Ni Peri Tunjung Wulan
Ni Peri Tunjung Wulan
menempuh
jalan
sempit
menembus
semak-semak
dan
memungut
hasil
sawah
dan
kebun,
mereka
kembali
ke
Berdebar-debar
jantungnya.
Apakah
yang
akan
terjadi sekarang?
Tiba-tiba terdengar suara ribut-ribut. Aryo Menak memandang ke kolam.
Para wanita tampak keluar dari dalam kolam, lalu mengambil pakaiannya
masing-masing. Setelah
mengenakan pakaian, mereka lari terbang ke angkasa. Tercengang Aryo
Menak melihat kejadian itu.
Rupanya mereka bidadari yang turun mandi, kata Aryo Menak pada
dirinya sendiri. Kemudian ia teringat kepada baju yang dipegangnya. Lalu
ia memandang ke tengah
kolam. Dalam kolam masih ada seorang wanita yang berendam dalam air.
Rupanya bidadari itulah pemilik baju yang dipegangnya. Ia tidak dapat
turut terbang bersama temantemannya
karena
tidak
menemukan
bajunya.
Maka
tinggallah
ia
berendam dalam kolam karena tidak berani keluar. Ia tampak malu dan
takut. Aryo Menak menyembunyikan
baju itu dalam sabuknya, lalu berjalan mendekati kolam. Ketika melihat
Aryo Menak, bidadari itu memalingkan mukanya lalu menangis. Ia sedih
karena
ditinggalkan
teman-temannya
dan
khawatir
akan
nasib
"Baiklah saya turut dengan tuan? kata bidadari itu. Aryo Menak
memberikan destarnya untuk penutup badan bidadari, lalu diajaknya
pergi ke kampungnya.
Siapa nama tuan putri?" tanya Aryo Menak. "Ni Peri 'l'unjung Wulan,"
sahut bidadari itu.
Aryo Menak membawa Ni Peri Tunjung Wulan ke kampungnya, lalu
dijadikan istrinya. Demikianlah Aryo Menak dengan istrinya Ni Peri
Tunjung Wulan hidup dengan bahagia, rukun, dan damai di rumah Aryo
Menak. Sejak kedatangan Ni Peri Tunjung Wulan, Aryo Menak bertambah
kaya. Hartanya bertambah banyak dan padinya melimpah-limpah seakanakan tidak berkurang sama sekali. Dalam hatinya Aryo Menak heran
sekali. Padinya tidak pernah berkurang, malah bertambah banyak,
padahal mereka makan nasi setiap hari. Ia pun heran karena selama ini
belum pernah ia melihat istrinya menumbuk padi, tetapi selalu menanak
nasi.
Dari perkawinan Aryo Menak dengan Ni Peri Tunjung Wulan lahirlah
seorang anak laki-laki. Anak ini tidak berpusar dan diberi nama Aryo
Kedot. Aryo Menak dan Ni Peri
Tunjung Wulan mengasuh anaknya baik-baik dengan penuh kasih
sayang. Aryo Kedot ini yang kemudian hari menurunkan raja-raja
Madura. Keturunan Aryo Kedot adalah raja-raja yang cakap dan tangkas.
Aryo Menak yang tak habis heran memikirkan keadaan lumbung padinya
yang melimpah-limpah itu ingin mengetahui rahasia istrinya yang tidak
pernah menumbuk padi, tetapi selalu dapal menanak nasi.
Makin besar rasa ingin tahunya ketika diingatnya bahwa istrinya selalu
melarang ia masuk ke dapur. Kalau ia akan keluar rumah, selalu ia
aku
tahu
rahasia
istriku.
Tetapi
mengapa
ia
tidak
menceriterakannya kepadaku? Biarlah aku berpura-pura tak tahu apaapa." Aryo Menak duduk di depan rumah memangku anaknya sambil
menunggui istrinya pulang, seakan-akan tak terjadi apa-apa.
Sesampai Ni Peri Tunjung Wulan di rumah ia langsung ke dapur melihat
masakannya. Tampak olehnya dalam periuk masih tetap ada sebutir padi.
"Aduh, celaka! Mungkin
apinya kurang besar," pikirnya. Ia menambah kayu api, supaya lebih
besar nyalanya. Tetapi butir padi itu tetap tak berubah.