Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN PRAKTIKUM

FENOMENA DASAR MESIN

Disusun Oleh :

1. Mundir Ainun Ibrahim (151020200086)


2. Romi Adryanto (151020200091)
3. Agustino Maspuji (151020200092)
4. Ahmad Abdul Aziz (151020200094)
5. M. Misbachuddin (151020200097)
6. M.Heru Pasetyo (151020200098)
7. Wildhan salahudin Akbar (151020200100)

Kelompok : 2
Gelombang : 3

LABORATORIUM TEKNIKMESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SIDOARJO
2017
LABORATORIUM MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SIDOARJO

ISI LAPORAN INI

TELAH DIPERIKSA DAN DISETUJUI

Disusun Oleh :

1. Mundir Ainun Ibrahim (151020200086)


2. Romi Adryanto (151020200091)
3. Agustino Maspuji (151020200092)
4. Ahmad Abdul Aziz (151020200094)
5. M. Misbachuddin (151020200097)
6. M.Heru Pasetyo (151020200098)
7. Wildhan salahudin Akbar (151020200100)

Kelompok : 2
Gelombang : 3

Mengetahui, Diperiksa,
Dosen Pembimbing Asisten Laboratorium

( Arasy Fahrudin, ST, MT ) ( Rizal Syamharis )

Mengetahui,
Kepala Laboratorium Teknik Mesin

( Mulyadi, ST, MT )
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan perlindungan,


rahmat, serta hidayahnya sehingga tim penyusun dapat menyelesaikan modul
Praktikum Fenomena Dasar Mesin.
Praktikum ini merupakan kewajiban setiap mahasiswa Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo dengan tujuan untuk menambah
pengetahuan secara praktek. Sebagai wujud terima kasih kami sampaikan kepada :

1. Dr. Hidayatullah, M.Si. selaku Rektor UNIVERSITAS


MUHAMMADIYAH SIDOARJO.
2. Izza Anshory, ST, MT selaku Dekan Fakultas Teknik UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH SIDOARJO.
3. Edi Widodo, ST, MT selaku Kaprodi Teknik Mesin
4. Mulyadi, ST, MT selaku Kepala Laboratorium Mesin
5. Arasy fahrudin ST, MT selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
pengarahan serta bimbingannya dalam pelaksanaan praktikum fisika dasar.
6. Rizal Syamharis, selaku asisten praktikum yang telah banyak membantu
serta memberi pengarahan dalam menyelesaikan laporan ini.
7. Dan semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian laporan ini.

Penyusun menyadari bahwa penulisan laporan ini masih jauh dari


kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami
terima untuk kebaikan di masa yang akan datang. Harapan penyusun, semoga
modul praktikum Fisika Dasar yang telah diperbarui ini dapat bermanfaat bagi
penyusun pada umumnya dan pembaca pada khususnya.

Sidoarjo, 1 Agustus 2017

Penyusun
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Laporan ini di susun untuk memenuhi tugas pratikum fenomena dasar
mesin yang meliputi 3 modul adapun materi yang di bahas pada modul 1 adalah
tentang teorema bernoulli, modul 2 adalah pengujian Defleksi, modul 3 adalah
konduktifitas panas.
Dalam suatu alat ukur selalu di lengkapi skala berupa panjang, massa, atau
waktu dalam skala terbesar maupun terkecil yang dapat mempengaruhi hasil dari
suatu percobaan .
Modul 2 akan membahas tentang Bernoulli, pengujian
Defleksi,konduktifitas panas, dalam praktikum ini kita mempelajari tentang
tekanan,kecepatan,pengukuran,kelenturan,perubahan suhu pada material yang
berbeda. Dengan melakukan praktikum ini terdapat 3 sub praktikum yang di
sediakan berupa uji Bernaulli, uji Defleksi dan uji konduktifitas panas.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana cara mengaplikasikan hukum Bernoulli?
2. Bagaimana menganalisa Defleksi pada suatu mesin?
3. Bagaimana merancang suatu mesin dengan menerapkan Konduktifitas
panas?

1.3 Batasan Masalah

1. Praktikum dilaksanakan di Laboratorium Teknik Mesin


2. Mahasiswa sebelumnya sudah diberikan materi Bernoulli, Defleksi,
serta Konduktifitas panas
1.1 Tujuan
1. Laboratorium teknik mesin mempunyai fungsi utama untuk
mendukung kegiatan akademik mahasiswa berupa praktikum dan
penelitian .
2. Melanyani pengembangan pendidikan melalui praktikum sebagai
bagian dari proses pembelajaran, penelitian dan pengamdian
masyarakat.
1.2 Manfaat
1. Memiliki dasar ilmu yang kuat dalam bidang permesinan.
2. Mampu mengembangkan ilmu-ilmu keahlian di bidang teknik mesin
melalui peningkatan kopetensi di laboratorium.

1.3 Sistematika penulisan


Sistematika penyusunan laporan ini adalah dengan memperlihatkan 5 Bab
utama antara lain :
 BAB I PENDAHULUAN : Bab ini meliputi latar belakang masalah,
batasan masalah, tujuan kerja praktek, manfaat kerja praktek,
sistematika penyusunan.
 BAB II KAJIAN TEORI : Bab ini menjelaskan berbagai macam
teori dan ilmu meliputi isi dari modul Bernoulli, Lendutan, dan
Konduktifitas panas.
 BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM : Bab ini menjelaskan
tentang langkah kerja praktikum dan proses-proses yang dilakukan
selama praktikum.
 BAB IV STUDI KASUS : Bab ini berisi pengkajian suatu problem
yang ditemukan, untuk dicarikan alternatif solusi pemecahan masalah,
sesuai dengan yang terjadi pada praktikum.
 BAB V PENUTUP : Bab ini berisi tentang kesimpulan dari seluruh
masalah yang telah dibahas sebagai jawaban atas pokok masalah dan
kemudian saransaran yang diharapkan menjadi masukan sebagai
tindak lanjut dari praktikum ini.
BAB II
KAJIAN TEORI

2.1. Teori Dasar Bernoulli

Persamaan Bernoulli merupakan salah satu persamaan dasar dalam


perhitungan mekanika fluida. Prinsip Bernoulli adalah sebuah istilah di dalam
mekanika fluida yang menyatakan bahwa pada suatu aliran fluida, peningkatan
pada kecepatan fluida akan menimbulkan penurunan tekanan pada aliran tersebut.
Prinsip ini sebenarnya merupakan penyederhanaan dari Persamaan Bernoulli
yang menyatakan bahwa jumlah energi pada suatu titik di dalam suatu aliran
tertutup sama besarnya dengan jumlah energi di titik lain pada jalur aliran yang
sama. Prinsip ini diambil dari nama ilmuwan Belanda/Swiss yang bernama Daniel
Bernoulli (1700-1782). Persamaan Bernoulli ini dijuluki sebagai “persamaan yang
paling banyak digunakan dan paling banyak disalahgunakan dalam mekanika
fluida” (Munson, 2004). Persamaan ini sangat bermanfaat dalam perhitungan
kecepatan dan tekanan fluida serta pengaruh ketinggian saluran fluida. Selain itu
juga dalam perhitungan head pada pompa dan sebagainya.

Dalam pengujian ini digunakan blower untuk mengasilkan aliran fluida


masuk. Venturi sebagai alat untuk menghasikan perbedaan tekanan dan kecepatan.
Manometer untuk mengukur beda tekanan. Serta tabung pitot untuk mengetahui
tekanan statis dan dinamis.

2.1.1 Fan / Blower


Aliran udara dalam suatu ruangan merupakan kebutuhan yang kontinyu
terhadap fan dan blower sehingga membutuhkan kualitas baik, efisien, dan
murah. Fan biasanya digunakan untuk memindahkan sejumlah volume udara
atau gas melalui suatu saluran

2.2.1 Pengertian Venturi


Efek Venturi adalah pengurangan tekanan fluida yang terjadi ketika
fluida mengalir melalui bagian menyempit dari pipa. Efek Venturi dinamai
berdasarkan penemunya Giovanni Battista Venturi, seorang fisikawan Italia.
Gambar 3.5. Venturi

Dalam dinamika fluida, kecepatan fluida akan meningkat saat melewati


penyempitan sesuai dengan prinsip kekekalan massa, sedangkan tekanan
statis akan menurun sesuai dengan prinsip konservasi energi mekanik. Jadi
setiap peningkatan energi kinetik fluida yang bertambah karena kecepatannya
meningkat melalui penyempitan, akan seimbang dengan penurunan
tekanannya.

Dengan mengukur perubahan tekanan, laju aliran dapat ditentukan,


seperti dalam berbagai pengukuran aliran menggunakan perangkat seperti
venturi, nozel dan pelat orifice. Yaitu menggunakan persamaan Bernoulli
dalam kasus khusus aliran fluida mampu mampat (seperti aliran air atau
fluida lainnya, atau aliran gas kecepatan rendah), penurunan tekanan teoritis
di penyempitan diberikan oleh:

dimana:

ρ, adalah densitas fluida,

v1 adalah kecepatan fluida di mana pipa lebih lebar,

v2 adalah kecepatan fluida di mana pipa sempit.

2.3.1 Manometer

Banyak teknik telah dikembangkan untuk pengukuran tekanan dan


vakum. Instrumen yang digunakan untuk mengukur tekanan disebut alat
pengukur tekanan atau alat pengukur vakum. Sebuah manometer adalah
instrumen yang menggunakan kolom fluida untuk mengukur tekanan.
SI Unit untuk tekanan adalah pascal (Pa), sama dengan satu newton per
meter persegi (N · m-2 atau kg · m-1·s-2). Karena tekanan dulu umum diukur
dengan kolom fluida dalam manometer, tekanan sering dinyatakan sebagai
kedalaman fluida tertentu (misalnya, inci air)

Gambar 3.6. Manometer tabung U

2.4.1 Tabung Pitot


Tabung pitot adalah instrumen pengukuran tekanan yang digunakan
untuk mengukur kecepatan aliran fluida. Tabung pitot diciptakan oleh
insinyur Perancis Henri Pitot pada awal abad ke-18 dan dimodifikasi untuk
bentuk modern pada pertengahan abad ke-19 oleh ilmuwan Perancis Henry
Darcy. Alat ini banyak digunakan untuk menentukan kecepatan udara dari
sebuah pesawat, kecepatan air dari perahu, dan untuk mengukur kecepatan
cair, udara dan aliran gas dalam aplikasi industri.

Gambar 3.7. Tabung pitot


Tekanan stagnasi terukur tidak langsung bisa digunakan untuk
menentukan kecepatan aliran fluida. Namun, persamaan Bernoulli
menyatakan:

Tekanan stagnasi = tekanan statis + tekanan dinamis

Yang juga dapat ditulis,

Pemecahan untuk kecepatan aliran:

Catatan: Persamaan di atas hanya berlaku untuk fluida yang dapat


diperlakukan sebagai mampat. Fluida diperlakukan sebagai mampat di bawah
hampir semua kondisi. Gas dalam kondisi tertentu dapat diperkirakan sebagai
mampat.

Dimana,

u = kecepatan aliran harus diukur dalam (m/s);

PT = stagnasi atau tekanan total (pascal);

Ps = tekanan statis (pascal);

ρ = densitas fluida (kg/m3).

Jika kolom fluida manometer digunakan untuk mengukur perbedaan


tekanan,

dimana:

Δh = perbedaan ketinggian kolom (m)

g = percepatan gravitasi (m/s2)

Karena itu,
 Persamaan Bernoulli

ρv1 2 ρv2 2
P1 + + ρgh1 = P2 + + ρgh2
2 2
Karena aliran steam pada pipa horisontal maka h1 = h2, sehingga,

P1 − P2 v2 2 v1 2
= −
ρg 2g 2g
P1 −P2
Misalkan, h= ρg

v2 2 v1 2
maka, h= − (1)
2g 2g

Setiap suku dalam persamaan ini memiliki satuan energi per satuan
berat (LF/F = L) atau panjang (feet, meter) dan menunjukkan suatu jenis
head. Suku ketinggian z, berkaitan dengan energi potensial dari partikel dan
disebut sebagai head ketinggian. Suku tekanan P, disebut head tekanan dan
menunjukkan ketinggian kolom fluida yang diperlukan untuk menghasilkan
tekanan P. Suku Kecepatan, V2/2g, adalah head kecepatan dan menunjukkan
jarak vertikal yang dibutuhkan oleh fluida untuk jatuh bebas (dengan
mengabaikan gesekan) jika fluida tersebut ingin mencapai kecepatan V dari
keadaan diam. Persamaan Bernoulli menyatakan bahwa jumlah dari head
tekanan, head kecepatan dan head ketinggian adalah konstan sepanjang
sebuah garis arus.

2.2. Definisi Defleksi

Defleksi adalah perubahan bentuk pada balok atau batang yang ditinjau
dari satu dimensi akibat adanya pembebanan yang diberikan pada balok atau
batang, yang biasanya dialami oleh benda yang mempunyai panjang. Sumbu
sebuah batang akan terdeteksi dari kedudukannya semula bila benda dibawah
pengaruh gaya terpakai. Dengan kata lain suatu batang akan mengalami
pembebanan transversal baik itu beban terpusat maupun terbagi merata akan
mengalami defleksi seperti yang ditunjukan pada gambar.
Defleksi dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:

1. Defleksi Vertikal (Δy)

Perubahan posisi batang atau balok arah vertikal karena adanya


pembebanan yang diberikan pada batang atau balok.

2. Defleksi Horisontal (Δx)

Perubahan posisi suatu batang atau balok arah horisontal karena adanya
pembebanan yang diberikan pada batang atau balok.

Gambar 4.1 Defleksi

 Hal-hal yang mempengaruhi terjadinya defleksi,yaitu :

1. Kekakuan batang

Kekakuan adalah kemampuan suatu benda untuk mempertahankan


bentuknya supaya tidak berdeformasi atau mengalami defleksi saat di beri gaya.
Semakin kaku suatu batang maka lendutan batang yang akan terjadi pada batang
akan semakin kecil.

2. Besarnya kecil gaya yang diberikan

Besar-kecilnya gaya yang diberikan pada batang berbanding lurus dengan


besarnya defleksiyang terjadi. Dengan kata lain semakin besar beban yang dialami
batang maka defleksi yang terjadi pun semakin kecil.

3. Jenis tumpuan yang diberikan


Jumlah reaksi dan arah pada tiap jenis tumpuan berbeda-beda. Jika karena
itu besarnya defleksi pada penggunaan tumpuan yang berbeda-beda tidaklah
sama. Semakin banyak reaksi dari tumpuan yang melawan gaya dari beban maka
defleksi yang terjadi pada tumpuan rol lebih besar dari tumpuan pin (pasak) dan
defleksi yang terjadi pada tumpuan pin lebih besar dari tumpuan jepit.

4. Jenis beban yang terjadi pada batang

Beban terdistribusi merata dengan beban titik, keduanya memiliki kurva


defleksi yang berbeda-beda. Pada beban terdistribusi merata slope yang terjadi
pada bagian batang yang paling dekat lebih besar dari slope titik. Ini karena
sepanjang batang mengalami beban sedangkan pada beban titik hanya terjadi pada
beban titik tertentu saja.

 Jenis-jenis pembebanan, Antara lain :

1. Beban terpusat

Titik kerja pada batang dapat dianggap berupa titik karena luas kontaknya
kecil. Gambar dari beban terpusat dapat dilihat pada gambar.

Gambar 4.5 Pembebanan Terpusat

2. Beban merata

Disebut beban merata karena terdistribusi merata di sepanjang batang dan


dinyatakan dalam qm (kg/m atau kN/m).Gambar dari beban merata dapat dilihat
pada gambar.

Gambar 4.6 Pembebanan Terbagi Merata

3. Beban bervariasi uniform


Disebut beban bervariasi uniform karena beban sepanjang batang besarnya
tidak merata.Gambar dari beban bervariasi dapat dilihat pada gambar.

Gambar 4.7 Pembebanan Bervariasi Uniform

2.2.1 Perbedaan Defleksi dan Deformasi

Seperti disebutkan diatas defleksi terjadi karena adanya


pembebanan vertikal dan horizontal pada balok atau batang. Sedangkan
deformasi tidak hanya terjadi karena pembebanan saja, tetapi karena
adanya berbagai macam perlakuan yang dialami balok atau batang.
Selain itu defleksi yang terjadi pada balok hanya merubah bentuk
(lendutan) pada balok tersebut, sedangkan deformasi dapat merubah
bentuk dan ukuran serta volum balok tersebut.

Selain itu perbedaan antara defleksi dan deformasi juga dapat


dilihat berdasarkan dimensi dari batang atau balok, jika defleksi maka
batangnya hanya memiliki satu dimensi (p / l ) sedangkan jika deformasi
memiliki lebih dari satu dimensi (p, l, t).

Gambar 4.8 Defleksi Balok


Gambar 4.9 Deformasi Balok

 Macam-macam Deformasi

Deformasi adalah perubahan bentuk atau ukuran objek diterapkan


karena adanya gaya. Gaya ini dapat berasal dari kekuatan tarik, kekuatan
tekan, geser dan torsi.

Deformasi dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Deformasi Elastis

Deformasi elastis adalah perubahan yang terjadi bila ada gaya


yang bekerja, serta akan hilang bila beban ditiadakan. Dengan kata lain
bila beban ditiadakan, maka benda akan kembali ke bentuk dan ukuran
semula.

2. Deformasi Plastis

Deformasi plastis adalah deformasi yang terjadi akibat adanya


pembebanan yang jika beban tersebut ditiadakan maka ukuran dan
bentuk material tidak dapat kembali ke keadaan semula.
Gambar 4.10 Diagram Tegangan Regangan

Gambar diatas adalah gambar dari diagram uji tarik.Dari gambar


di atas dapat kita lihat batas elastisitas (σE) dinyatakan dengan titik A.
Bila bahan diberi beban sampai pada titik A, kemudian bebannya
dihilangkan maka bahan tersebut akan kembali ke kondisi semula yaitu
regangan “nol” pada titik O. Batas proporsional (σp) adalah titik sampai
dimana penerapan hukum hooke masih bisa ditolerir. Tidak ada
standarisasi tentang nilai ini. Dalam praktek, biasanya batas proporsional
sama dengan batas elastis. Deformasi plastis yaitu perubahan bentuk
yang tidak kembali ke keadaan semula.

Tegangan maksimum (σuy) sebelum bahan memasuki fase daerah


landing peralihan deformasi elastis ke plastis. Tegangan Luluh Bawah
(σly) adalah tegangan rata-rata daerah landing sebelum benar-benar
memasuki fase deformasi plastis. Bila hanya disebutkan tegangan luluh
(yield stress) maka yang dimaksud adalah tegangan ini. Regangan Luluh
(εy) adalah regangan permanen saat bahan akan memasuki fase
deformasi plastis. Regangan Elastis (εe) Regangan yang diakibatkan
perubahan elastic bahan. Pada saat beban dilepaskan regangan ini akan
kembali ke posisi semula. Regangan Plastis (εp) adalah regangan pada
perubahan plastis. Pada saat beban dilepaskan regangan ini tetap tinggal
sebagai perubahan permanen bahan. Regangan Total merupakan
gabungan antara regangan plastis dan elastis, εT =εe+εp. Perhatikan
beban dengan arah OABE. Pada titik B regangan yang ada adalah
regangan total. Ketika beban dilepaskan, posisi regangan ada pada titik E
dan besar regangan yang tinggal (OE) adalah regangan plastis. Tegangan
tarik maksimum pada gambar ditunjukan dengan titik C merupakan besar
tegangan maksimum yang didapatkan dalam uji tarik. Kekuatan Patah
pada gambar ditunjukan dengan titik D, merupakan besar tegangan
dimana beban yang diuji putus atau patah.

2.3.1 Teori Castigliano


Konsep dasar teori yaitu bahwa perubahan energi adalah gaya
dikalikan perpindahan yang dihasilkan, sehingga gaya dirumuskan
dengan perubahan energi dibagi dengan perpindahan yang dihasilkan.
Ada dua teorema dalam teori Castigliano, yaitu:

1. Teori Pertama Castigliano

Teori ini digunakan untuk menghitung gaya yang bereaksi dalam


struktur elastis, yang menyatakan: Jika energi regangan dari suatu
struktur elastis dinyatakan sebagai fungsi persamaan perpindahan qi ,
maka turunan parsial dari energi regangan terhadap perpindahan
memberikan persamaan gaya Qi. Dirumuskan dengan:

Dimana:

U = energi regangan
2. Teori Kedua Castigliano

Teori ini digunakan untuk menghitung perpindahan, yang


menyatakan: Jika energi regangan dari suatu struktur elastis dinyatakan
sebagai fungsi persamaan gaya Qi, maka turunan parsial dari energi
regangan terhadap persamaan gaya memberikan persamaan perpindahan
qi, searah Qi.

Dirumuskan dengan:

Sebagai contoh, untuk beam kantilever lurus dan tipis dengan


beban P di ujung, dan perpindahan pada ujungnya dapat ditemukan
dengan teori kedua Castigliano:

Dimana, E adalah Modulus Young dan I adalah momen inersia


penampang dan M(L) = P×L adalah pernyataan untuk momen pada titik
berjarak L dari ujung, maka:
Momen

Momen adalah kecenderungan sebuah gaya untuk memutar


sebuah benda disekitar sumbu tertentu dari benda tersebut. Bila
didefinisikan dari persamaannya adalah hasil perkalian dari besar gaya
(F) dengan jarak tegak lururs (d).

M = F.d

Keterangan:

M = Momen (Nm)

F = Gaya (N)

d = jarak tegak lurus (m)

Arah momen gaya tergantung dari perjanjian, misalnya searah


jarum jam (CW/ClockWise) atau berlawanan arah jarum jam
(CCW/Counter ClockWise) begitu pula dengan perjanjian tanda positif
dan negative dari CW dan CCW.

 Macam-macam momen:

1. Momen Gaya (Torsi)

Perubahan gaya translasi pada sebuah benda dapat terjadi jika


resultan gaya yang mempengaruhibenda tidak sama dengan nol. Jika
resultan gaya adalah nol maka benda mungkin akan tetap diam atau
bergerak lurus beraturan. Untuk mengubah keceepatan dibutuhkan gaya.
Hal ini sesuai dengan Hukum II Newton. Peristiwa yang sama juga
berlaku pada gerak rotasi jika benda tersebut diberi momen gaya. Dengan
adanya momen gaya maka benda akan mengalami perubahan kecepatan
sudut. Momen gaya merupakan besaran vektor dan secara matematis
dituliskan:
𝜏 = F. r

Keterangan :

𝜏 = Momen Gaya (Nm)

F = Gaya (N)

r = jarak tegak lurus (m)

2. Momen Kopel

Momen kopel dinotasikan dg M, satuannya Nm. Kopel adalah


pasangan dua buah gaya yang sama besar berlawanan arah dan sejajar.
Besarnya kopel dinyatakan denganmomen kopel (M). Momen kopel
seperti yang ditunjukkan pada gambar di bawah merupakan besaran
vektor dengan satuan Nm. Pengaruh kopel terhadap benda yaitu dapat
menyebabkan banda berotasi.

3. Momen Inersia

Momen inersia merupakan ukuran kelebaman suatu benda untuk


berotasi terhadap porosnya. Besaran ini adalah analog rotasi daripada
massa. Momen inersia berperan dalam rotasi seperti massa dalam
dinamika dasar, menentukan hubungan antara momentum sudut dan
kecepatan sudut, sertamomen gaya dan percepatan sudut.daftar dari
momen inersia dari berbagai benda dapat dilihat pada gambar di bawah.

I = k. m. r2

Keterangan:

I = Momen Inersia (Kgm2)

k = konstanta inersia
m = massa (kg)

r = jari-jari objek dari pusat massa (m)

4. Momen Bending

Momen bending adalah jumlah dari semua komponen momen


gaya luar yang bekerja pada segmen yang terisolasi, yaitu beban luar
yang bekerja tegak lurus sepanjang sumbu axis. Sebagai contoh momen
bending adalah terjadi pada rangka atap rumah.

Keterangan:

M = Momen Bending (Nm)

I = Momen Inersia (kgm2)

y = jarak dari sumbu netral ke permukaan benda (m)

𝜏= tegangan bending (Pa)

2.3. Konduktivitas Panas

Kalor merupakan salah satu bentuk energi, sehingga dapat berpindah dari
satu sistem ke sistem yang lain karena adanya perbedaan suhu. Kalor mengalir
dari sistem bersuhu tinggi ke sistem yang bersuhu lebih rendah. Sebaliknya, setiap
ada perbedaan suhu antara dua sistem maka akan terjadi perpindahan kalor.
Perpindahan Kalor adalah salah satu ilmu yang mempelajari apa itu perpindahan
panas, bagaimana panas yang ditransfer, dan bagaimana relevansi juga pentingnya
proses tersebut. Perpindahan kalor dari suatu zat ke zat lain seringkali terjadi
dalam industri proses.
Konduksi adalah proses perpindahan kalor jika panas mengalir dari tempat
yang suhunya tinggi ke tempat yang suhunya lebih rendah, tetapi medianya tetap.
Perpindahan kalor secara konduksi tidak hanya terjadi pada padatan saja tetapi
bisa juga terjadi pada fluida ataupun gas, hanya saja konduktivitas terbesar ada
pada padatan. Jadi, Konduktivitas padatan > konduktivitas fluida dan gas.

Pada media gas, molekul-molekul gas yang suhunya tinggi akan bergerak
dengan kecepatan yang lebih tinggi daripada molekul gas yang suhunya lebih
rendah. Karena adanya perbedaan suhu, molekul-molekul pada daerah yang
suhunya tinggi akan memberikan panasnya kepada molekul yang suhunya lebih
rendah saat terjadi tumbukan.

Konduksi dalam keadaan tunak atau steady state berarti bahwa kondisi,
temperatur, densitas, dan semacamnya di semua titik dalam daerah konduksi tidak
bergantung pada waktu. Persamaan dasar dari konsep perpindahan kalor konduksi
adalah hukum Fourier. Hukum Fourier dinyatakan dengan

dimana:

q = laju perpindahan kalor konduksi, Watt

k = konduktivitas termal, W/m. 0C

A = luas permukaan, m2

𝜏𝜏𝜏𝜏 = gradien temperatur ke arah normal terhadap luas A

di mana q ialah laju perpindahan kaor dan 𝜏𝜏𝜏𝜏 merupakan gradien


suhu ke arah perpindahan kalor. Kontanta positif k disebut konduktivitas atau
kehantaran termal (thermal conductivity) benda yang dilalui panas tersebut. Tanda
minus yang diselipkan pada persamaan tersebut bertujuan untuk memenuhi
hukum kedua termodinamika yang menyatakan bahwa kalor mengalir ke tempat
yang lebih rendah dalam skala suhu.

Gambar 5.1 Volume elemen konduksi satu dimensi

Kondisi Stedi

Perpindahan kalor konduksi stedi/tunak adalah yaitu perpindahan kalor


secara konduksi (tanpa disertai perpindahan partikel-partikel zat tersebut) dimana
sistem berada dalam kondisi setimbang atau tidak berubah terhadap waktu. Dalam
konduksi tunak, setiap variabel, seperti energi dalam dan suhu sistem tetap dan
tidak berubah terhadap waktu. Dalam setiap persamaan yang ada pada prinsip
konduksi tunak, waktu menjadi faktor yang diabaikan dan tidak berarti.

5.2.2 Konduktivitas

Konduktivitas atau keterhantaran termal, k, adalah suatu besaran intensif


bahan yang menunjukkan kemampuannya untuk menghantarkan panas. Nilai
konduktivitas termal diberikan dalam tabel berikut.
Tabel 5.1 Konduktivitas termal beberapa material

(Sumber: Holman, J.P. 2010. Heat Transfer Tenth Edition)

Konduktivitas termal adalah sifat suatu bahan atau media dalam


menghantarkan panas. Dengan kata lain, konduktivitas termal menunjukkan
berapa cepat kalor mengalir dalam bahan tertentu. Nilai konduktivitas termal
dapat diperoleh dari persamaan umum konduksi, yaitu:
dimana ΔT adalah perbedaan suhu dan x adalah ketebalan permukaan
media yang memisahkan dua suhu. Nilai konduktivitas panas didapat dari:

Konduktivitas termal dapat dijelaskan pula sebagai kuantitas panas (ΔQ)


yang diteruskan pada waktu Δt melalui ketebalan media (x), dengan luas A,
dengan perbedaan suhu ΔT, pada keadaan tunak dan ketika perpindahan panas
hanya bergantung pada gradien suhu. Konduktivitas termal bergantung pada sifat-
sifat bahan, khususnya struktur bahan, dan suhu.

Laju perpindahan kalor konduksi tunak pada sistem berpenampang beda

a. Sistem dengan media berlapis

Pada konduksi kondisi tunak (steady) dalam satu dimensi distribusi suhu
konstan, suhu hanya merupakan fungsi posisi dan sehingga hukum Fourier dapat
diintegrasi menjadi:

Namun bila konduktivitas termal berubah menurut hubungan linear


dengan suhu, maka persamaannya menjadi:

Jika dalam sistem lebih dari satu macam bahan, seperti dinding lapis
rangkap, analisisnya akan menjadi seperti berikut:
Gambar 5.2 Perpindahan kalor pada dinding datar lapis rangkap

Untuk gradien suhu seperti gambar diatas, laju perpindahan panasnya


adalah sebagai berikut:

Aliran panas pada setiap bagian adalah sama. Jika ketiga persamaan akan
diselesaikan bersamaan maka aliran kalor dapat dituliskan sebagai berikut:

Persamaan Fourier terhadap kasus ini:

Sedangkan untuk sistem radial silinder yang panjangnya sangat besar


dibanndingkan dengan diameternya diasumsikan aliran kalor berlangsung pada
arah radial, sehingga koordinat ruang yang kita perlukan untuk menentukan sistem
itu adalah r. Luas bidang aliran kalor:
sehingga hukum Fourier menjadi:

Penyelesaian persamaan:

2πkL (T1 − T2 )
q= r
ln (r0 )
1

dan tahanan termal ini:

r
ln (r0 )
1
R th =
2πkL

Sedangkan untuk sistem tiga lapis, analisanya dan penyelesaiannya adalah


sebagai berikut:

Gambar 5.3. Perpindahan kalor pada sistem radial/silinder lapis rangkap

Kemudian untuk sistem yang berbentuk bola dapat ditangani dalam satu
dimensi apabila suhu merupakan fungsi jari-jari saja, sehingga aliran kalornya
menjadi seperti berikut:
b. Sistem dengan sumber kalor

Pada sistem dinding datar dengan sumber kalor, grafik perubahan


temperaturnya akan sama dengan grafik persamaan kuadrat. Pada sistem ini,
aliran kalor dianggap hanya mengikuti satu dimensi saja karena dimensi di kedua
arah lain dianggap cukup besar. Nilai konduktivitas termal tidak berubah terhadap
perubahan suhu. Sehingga didapat persamaan umum, untuk sistem seperti ini
adalah

Kemudian, dengan menentukan nilai batas dari sistem, dapat ditentukan


nilai suhu pada permukaan. Seperti halnya transfer panas diinginkan, suhu di
masing-masing permukaan haruslah sama sehingga terjadi distribusi suhu yang
kurvanya mirip dengan kurva persamaan kuadrat. Untuk sistem yang steady state,
jumlah kalor yang dibangkitkan haruslah sama dengan rugi kalor pada permukaan.
Jumlah kalor yang dibangkitkan adalah Ein bentuknya kalor yang dibangkitkan
dari sumber kalor dalam sistem, sedangkan rugi kalor adalah Eout adalah kalor
yang terbuang dalam bentuk transfer panas secara konveksi. Dari paparan
sebelumnya dapat persamaan:

Sehingga nilai laju perpindahan panas q dapat ditentukan dengan


persamaan,
Pada dasarnya terdapat dua jenis silinder untuk sistem ini, silinder pejal
dan silinder berlubang.Yang membedakan dari kedua nya adalah kondisi batas
yang ditetapkan pada kedua sistem ini.Jika suatu silinder dengan jari-jari r,
silinder dialiri oleh sumber kalor rata kesemua bagian, dengan konduktivitas
termal yang tetap. Perhitungan silinder seperti ini dapat dianggap sebagai satu
dimensi dengan syarat bahwa silinder ini cukup panjang sehingga kalor yang
mengalir hanya akan dianggap sebagai fungsi r saja. Persamaan umum yang
digunakan,

Untuk silinder pejal, kondisi batas yang digunakan adalah

Dengan Tw adalah nilai suhu permukaan, dan R adalah jari-jari dari


silinder pejal. Seperti halnya sistem lain pada kondisi tunak. Kalor yang
dibangkitkan akan sama dengan rugi kalor pada permukaan. Dengan kalor yang
dibangkitkan adalah kalor yang dibangkitkan oleh sumber kalor, dan rugi kalor
adalah kalor yang terbuang pada lingkungan secara konveksi.

Sehingga nilai laju perpindahan kalor adalah

Untuk silinder berlubang, kondisi batas yang digunakan adalah


Dalam kasus ini, berlaku sistem kesetimbangan energi pada silinder
berlubang. Sama halnya dengan pada dinding datar, pada silinder berlubang
energi yang dibangkitkan akan sama dengan energi yang yang dipakai pada
permukaan.

sehingga nilai laju perpindahan kalor untuk silinder berlubang adalah

Untuk sistem bola dengan sumber kalor, dengan jari-jari R mempunyai


sumber kalor yang terbagi rata dan konduktivitas termalnya tetap, maka:

Gradient suhu pada permukaan bola atau ΔT merupakan perubahan suhu


terhadap posisi dan waktu. Sama hal nya dengan sistem-sistem yang ada, jumlah
kalor yang dibangkitkan akan sama dengan rugi kalor yang terbuang melalui
konveksi.

sehingga nilai laju perpindahan kalor adalah

Tahanan Kontak Termal


Apabila dua batangan padat dihubungkan maka akan terjadi tahanan
kontak termal. Dua sisi batang tersebut diisolasi sehingga aliran kalor hanya
terjadi pada arah aksial, yaitu searah sejajar poros. Meskipun konduktivitas termal
kedua bahan berbeda, fluks kalor yang melewati bahan tersebut dalam keadaan
tunak akan sama karena sisinya diisolasi. Penurunan suhu secara tiba-tiba pada
bidang B terjadi karena tahanan kontak termal.

Gambar 5.4 Profil tempertur akibat adanya tahanan kontak

Ada beberapa hal yang mempengaruhi tahanan kontak termal.Perpindahan


kalor pada sambungan dapat terjadi melalui konduksi zat padat dengan zat padat
pada titik singgung dan melalui gas yang terkurung pada ruang-ruang lowong
yang terbentuk karena persinggungan (hal inilah yang memberikan tahanan
terbesar bagi aliran kalor karena konduktivitas gas yang sangat kecil). Aliran kalor
yang melintasi sambungan :

dimana Ac adalah bidang kontak ,Av adalah bidang kosong, Lg adalah


tebal ruang lowong, kf adalah konduktivitas termal fluida, A adalah luas
penampang total batangan. Dengan 1/hcA adalah tahanan kontak termal dan hc
adalah koefisien konduktansi termal. Dengan menyelesaikan persamaan tersebut,
maka diperoleh hc yaitu koefisien kontak:
BAB III
METOLODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Metodologi Praktikum

Dalam pelaksanaan praktikum Fenomena Dasar Mesin ini,


sebelumnya didahului dengan adanya perencanaan dan persiapan – persiapan.
Berikut dibawah ini adalah skematis alur praktikum fisika dasar dari perencanaan
hingga pembuatan laporan :

STUDI LITERATUR

PERSIAPAN ALAT DAN


BAHAN

PENGAMBILAN DATA

MODUL 1 MODUL 2 MODUL 3

ANALISA DATA

PEMBUATAN LAPORAN

SELESAI
3.2 Praktek Modul I “TEOREMA BERNOULLI”

Modul I : Teorema Bernoulli

Hari dan Tanggal praktikum : Kamis, 25 Juli 2017

Topik praktikum : Uji Bernoulli

3.2.1 Metode Kerja


- Mempersiapkan peralatan yang akan digunakan diantaranya
a. Fan / Blower
b. Tabung Venturi
c. Manometer / Kolom Air
d. Tabung Pitot
- Melakukan pengukuran sesuai dengan kegunaan masing masing alat ukur
- Mencatat hasil pengukuran
- Melakukan analisa dan pembuatan laporan

3.2.2 Prosedur Pengujian dan Pengambilan Data


Prosedur pengujian yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Kontrol kecepatan aliran dan pengoperasian motor :


 Hidupkan motor
 Buka control kecepatan aliran untuk mendapatkan kecepatan aliran
yang diharapkan
2. Lakukan pengukuran pada :
 Overhang length ( Lo )
 Total head ( ht )
 Static head ( hs )
 Velocity head ( hv ) dari pipa pitot
 Tekanan aliran atas (inlet) pada tabung venturi
 Tekanan aliran bawah (outlet) pada tabung venturi
 Perbedaan tekanan ( ∆h ) dari tabung venturi pada manometer air
tabung U
3.3 Praktek Modul II “Pengujian Defleksi Batang”
Modul I : Defleksi Batang
Hari dan Tanggal praktikum : Kamis, 25 Juli 2017
Topik praktikum : Uji Defleksi Batang

3.3.1 Metode Kerja


- Mempersiapkan peralatan yang akan digunakan diantaranya :
a. Alat uju Defleksi
b. Penggaris
c. Dial Indikator
d. Beban dengan 3 variasi ukuran
- Melakukan pengukuran sesuai dengan kegunaan masing masing alat ukur
- Mencatat hasil pengukuran
- Melakukan analisa dan pembuatan laporan

3.3.2 Prosedur Pengujian Dan Pengambilan Data

Gambar 4.14 Sketsa Alat Uji Defleksi Batang

Prosedur pengujian dan pengambilan data pada praktikum ini sebagai berikut:

1. Spesimen (2) dipasang pada klem (1).

2. Blok (3) dikendorkan dan ditempatkan ulang jika perlu untuk menempatkan
spesimen. Kunci pada posisi yang tersedia.
3. Beban (4) dipasang pada spesimen. Dial indicator (5) dan (6) ditempatkan
berhubungan dengan beban (4)

4. Indikator di set terlebih dahulu sehingga menunjukkan angka nol. Pembebanan


dilakukan dengan memberikan beban pada beban tergantung (4).

5. Kemudian perubahan yang terjadi dicatat. Beban ditambahkan sambil mencatat


perubahan yang terjadi.
3.4 Praktek Modul III “Teori Konduktivitas Panas”
Modul I : Konduktivitas Panas
Hari dan Tanggal praktikum : Kamis, 25 Juli 2017
Topik praktikum : Uji konduktivitas Panas

3.4.1Metode Kerja
- Mempersiapkan peralatan yang akan digunakan diantaranya
a) Heater
b) Spesimen
c) Aerator
d) Thermometer Digital
- Mempersiapkan bahan – bahan yang akan dilakukan pengukuran
a) Air
- Melakukan pengukuran sesuai dengan kegunaan masing
masing alat ukur
- Mencatat hasil pengukuran
- Melakukan analisa dan pembuatan laporan

3.4.2 Prosedur Pengujian Dan Pengambilan Data


Prosedur pengujian dan pengambilan data pengujian ini adalah sebagai
berikut:

1. Memeriksa jaringan air pendingin masuk dan keluar peralatan konduksi,


diperiksa apakah air pendingin mengalir ke dalam alat dengan membuka kran
pengontrol.
2. Mengalirkan alir pendingin dengan laju sangat kecil.
3. Menyalakan termometer digital
4. Menyalakan heater pada putaran ½.
5. Mengamati suhu tiap node 1 s/d 6 setiap 3 menit untuk unit 1, 2, dan 3.
6. Menghentikan pengamatan apabila suhu node 10 telah tidak berubah suhunya
pada 3 kali pengamatan.
Data Bernoulli
Δh1 Δh2 Δh3 Δh4 Δh5
15
12
11
10 9 9 9 10
8
5 4 4 5
2
0 0 0
-2
-5
-10
-15 -14
-20

Data 0 1/2. Full

Data Konduktivitas Panas


T1 T2 T3 T4 T5 T6
60

50 49.7
46.3
40
36.9 37.6
34.8 33.3
30

20

10

Temperature

BAB IV
STUDI KASUS

4.1. Modul 1 Hukum Bernoulli


4.1.1 Data Kuantitatif
4.2.1 Data Kualitatif
4.2.Modul 2 Defleksi
4.1.1 Data Kuantitatif
4.2.1 Data Kualitatif
4.3.Modul 3 Konduktifitas Panas
4.1.1 Data Kuantitatif
4.2.1 Data Kualitatif
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

Anda mungkin juga menyukai