BAB I
A. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian.
Perkembangan dunia bisnis dalam beberapa dekade ini telah banyak
mengalami kemajuan, diantaranya semakin banyak perusahaan yang bergerak
dalam berbagai bidang bisnis. Setiap pemilik perusahaan (principal)
mempunyai tujuan dalam mendirikan perusahaan. Tujuan untuk memproduksi,
mendistribusikan atau mengelola barang dan jasa yang dibutuhkan masyarakat
dengan ekonomis dan efisien yang pada akhirnya akan menghasilkan
keuntungan. Keuntungan yang diperoleh akan digunakan untuk kepentingan
pihak-pihak yang berhubungan dengan perusahaan serta digunakan untuk
kelangsungan hidup dan perkembangan perusahaan.
Dalam rangka mencapai tujuan tersebut perusahaan memerlukan sumber
daya, seperti modal yang memadai, teknologi yang tepat, tempat produksi
serta tenaga kerja yang dapat bekerja dengan optimal. Tanpa adanya sumber
daya tersebut suatu perusahaan tidak akan dapat berjalan. Dalam
perkembangannya, dunia bisnis menunjukkan bahwa sumber daya manusia
merupakan faktor terpenting dari sumber daya yang dibutuhkan oleh
perusahaan. Tanpa adanya sumber daya manusia, maka perusahaan tidak dapat
menjalankan kegiatannya.
Sumber daya manusia atau karyawan merupakan aset penting perusahaan
karena perannya sebagai subyek dalam pelaksanaan kebijakan dan kegiatan
operasional perusahaan. Sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan, seperti
modal, metode dan mesin tidak dapat memberikan hasil yang optimal apabila
tidak didukung oleh sumber daya manusia yang memiliki kinerja (job
performance) yang tinggi. Oleh karena itu, peningkatkan kinerja perlu
diperhatikan agar karyawan dapat bekerja secara efisien dan menampilkan
kinerja yang dapat memberikan kontribusi terhadap produktivitas. Manajemen
perlu mengetahui bagaimana cara kerja dari tenaga kerja yang mereka miliki.
Apakah terjadi penurunan kinerja atau apakah kinerja karyawan telah sesuai
dengan ketentuan dan harapan perusahaan.
Karyawan perlu diolah dengan perencanaan yang baik. Untuk melakukan
pengolahan tersebut diperlukan suatu kepemimpinan yang mengatur
penggunaan sumber daya dengan maksimal. Pada awalnya, kajian mengenai
kepemimpinan memusatkan perhatian pada keperibadian yang merupakan
karakter pemimpin yang berhasil. Teori kepribadian (traits theory)
mengasumsikan pemimpin yang berhasil sudah merupakan takdir dan kualitas
bawaan lahir yang membedakan seorang pemimpin dengan non pemimpin.
Namun banyak yang mengkritik teori kepribadian ini karena pada
kenyataannya kepemimpinan dapat dilatih dan dikembangkan, sehingga kajian
beralih pada pendekatan perilaku dan gaya kepemimpinan.
Karyawan memerlukan motivasi untuk dapat bekerja secara lebih baik.
Melihat pentingnya karyawan dalam perusahaan, maka diperlukan perhatian
yang sangat serius terhadap tugas yang dikerjakan dalam rangka pencapaian
tujuan perusahaan. Dengan motivasi yang tinggi, maka karyawan akan
BAB II
BAB III
BAB II
B. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Rerangka Teori.
2.1.1 Gaya Kepemimpinan.
2.1.1.1 Pengertian Gaya Kepemimpinan.
Dalam memimpin perusahaan, seorang pemimpin tidak dapat
terlepas dari gaya kepemimpinan. Setiap pemimpin mempunyai gaya
kepemimpinan yang berbeda-beda. Dalam memberikan motivasi
kepada bawahannya, berbagai cara dapat dilakukan oleh seorang
pemimpin dengan melakukan tindakan-tindakan yang selalu terarah
pada tujuan organisasi. Hal tersebut dimaksud untuk memaksimalkan
kinerja bawahan untuk pencapaian tujuan perusahaan. Cara atau
teknik seseorang dalam menjalankan kepemimpinan disebut gaya
kepemimpinan.
Gaya kepemimpinan dipengaruhi oleh latar belakang dan
kepribadian dari pimpinan yang bersangkutan. Latar belakang
meliputi hal-hal seperti umur, pendidikan formal, dan pengalaman
pada suatu fungsi tertentu. Karakteristik kepribadian meliputi hal-hal
seperti kemauan pimpinan mengambil risiko dan toleransinya
(Anthony et al., 2009).
2.1.1.2 Model Gaya Kepemimpinan.
Menurut G.R. Terry yang dikutip oleh Donni dan Suwatno
(2011:156-157), mengemukakan ada 6 tipe kepemimpinan, yaitu:
a. Kepemimpinan Pribadi (Personal Leadership).
Dalam tipe ini pimpinan mengadakan hubungan langsung dengan
bawahannya, sehingga timbul kontak pribadi.
b. Kepemimpinan Non-Pribadi (Non-Personal Leadership).
Dalam tipe ini pimpinan tidak mengadakan hubungan langsung
dengan bawahannya, sehingga antara atasan dan bawahan tidak
timbul kontak pribadi.
c. Kepemimpinan Otoriter (Authoriterian Leadership).
Dalam tipe ini pimpinan memperlakukan bawahannya sewenangwenang, karena menganggap dirinya orang yang paling berkuasa,
bawahannya digerakkan dengan jalan paksa sehingga para pekerja
dalam melakukan pekerjaannya bukan karena ikhlas melainkan
karena takut.
d. Kepemimpinan Kebapakan (Paternal Leadership).
Dalam tipe ini pemimpin memperlakukan bawahannya seperti anak
sendiri, sehingga para bawahannya tidak berani mengambil
keputusan, segala sesuatu diserahkan kepada bapak pimpinan
untuk menyelesaikannya.
e. Kepemimpinan Demokratis (Democratis Leadership).
Dalam tipe ini pimpinan selalu mengadakan musyawarah dengan
para bawahannya untuk menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan yang
sukar.
10
4. Faktor Kepemimpinan.
Menurut Arep dalam manajemen personalia (2003: 93),
kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk menguasai
atau mempengaruhi orang lain atau masyarakat yang berbeda-beda
menuju pencapaian tertentu.
5. Faktor Pelatihan.
Menurut Arep (2003: 108), pelatihan merupakan salah satu
usaha untuk mengembangkan sumber daya manusia, terutama
dalam hal pengetahuan, kemampuan, keahlian, dan sikap. Manfaat
pelatihan bagi karyawan adalah:
a. Meningkatkan motivasi.
b. Meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan keterampilan
dalam melaksanakan tugas sehari-hari.
c. Meningkatkan rasa percaya diri dan menghilangkan rasa
rendah diri.
d. Memperlancar pelaksanaan tugas.
e. Menumbuhkan sikap positif terhadap organisasi.
f. Meningkatkan semangat dan gairah kerja.
g. Mempertinggi rasa peduli terhadap organisasi.
h. Meningkatkan rasa saling menghargai antar karyawan.
i. Memberikan dorongan bagi karyawan untuk menghasilkan
yang terbaik.
j. Memberikan dorongan bagi karyawan untuk memberikan
pelayanan yang terbaik.
6. Faktor Prestasi.
Penilaian prestasi kerja karyawan bagi organisasi merupakan
sarana untuk mengembangkan sumber daya manusia. Sedangkan
bagi karyawan penilaian prestasi dapat memacu semangat kerja,
guna peningkatan kinerja selanjutnya. Karena dengan penilaian
prestasi ini akan merasa bahwa hasil kerja mereka diakui oleh
pihak organisasi. Hal ini merupakan sumber motivasi kerja yang
sangat mempengaruhi kinerja karyawan.
2.1.2.2 Model Motivasi.
Para manajer mempunyai beberapa model pandangan tentang
bagaimana mereka dapat memotivasi bawahannya. Ranupandojo dan
Suad Husnan (1995, hal 201-202), mengemukakan ada tiga model
pandangan tentang motivasi sebagai berikut:
a. Model Tradisional.
Untuk memberikan dorongan kepada karyawan agar melakukan
pekerjaan mereka dengan berhasil, para manajer menggunakan
sistem upah insentif, semakin banyak mereka menghasilkan,
semakin besar penghasilan mereka.
b. Model Hubungan Manusiawi.
Para manajer bisa memotivasi para karyawan dengan mangakui
kebutuhan sosial mereka dan mencoba memotivasi mereka dengan
meningkatkan kepuasan kerjanya.
11
Kinerja.
2.1.3.1 Pengertian Kinerja Karyawan.
Kinerja dapat diartikan sebagai pencapian tugas, dimana seseorang
harus bekerja sesuai dengan program yang telah ditetapkan dalam
rangka pencapaian tujuan tertentu.
Kinerja karyawan (job performance) dapat diartikan sebagai sejauh
mana seseorang melaksanakan tanggung jawab dan tugas kerjanya
(Singh et al., 1996), Faustino Gomes (1995), mengatakan performansi
pekerjaan adalah catatan hasil atau keluaran (outcomes) yang
dihasilkan dari suatu fungsi pekerjaan tertentu atau kegiatan tertentu
12
13
14
15
X2
2.1.4.3 Hipotesis
H1 : Ada pengaruh yang signifikan antara gaya kepemimpinan
terhadap kinerja karyawan.
H2 : Ada pengaruh yang signifikan antara motivasi kerja
terhadap kinerja karyawan.
16
BAB III
C. METODE PENELITIAN
3.1.
M
etode Penelitian.
3.1.1 Obyek/subyek penelitian.
Obyek atau subyek penelitian adalah pihak-pihak yang dijadikan
sebagai sampel dalam sebuah penelitian.
3.1.2 Jenis data.
Data Primer.
Data primer adalah data yang dapat dari sumber pertama baik dari
individu atau perorangan seperti hasil wawancara atau hasil pengisian
kuesioner yang biasa dilakukan oleh peneliti (Umar, 2000, hal 99).
Teknik pengambilan sampel.
Data Sekunder.
Data sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih
lanjut, dan disajikan baik oleh pihak pengumpul data primer atau
pihak lain (Umar, 2000, hal 100).
3.1.3 Teknik pengumpulan data.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian adalah kuesioner.
Kuesioner merupakan daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang
lain (responden) dengan maksud agar orang yang diberi daftar tersebut
bersedia memberi respon sesuai dengan permintaan pengguna
(Arikunto, 1997, hal 136).
3.1.4 Teknik pengambilan sampel.
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian adalah metode
purposive sampling, artinya bahwa populasi yang akan dijadikan
sampel dalam penelitian ini adalah populasi yang memenuhi kriteria
sampel tertentu sesuai dengan yang dikehendaki peneliti (Sekaran,
2006).
3.1.5 Definisi operasional variabel penelitian.
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang terbentuk apa saja
yang ditetapkan oleh penelitian untuk dipelajari sehingga diperoleh
informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya
(Sugiono, 2011:38). Penelitian ini melibatkan dua variabel yaitu
variabel independen dan variabel dependen.
3.1.5.1
Variabel Dependen.
Variabel dependen atau variabel terikat adalah variabel
yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel independen
atau variabel bebas (Sekaran, 2003). Variabel dependen
dalam penelitian ini adalah kinerja karyawan.
3.1.5.2
Variabel Independen.
Variabel independen atau variabel bebas adalah variabel
yang membantu menjelaskan varians dalam variabel
terikat (Sekaran, 2003). Variabel independen dalam
17
3.1.6
3.1.7
18
DAFTAR PUSTAKA
Anthony, R.N & V.Govindarajan. 2009. Management Control System. Jakarta:
Salemba Empat.
Riduwan & Sunarto. 2012. Pengantar Statistika Untuk Penelitian: Pendidikan,
Sosial, Komunikasi, Ekonomi Dan Bisnis. Bandung: Alfabeta.
Perwitasari, E.N.A. 2003. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Karyawan
(Studi Kasus Pada Hotel Dana Solo). Skripsi. FE Universitas
Soegijapranata.
Nugroho, Rakhmat. 2006. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja
Karyawan (Studi Empiris Pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero),
Cabang Bandung). Tesis. FE Universitas Diponegoro.
Ruyatnasih, H.Y., A. Musadad dan B.Hasyim. 2013. Pengaruh Gaya
Kepemimpinan Terhadap Kinerja Karyawan Pada Bagian Operator
SPBU PT. Mitrabuana Jayalestari Karawang. Jurnal Manajemen Vol.
10 : 1108.
Maryani., A. Thoyib., M. Setiawan., dan Ubud Salim. 2011. Pengaruh Budaya
Organisasi dan Gaya Kepemimpinan Serta Pengembangan Karyawan
Terhadap Kepuasan Kerja dan Kinerja Karyawan Pada Perusahaan
Ritel Di Sulawesi Selatan. Jurnal Aplikasi Manajemen Vol. 9 No. 3 :
1031.