Anda di halaman 1dari 19

PENGOLAHAN LIMBAH BUANGAN INDUSTRI TAHU DENGAN

MENGGUNAKAN BIOREAKTOR BIAKAN MELEKAT SECARA


ANAEROB-AEROB PADA PT.TRISANJAYA TOFU MAKASSAR

Mata kuliah

: PENGOLAHAN BUANGAN LIMBAH DOMESTIK

Dosen pembimbing : Muhammad al kholif .ST, MT.


Oleh

: Rovia Rizkya

Prodi

: TEKNIK LINGKUNGAN
UNIVERSITAS PGRI ADI BUANA SURABAYA

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puja dan Puji hanya layak tercurahkan kepada Allah


SWT. , karena atas limpahan karunia-Nya. Shalawat serta salam
semoga tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad Shallallahualaihi
Dengan judul : PENGOLAHAN LIMBAH BUANGAN INDUSTRI TAHU

DENGAN MENGGUNAKAN BIOREAKTOR BIAKAN MELEKAT SECARA


ANAEROB-AEROB PT TRISANJAYA MAKASSAR

Kami berharap makalah ini dapat menjadi sumber informasi tambahan


bagi pembaca
Kami menerima saran dan kritik demi kesempurnaan dalam hal
perbaikan di bidang ilmu serta pendidikan Terima kasih

BAB 1 PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Industri tahu di Makassar merupakan industri skala kecil yang berkembang
pesat sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk. Namun, sebagian besar
industri tahu di Makassar masih belum mengelola limbah dengan baik khususnya
limbah cair sehingga mengakibatkan pencemaran. Pencemaran ini terlihat jelas di
saluran drainase sekitar pabrik yang menimbulkan bau busuk dan keruh.
Limbah cair industri tahu dapat mengakibatkan pencemaran, khususnya
lingkungan perairan karena mengandung sisa air dari susu tahu yang tidak
menggumpal dan limbah ini masih mengandung bahan organik, seperti protein,
karbohidrat, dan lemak.Limbah cair tahu mengandung bahan organik tinggi dan
kadar BOD yang cukup tinggi pula, jika langsung dibuang ke badan air, jelas sekali
akan menurunkan daya dukung lingkungan. Sehingga industri tahu memerlukan
suatu pengolahan limbah yang bertujuan untuk mengurangi Limbah ialah sesuatu
bahan yang sebagian orang mengartikan limbah bahan atau adonan yang tidak lagi
berguna dan menjorokan. Pada umumnya mengandung bahan-bahan atau zat-zat
yang dapat membahayakan bagi kesehatan manusia serta menggangu lingkungan
hidup . Tetapi sebagian orang mengartikan limbah sebagai bahan atau adonan yang
sangat berguna. Karena limbah sangat berguna bagi mereka, dan limbah juga dapat
menghasilkan uang yang sangat menggiurkan jika kita dapat mengolahnya dengan
benar. Contoh limbah yang dapat kita olah yaitu limbah tahu.
resiko beban pencemaran yang ada.
Teknologi pengolahan limbah tahu dapat dilakukan dengan proses biologis
sistem anaerob, aerob dan kombinasi anaerob-aerob. Teknologi pengolahan limbah
tahu yang ada saat ini pada umumnya berupa pengolahan limbah dengan sistem
anaerob, hal ini disebabkan karena biaya operasionalnya lebih murah. Dengan
proses biologis anaerob, efisiensi pengolahan hanya sekitar 70%-80%, sehingga
airnya masih mengandung kadar pencemar organik cukup tinggi, serta bau yang
masih ditimbulkan sehingga hal ini menyebabkan masalah tersendiri (Herlambang,
2002).
Pengolahan air buangan secara biologis adalah suatu cara pengolahan yang
diarahkan untuk menurunkan atau menyisihkan substrat tertentu yang terkandung
dalam air buangan dengan memanfaatkan aktivitas mikroorganisme untuk
melakukan perombakan substrat tertentu yang dapat berlangsung dalam 2 (dua)
lingkungan utama, yaitu aerob dan anaerob.

Pada dasarnya, limbah tahu dibagi kedalam dua jenis yakni limbah tahu cair dan
juga limbah tahu padat. pemanfaatan limbah tahu padat juga terbilang baik.
Limbah tahu padat bisa diolah menjadi aneka produk dengan nilai jual yang baik.
Limbah padat tahu mengandung protein yang tinggi sehingga istimewa dijadikan
tepung maupun kerupuk. Sementara itu, untuk pakan ternak, ampas tahu bisa
memenuhi kebutuhan protein pakan sehingga kualitas ternak menjadi lebih baik.
Ampas tahu ini memiliki harga yang eknomis jika dibandingkan dengan pakan
konsentrat. Beberapa peternak menyatakan bahwa dengan memberi pakan berupa
ampas tahu atau limbah tahu padat, penambahan berat badan ternak seperti sapi,
kelinci, babi dan juga kambing akan lebih cepat.
Sementara itu, pemanfaatan limbah tahu cair terbilang cukup signifikan sebab
limbah jenis ini bisa diolah menjadi biogas. Biogas sendiri merupakan alternatif
pengganti bahan bakar dalam industri rumah tangga. Limbah tahu kaya akan gas
metan. Perbandingan gas ini yakni 2.100 kilogram limbah bisa menghasilkan
biogas sebanyak 63 meter kubik per harinya. Padahal, limbah cair pabrik tahu
memiliki kandungan senyawa organik tinggi yang memiliki potensi untuk
menghasilkan biogas melalui proses an-aerobik. Pada umumnya, biogas
mengandung 50-80% metana, CO2, H2S dan sedikit air, yang bisa dijadikan
sebagai pengganti minyak tanah atau LPG. Dengan mengkonversi limbah cair
pabrik tahu menjadi biogas, pemilik pabrik tahu tidak hanya berkontribusi dalam
menjaga lingkungan tetapi juga meningkatkan pendapatannya dengan mengurangi
konsumsi bahan bakar pada proses pembuatan tahu.. Hal ini mengindikasikan
bahwa pemanfaatan limbah tahu cair sebagai biogas sangat baik terlebih minyak
tanah sering hilang dari pasaran.

2.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas tentang pentingnya proses pengolahan air
limbah tahu yang masih kurang, maka dirumuskan permasalahan yaitu bagaimana
perbandingan kualitas air limbah tahu dengan parameter BOD, COD, TSS, dan
Amonia sebelum dan sesudah dilewatkan pada Bioreaktor serta seberapa besar
efektivitas penggunaan bioreaktor terhadap penyisihan kadar BOD, COD, TSS,
dan Amonia pada air limbah tahu dalam persentase
BAB II . TINJAUAN PUSTAKA
1. Proses Produksi Tahu
Pembuatan tahu dapat dilakukan dengan dua macam cara ekstraksi, yaitu ekstraksi
panas dan ekstraksi dingin. Proses ekstraksi panasumum dilakukan dalam
pembuatan tahu tradisional. Berdasarkan penelitian, proses ekstraksi menggunakan
suhu tinggi atau melalui proses pemasakan terlebih dahulu mampu meningkatkan
kandungan tahu dan menghasilkan kadar protein yang tinggi. Sedangkan tahu yang
dibuat dengan ekstraksi dingin akan memeliki komposisi lemak lebih banyak
dibandingkan dengan tahu yang dibuat dengan ekstraksi panas.Bagan alir proses
pembuatan tahudapat dilihat
2 . Karakteristik Air Limbah Tahu
Dalam keadaan segar air limbah tahu berwarna putih keruh kurang berbau
dengan kondisi pH 5-6 dan biasanya setelah 24 jam mulai timbul bau asam yang
menyengat dan pH akan turun menjadi sekitar 3,5 4,5 dan juga mengalami
perubahan warna menjadi kuning kecoklatan.
Biasanya bau yang tercium dari limbah industri tahu berasal dari pembusukan zat
organik oleh bakteri anaerobik. Selain itu ada mikroorganisme yang bisa merubah
sulfat menjadi sulfit yang baunya seperti telur busuk. Sedangkan bau lainnya
disebabkan oleh senyawa-senyawa yang dihasilkan selama berlangsungnya proses
3 .Dampak Yang Ditimbulkan Air Limbah Tahu
Bau air limbah dapat menunjukkan apakah suatu air limbah masih baru atau
sudah mengalami pembusukan. Bau yang merangsang dapat menyebabkan
lingkungan sekitar badan air menjadi kurang nyaman.
Sedangkan perubahan warna pada air limbah tahu menunjukkan bahwa kadar
oksigen dalam genangan tersebut menjadi nol. Apabila dibiarkan, limbah
kemungkinan dapat merembes
4. Pengolahan Air Limbah Tahu Secara Biologi
Penanganan air limbah tahu sangat perlu dilakukan mengingat sebagian besar
masih mengandung effluent dengan kualitas yang melebihi syarat baku mutu air

limbah yang telah ditetapkan serta merugikan bagi lingkungan tempat


pembuangannya. Berbagai sistem penanganan limbah telah diupayakan, tentu saja
dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Penanganan limbah dapat dilakukan
secara fisika, kimia, biologis, maupun gabungan ketiganya (Endang Sutriswati
Rahayu, dkk, 2012).
Di dalam air limbah tahu mengandung banyak polutan zat organik. Oleh karena
itu, teknologi yang digunakan sebagian besar menggunakan aktivitas
mikroorganisme untuk menguraikan senyawa polutan organik tersebut.
Dalam beberapa dasawarsa telah berkembang berbagai metode pengolahan
secara biologi dengan segala modifikasinya, salah satunya adalah dengan reaktor
pengolahan secara biologi atau yang lebih dikenal dengan nama Bioreaktor.
Berdasarkan pertumbuhan mikroorganime yang berperan dalam penguraian
substrat, bioreaktor dapat dikelompokkanmenjadi 2 jenis, yaitu :
a. Bioreaktor pertumbuhan tersuspensi (Suspended Growth Bioreactor)
b. Bioreaktor pertumbuhan lekat (Attached Growth Bioreactor)
Di dalam bioreaktor pertumbuhan tersuspensi, mikroorganisme tumbuh dan
berkembang dalam keadaan tersuspensi dalam fasa cair, sedangkan bioreaktor
pertumbuhan lekat adalah suatu bioreaktor lekat diam dimana mikroorganisme
tumbuh dan berkembang di atas suatu media yang dapat terbuat dari plastik atau
batu yang tercelup sebagian atau seluruhnya atau hanya dilewati air saja (tidak
tercelup sama sekali) dengan membentuk suatu lapisan lendir untuk melekat di atas
permukaan media tersebut, sehingga membentuk lapisan biofilm.
5 .PengolahanAir Limbah Tahu Menggunakan Bioreaktor Lekat (Attached
Growth Bioreactor)atauBiofilter.
Bioreaktor lekat adalah suatu bioreaktor diam dimana mikroorganisme
tumbuh dan berkembang di atas suatu media yang dapat terbuat dari plastik atau
batu. Air buangan melalui media plastik dengan membentuk suatu lapisan lendir
untuk melekat di atas permukaan media, sehingga
membentuk lapisan biofilm (Said, 1999). Secara garis besar proses biofilter
dapat dilakukan dalam kondisi anaerobik, aerobik, atau kombinasi anaerobik dan
aerobik. Media plastik baik digunakan dalamproses aerob maupun anaerob
(Siregar, 2005).
Media biofilter berfungsi sebagai tempat tumbuh dan menempel
mikroorganisme untuk mendapatkan unsur-unsur kehidupan yang dibutuhkannya,
seperti nutrient dan oksigen. Hal penting yang harus diperhatikan adalah luas
permukaan dari media. Untuk mendapatkan permukaan media yang luas media
plastik dapat dimodifikasi dalam berbagai bentuk seperti bergelombang, saling
silang, dan sarang tawon (Said, 1999).

Dalam pengolahan limbah dengan sistem biofilter, berbagai jenis media telah
digunakan antara lain zeolit, karbon aktif, batuan, keramik debu vulkanik dan
media plastik. Beberapa bentuk media telah dikembangkan untuk mengatasi
kekurangan media batuan dengan meningkatkan permukaan spesifik yang tinggi
yang berhubungan dengan tingginya persentase ruang kosong. Kondisi ini akan
membuat pertumbuhan biologi
dan media yang ringan memudahkan kontraksi lebih dalam dengan
kemampuan mengatasi limbah yang lebih kuat dan pekat.
Herlambang (2002) telah meneliti pengaruh pemakaian biofilter plastik
struktur sarang tawon pada pengolahan limbah organik sistem kombinasi
anaerobik-aerobik. Reaktor berskala laboratorium terdiri atas 2 reaktor seri dengan
volume total 280 lt. media yang digunakan adalah media sintetik plastik struktur
sarang tawon dengan luas permukaan 200 m2/m3 dan kapasitas maksimum 300
lt/jam. Dari penelitian ini disimpulkan bahwa pemakaian media biofilter telah
meningkatkan efisiensi pengolahan limbah organik dibanding pengolahan tanpa
biofilter. Peningkatan efisiensi terbukti dari peningkatan efisiensi penyisihan
kekeruhan dari 61 81% menjadi 73 87%, padatan terlarut dari 75 86%
menjadi 82 95%, padatan tersuspensi dari 50 76% menjadi 56 94%, residu
terlarut total dari 60 82% menjadi 68 89%. pH air hasil olahan tidak terlalu
berbeda dari pengolah tanpa biofilter, sedangkan oksigen terlarut cukup tinggi dan
efisiensi

1.Pengolahan limbah tahu padat


Pengolahan limbah tahu dapat anda olah menjadi bahan yang berguna jual.
Kebanyakan masyarakat mengolah bahan limbah tahu dalam makanan menjadi
nata de coco,tepung, kerupuk, dan yang sering masyarakat menjadikannya tempe
gembos. Dan limbah tahu juga dapat dijadikan pakan ternak baik itu sapi, babi,
kambing, bebek, bandeng dan lain lain
2.Pengolahan limbah tahu Cair
Didalam pembuatan tahu pasti ada yang tersisa dalam pembuatan tahu tersebut,
yang sering kita dengar atau yang sering kita ketahui dengan limbah tahu. Banyak
pabrik tahu skala rumah tangga di Indonesia tidak memiliki proses pengolahan
limbah cair. Gas-gas yang biasa ditemukan dalam limbah adalah gas nitrogen
(N2 ), oksigen (O2 ), hidrogen sulfida (H2S), amonia (NH3 ), karbondioksida
(CO2 ) dan metana (CH4). Gas-gas tersebut berasal dari dekomposisi bahan-bahan
organik yang terdapat di dalam air buangan.

Penerapan Prinsip 3R pada Proses Pengolahan Limbah Tahu


Limbah yang dihasilkan dari proses pembuatan tahu dapat digunakan
sebagai alternatif pakan ternak. Hal tersebut dilakukan karena dalam ampas
tahu terdapat kandungan gizi. Yaitu, protein (23,55 persen), lemak (5,54
persen), karbohidrat (26,92 persen), abu (17,03 persen), serat kasar (16,53
persen), dan air (10,43 persen). Salah satu alasannya, selain untuk
mengurangi pencemaran lingkungan, khususnya perairan.
Larutan bekas pemasakan dan perendaman dapat didaur ulang kembali dan
digunakan sebagai air pencucian awal kedelai. Perlakuan hati-hati juga dilakukan
pada gumpalan tahu yang terbentuk dilakukan seefisien mungkin untuk mencegah
protein yang terbawa dalam air dadih.
Dalam proses ini limbah tahu cair ini mengalami perombakan atau disebut juga
Degradasi dan menghasilkan gas metana, karbondioksida, gas gas lain yang
terdapat dalam perombakan limbah tahu tersebut dan terdapat air juga. Pada proses
degradasi ini juga berlangsung secara aerob maupun anaerob. Yang aerob ialah
berkontak langsung dengan udara, sedangkan yang anaerob tidak berkontak
langsung dengan udara luar.
Biasanya biogas dibuat dari limbah peternakan yaitu kotoran hewan ternak
maupun sisa makanan ternak, namun pada prinsipnya biogas dapat juga dibuat dari
limbah cair. Biogas sebenarnya adalah gas metana (CH4). Gas metana bersifat
tidak berbau, tidak berwarna dan sangat mudah terbakar. Pada umumnya di alam
tidak berbentuk sebagai gas murni namun campuran gas lain yaitu metana sebesar
65%, karbondioksida 30%, hidrogen disulfida sebanyak 1% dan gas-gas lain dalam
jumlah yang sangat kecil. Biogas sebanyak 1000 ft3 (28,32 m3) mempunyai nilai

pembakaran yang sama dengan 6,4 galon (1 US gallon = 3,785 liter) butana atau
5,2 gallon gasolin (bensin) atau 4,6 gallon minyak diesel. Untuk memasak pada
rumah tangga dengan 4-5 anggota keluarga cukup 150 ft3 per hari.
Proses dekomposisi limbah cair menjadi biogas memerlukan waktu sekitar 8-10
hari. Proses dekomposisi melibatkan beberapa mikroorganisme baik bakteri
maupun jamur, antara lain :
a. Bakteri selulolitik
Bakteri selulolitik bertugas mencerna selulosa menjadi gula. Produk akhir yang
dihasilkan akan mengalami perbedaan tergantung dari proses yang digunakan.
Pada proses aerob dekomposisi limbah cair akan menghasilkan karbondioksida, air
dan panas, sedangkan pada proses anaerobik produk akhirnya berupa
karbondioksida, etanol dan panas.
b. Bakteri pembentuk asam
Bakteri pembentuk asam bertugas membentuk asam-asam organik seperti asamasam butirat, propionat, laktat, asetat dan alkohol dari subtansi-subtansi polimer
kompleks seperti protein, lemak dan karbohidrat. Proses ini memerlukan suasana
yang anaerob. Tahap perombakan ini adalah tahap pertama dalam pembentukan
biogas atau sering disebut tahap asidogenik.
c. Bakteri pembentuk metana
Golongan bakteri ini aktif merombak asetat menjadi gas metana dan
karbondioksida. Tahap ini disebut metanogenik yang membutuhkan suasana yang
anaerob, pH tidak boleh terlalu asam karena dapat mematikan bakteri metanogenik
BAB III METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimen yang
dilanjutkan dengan analisis sampel di Laboratorium untuk mengetahui kemampuan
pengolahan limbah tahu menggunakan Bioreaktor Biakan Melekat secara AnaerobAerob terhadap penyisihan kadar BOD, COD, TSS, serta Amonia pada efluent air
limbah tahu di Pabrik Tahu Trisanjaya.
Penelitian ini dilakukan selama 2 bulan mulai bulan Juni sampai Agustus
2013. Lokasi pengambilan sampel terletak di Jln. Baji Nyawa No.23 Makassar,

dengan alasan industri tahu tersebut masih membuang air limbah ke badan air
tanpa pengolahan dan industri ini terletak di tengah-tengah pemukiman padat.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan untuk membuat bioreactor adalah meteran, kaca 5 mm,
ember, keran 0,5 inci, balok kayu, gergaji, pipa bentuk L dan pipa bentuk T.
Sedangkan bahannya adalah air limbah tahu dan lem pipa/lem kaca.
Untuk alat yang digunakan di Laboratorium untuk menganalisis yaitu :
Pemeriksaan BOD : botol winkler, inkubator, buret, gelas ukur, pipet, dan
erlenmeyer.Pemeriksaan COD : reaktor COD, tabung COD, pipet volum, dan
spektrofotometer.Pemeriksaan TSS : Spektrofotometer.Pemeriksaan Amonia :
spektrofotometer, tabung reaksi, rak tabung, pipet skala 1 ml, pipet skala 10 ml,
labu ukur 500 ml, corong, erlenmeyer 100 ml, karet bulp.Alat sampling : water
sampler, ember, gayung, jerigen, dan botol sampel.
Kemudian untuk bahannya adalah
Pemeriksaan BOD : larutan mangan sulfat, larutan alkali-iodida azida, larutan
asam sulfat pekat, larutan natrium tiosulfat 0,025 N dan indikator amilum 0,5 %,
larutan pengencer.Pemeriksaan COD : Larutan campuran kalium dikromat
merkuri sulfat, campuran perak sulfat-asam
sulfat, dan larutan standar kalium hidrogen ftalat.Pemeriksaan TSS : air
suling.Pemeriksaan Amonia : larutan fenol, larutan natrium nitroprusside larutan
hipoklorit 5%, natrium sitrat, natrium hidroksida, kertas saring Whatman no. 42,
akuades.Bahan media filter : bioball berdiameter 3,4 cm.Bahan kimia pengawet
sampel : asam sulfat pekat (H2SO4).
Teknik Pengumpulan Data
1 Cara Pengumpulan Data
- Data Primer, melalui pemeriksaan kadar BOD, COD, TSS, Amonia sebelum
dan sesudah perlakuan di Laboratorium.
- Data Sekunder, diperoleh melalui penelusuran kepustakaan berupa referensi
hasil penelitian sebelumnya serta laporan-laporan.
2 Tahap Persiapan Perencanaan Bak Pengolahan
Reaktor pengolahan terdiri dari 5 kompartemen dengan volum efektif 108
literyang terdiri atas :
Bak penampungan air limbah sebelum proses pengolahan
a. Kompartemen I merupakan reaktor pengendapan awal
b. Kompartemen II dan III merupakan reaktor pengolahan anaerob terdiri dari
2 reaktor
c. Kompartemen IV merupakan reaktor pengolahan aerob terdiri dari 1 bak

d. Kompartemen V merupakan reaktor pengendapan akhir


eB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Air Limbah Tahu
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada air limbah tahu mulai dari
tanggal 28 Juni 2 Agustus 2013 diketahui bahwa kondisi awal air limbah tahu
dari pabrik Trisanjaya sebelum proses pengolahan yang diperiksa di
laboratorium dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 1. Air Limbah Tahu Sebelum Proses Pengolahan
Baku
No Paramete
Hasil
Satuan
Mut
.
r
Analisis
u
1.
BOD
mg/L
770
150
2.
COD
mg/L
909,44
300
3.
TSS
mg/L
381
200
4.
Amonia
mg/L
4,5
(Sumber : Hasil analisis Lab. Poltekkes Makassar, 2013)
Berdasarkan Tabel, hasil pemeriksaan sampel awal air limbah tahu untuk
konsentrasi parameter BOD, COD, serta TSS terdeteksi melampaui Baku Mutu
Keputusan Gubernur Sulawesi Selatan No.69 Tahun 2010 sehingga dapat
memberikan gambaran bahwa air limbah tahu memiliki kadar pencemar tinggi
yang dapat merusak lingkungan jika tidak diolah terlebih dahulu.
Analisis Hasil Penelitian
Di bawah ini adalah hasil pengamatan dan analisis laboratorium terhadap
parameter BOD, COD, TSS, dan Amonia :
1. Biological Oxygen Demand (BOD)
Hasil analisis sampel air limbah dan air hasil olahan dengan waktu tinggal
dua hari yaitu yaitu 142 mg/l, lalu pada percobaan II dan III memenuhi standar
mulai pada hari ke-2.
Pada air hasil olahan, konsentrasi BOD mengalami penurunan secara
beraturan yaitu mulai dari 165 mg/l sampai pada konsentrasi BOD yang paling
rendah yaitu 24 mg/l. Persentase penyisihan BOD sempat mengalami penurunan
dari 88,61% pada hari ke-27 atau hari ke-6 percobaan II menjadi 88,31% pada hari
ke-30 atau hari ke-2 percobaan III. Namun secara keseluruhan penyisihan terus
meningkat hingga mencapai 96,31% pada hari terakhir operasi.

2. Chemical Oxygen Demand (COD)


Analisa konsentrasi BOD pada sampel air limbah tahu dan air hasil olahan
dengan waktu tinggal 3 hari yang dioperasikan mulai pada hari ke-21
ditampilkan pada tabel 3 dan gambar 3.
Dari hasil analisis menunjukkan bahwa COD air limbah tahu sebelum
pengolahan mencapai lebih dari tiga kali lipat B percobaan II, dan 1032,97 mg/l
pada percobaan III. Sedangkan Baku Mutu yang ditetapkan hanya sebesar 300
mg/l. Untuk konsentrasi COD air hasil olahan secara keseluruhan mengalami
penurunan secara beraturan dari 350 mg/l sampai 93 mg/l.
aku Mutu yang ditetapkan, yaitu 909,44 mg/l pada percobaan I, 1157,80 mg/l
pada
tertinggi yaitu 1157,80 mg/l pada percobaan III.

Ba ku M utu
Ha ri ke - 0
Kons e ntra si C OD (mg /l)

Ha ri ke - 2
Ha ri ke - 4
Ha ri ke - 6

Gambar 3. Konsentrasi COD Sebelum dan Sesudah Pengolahan


Pada gambar 3 dapat dilihat bahwa air hasil olahan memenuhi standar Baku
Mutu yang ditetapkan yaitu 300 mg/l mulai pada hari ke-18 atau hari ke-4 untuk
percobaan I yaitu 201 mg/l. Persentase penyisihan COD juga mengalami
peningkatan mulai dari 61,51% hingga persentase tertinggi yaitu mencapai 91%
sehingga secara mutlak COD yang disisihkan meningkat.
Tabel 3. Konsentrasi COD Sebelum dan Sesudah Pengolahan
P Wa W Konsen Se
e ktu akt
trasi
lis

Op
COD
era u
O
In
r
(
si Ti
ut
(m
c.
ih %
(m
(H ng
g/
)
g/
ari gal
L)
L)
)
90
14
0 9,4 - 4
6
90
55
35
1,
16
2 9,4
9,
0
5
4
44
1
7
I
90
70
20
7,
18
4 9,4
8,
1
8
4
44
9
8
90
74
16
1,
20
6 9,4
1,
8
5
4
44
3
II
11
21
0 57,
80
7
11
90
25
7,
23
2 57,
2,
5
9
80
80
8
7
11
92
23
9,
25
4 57,
3,
4
7
80
80
9
27
6 11 21 94 8
57, 3 4, 1,
80
80 6

0
28

10
32,
97

8
10
84
19
1,
30
2 32,
0,
2
4
97
97
II
1
8
I
10
85
17
3,
32
4 32,
8,
4
1
97
97
6
10
93
9
34
6 32, 93 9,
1
97
97
(Sumber : Hasil Pemeriksaan Lab. Poltekkes Makassar, 2013)
Dari tabel di atas terlihat bahwa air limbah sebelum pengolahan beragam mulai
dari nilai terendah yaitu 909,44 mg/l pada percobaan I hingga nilai Gambar 3.
Konsentrasi COD Sebelum dan Sesudah Pengolahan
Pada gambar 3 dapat dilihat bahwa air hasil olahan memenuhi standar Baku
Mutu yang ditetapkan yaitu 300 mg/l mulai pada hari ke-18 atau hari ke-4 untuk
percobaan I yaitu 201 mg/l. Persentase penyisihan COD juga mengalami
peningkatan mulai dari 61,51% hingga persentase tertinggi yaitu mencapai 91%
sehingga secara mutlak COD yang disisihkan meningkat.
3. Total Suspended Solid (TSS)
Hasil analisis konsentrasi TSS air limbah tahu sebelum dan sesudah
pengolahan serta persentase penyisihan TSS
Tabel 4.Konsetrasi TSS Sebelum dan Sesudah Pengolahan
P Wa Wa Konsent Sel
er ktu ktu rasi TSS isi (
c. Op Tin In Ou h %
)
era gga (m t
g/ (m
si
l
g/

L)

L)

38
1

16

38
1

21
6

16
5

18

38
1

18
0

20

38
1

14
4

21

40
7

23

40
7

18
9

21
8

25

40
7

13
2

27

40
7

74

28

36
2

(Ha
ri)
14

II

43
,3
1
52
20
,7
1
6
62
23
,2
7
0
-

53
,5
6
67
27
,5
5
7
81
33
,8
3
2
-

70
30
2
,1
7
II
79
36
28
I
32
4
76
,0
2
6
1
92
36
35
34
6
28
,6
2
3
5
(Sumber : Hasil Pemeriksaan Lab. Poltekkes Makassar, 2013)
36
2

10
8

25
4

Dari Tabel di atas terlihat bahwa TSS air limbah tahu mencapai 407 mg/l
sedangkan baku mutu industri tahu adalah 200 mg/l.
Pada air hasil olahan, konsentrasi TSS mengalami penurunan yaitu mulai
dari 216 mg/l hingga konsentrasi terendah yaitu 28 mg/l sedangkan untuk
persentase penyisihan TSS mengalami peningkatan hingga 92,65%.
Jika dikaitkan dengan Baku Mutu yang ditetapkan untuk parameter TSS
limbah industri tahu yaitu 200 mg/l, maka dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa
air hasil olahan memenuhi standar pada hari ke-4 percobaan I atau pada waktu
operasi ke-18 yaitu 180 mg/l.

450
400
350
300

Baku Mutu

250

Hari ke-0

Konsentrasi TSS (mg/l)


200

Hari ke-2

150

Hari ke-4

100

Hari ke-6

50
0
Perc. I

4.
Amonia
Analisa konsentrasi Amonia air limbah tahu sebelum dan sesudah
pengolahan serta persentase penyisihan TSS ditampilkan pada tabel 5 dan
gambar 5.
P Wa Wa Konsent Sel
er ktu ktu
rasi
isi (
c. Op Tin Amonia h %
)
era gga In Ou
(m t
si
l
g/ (m
(Ha
g/

ri)
14

16

18

20

21

23

25

27

28

30

32

34

II

II
I

L)
4,5

L)
-

41
2,6 1,8
4,5
,3
4
6
3
71
4,5 1,3 3,2 ,1
1
77
1,0 3,4
4,5
,1
3
7
1
5,7
7
57
5,7 2,4 3,2
,0
7
8
9
2
69
5,7 1,7
4 ,3
7
7
2
75
5,7
4,3
1,4
,7
7
7
4
2,3 1,1 1,1
2,3
50
5
5
73
2,3 0,6 1,7 ,9
1
99
0,0 2,2
2,3
,1
2
8
3

(Su
Tabel 5. Konsetrasi Amonia Sebelum dan Sesudah Pengolahan
Dari Tabel 5 di atas terlihat bahwa Amonia air limbah tahu sebelum
pengolahan juga berfluktuasi mencapai nilai tertinggi yaitu 5,77 mg/l sedangkan
pada air hasil olahan, konsentrasi Amonia mengalami penurunan hingga mencapai
0,02 mg/l atau dengan persentase penyisihan kadar Amonia hingga 99,13%.

6
5
4

Hari ke-0

Hari ke-2

Konsentrasi Amonia (mg/l)

2
1

Hari ke-4
Hari ke-6

0
Perc I

Untuk parameter Amonia tidak


tidak dipersyaratkan pada Baku Mutu Air
Limbah Industri Tahu menurut SK.Gubernur Sul-Sel No.69 Thn 2010, tetapi hasil
penelitian menggunakan Bioreaktor Biakan Melekat mendapatkan kadar Amonia
mencapai 0,02 mg/l pada hari terakhir operasi. Ini dapat disimpulkan bahwa
pengolahan menggunakan Bioreaktor sangat efektif dalam menurunkan kadar
Amonia yang terkandung dalam air limbah industri tahu
BAB V KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yan telah dilakukan, maka diperoleh kesimpulan
sebagai berikut :
1. Parameter BOD (Biological Oxygen Demand) sebelum pengolahan adalah 770
mg/l mengalami penurunan mencapai 24 mg/l. Parameter COD (Chemical
Oxygen Demand) selama pengolahan mengalami penurunan dari nilai sebelum
proses 909,44 mg/l menjadi 93 mg/l. Parameter TSS (Total Suspended Solid)
dapat diturunkan dari 381 mg/l menjadi 28 mg/l. Parameter Amonia mengalami
penurunan dari 4,5 mg/l menjadi 0,02 mg/l.
2. Pengolahan menggunakan Bioreaktor Biakan Melekat Secara Anaerob-aerob
dengan media Bioball diperoleh persentase penyisihan untuk parameter BOD
pada awal pengolahan 65,58% dan meningkat sampai penyisihan tertinggi
mencapai 96,31%.Pada awal proses persentase penyisihan COD 61,51% dan
meningkat hingga 91%. Parameter TSS dengan persentase pada awal
pengolahan 43,31% kemudian meningkat hingga penyisihan maksimum
92,65%. Untuk persentase penyisihan pada awal pengolahan 41,33% dan
persentase penyisihan Amonia mengalami peningkatan sampai 99,13%.

Anda mungkin juga menyukai