PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Menurut Widarno et al., (1995), rajungan (Portunus pelagicus) dalam
dunia perdagangan dimasukkan satu kelompok yang sama dengan kepiting yaitu
kelompok crabs (kepiting), merupakan salah satu jenis komoditas perikanan yang
mempunyai potensi dan prospek yang cukup baik serta mempunyai nilai
ekonomis yang cukup tinggi. Sistim perdagangan rajungan segar mulai
dikembangkan dalam bentuk serpihan daging untuk dikonsumsi langsung maupun
bahan baku pabrik pengalengan.
Pengalengan daging rajungan ini menggunakan teknologi pengolahan
secara pasteurisasi, yaitu suatu proses pengolahan yang mengoptimalkan proses
termal sehingga dapat membunuh sebagian besar mikroba yang bersifat patogen
tapi tidak semua mikroba dan biasanya menggunakan suhu di bawah 100 0C.
Tahapan proses pengalengan rajungan biasanya meliputi penerimaan bahan baku
(receiving), distributor, penyortiran, pemeriksaan akhir (final checking),
pencampuran (mixing), pengisian daging dalam kaleng (filling), penimbangan,
penutupan kaleng (seaming), pengkodean (coding), pasteurisasi, pendinginan
(shock chilling), pengemasan (packing), penyimpanan dingin (chill storage), dan
stuffing (Moeljanto, 1992).
Pada proses pengalengan rajungan tidak terlepas dari perancangan
fasilitas. Perancangan fasilitas menurut Wignjosoebroto, S., (1996), meliputi
perancangan sistem fasilitas, tata letak pabrik dan sistem penanganan material
(pemindahan bahan). Diantara ketiga aktivitas perancangan fasilitas di atas
mempunyai keterkaitan yang sangat erat sehingga dalam proses perancangan perlu
dilakukan secara integral. Tata letak yang baik adalah tata letak yang dapat
menangani sistem material handling secara menyeluruh.
Tata letak fasilitas pabrik memiliki dampak yang cukup significant
terhadap performansi perusahaan seperti ongkos material handling, work-in
process inventory, lead times, produktivitas, dan performansi pengantaran. Desain
fasilitas pabrik yang baik adalah yang mampu meningkatkan keefektifan dan
keefisienan melalui penurunan perpindahan jarak material, dan ongkos material
Rumusan Masalah
Bagaimana pembuatan produk pengalengan rajungan (Portunus pelagicus)
Tujuan
Mengetahui bagaimana proses pengalengan rajungan (Portunus pelagicus)
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
b.
o.
p.
q.
r.
s.
Organisasi
Pendapatan atas modal
Keuntungan bersih
Pelayanan staf
Rencana perubahan produk atau
proses
t. Pergantian buruh
u. Usia angkatan kerja
v. Serikat/bukan serikat buruh
w. Kendala waktu
x. Ketersediaan dana
y. Pelayanan produk
z. Jaminan
Kajian Kelayakan
e. Memperkirakan kemungkinan
pendapatan
f. Menentukan perencanaan
pembiayaan
g. Menentukan sumber modal
h. Menyebarkan prospektus yang
menentukan usulan perusahaan
i. Penjualan saham untuk
mambiayai permulaan perusahaan
baru
Konsepsi produk
Penelitian dan perancangan awal
Evaluasi kerekayasaan
Usulan kerekayasaan
Rancangan prototip
Pembuatan prototip
Pengujian dan penilaian prototip
i.
j.
k.
l.
Rancangan akhir
Persetujuan rancangan
Mengumumkan kerekayasaan
Menentukan
data
penjualan
produk,
data
pelayanan
dan
kebijakan
m. Arahkan dan evaluasi produk
Analisa Pasar
Hasil dari penelitian pasar sangat ditentukan oleh profil konsumen sebagai
pihak yang akan menggunakannya. Sumber informasi bisa di bedakan dalam dua
aspek, yakni sumber infomal (dari pelanggan tanpa satuan terstruktur) dan sumber
formal (melalui jaringan sistem informasi terstruktur). Tujuan penelitian pasar
adalah
mengetahui potensi dalam memasarkan suatu produk. Hasil yang dicapai meliputi:
a. Penetapan strategi produk (manajemen dapat memutuskan kualitas produk
yang akan dibuat)
b. Penetapan stategi pembungkusan (manajemen dapat memutuskan bagaimana
produk tersebut dikemas)
c. Penetapan strategi harga (manajemen membutuhkan informasi yang valid
mengenai kapasitas konsumen untuk membeli produk)
d. Penentuan strategi distribusi (manajemen membutuhkan informasi untuk
memutuskan cara terbaik guna melemparkan produk kepasar)
e. Penentuan strategi promosi (manajemen membutuhkan informasi cara
penyampaian produk ke konsumen)
tujuan khusus).
Penentuan informasi yang dibutuhkan dan sumbernya.
Pemilihan teknik penelitian (observasi, eksperimen dan survey).
Penentuan design sample.
Proses dan analisa data.
Analisa penjualan
Peramalan
penjualan
adalah
pendekatan
terhadap
pasar
yang
menempatkan penjualan dan pemasaran sebagai aktivitas proyek, yang terdiri dari
enam langkah: penelitian pasar, desain produk, penjualan, pembuatan produk,
pengiriman produk dan pelayanan berjalan. Ada beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi peramalan antara lain:
a. Jika produk mempunyai pola permintaan yang bervariasi, maka pola harus
dibuat mencakup paling sedikit 1 pengulangan siklis.
b. Jika permintaan mempunyai pola jangka panjang yang menaik, maka perlu
peramalan yang mencakup suatu interval waktu.
c. Jika produk mempunyai sifat konstan antar periode, maka peramalan cukup
untuk jangka waktu yang relatif pendek.
Sedangkan fungsi peramalan ada 3, yakni:
a. Menentukan apa yang dibutuhkan untuk perluasan pabrik.
b. Menentukan perencanaan lanjutan bagi produk.
c. Menentukan penjadwalan jangka pendek.
Macam macam peramalan dapat dibedakan dalam 2 macam, yaitu:
a. Peramalan subjektif, adalah peramalan berdasarkan perasaan atau intuisi dari
penyusunnya. Kerugian yang terjadi dari peramalan ini adalah:
Adanya monopoli hasil peramalan oleh salah satu pemegang kekuasaan.
Hasil peramalan tidak dapat dipertanggungjawabkan secara kualitatif.
b. Peramalan objektif, adalah peramalan berdasarkan data relevan dari masa lalu.
Cara melakukannya antara lain:
Mean dari semua data masa lalu.
Moving average yaitu data yang digunakan hanya dari beberapa periode di
masa lalu.
Menggunakan kebutuhan yang baru saja berlalu untuk perkiraan
kebutuhan di masa mendatang.
Keuntungan dari metode ini adalah:
TATA LETAK PERENCANAAN PABRIK
memiliki permukaan yang berbasis air epoxy resin acrylic yang memiliki sifat
tahan lama ,nonabsorbent , permukaan mudah untuk dibersihkan yang dapat
melipatgandakan usia lantai beton.
-
Saluran Air
Sebuah saluran drainase harus disediakan di daerah pengolahan untuk
setiap 37 m2. Seperti pabrik pengolahan lainnya, lantai di daerah pengolahan harus
memiliki kemiringan saluran drainase 2%. Keseragaman kemiringan juga harus
diperhatikan, sehingga tidak ada sudut yang menjadi tempat berkumpulnya
sampah dan air. Saluran drainase harus memiliki diameter minimal 10 cm dan
harus dibangun dari besi cor, baja, atau tabung polivinil klorida. Negara bagian
dan kode lokal harus diperiksa untuk memastikan bahwa bahan yang digunakan
telah memiliki izin sehingga menjamin kualitas. Saluran drainase harus memiliki
lubang ke udara luar untuk mengurangi bau dan kontaminasi. Semua ventilasi
harus memiliki saringan untuk mencegah masuknya hama ke dalam pabrik. Untuk
pencegahan kontaminasi lebih lanjut dapat dikurangi dengan menghubungkan
saluran keluar air dari toilet langsung kedalam sistem pembuangan limbah bukan
kedalam saluran drainase.
-
bata, Portland-semen plester atau lainnya yang tidak menyerap serta bahan tidak
beracun. Kusen jendela di buat dengan kemiringan pada sudut 45C untuk
mengurangi akumulasi serpihan-serpihan.
-
10
Pintu masuk harus dibuat dari bahan tahan karat dengan disolder atau dilas
dengan baik. Pintu masuk ganda harus disediakan saringan untuk di luar pintu
masuk, seperti serta tirai udara
-
Peralatan Pengolahan
Pengolahan peralatan memiliki sifat tahan lama, dan mudah dibersihkan.
Permukaan harus bebas dari lubang retakan dan kerak air. Peralatan harus
dirancang untuk mencegah kontaminasi produk dari elumas, debu, dan kotoran
lainnya.Tambahan desain higienis untuk mudah membersihkan, peralatan harus
dipasang dan dipelihara untuk memfasilitasi pembersihan permukaan peralatan
dan daerah sekitarnya.
e.
f. Kapasitas Produksi
Berikut adalah gambaran kapasitas produksi pengalengan rajungan (Portunus
pelagicus)
Input
5000 kg
Proses
Penerimaan bahan baku
4990 kg
4800 kg
4800 kg
4800
4785 kg
4785 kg
Output
4990 kg
Rendeman 99,8 %
4800 kg
Rendemen 96,19 %
Sortasi
4800 kg
Pencucian
4800 kg
Final checking
4785 kg
Rendemen 99,7%
Mixing
4785 kg
Filling
(penambahan
kg
11
kg
kg
kg
kg
kg
kg
g.
kg
kg
kg
kg
kg
kg
pola aliran secara umum. Pola aliran ini menggambarkan material masuk sampai
pada produk jadi. Beberapa pola aliran umum serta fungsi dan kegunaannya
adalah :
1. Pola aliran garis lurus digunakan untuk proses produksi yang pendek dan
sederhana.
2. Pola aliran bentuk L. Pola ini hampir sama dengan pola garis lurus, hanya saja
pola ini digunakan untuk mengakomodasi jika pola aliran garis lurus tidak bisa
digunakan dan biaya bangunan terlalu mahal jika menggunakan pola aliran
garis lurus.
3. Pola aliran bentuk U. Pola ini digunakan jika aliran masuk material dan aliran
keluarnya produk pada lokasi yang relatif sama.
4. Pola aliran bentuk O. Pola ini digunakan jika keluar masuknya material dan
produk pada satu tempat/satu pintu. Kondisi ini memudahkan dalam
pengawasan keluar masuknya barang.
5. Pola aliran bentuk S, digunakan jika aliran produksi panjang dan lebih panjang
dari ruangan yang ditempati. Karena panjangnya proses, maka aliran di zig zag.
2.2
Pabrik
Menurut Nontji (1986), rajungan merupakan salah satu jenis dari famili
Portunidae yang habitatnya dapat ditemukan hampir di seluruh perairan pantai
Indonesia, bahkan ditemukan pula pada daerah-daerah subtropis.
Daging rajungan mempunyai nilai gizi tinggi. Kandungan protein rajungan
lebih tinggi daripada kepiting. Kandugan karbohidrat, kalsium, fosfor, zat besi,
vitamin A, dan vitamin B1. Rata-rata per 100 gram daging kepiting dan rajungan
TATA LETAK PERENCANAAN PABRIK
12
berturut-turut sebesar 14,1 gram, 210 mg, 1,1 mg, 200 SI, dan 0,05 mg/100 g
(Anonim, 2007).
Hadiwiyoto (1993), menyatakan bahwa kandungan karbohidrat, kalsium,
besi, phosphor, vitamin A dan vitamin B dari rata-rata kepiting dan rajungan
berturut-turut adalah 14,1 %, 210 mg/100 g, 1,1 mg/100 g, 200 SI, dan 0,05
mg/100 g.
Menurut Philips, (2009) daging rajungan dapat digolongkan menjadi lima
jenis daging yaitu:
a. Jumbo lump atau kolosal (daging putih) yang merupakan jaringan terbesar yang
berhubungan dengan kaki renang.
b. Backfin (daging putih) yang merupakan jumbo kecil dan pecahan dari daging
jumbo.
c. Special (daging putih) yang merupakan daging yang berada disekitar badan
yang berupa serpihan-serpihan.
d. Clawmeat (daging merah) yang merupakan daging dari bagian kaki sampai
capit dari rajungan.
e. Claw Finger (daging merah) yang merupakan bagian dari capit rajungan
bersama dengan bagian shell yang dapat digerakkan.
2.2.1
13
Proses Produksi
Diagram alir proses pengolahan daging rajungan kaleng di processing
Miniplant 2
Miniplant 3
Uji CAP
Air + es + chlorin
Mixing
TATA LETAK PERENCANAAN PABRIK
14
Filling
Penambahan SAPP
II + Penimbangan
III
Disortir
+ SAPP
I
Kaleng
tin plate
Exhausting
Seaming Tear Down
(tiap satu jam)
Cooling
Packing
Uraian kegiatan
Stuffing
Jarak
Jumlah Waktu
(meter)
Menuju tempat
penampungan
Tempat
penampungan
Pembongkaran
Penimbangan I
Menuju tempat
1
2
2
1
1
1
pengujian
Pengujian CAP
Pada distributor
1
1
Daging diambil
Didistribusikan ke
3
-
1
1
meja sortir
Sortasi
Menuju tempat
1
-
1
1
pencucian
Penimbangan II
Menuju final
5
4
menunggu hasil
pengujian
15
checking
Final checking
Mixing
Menuju tempat
1
3
1
1
1
mesin
Pengisian
Penimbangan
Exhausting
Seaming
Pengkodean
Pasteurisasi
Menuju tempat
1
2
1
2
2
2
2
1
1
1
1
1
1
1
cooling
Cooling
Diangkut
Disimpan di Chill
2
2
1
1
1
storage
Stuffing
Keterangan
Operasi (suatu tugas atau kegiatan
kerja)
Transportasi (pemindahan bahan dari
satu tempat ke suatu tempat lain)
Inspeksi (pemeriksaan kuantitas atau
kualitas produk)
Penundaan atau delay (penundaan
penundaan dalam urutan operasi)
Penyimpanan atau storage (persediaan
atau penyimpanan bahan bahan
menunggu operasi selanjutnya)
18
TATA LETAK PERENCANAAN PABRIK
2
5
16
17
7
8
16
15
14
Desain
Layout
13
pabrik
11
12
pengalengan
10
rajungan
(Portunus
Pelagicus)
PT.Portuna Fortuna
Keterangan :
1. area penerimaan
2. gudang penampungan dan
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
pembongkaran
ruang penimbangan I
ruang uji cap
meja sortasi
ruang pencucian
ruang penimbangan II
ruang final checking
ruang pencampuran ruang
seaming
12. ruang pengkodean
13. ruang pasteurisasi
14. ruang pendinginan ruang
pengepakan
15. ruang penyimpanan
16. area pengeluaran
pengisian
1.
masih segar. Rajungan yang tidak segar langsung dipisahkan dari rajungan yang
masih segar, karena dalam rajungan yang telah mati dan tidak segar banyak
mengandung bakteri. Menurut Tonga (2000) beberapa hal yang perlu
mendapatkan perhatian dan penerimaan bahan baku yaitu rajungan yang akan
dijadikan
bahan
baku
harus
tetap
berada
pada
tempat
atau
wadah
17
Distribusi
Petugas distribusi mendapatkan informasi bahan baku yang datang dari
tiap supplier layak diolah atau tidak menunggu hasil uji kloramfenikol (CAP) dari
petugas laboratorium. CAP merupakan penilaian organoleptik berdasarkan
parameter aroma, warna, tekstur, rasa dan penampakan serta kadar air yang
terkandung dalam produk. Jika hasil tidak sesuai (melebihi 0,5 ppb) maka
dilakukan penelusuran kode produksi untuk menarik seluruh produk yang
diproduksi pada saat bersamaan untuk diuji keabsahan hasil pengujian
TATA LETAK PERENCANAAN PABRIK
18
sebelumnya. Jika hasil uji CAP negatif, maka petugas distribusi membagikan
daging pada tiap meja sortir dan menentukan kode supplier.
3.
Sortasi
Dalam penyortiran ada beberapa hal yang perlu diperhatikan selain size
atau ukuran daging rajungan dan memilih serta memisahkan daging rajungan yang
tidak layak untuk dikemas dalam kaleng. Dalam sortir ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan selain size dan ukuran yaitu penampilan warna, kesegaran
daging, konformasi atau ketegaran daging tidak pecah, daging padat dan kenyal,
perlemakan dan kotoran tidak banyak. Selain itu sortasi dilakukan untuk
memisahkan cangkang rajungan dan benda asing (rambut, batu, benang jaring,
dan bahan pengotor lainnya) yang masih terdapat pada daging sehingga
diharapkan hanya daging rajungan murni yang masuk proses selanjutnya.
Penyortiran dilakukan berdasarkan jenis daging, hal ini
untuk
memudahkan tahap pengisian daging dalam kaleng. Jenis daging yang disortasi
langsung dipisahkan berdasarkan tipe daging, yaitu collosal, jumbo, backfin,
flower lump, spesial dan claw meat. Pemisahan daging ini dimaksudkan untuk
mengefisienkan kerja serta supaya memastikan daging tidak tercampur, karena
daging pada masing-masing bagian tersebut mempunyai harga yang berbeda
Selama kegiatan sortasi, benda asing terlihat dengan bantuan lampu neon
sedangkan cangkang rajungan dapat terlihat karena berpendar dibawah lampu
sinar UV. Daging yang telah disortir kemudian dilakukan penimbangan untuk
mengetahui hasil sortir yang diperoleh.
4.
yang akan dimasukkan dalam kaleng bebas dari cangkang dan benda asing. Pada
tahap ini juga dilakukan pengecekan kesegaran daging. Daging yang lunak, basi,
berbau asing segera dipisahkan dan reject. Pengecekan akhir termasuk CCP area
karena jika cangkang dan benda asing lolos pada tahap pengecekan akhir maka
sulit diperbaiki pada tahap selanjutnya dan dapat mempengaruhi kualitas daging
yang dikalengkan.
Operator sortir memberikan hasil sortir ke bagian final checking, jika
masih terdapat cangkang dan benda asing maka dilakukan pengembalian. Petugas
quality control melakukan pengecekan kesegaran daging berdasarkan aroma,
TATA LETAK PERENCANAAN PABRIK
19
Pencampuran (Mixing)
Proses pencampuran daging rajungan dari semua miniplant (suplier) untuk
dalam wadah kaleng tin plate berukuran (401 x 301) inch. Sebelum dilakukan
pengisian, kaleng terlebih dahulu disortir dan dicuci di gudang kemudian diberi
larutan SAPP (sodium acid pyrophosphate) yang berfungsi sebagai pencegah
terbentuknya warna biru (blueing) pada daging.
SAPP atau disodium pyrophosphate (Na2H2P2O7) dengan berat molekul
221,94 g/mol merupakan bahan tambahan pangan yang digunakan dalam proses
pengalengan daging rajungan. SAPP merupakan bahan tambahan pangan yang
berwujud bubuk berwarna putih, licin dan larut dalam air. Pemakaian bahan
tambahan ini merupakan bahan tambahan pangan yang telah diizinkan
pemakaiannya berdasarkan peraturan Permenkes RI No.722/Menkes/Per/IX/1988
tentang Bahan Tambahan Pangan. SAPP memiliki dua fungsi sebagai bahan
tambahan pangan. Fungsi SAPP yang pertama sebagai sequestrant yaitu phospat
pada SAPP memiliki kemampuan untuk mengkelat logam Cu dan Fe pada lapisan
kaleng. Kemampuan mengkelat ini dapat mencegah terjadinya reaksi Cu dan Fe
TATA LETAK PERENCANAAN PABRIK
20
yang terdapat pada lapisan kaleng dengan lemak pada daging rajungan. Cu dan Fe
yang terdapat pada lapisan kaleng dapat sebagai katalis oksidasi lemak pada
daging rajungan sehingga dapat mengkompleks dan merubah warna daging
menjadi biru atau biasa disebut dengan blueing.
Fungsi SAPP yang kedua menurut Mar-Less yaitu mencegah terjadinya
pembentukan struvites. Struvites adalah rasa seperti berpasir yang terkadang dapat
dirasakan pada daging rajungan. Hal ini disebabkan oleh komponen magnesium
pada daging rajungan yang dapat mengkristal. Kristal yang tebentuk disebabkan
oleh perlakuan panas yang tinggi pada saat proses pasteurisasi. SAPP dapat
mengkompleks magnesium dan mencegah terjadinya pembentukan kristal-kristal
yang menyebabkan struvites (Anonim, 2007).
Pada filling ini juga dilakukan penataan bentuk daging di dalam kaleng
supaya terlihat rapi dan menarik ketika konsumen membuka kemasannya. Setelah
daging tertata rapi lalu ditambahkan larutan SAPP untuk kedua kalinya.
Penambahan larutan SAPP yang kedua ini dimaksudkan untuk meratakan larutan
tersebut ke seluruh isi kaleng. Jumlah SAPP yang ditambahkan disesuaikan
dengan permintaan buyer (tiap merek produk memiliki jumlah SAPP yang
berbeda-beda).
7.
Penimbangan
Daging yang sudah dimasukkan dalam kaleng dilakukan penimbangan
akhir untuk mencapai berat 453,6 gram. Penimbangan akhir dilakukan untuk
menentukan berat bersih dari produk sebelum dilakukan penutupan kaleng dan
mencegah terjadinya overweight atau underweight pada produk akhir yang dapat
menimbulkan masalah economic fraud.
8.
Penghampaan (Exhausting)
Menghilangkan oksigen, karena gas ini dapatbereaksi dengan bahan
pangan atau bagiandalam kaleng sehingga akan mempengaruhi mutu, nilai gizi
dan umur simpan produk kalengan. dilakukan dengan memasukkan kaleng yang
telah diisi dalam keadaan terbuka (setelah operasi pengisian) ke dalam suatu
terowongan (tunnel exhaust) yang dialiri stim. Meletakkan kaleng yang telah diisi
21
dalam keadaanterbuka di dalam suatu penangas air. Waktu dan suhu exhausting
tergantung pada jenis produk yang dikalengkan.
9.
seamer. Kaleng yang telah diisi dengan daging diberi tutup dengan label atau
merek sesuai dengan jenis dagingnya. Mutu dari produk juga sangat ditentukan
oleh efisiensi dari mesin seamer tersebut. Untuk menjaga efisiensi dari mesin,
maka setiap 1 jam diambil satu kaleng untuk dilakukan pengecekan terhadap
dimensi kaleng (seaming teardown evaluation). Dimensi kaleng yang diukur yaitu
tinggi kaleng, lebar seam, ketebalan seam, counter sink, kait depan, kait badan,
bebas kerut dan overlap kaleng. Jika dimensi kaleng tidak sesuai dengan standar
dari perusahaan, maka dilakukan penyetingan kembali mesin double seamer.
Pengecekan dari dimensi kaleng ini bertujuan untuk mencegah terjadinya
kebocoran pada produk akibat seaming.
Proses penutupan kaleng termasuk CCP area, yaitu jika terjadi
penyimpangan seam yang tidak terdeteksi dapat menyebabkan kebocoran kaleng
berukuran mikroskopis dan rekontaminasi pada produk (kerusakan makanan
dalam kaleng). Oleh karena itu, operator seaming melakukan pemeriksaan secara
visual pada tiap kaleng hasil seaming. Pada kaleng yang mengalami seam vee,
seam cut, seam drop ataupun patah karena operasi alat seamer yang tidak baik,
dilakukan re-pack pada kaleng dan diganti menggunakan kaleng yang baru untuk
dilakukan seaming ulang.
10.
Pengkodean (Coding)
Pengkodean dilakukan setelah kaleng ditutup. Pemberian kode dilakukan
pada bagian bawah kaleng dengan menggunakan mesin coding jet print. Tujuan
dari pengkodean adalah untuk mempermudah pelacakan atau recall produk jika
terjadi masalah. Dalam kode tersebut terdapat informasi kode perusahaan, jenis
daging, kode mixing, nomor basket, tanggal produksi (Julian date), dan tahun
produksi. Pemberian kode harus sesuai dengan kode produksi yang berlangsung
serta posisi kode yang tepat dan jelas. Jika terjadi kesalahan pemberian kode maka
22
hasil coding yang salah dihapus menggunakan tinner dan dilakukan pemeriksaan
visual pada tiap kaleng.
11.
Pasteurisasi
Proses pasteurisasi merupakan proses pemasakan daging dalam kaleng
pada suhu 80-850C selama 155 menit. Kaleng yang telah ditutup dan diberi kode
dimasukkan ke dalam basket untuk selanjutnya dipasteurisasi. Tiap basket berisi
60-75 kaleng. Pasteurisasi dilakukan pada bak pasteurisasi yang telah terisi air
bersih. Sumber panas pasteurisasi berasal dari uap panas yang dihasilkan oleh
boiler dan disalurkan dengan pipa khusus ke bak pasteurisasi. Di dalam bak
pasteurisasi juga dialiri gas yang menimbulkan gelembung udara yang berasal dari
kompresor dan bertujuan untuk meratakan panas. Pasteurisasi dilakukan selama
155 menit pada suhu 84,4 85,5 oC.
Selama proses pasteurisasi berlangsung, suhu air dan produk dipantau
secara terus menerus tiap 5 menit dengan menggunakan temperature recorder,
termometer manual, dan sensor suhu. Hasil rekaman suhu digunakan untuk
menentukan f-value produk. Tiap merek produk memiliki kisaran f-value yang
berbeda-beda sesuai permintaan buyer (pembeli). Informasi f-value ditentukan
untuk mengetahui tingkat kematangan produk. Selain suhu, waktu pasteurisasi
juga menentukan mutu produk yang dihasilkan yaitu daya simpan produk yang
diinginkan.
12.
Pendinginan (Cooling)
Proses pendinginan merupakan perlakuan thermal shock pada produk
dengan pendinginan pada suhu 00C selama 2 jam menggunakan air bersih yang
ditambahkan es curai. Proses ini dilakukan segera setelah produk diangkat dari
bak pasteurisasi. Pada tahap pendinginan juga dilakukan pemantauan secara
berkala terhadap suhu air dan produk menggunakan termometer manual dan
sensor suhu. Hasil rekaman suhu digunakan untuk menentukan nilai f-value
produk. F-value menunjukkan tingkat kematangan produk dan tingkat
keberhasilan proses pasteurisasi dan pendinginan dalam kemampuan proses untuk
mematikan organisme target (bakteri pembentuk spora yang tahan panas). Selama
TATA LETAK PERENCANAAN PABRIK
23
Pengemasan (Packing)
Proses pengemasan menggunakan master carton yang dilapisi lilin yang
dapat memuat 12 kaleng dengan suhu ruangan berkisar antara 0 0C- 40C. Proses
pengemasan dilakukan secara manual oleh operator. Kaleng yang telah dilakukan
proses cooling, diletakkan di meja pengemasan untuk dibersihkan dari kSAotoran
daging yang masih menempel dan dikeringkan menggunakan lap. Kaleng
dimasukkan ke dalam master carton sebanyak 12 kaleng yang sebelumnya pada
bagian bawah master carton telah diberi pelapis berupa corrugated sheet, begitu
pula pada bagian atas kaleng. Pengisian kaleng sesuai berdasarkan jenis produk
dengan label pada master carton kemudian master carton direkat menggunakan
lakban yang berlabel merk buyer. Selama proses pengemasan dilakukan
pengecekan terhadap timbulnya karat pada kaleng, kesesuaian kode produksi pada
kaleng, dan kesesuaian label pada master carton yang digunakan dengan produk.
Kesalahan-kesalahan yang terjadi pada tahap pengkodean dapat dicegah pada
tahap pengemasan, selain itu kaleng yang terdapat karat dalam proporsi yang
besar dan mengalami kerusakan fisik seperti penyok segera dipisahkan kemudian
direkam dalam form packing report.
2.1.4 Proses Penyimpanan dan Distribusi Produk Akhir
a.
24
Stuffing
Stuffing merupakan proses pengangkutan produk akhir dari chill storage
25
paling akhir sehingga ketika produk dikeluarkan dari container untuk diuji yang
paling mudah diambil adalah produk collosal . Metode penyimpanan seperti ini
akan membantu petugas quality control untuk memeriksa kesesuaian jumlah
produk yang akan dikirim dengan permintaan pembeli serta kemudahan
melakukan traceabillity produk jika terjadi masalah. Persiapan dokumen ekspor
juga dilakukan sebelum proses stuffing, seperti surat keterangan jalan untuk
ekspor dan hasil pengujian laboratorium terhadap mutu produk akhir seperti
kandungan kloramfenikol dan mikrobiologi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam proses penentuan tata letak perencanaan pabrik secara keseluruhan
terangkum dalam proses yang terstruktur yang mencakup perencanaan proses
pendahuluan (tahapan kebijakan pemimpin dan uji kelayakan) dan perencanaan
proses terperinci
26
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2007.Manfaat rajungan. (http://www.cyberforums.com). Diakses 25
Maret 2015
Apple, M. J. 1990. Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan. Institut Pertanian
Bogor: Bogor.
Kessy, A. G. 2002. Analisa Algoritma Heuristik Untuk Meminimasi Total Material
Handling dalam Perencanaan Tata Letak Fasilitas. Optimum Vol.3, No. 1:
22-32.
Moeljanto, 1992, Pengawetan dan Pengolahan Hasil Perikanan, Jakarta : Penebar
Swadaya.
Sahroni, 2003. Perencanaan Ulang Tata Letak Fasilitas Produksi Dengan Metode
Algoritma Craft Optimum Volume 4, Nomor l, Februari -Aguslus 2003:72
-82.
Susetyo, J., Risma, A. D. S., dan Joao, M. R. 2010. Perancangan Ulang Tata Letak
Fasilitas Produksi dengan Pendekatan Group Technology dan Algoritma
Blocplan Untuk Meminimasi Ongkos Material Handling. Jurnal
Teknologi, Vol. 3, No. 1: 75-84
Widarno, N. Djazuli, Sunarya. 1995. Pengaruh Teknik Pengambilan Daging.,
Ukuran, Jenis Kelamin Dan Waktu Penangkapan Terhadap Rendmen
Daging Kepiting dan Rajungan. Makalah Hasil Perikanan. Balai
Bimbingan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan. Direktorat Jenderal
Perikanan. Jakarta. ISBN 979-893-00-7 : 25-30.
Wignjosoebroto, S. 1996. Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan. Surabaya:
Guna Widya.
Wulansari, A., dan Antonni, Y. 2010. Perencanaan Ulang Tata Letak Fasilitas
Produksi Untuk Penanganan Masalah Material Handling dan Tata Ruang
di PT. Jamu Indonesia Simona. Dinamika Teknik, Vol. 4, No. 2: 13-23.
Hadiwiyoto S. 1993. Teknologi Hasil Perikanan. Liberty, Yogyakarta.
Nontji, A. 1986. Laut Nusantara. Djambatan, Jakarta. 105 hlm.
Buckle. et al., 1987 Ilmu Pangan. Jakarta. Penerbit : Universitas Indonesia
Philips
Seafood.
2005.
Grades
of
Crab
Meat.
(http,,whirlwind.phillipsseafood.net.index.cfm)
Tonga T.P. 2000. Production Standard Operational Procedure Canned Crab Meat,
PT. Tonga Tiur Putra. Cirebon.
27