Membantu

15.

meluruskan penyerapan konsep

C.

baru yang dipelajari


Kegiatan Evaluasi

1.

Memberikan tes awal

2.

Melakukan evaluasi proses

3.

Melakukan evaluasi akhir

4.

Menganalisa hasil evaluasi

5.

Memberikan

bimbingan

penjelasan kepada siswa dalam


mengerjakan soal
D.

Kegiatan Akhir

1.

Memberikan tindak lanjut dalam

bentuk pekerjaan rumah (PR).


2.

Menyampaikan persiapan yang


harus

dilakukan

siswa

pelajaran berikutnya.

untuk

69

Anda mungkin juga menyukai

  • PTK Sutarto Matematika
    PTK Sutarto Matematika
    Dokumen91 halaman
    PTK Sutarto Matematika
    Martini Subagyo
    Belum ada peringkat
  • Aplikasi Nli KK 13
    Aplikasi Nli KK 13
    Dokumen936 halaman
    Aplikasi Nli KK 13
    Martini Subagyo
    Belum ada peringkat
  • Contoh Proposal PTS
    Contoh Proposal PTS
    Dokumen13 halaman
    Contoh Proposal PTS
    Martini Subagyo
    50% (2)
  • Lesson Study 3
    Lesson Study 3
    Dokumen11 halaman
    Lesson Study 3
    Martini Subagyo
    Belum ada peringkat
  • PTK Sutarto Matematika
    PTK Sutarto Matematika
    Dokumen91 halaman
    PTK Sutarto Matematika
    Martini Subagyo
    Belum ada peringkat
  • Bab Iv
    Bab Iv
    Dokumen21 halaman
    Bab Iv
    Martini Subagyo
    Belum ada peringkat
  • Yakin Allah Pasti Memberi Jalan Keluar
    Yakin Allah Pasti Memberi Jalan Keluar
    Dokumen3 halaman
    Yakin Allah Pasti Memberi Jalan Keluar
    Martini Subagyo
    Belum ada peringkat
  • PTK Sutarto Matematika
    PTK Sutarto Matematika
    Dokumen91 halaman
    PTK Sutarto Matematika
    Martini Subagyo
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen2 halaman
    Daftar Pustaka
    Martini Subagyo
    Belum ada peringkat
  • A. Halaman Judul, Pengesahan, Keaslian, DLL
    A. Halaman Judul, Pengesahan, Keaslian, DLL
    Dokumen14 halaman
    A. Halaman Judul, Pengesahan, Keaslian, DLL
    Martini Subagyo
    Belum ada peringkat
  • Bab V
    Bab V
    Dokumen2 halaman
    Bab V
    Martini Subagyo
    Belum ada peringkat
  • Anakku
    Anakku
    Dokumen1 halaman
    Anakku
    Martini Subagyo
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen11 halaman
    Bab Ii
    Martini Subagyo
    Belum ada peringkat
  • Lembar Pengesahan
    Lembar Pengesahan
    Dokumen1 halaman
    Lembar Pengesahan
    Martini Subagyo
    Belum ada peringkat
  • PENGANTAR
    PENGANTAR
    Dokumen1 halaman
    PENGANTAR
    Martini Subagyo
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Dokumen2 halaman
    Daftar Isi
    Martini Subagyo
    Belum ada peringkat
  • Hal Judul
    Hal Judul
    Dokumen1 halaman
    Hal Judul
    Martini Subagyo
    Belum ada peringkat
  • pts2 KKG
    pts2 KKG
    Dokumen7 halaman
    pts2 KKG
    Martini Subagyo
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii Stad
    Bab Ii Stad
    Dokumen28 halaman
    Bab Ii Stad
    Martini Subagyo
    Belum ada peringkat
  • Abs Tarak Si
    Abs Tarak Si
    Dokumen2 halaman
    Abs Tarak Si
    Martini Subagyo
    Belum ada peringkat
  • Isi
    Isi
    Dokumen34 halaman
    Isi
    Martini Subagyo
    Belum ada peringkat
  • PTK 1
    PTK 1
    Dokumen96 halaman
    PTK 1
    Martini Subagyo
    Belum ada peringkat
  • Fungsi RPP
    Fungsi RPP
    Dokumen17 halaman
    Fungsi RPP
    Martini Subagyo
    Belum ada peringkat
  • Daftar Tabel
    Daftar Tabel
    Dokumen1 halaman
    Daftar Tabel
    Martini Subagyo
    Belum ada peringkat
  • PTK Ips Karsum 1
    PTK Ips Karsum 1
    Dokumen80 halaman
    PTK Ips Karsum 1
    Martini Subagyo
    Belum ada peringkat
  • Rat PKM
    Rat PKM
    Dokumen5 halaman
    Rat PKM
    Martini Subagyo
    Belum ada peringkat
  • Rat PKM
    Rat PKM
    Dokumen5 halaman
    Rat PKM
    Martini Subagyo
    Belum ada peringkat
  • Bacaan Doa Shalat Hajat Dalam Bahasa Arab
    Bacaan Doa Shalat Hajat Dalam Bahasa Arab
    Dokumen2 halaman
    Bacaan Doa Shalat Hajat Dalam Bahasa Arab
    Martini Subagyo
    Belum ada peringkat
  • Pts 3 Wahyono
    Pts 3 Wahyono
    Dokumen51 halaman
    Pts 3 Wahyono
    Martini Subagyo
    Belum ada peringkat