Tanaman Pala (Myristica fragrans Houtt) merupakan tanaman asli asal Indonesia
yang sudah terkenal sebagai tanaman rempah sejak abad ke-18. Komoditas pala yang
diperdagangkan di pasaran, baik pasar dalam negeri maupun luar negeri adalah biji, fuli,
minyak atsiri dan daging buah yang digunakan sebagai salah satu bahan produksi industri
makanan di dalam negeri. Sebagai tanaman asli Indonesia, tanaman ini mempunyai nilai
ekonomis tinggi dan memiliki kecocokan dengan iklim yang ada di Indonesia.
Perbanyakan tanaman pala secara vegetative bertujuan mengembangkan bibit yang
mempunyai sifat-sifat genetik yang sama dengan induknya, mempercepat kemampuan
berbuah, dan memperoleh kepastian jenis kelamin (produksi). Perbanyakan tanaman pala
secara vegetative dilakukan sebagai berikut :
4) Ikat sambungan menggunakan tali plastik, kemudian seluruh bagian tanaman ditutup
menggunakan plastik transparan;
5) Lakukan pemeliharaan, umur 2 minggu sudah terjadi pertautan antara batang atas dan
batang bawah, dan pada umur 1-2 bulan sudah bertunas dan berdaun;
6) Umur 6 bulan pertautan sudah sempurna.
Benih pala hasil grafting bisa ditanam di lahan pada umur 12 bulan. Komposisi yang ideal
antara pala jantan dengan pala betina adalah 1:8 dengan jarak tanam 9 x 9 m dan ukuran
lubang tanam 60 x 60 x 60 cm. Tanaman pala hasil epicotyl grafting pada umur 2,5 tahun
setelah tanam sudah bisa menghasilkan buah. Semoga perbanyakan dengan cara epicotyl
grafting ini dapat memenuhi kebutuhan benih pala baik secara kualitas maupun kuantitas.
penyambungan dua jenis tanaman yang se family untuk menghasilkan generasi yang
mempunyai sifat-sifat baik dari kedua pohon induknya.
Syarat batang bawah harus memenuhi criteria pertumbuhan yang baik dan perakaran kuat,
tahan kekurangan atau kelebihan air, berasal dari tanaman yang subur dan tahan penyakit,
mempunyai pertumbuhan yang seimbang dengan batang atas (tempelan), sehingga dapat
hidup bersama dengan batang atas. Batang bawah dipilih bibit yang sudah berumur 8-12
bulan atau batangnta berukuran sebesar pensil, tumbuhnya sehat dan normal, serta kulit
batangnya mudah dikelupaskan. Cabang entres yang akan diambil yang akan diambil sebagai
mata temple harus dalam keadaan sehat, ruas-ruasnya panjang, ukuran daunnya normal, dan
tidak sedang berbunga atau berbuah. Tata cara memproduksi bibit okulasi meliputi langkahlangkah kerja sebagai berikut :
Siapkan alat dan bahan yang meliputi batang bawah, pisau okulasi, gunting stek yang tajam
dan bersih, cabang entres pala, kain lap, tali rafia, dan sarana penunjang lainnya, Bersihkan
batang bawah dari kotoran yang menempel dengan cara dilap kain basah dan bersih pada
ketinggian 15 cm 20 cm dari permukaan tanah, Buat sayatan berbentuk lidah atau huruf U
terbalik pada ketinggiang antara 10 cm 25 cm dari permukaan tanah. Ukuran sayatan
selebar 8 mm, kemudian lepaskan dari kayunya dan tarik kebawah, sehingga membentuk
sepotong lidah yang panjangnya mencapai 4 cm. sayatan berupa lidah tadi dipotong 1/3
sampai dengan bagian, kemudian dilekatkan kembali ke bidang sayatan, Sayat mata tunas
dari dahan (cabang) entres, kemudian kulit bermata tunas tadi dicongkel dan dilepaskan
dengan ujung pisau secara hatihati jangan sampai kulit rusak, robek atau kotor,Kulit tempelan
segera dilekatkan (dipadukan) pada celah batang bawah yang telah disiapkan hingga benarbenar pas dan dijepit dengan 1/3 bagian kulit yang disisakan, dan Balut bidang tempelan
(okulasi) dengan lembar plastic atau rafia, dari bawah keatas. Mata tunas tempelan jangan
tertutup oleh tali pengikat, tetapi harus tersembunyi.
Keberhasilan okulasi dapat diperiksa pada umur 3 minggu (hari ke 14 21) setelah
penyambungan. Cara memeriksa okulasi adalah dengan membuka pembalut tali rafia atau
lembar plastic pembalut okulasi, kemudian diamati mata tempelannya. Apabila mata temple
berwarna hijau dan tampak segar berarti tempelan (okulasi) tersebut berhasil (tumbuh).
Namun, jika mata temple tampak cokelat dan kering, bahkan mongering, merupakan pertanda
okulasi tersebut gagal. Mata tunas entres yang berwarna hijau dan segar akan terus tumbuh
menjadi tanaman baru. Pemeliharan bibit okulasi yang mata tempelnya tumbuh meliputi
kegiatan sebagai berikut :
Pengairan (penyiraman) secara kontinu, terutama pada musim kemarau, Pemotongan ujung
bibit batang bawah sejauh 3 cm 5 cm diatas tempat okulasi dikerat secara hati-hati
kemudian dilengkungkan, Stelah tunas okulasi tumbuh, diberi kayu penegak, kemudian
dibiarkan okulasi tersebut tumbuh hingga mencapai tinggi 1 m, Selanjutnya batang bawah
yang dilengkungkan tadi dipotong tepat diatas okulasi. Pada bagian luka berkas potongan tadi
sebaiknya diolesi parafin cair agar terhindar dari serangan penyakit, Dilakukan pemupukan
dengan Urea sebanyak 15 g/tanaman pada waktu tanaman berumur 2 3 bulan. Pupuk
tersebut dapat diberikan dengan cara disebar merata dalam larikan dangkal diantara barisan
bibit tanaman pala, dan Pengendalian hama dan penyakit dengan cara disemprot insektisida
Decis 2,5 EC dan fungisida Dithane M-45 konsentrasi 0,1% - 0,2%.
( Najamuddin Arif, S.ST/ THL-TBPP )