PENDAHULUAN
Spondilitis tuberkulosis atau yang lebih populer disebut Potts Disease (PD)
adalah tuberkulosis diseminata yang mengenai vertebra beserta dengan diskus
intervertebralis disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosi. Tuberkulosis masih
menjadi salah satu penyakit paling mematikan di seluruh dunia. World Health
Organization (WHO) memperkirakan bahwa setiap tahun terdapat lebih dari 8
juta kasus baru tuberkulosa dan lebih kurang 3 juta orang meninggal akibat
penyakit ini. Tuberkulosis sering dijumpai di daerah dengan penduduk yang
padat sanitasi yang buruk dan malnutrisi. Walaupun manifestasi tuberkulosis
biasanya terbatas pada paru, penyakit ini dapat mengenai organ apapun, seperti
tulang, traktus genitourinarius dan sistem saraf pusat.1
World Health Organisation (WHO) pada tahun 2009 melaporkan lebih dari
5.8 juta kasus TB baru pulmoner maupun extra-pulmoner. Di Amerika Serikat,
tuberkulosis pada tulang dan sendi diperhitungkan sebanyak 10% dari total kasuskasus infeksi bakteri M.tuberkulosis. Tulang yang sering terinfeksi adalah tulangtulang yang pada umumnya menjadi tumpuan berat (Weight-bearing), antara lain
tulang belakang (pada 40% kasus), tulang pinggul (pada 13% kasus), dan tulang
patella (pada 10% kasus).2 Indonesia menempati peringkat ketiga setelah India
dan China sebagai negara dengan populasi penderita TB terbanyak.Setidaknya
hingga 20 persen penderita TB paru akan mengalami penyebaran TB ekstraparu.3
Spondilitis tuberkulosa merupakan penyakit kronik dan lambat berkembang
dengan gejala yang telah berlangsung lama. Riwayat penyakit dan gejala klinis
pasien adalah hal yang penting, namun tidak selalu dapat diandalkan untuk
diagnosis dini. Nyeri adalah gejala utama yang paling sering. Gejala sistemik
muncul seiring dengan perkembangan penyakit. Gejala lainnya menggambarkan
penyakit kronis, mencakup malaise, penurunan berat badan dan fatigue.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi
Tulang belakang manusia adalah pilar atau tiang yang berfungsi
sebagai penyangga tubuh dan melindungi medulla spinalis. Pilar itu terdiri
atas 33 ruas tulang belakang yang tersusun secara segmental yang terdiri atas
7 ruas tulang servikal (vertebra servikalis), 12 ruas tulang torakal (vertebra
torakalis), 5 ruas tulang lumbal (vertebra lumbalis), 5 ruas tulang sakral yang
menyatu (vertebra sakral), dan 4 ruas tulang ekor (vertebra koksigea).6
Tulang belakang juga berfunsi untuk menyangga kepala dan sebagai
titik sambungan terhadap tulang iga, pelivs dan otot-otot punggung. Susunan
tulang
belakang
manusia
terdiri
dari
tulang
vertebra
dan
discus
trunk,
common
carotid
dan
arteri
subklavian.
Gambar 2.5 Arteri yang memperdarahi tulang vertebra. (Henry gray, 2005)
2.2 Definisi
Spondilitis tuberkulosa atau Potts disease merupakan peradangan
kronik yang dapat menyebabkan destruksi disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosi yang mengenai vertebra beserta dengan diskus intervertebralis.2
Tuberkulosa tulang belakang selalu merupakan infeksi sekunder dari
fokus di tempat lain dalam tubuh Keterlibatan spinal biasanya merupakan
akibat dari penyebaran hematogen dari lesi pulmonal ataupun dari infeksi
pada sistem genitourinarius. Percivall pot (1779) pertama kali menguraikan
tentang tuberkulosa pada kolumna spinalis dan menyatakan bahwa terdapat
hubungan antara penyakit ini dengan Destruksi pada diskus dan korpus
vertebra yang berdekatan, kolapsnya elemen spinal dan kifosis berat dan
progresif kemudian dikenal sebagai Potts disease.1
2.3 Epidemiologi
Menurut World
pada
tahun
2014 terdapat 9 juta kasus TB baru dan 1,5 juta penduduk dunia meninggal
akibat infeksi kuman tuberkulosa. Indonesia menempati peringkat kelima
setelah
Mycobacterium
tuberculosis
yang
merupakan
anggota
ordo
lengkung, gram positif lemah yaitu sulit untuk diwarnai tetapi sekali berhasil
diwarnai sulit untuk dihapus walaupun dengan zat asam, sehingga disebut
sebagai kuman batang tahan asam. Hal ini disebabkan oleh karena kuman
bakterium memiliki dinding sel yang tebal yang terdiri dari lapisan lilin dan
lemak (asam lemak mikolat). Selain itu bersifat pleimorfik, tidak bergerak
dan tidak membentuk spora serta memiliki panjang sekitar 2-4 m.9
10
11
Derajat I
Kelemahan pada anggota gerak bawah setelah beraktivitas atau
berjalan jauh. Pada tahap ini belum terjadi gangguan saraf sensoris.
b.
Derajat II
Kelemahan pada anggota gerak bawah tetapi penderita masih dapat
melakukan pekerjaannya.
c.
Derajat III
12
Derajat IV
Gangguan saraf sensoris dan motoris disertai dengan gangguan
defekasi dan miksi.
TBC paraplegia atau Pott paraplegia dapat terjadi secara dini atau lambat
tergantung dari keadaan penyakitnya. Pada penyakit yang masih aktif,
paraplegia terjadi karena tekanan ekstradural dari abses paravertebral atau
kerusakan langsung sumsum tulang belakang oleh adanya granulasi
jaringan. Paraplegia pada penyakit yang tidak aktif atau sembuh terjadi
karena tekanan pada jembatan tulang kanalis spinalis atau pembentukan
jaringan fibrosis yang progresif dari jaringan granulasi tuberkulosa.
5. Stadium deformitas residual
Stadium ini terjadi kurang lebih 3-5 tahun setelah stadium implantasi.
Kifosis atau gibbus bersifat permanen karena kerusakan vertebra yang
massif di depan .10
Berdasarkan lokasi infeksi awal pada korpus vertebra dikenal tiga bentuk
spondilitis:
a)
Peridiskal / paradiskal
Infeksi pada daerah yang bersebelahan dengan diskus (di area metafise
dibawah ligamentum longitudinal anterior/area subkondral). Banyak
ditemukan pada orang dewasa. Dapat menimbulkan kompresi, iskemia
dan nekrosis diskus. Terbanyak ditemukan di regio lumbal.
b)
Sentral
Infeksi terjadi pada bagian sentral korpus vertebra, terisolasi sehingga
disalahartikan sebagai tumor. Sering terjadi pada anak-anak. Keadaan ini
sering menimbulkan kolaps vertebra lebih dini dibandingkan dengan tipe
lain 5 sehingga menghasilkan deformitas spinal yang lebih hebat.
c)
Bentuk atipikal
Atipikal karena terlalu tersebar luas dan fokus primernya tidak dapat
diidentifikasikan. Termasuk didalamnya adalah tuberkulosa spinal
dengan keterlibatan lengkung syaraf saja dan granuloma yang terjadi di
13
3.
14
Klasifikasi ASIA
Untuk menilai derajat keparahan, memantau perbaikan klinis dan
15
kasus
disertai oleh
timbulnya
gibbus
yaitu
punggung
yang
16
anamnesis,
pemeriksaan
fisik,
diikuti
dengan
pemeriksaan
17
dapat
teraba,
bahkan
terlihat
dari
luar
punggung
berupa
pembengkakan. Suatu tanda khas pada vertebra thorakal adalah kifosis yang
menyudut, pada pasien lanjut pasien bungkuk. 3
Apabila ada keterlibatan vertebra cervical leher menjadi kaku.
Permukaan kulit juga harus diperiksa secara teliti untuk mencari muara
sinus/fistel hingga regio gluteal dan di bawah inguinal (trigonum femorale).
Tidak tertutup kemungkinan abses terbentuk di anterior rongga dada atau
abdomen. Pada pemeriksaan neurologis bisa didapatkan gangguan fungsi
motorik, sensorik, dan autonom. Kelumpuhan berupa kelumpuhan upper
motor neuron (UMN), namun pada presentasi awal akan didapatkan paralisis
flaksid, baru setelahnya akan muncul spastisitas dan refleks patologis yang
positif. Kelumpuhan lower motor neuron (LMN) mononeuropati mungkin
saja terjadi jika radiks spinalis anterior ikut terkompresi. Jika kelumpuhan
sudah lama, otot akan atrofi, yang biasanya bilateral.3
Sensibilitas dapat diperiksa pada tiap dermatom untuk protopatis (raba,
nyeri, suhu), dibandingkan ekstremitas atas dan bawah untuk proprioseptif
(gerak, arah,rasa getar, diskriminasi 2 titik).3
2.8.3 Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
a.
b.
18
d.
e.
f.
g.
19
Polymerase
Chain
Reaction
(PCR)
dapat
digunakan
untuk
20
belakang, kelainan pada jaringan ikat dan abses pada foto polos.
Apabila kelainan tampak jelas pada foto polos, maka penyakit
tersebut sudah dalam fase lanjut dimana sudah terdapat kerusakan
pada tulang vertebra dan gangguan neurologis.
21
Patologi anatomi
Spesimen yang cocok untuk dijadikan kultur adalah organ-organ
dalam, tulang, pus, cairan sinovial, atau jaringan sinovial. Pada
pemeriksaan histologi akan ditemukan epithelioid cell granulomas,
nekrotik granular dengan infiltrasi limfositik, dan sebaran multinucleated
Langhans giant cells dan nekrosis kaseosa.16
22
Infeksi
piogenik
(contoh
karena
staphylococcal / suppurative
3.
4.
2.10
Penatalaksanaan
penanganan spondilitis TB secara umum dibagi menjadi dua bagian
23
Health
Katagori 1
Untuk penderita baru BTA (+) dan BTA (-)/rongen(+),
diberikan dalam dua tahap:
a.
b.
24
2.
Katagori 2
Penderita baru BTA (+) yang sudah pernah minum obat selama
lebih dari sebulan termasuk dengan penderita BTA + yang
kambuh atau gagal yang diberikan dalam dua tahap yaitu:
a.
b.
25
dengan pemberian obat tuberkulo statik. Pada abses yang besar dilakukan
drainase.
Ada tiga cara untuk menghilangkan lesi tuberkulosa yaitu:
a. Debridemen lokal
b. Kosto transveresektomi
c. Debridemant fokal radikal yang disertai bone graft di bagian
depan.
1. Paraplegia
Penanganan yang dapat dilakukan pada paraplegia yaitu:
a.
b. Laminektomi
c.
Kosto transveresektomi
d. Operasi radikal
e. Osteotomi pada tulang baji secara tertutup dari belakang.
2. Indikasi operasi yaitu:
a)
b)
c)
d)
3. Operasi kifosis
Operasi kifosis dilakukan bila terjadi deformitas yang hebat, kifosis
mempunyai tendensiuntuk bertambah berat terutama pada ank-anak.
Tindakan operatif dapat berupa fusi posterior atau melalui operasi radikal.7
26
2.11Pencegahan
Vaksin Bacillus Calmette-Guerin (BCG) merupakan suatu strain
Mycobacterium bovis yang dilemahkan sehingga virulensinya berkurang.
BCG akan menstimulasi immunitas, meningkatkan daya tahan tubuh tanpa
menimbulkan hal-hal yang membahayakan. Vaksinasi ini bersifat aman tetapi
efektifitas untuk pencegahannya masih kontroversial. Percobaan terkontrol di
beberapa negara Barat, dimana sebagian besar anakanaknya cukup gizi, BCG
telah menunjukkan efek proteksi pada sekitar 80% anak selama 15 tahun
setelah pemberian sebelum timbulnya infeksi pertama. Akan tetapi percobaan
lain dengan tipe percobaan yang sama di Amerika dan India telah gagal
menunjukkan keuntungan pemberian BCG. Sejumlah kecil penelitian pada
bayi di negara miskin menunjukkan adanya efek proteksi terutama terhadap
kondisi tuberkulosa milier dan meningitis tuberkulosa.
National health services merekomendasikan vaksinasi BCG pada bayi,
anak-anak dan orang dewasa di bawah usia 35 yang dianggap berisiko
penangkapan tuberkulosis (TB). Vaksin BCG tidak diberikan kepada siapa
pun yang berusia di atas 35.
vaksinasi BCG dianjurkan bagi orang yang berusia 16 sampai 35
tahun yang beresiko kerja pajanan TB, termasuk:
1. Staf laboratorium yang berada dalam kontak dengan darah, urin dan
sampel jaringan
2. Staf hewan dan pekerja hewan lain, seperti pekerja rumah potong
hewan, yang bekerja dengan hewan yang rentan terhadap TB, seperti
sapi atau monyet
3. Staf penjara yang bekerja secara langsung dengan tahanan
4. Staf yang bekerja di fasilitas untuk pengungsi dan pencari suaka
5. Petugas kesehatan dengan peningkatan risiko terkena TB
Sebelum melakukan vaksinasi BCG untuk dewasa dan anak anak,
maka akan dinilai apakah berisiko tinggi terhadap TB. Jika tidak berisiko,
tidak akan memenuhi syarat untuk vaksinasi BCG. Tes kulit tuberkulin, atau
tes Mantoux, akan dilakukan sebelum vaksinasi BCG jika ;
1. Usia enam tahun atau lebih
2. Adalah bayi atau anak di bawah enam tahun dengan riwayat tinggal
atau tinggal berkepanjangan (lebih dari tiga bulan) di negara dengan
tingkat tinggi TB
27
Komplikasi
1. Cedera corda spinalis (spinal cord injury). Dapat terjadi karena adanya
tekanan ekstrsdural sekunder karena pus tuberkulosa, sekustra tulang,
sekustra dari diskus intervertebralis.
2. Empyema Tuberkulosa karena rupturnya abses paravertebral di torakal ke
dalam pleura.17
2.13
Prognosa
Prognosis pasien spondilitis TB dipengaruhi oleh: usia, deformitas
kifotik, letak lesi, defisit neurologis, diagnosis dini, kemoterapi, fusi spinal,
komorbid, tingkat edukasi dan sosioekonomi. Diagnosis dini sebelum terjadi
destruksi badan vertebra yang nyata dikombinasi dengan kemoterapi yang
adekuat menjanjikan pemulihan yang sempurna pada semua kasus. Adanya
resistensi terhadap OAT memperburuk prognosis spondilitis TB. Komorbid
lain seperti AIDS berkaitan dengan prognosis yang buruk.3
28