Oleh:
Furqan Zakiyabarsi,ST
Makassar
2016
Bismillahirrahmanirrahim
Dengan rahmat Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang
Kupersembahkan kepada adinda-adinda yang kusayangi dan kubanggakan
Kudedikasikan kepada lembaga yang kucintai
Semoga bermanfaat bagi diri sendiri, saudara-saudara/i seperjuangan,
adinda-adindaku, lembagaku, dan keluarga kecil nan bahagia TEKNIK
UNIFA
SALAM TEKNIK!!!
TETAP KUASAI!!
WE ARE THE CHAMPIONS!!!
KEEP ON FIGHTING TILL THE END!!!
Furqan Zakiyabarsi,ST
04:03 WITA
Makassar, 29 Oktober 2016
Dalam dingin dan gelapnya malam
Semoga memberikan kehangatan dalam persaudaraan
Semoga memberikan secercah cahaya dalam luasnya lautan ilmu
-CHAPTER 1Berbicara tentang suatu cabang ilmu, ide, atau gagasan secara filosofis kita
perlu mengkaji dari beberapa sisi, yaitu:
1. ONTOLOGI
Secara terminologi, ontologi berasal dari bahasa Yunani yaitu on atau ontos
yang berarti ada dan logos yang berarti ilmu. Sedangkan secara
terminologi ontologi adalah ilmu tentang hakekat yang ada sebagai yang ada
(The theory of being qua being). Sementara itu, Mulyadi Kartanegara
menyatakan bahwa ontology diartikan sebagai ilmu tentang wujud sebagai
wujud, terkadang disebut sebagai ilmu metafisiska. Metafisika disebut sebagai
induk semua ilmu karena ia merupakan kunci untuk menelaah pertanyaan
paling penting yang dihadapi oleh manusia dalam kehidupan, yakni
berkenaan dengan hakikat wujud.
Mulla Shadra berpendapat Tuhan sebagai wujud murni. Hal ini dibenarkan
oleh Suhrawardi bahwa alam merupakan emanasi. Alam merupakan
manifestasi (tajalli). Sedang Plato berpendapat bahwa cunia yang sebenarnya
adalah dunia ide. Dunia ide adalah sebuah dunia atau pikiran univewrsal (the
universal mind). Aristoteles tidak menyangsikan pendapat gurunya (Plato),
hanya saja dia lebih percaya bahwa yang kita lihat adalah riil. Sedangkan
Thales beranggapan bahwa sumber dari segala sesuatu adalah air. Kita tidak
tahu pasti apa yang dimaksudkannya dengan itu, dia mungkin percaya bahwa
seluruh kehidupan berasal dari air dan seluruh kehidupan kembali ke air lagi
ketika sudah berakhir.
Aspek ontologi ilmu pengetahuan tertentu hendaknya diuraikan/ditelaah
secara :
1. Metodis
: Menggunakan cara ilmiah.
2. Sistematis
: Saling berkaitan satu sama lain secara teratur dalam
satu keseluruhan.
3. Koheren
: Unsur unsur harus bertautan tidak boleh mengandung
uraian yang bertentangan.
4. Rasional
: Harus berdasarkan pada kaidah berfikir yang benar
(logis)
5. Komprehensif
: Melihat obyek tidak hanya dari satu sisi/sudut pandang,
melainkan secara multidimensional atau secara keseluruhan.
6. Radikal
: Diuraikan sampai akar persoalan, atau esensinya.
7. Universal
: Muatan kebenaranya sampai tingkat umum yang
berlaku dimana saja.
2. EPISTEMOLOGI
Secara etimologi, epistemologi merupakan kata gabungan yang diangkat dari
dua kata dalam bahasa Yunani, yaitu episteme dan logos. Episteme berarti
pengetahuan atau kebenaran dan logos berarti pikiran, kata atau teori.
Dengan demikian epistimologi dapat diartikan sebagai pengetahuan
sistematik mengenahi pengetahuan. Epistimologi dapat juga diartikan sebagai
teori pengetahuan yang benar (teori of knowledges). Epistimologi adalah
cabang filsafat yang membicarakan tentang asal muasal, sumber, metode,
struktur dan validitas atau kebenaran pengetahuan.
Istilah epistimologi dipakai pertama kali oleh J. F. Feriere untuk
membedakannya dengan cabang filsafat lain yaitu ontologi (metafisika
umum). Filsafat pengetahuan (Epistimologi) merupakan salah satu cabang
filsafat yang mempersoalkan masalah hakikat pengetahuan. Epistomogi
merupakan bagian dari filsafat yang membicarakan tentang terjadinya
pengetahuan, sumber pengetahuan asal mula pengetahuan, batas batas,
sifat sifat dan kesahihan pengetahuan. Objeck material epistimologi adalah
pengetahuan . Objek formal epistemologi adalah hakekat pengetahuan.
Aspek estimologi merupakan aspek yang membahas tentang pengetahuan
filsafat. Aspek ini membahas bagaimana cara kita mencari pengetahuan dan
seperti apa pengetahuan tersebut. Dalam aspek epistemologi ini terdapat
beberapa logika, yaitu: analogi, silogisme, premis mayor, dan premis minor.
Dalam epistimologi dikenal dengan 2 aliran, yaitu:
1. Rasionalisme
: Pentingnya akal yang menentukan hasil/keputusan.
2. Empirisme
: Realita kebenaran terletak pada benda kongrit yang
dapat diindra karena ilmu atau pengalam impiris.
3. AKSIOLOGI
Aksiologi adalah istilah yang berasal dari kata Yunani yaitu: axios yang berarti
nilai. Sedangkan logos berarti teori/ ilmu. Aksiologi merupakan cabang filsafat
ilmu yang mempertanyakan bagaimana manusia menggunakan ilmunya.
Aksiologi dipahami sebagai teori nilai. Jujun S.suriasumantri mengartikan
aksiologi sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari
pengetahuan yang diperoleh. Menurut John Sinclair, dalam lingkup kajian
filsafat nilali merujuk pada pemikiran atau suatu sistem seperti politik, sosial
dan agama. Sedangkan nilai itu sendiri adalah sesuatu yang berharga yang
diidamkan oleh setiap insan.
Pembahasan aksiologi menyangkut masalah nilai kegunaan ilmu. Ilmu tidak
bebas nilai. Artinya pada tahap-tahap tertentu kadang ilmu harus disesuaikan
dengan nilai-nilai budaya dan moral suatu masyarakat, sehingga nilai
kegunaan ilmu tersebut dapat dirasakan oleh masyarakat dalam usahanya
meningkatkan kesejahteraan bersama, bukan sebaliknya malah menimbulkan
bencana. Dalam aksiologi ada dua penilaian yang umum digunakan yaitu:
1. Etika
Etika adalah cabang filsafat yang membahas secara kritis dan sistematis
masalah-masalah moral. Kajian etika lebih fokus pada perilkau, norma dan
adat istiadat manusia. Etika merupakan salah satu cabang filsafat tertua.
Tujuan dari etika adalah agar manusia mengetahui dan mampu
mempertanggungjawabkan apa yang ia lakukan.
2. Estetika
Estetika merupakan bidang studi manusia yang mempersoalkan tentang nilai
keindahan. Keindahan mengandung arti bahwa didalam diri segala sesuatu
terdapat unsur-unsur yang tertata secara tertib dan harmonis dalam satu
kesatuan hubungan yang utuh menyeluruh. Maksudnya adalah suatu objek
yang indah bukan semata-mata bersifat selaras serta berpola baik melainkan
harus juga mempunyai kepribadian.
-CHAPTER 2Epistimologi
Ideologi adalah ide atau gagasan. Kata ideologi sendiri diciptakan oleh
Antoine Destutt de Tracy pada akhir abad ke-18 untuk mendefinisikan "sains
tentang ide". Ideologi dapat dianggap sebagai visi yang komprehensif,
sebagai cara memandang segala sesuatu (bandingkan Weltanschauung),
secara umum dan beberapa arah filosofis, atau sekelompok ide yang diajukan
oleh kelas yang dominan pada seluruh anggota masyarakat. Tujuan utama di
balik ideologi adalah untuk menawarkan perubahan melalui proses pemikiran
normatif. Ideologi adalah sistem pemikiran abstrak (tidak hanya sekadar
pembentukan ide) yang diterapkan pada masalah publik sehingga membuat
konsep ini menjadi inti politik. Secara implisit setiap pemikiran politik
mengikuti sebuah ideologi walaupun tidak diletakkan sebagai sistem berpikir
yang eksplisit. (definisi ideologi Marxisme).[1]
Etimologi
Kata Ideologi pertama sekali diperkenalkan oleh filsuf Prancis Destutt de
Tracy pada tahun 1796. Kata ini berasal dari bahasa Prancis idologie,
merupakan gabungan 2 kata yaitu, ido yang mengacu kepada gagasan dan
logie yang mengacu kepada logos, kata dalam bahasa Yunani untuk
menjelaskan logika dan rasio. Destutt de Tracy menggunakan kata ini dalam
pengertian etimologinya, sebagai "ilmu yang meliputi kajian tentang asal usul
dan hakikat ide atau gagasan".[1]
Definisi
Definisi memang penting. Itu sebabnya Ibnu Sina pernah berkomentar:
Tanpa definisi, kita tidak akan pernah bisa sampai pada konsep.
Karena itu menurut dia, sama pentingnya dengan silogisme (baca : logika
berfikir yang benar) bagi setiap proposisi (dalil atau pernyataan) yang kita
buat.
Mabda secara etimologi adalah mashdar mimi dari kata badaayabdau badan
wa mabdaan yang berarti permulaan. Secara terminologis berarti pemikiran
mendasar yang dibangun di atas pemikiran-pemikiran (cabang) [dalam AlMausuah al-Falsafiyah, entry al-Mabda]. Al-Mabda (ideologi): pemikiran
mendasar (fikrah raisiyah) dan patokan asasi (al-qaidah al-asasiyah) tingkah
laku. Dari segi logika al-mabda adalah pemahaman mendasar dan asas
setiap peraturan [lihat catatan tepi kitab Ususun Nahdhah ar-Rasyidah, hal 36]
[1]
Aksiologi
Setelah mengetahui ideologi dari segi etimologi dan epistimologi, untuk
aksiologi yang membahas tentang penerapan nilai atau makna yang logis ada
baiknya pembahasannya langsung dikaitkan dengan Teknik Unifa sesuai
judulnya.
nilai dari lembaga kepada kader-kadernya, dari teman ke teman, dari senior
ke juniornya, dan yang sering sengaja untuk dilupakan adalah dari junior ke
seniornya. Transformasi nilai itu tentunya mempunyai banyak bentuk dan
proses seperti dialog, kelas, kepanitiaan, bahkan berkumpul bermain dan
bercerita sambil meneguk secangkir kopi adalah bentuk transformasi nilai.
Transformasi nilai pun dapat bernilai positif maupun negative, tentu saja
transformasi nilai yang dicita-citakan adalah transformasi nilai yang harus
memberikan dampak yang positif. Transformasi nilainya pun bias apa saja,
pelajaran, mata kuliah, cara membuat kopi, bahkan pada masalah romansa
percintaan.
Semua orang adalah guru dan semua tempat adalah sekolah
(-sang senior-)
BOSTEK (Bina Orientasi dan Sosialisasi Teknik) sendiri merupakan salah
satu metode kaderisasi fundamental (pondasi) dalam mengimplementasikan
ideology tersebut. Nantinya akan bersistem dan berjenjang melalui LDKMT,
PPD-A, PPD-B di Himpunan dan masih banyak lagi. Nikmati prosesnya
dengan ikhlas dan bahagia, ambil semua manfaatnya, buang semua
mudaratnya.
Berlanjut mengenai aksiologi, mengenai aksi dan kelogisan. Tentunya banyak
yang sekali yang bertanya-tanya, berpandangan negatif, dan bahkan dalam
hatinya membenci apa yang terjadi sebagai bagian dari proses tersebut.
kenapa harus di hukum terus?
kenapa selalu salah?
kenapa diperlakukan seperti ini?
kenapa?kenapa?kenapa?
Hal itu adalah kewajaran dan sebagai mahasiswa memang harus
dipertanyakan. RAKUS (rasional, analitis, kritis, universal, dan sistematis),
begitulah seharusnya mahasiswa, bukan hanya karena takut, ikut-ikutan, atau
hanya sekadar mau eksis di social media.
bersyukurlah jika anda banyak melakukan kesalahan, itu tandanya anda
terus belajar, mencoba, dan berusaha. Hanya malaikat dan manusia tak
bernyawa yang tidak melakukan kesalahan
(-Furqan Zakiyabarsi-)
Dasar-dasar teori dan asumsi dalam kaderisasi atau pembelajaran secara
umum digunakan adalah pedagogi dan andragogy. Seni atau ilmu yang
digunakan untuk membina anak-anak dan seni atau ilmu untuk membimbing
proses berfikir dewasa. Pembelajaran orang dewasa menurut Knowles
bahkan dapat bertolak dari pedagogi kepada andragogi. Tentang cara belajar
orang dewasa, Knowles memiliki asumsi sebagai berikut [2]:
1- Orang dewasa perlu dibina untuk mengalami perubahan dari
kebergantungan kepada pengajar kepada kemandirian dalam belajar. Orang
dewasa mampu mengarahkan dirinya mempelajari sesuai kebutuhannya.
2- Pengalaman orang dewasa dapat dijadikan sebagai sumber di dalam
kegiatan belajar untuk memperkaya dirinya dan sesamanya.
3- Kesiapan belajar orang dewasa bertumbuh dan berkembang terkait dengan
tugas, tanggung jawab dan masalah kehidupannya.
4- Orientasi belajar orang dewasa harus diarahkan dari berpusat pada bahan
pengajaran kepada pemecahan-pemecahan masalah.
5- Motivasi belajar orang dewasa harus diarahkan dari pemberian pujian dan
hukuman kepada dorongan dari dalam diri sendiri serta karena rasa ingin
tahu.
Berdasarkan tulisannya di tahun 1993 perbedaan asumsi pedagogi dan
andragogi yang dikemukakan Knowles itu dapat dikemukakan sebagai
berikut:
Tentang
ASSUMSI DASAR
Pedagogis
Andragogis
diri
Pengalaman
peserta didik
Masih
harus
dibentuk Sumber yang kaya untuk
daripada digunakan sebagai belajar bagi diri sendiri dan
sumber belajar
orang lain
Kesiapan
belajar
peserta didik
Oriensi
Orientasi
bahan
dalam belajar (subject-centered)
Motivasi
bbelajar
UNSUR-UNSUR PROSES
Suasana
Tegang,
rendah
dalam Santai, mempercayai, saling
mempercayai,
formal, menghargai, informal, hangat,
dingin,
kaku,
lambat, kerjasama, mendukung.
orientasi
otoritas
guru,
kompetitif
dan
sarat
penilaian.
Perencanaan
Kerjasama
peserta
dengan fasilitator
Diagnosa
kebutuhan
Penetapan
tujuan
Dengan
kerjasama
perundingan
Desain
rencana
belajar
Kegiatan
belajar
*
Tehnik
penyajian * Projek untuk penelitian
(transmittal
(inquiry projects)
techniques)
* Projek untuk dipelajari
* Tugas bacaan (assigned (learning projects)
readings)
* Tehnik pengalaman
(experiential techniques)
Evaluasi
belajar
* Oleh guru
*
Oleh
peserta
didik
* Berpedoman pada norma berdasarkan evidensi yang
(on a
dipelajari oleh rekan-rekan,
curve)
fasiltator, ahli. (by learner* Pemberian angka
collected evidence validated by
peers, facilitators, experts).
* Referensinya berdasarkan
criteria (criterion-referenced)
didik
dan
Pedagogik
Kosep
Andragogi
Fungsi
Pengalam
an peserta
didik
Kesiapan
Seseorang
harus
siap Seseorang
akan
siap
belajar
Orientasi
belajar
Peserta
didik
menyadari
bahwa pendidikan adalah
suatu proses penyampaian
ilmu
pengetahuan,
dan
mereka memahami bahwa
ilmu-ilmu tersebut baru akan
bermanfaat di kemudian hari.
Oleh karena itu, kurikulum
harus disusun sesuai dengan
unit-unit mata pelajaran dan
mengikuti urutan-urutan logis
ilmu tersebut , misalnya dari
kuno ke modern atau dari
yang mudah ke sulit. Dengan
demikian, orientasi belajar ke
arah mata pelajaran. Artinya
jadwal disusun berdasarkan
keterselesaian nya matamata pelajaran yang telah
ditetapkan.
cara
menyusun
pelajaran
berdasarkan
kemampuankemampuan
apa
atau
penampilan yang bagaimana
yang diharap kan ada pada
peserta didik.
[2]
Yang harus kita semua sadari adalah semua proses ini memiliki tujuan yang
baik. Namun tentunya tujuan yang baik pun harus mempunyai metode yang
baik pula. Secara umum aksiologi menilai dalam dua kategori, etika dan
estetika. Bagaimana ideology teknik secara etika dan estetika?
1. Etika
Ideologi Teknik Unifa harus bernilai moral, sesuai norma, dan beradat
ketimuran. Secara tertulis dan non-tertulis hal-hal tersebut diatas menjadi
bagian dari ideology Teknik Unifa, seperti:
Teknik Unifa harus menghormati yang lebih tua (orang tua;
dosen; kakak; senior; etc)
Teknik Unifa harus menyayangi yang lebih muda (saudarasaudara seangkatan; junior)
Teknik Unifa harus menghormati perempuan sebagai
representasi Ibu yang wajib untuk di sayangi dan dilindungi
Teknik Unifa berani dalam kebaikan dan kebenaran
Teknik Unifa teguh dalam pendirian
Teknik Unifa konsisten dengan komitmen yang dibuat
Teknik Unifa semangat dalam belajar dan menuntut ilmu
Teknik Unifa tidak pelit dan dermawan
Teknik Unifa cerdas, pandai mengatur strategi, dan bisa
bekerjasama dengan siapa saja
Teknik Unifa bersahabat dengan siapa saja tanpa memandang
perbedaan
Teknik Unifa saling mengingatkan dan menegur untuk kemajuan
bersama
Teknik Unifa punya daya adaptasi yang tinggi
Teknik Unifa sopan dalam bertutur dan santun dalam
berpakaian dan bersikap (ex: no pocci-pocci, no drugs, no
anarchy, dll)
Ideologi Teknik Unifa Furqan Zakiyabarsi,ST
2. Estetika
Ideologi Teknik Unifa harus mengandung nilai keindahan, keteraturan,
keharmonisan, dan kepribadian/karakter. Seperti:
Teknik Unifa bersih
Teknik Unifa harus indah untuk dipandang tanpa harus menjual
murah apa yang dimiliki atau memperlihatkan sesuatu yang
tidak pantas untuk diperlihatkan
Teknik Unifa punya karakter/kepribadian, Teknik Unifa adalah
Teknik Unifa bukan Teknik yang lain
Gondrong di Teknik Unifa bukan gaya tapi kepribadian/karakter
Dan masih banyak lagi yang seharusnya menjadi bagian dari ideology kita,
yang lebih nikmat dan mengena jika didapat melalui proses.
Selamat berproses, nikmati prosesnya, karena hasil tidak akan
mengkhianati proses yang begitu luar biasa
(-Furqan Zakiyabarsi-)
SALAM TEKNIK!!!
TETAP KUASAI!!!
WE ARE THE CHAMPIONS!!!
Referensi:
1. https://id.wikipedia.org/wiki/Ideologi diakses tanggal 29 Oktober 2016
2. Tamat (1985: hal. 20-22)