Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA

Tn.S DENGAN GANGGUAN PROSES PIKIR: WAHAM


MAGIC MISTIK
DI BANGSAL TERATAI IRNA IV RSUP DR. SARDJITO
YOGYAKARTA

DISUSUN OLEH:
1.
2.
3.
4.

NOVI TRI ASTUTI (10101063)


NUR HIDAYAH (10101064)
NURUL HIDAYAH (10101065)
RARA NARENDRAHAYU (10101066)

AKPER KARYA BHAKTI HUSADA


BANTUL, YOGYAKARTA
2012

GANGGUAN PROSES PIKIR WAHAM

I.

Masalah Utama
Gangguan proses pikir : Waham
II.

Proses Terjadinya Masalah


A. Definisi

Waham adalah keyakinan tentang suatu pikiran yang kokoh, kuat, tidak
sesuai dengan kenyataan, tidak cocok dengan intelegensia dan latar
belakang budaya, selalu dikemukakan berulang-ulang dan berlebihan
biarpun telah dibuktikan kemustahilannya atau kesalahannya atau tidak
benar secara umum.

Waham adalah keyakinan keliru yang sangat kuat yang tidak dapat
dikurangi dengan menggunakan logika.

Waham adalah keyakinan tentang suatu isi pikiran yang tidak sesuai
dengan kenyataannya atau tidak cocok dengan intelegensia dan latar
belakang kebudayaannya, biarpun dibuktikan kemustahilannya.

Waham adalah keyakinan yang salah dan menetap dan tidak dapat
dibuktikan dalam kenyataan.

B. Etiologi
Waham merupakan salah satu gangguan orientasi realitas.
Gangguan orientasi realitas adalah ketidakmampuan klien menilai dan
berespons pada realitas. Klien tidak dapat membedakan rangsangan
internal dan eksternal, tidak dapat membedakan lamunan dan kenyataan.
Klien tidak mampu memberi respons secara akurat, sehingga tampak
perilaku yang sukar dimengerti dan mungkin menakutkan.

Gangguan orientasi realitas disebabkan oleh fungsi otak yang terganggu


yaitu fungsi kognitif dan isi fikir; fungsi persepsi, fungsi emosi, fungsi motorik
dan fungsi sosial. Gangguan pada fungsi kognitif dan persepsi mengakibatkan
kemampuan menilai dan menilik terganggu. Gangguan fungsi emosi, motorik dan
sosial mengakibatkan kemampuan berespons terganggu yang tampak dari perilaku
non verbal (ekspresi muka, gerakan tubuh) dan perilaku verbal (penampilan
hubungan sosial). Oleh karena gangguan orientasi realitas terkait dengan fungsi
otak maka gangguan atau respons yang timbul disebut pula respons
neurobiologik.
C. Proses terjadinya Waham
a.

Individu diancam oleh lingkungan, cemas dan merasa sesuatu yang tidak
menyenangkan.

b.

Individu mengingkari ancaman dari persepsi diri atau objek realitas yang
menyalahartikan kesan terhadap kejadian

c.

Individu memproyeksikan pikiran, perasaan dan keinginan negative atau


tidak dapat diterima menjadi bagian eksternal

d.

Individu memberikan pembenarn atau interpretasi personal tentang realita


pada diri sendiri atau orang lain.
D. Faktor Penyebab Terjadinya Waham
1. Faktor Predisposisi

Faktor Biologis
a.

Gangguan perkembangan otak, frontal dan temporal.

b.

Lesi pada korteks frontal, temporal dan limbik.

c.

Gangguan tumbuh kembang.

d.

Kembar monozigot, lebih beresiko dari kembar dua telur.

Faktor Genetik
Gangguan orientasi realita yang ditemukan pada klien dengan
skizoprenia.

Faktor Psikologis
a.

Ibu pengasuh yang cemas/over protektif, dingin, tidak sensitif.

b.

Hubungan dengan ayah tidak dekat/perhatian yang berlebihan.

c.

Konflik perkawinan.

d.

Komunikasi double bind.

Sosial budaya
a.

Kemiskinan.

b.

Ketidakharmonisan sosial.

c.

Stress yang menumpuk.

2. Faktor Presipitasi

Stressor sosial budaya


Stres dan kecemasan akan meningkat bila terjadi penurunan
stabilitas keluarga, perpisahan dengan orang yang paling penting, atau
diasingkan dari kelompok.

Faktor biokimia
Penelitian tentang pengaruh dopamine, inorefinefrin, lindolomin,
zat halusinogen diduga berkaitan dengan orientasi realita.

Faktor psikologi
Intensitas kecemasan yang ekstrim dan menunjang disertai
terbatasnya

kemampuan

mengatasi

berkurangnya orientasi realiata.

masalah

memungkinkan

E. Jenis-jenis Waham
Menurut Mayer Gross, waham dibagi 2 macam :
a. Waham Primer
Timbul secara tidak logis sama sekali, tanpa penyebab apa-apa dari
luar. Misal seseorang merasa istrinya sedang selingkuh sebab ia melihat
seekor cicak berjalan dan berhenti dua kali.
b. Waham Sekunder
Biasanya logis kedengarannya, dapat diikuti dan merupakan cara
bagi penderita untuk menerangkan gejala-gejala skizofrenia lainnya.
Ada beberapa jenis waham :
Waham Kejar
Klien mempunyai keyakinan ada orang atau komplotan yang
sedang mengganggunya atau mengatakan bahwa ia sedang ditipu,
dimata-matai atau kejelekannya sedang dibicarakan.
Waham Somatik
Keyakinan tentang (sebagian) tubuhnya yang tidak mungkin benar,
umpamanya bahwa ususnya sudah busuk, otaknya sudah cair, ada
seekor kuda didalam perutnya.
Waham Kebesaran
Klien meyakini bahwa ia mempunyai kekuatan, pendidikan,
kepandaian atau kekayaan yang luar biasa, umpamanya ia adalah Ratu
Kecantikan, dapat membaca pikiran orang lain, mempunyai puluhan
rumah atau mobil.
Waham Agama

Keyakinan klien terhadap suatu agama secara berlebihan dan


diucapkan secara berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.

Waham Dosa
Keyakinan bahwa ia telah berbuat dosa atau kesalahan yang besar,
yang tidak dapat diampuni atau bahwa ia bertanggung jawab atas
suatu kejadian yang tidak baik, misalnya kecelakaan keluarga, karena
pikirannya yang tidak baik.
Waham Pengaruh
Yakin bahwa pikirannya, emosi atau perbuatannya diawasi atau
dipengaruhi oleh orang lain atau suatu kekuatan yang aneh.
Waham Curiga
Klien mempunyai keyakinan bahwa ada seseorang atau kelompok
yang berusah merugikan atau mencederai dirinya yang disampaikan
secara berulang-ulang dan tidak sesuai dengan kenyataan.
Waham Nihilistik
Klien yakin bahwa dirinya sudah tidak ada di dunia atau meninggal
yang dinyatakan secara berulang-ulang dan tidak sesuai dengan
kenyataan.
Delusion of reference
Pikiran yang salah bahwa tingkah laku seseorang ada hubunganya
dengan dirinya.
F. Karakteristik atau Kriteria Waham
1.

Klien percaya bahwa keyakinannya benar

2.

Bersifat egosentris

3. Tidak sesuai dengan rasio atau logika


4.

Klien hidup menurut wahamnya

G. Tanda dan Gejala


1.

Kognitif :

Tidak mampu membedakan nyata dengan tidak nyata.


Individu sangat percaya pada keyakinannya.
Sulit berfikir realita.
Tidak mampu mengambil keputusan.

2. Afektif

3.

Situasi tidak sesuai dengan kenyataan.


Afek tumpul.

Prilaku dan Hubungan Sosial

Hipersensitif.
Hubungan interpersonal dengan orang lain dangkal.
Depresif.
Ragu-ragu.
Mengancam secara verbal.
Aktifitas tidak tepat.
Streotif.
Impulsive.
Curiga.

4.

Fisik

Higiene kurang.
Muka pucat.
Sering menguap.
BB menurun.
Nafsu makan berkurang dan sulit tidur.

G. Rentang Respon
Respon Adaptif <----------------------------------------> Respon Maladaptif
Pikiran Logis
1. Persepsi Kuat
2. Emosi Konsisten
Dengan Pengalaman
3. Perilaku Sesuai
4. Berhubungan Sesuai

Distorsi Pikiran
1. Ilusi
2. Reaksi Emosi
Berlebihan

Gangguan Pikiran
1. Sulit Berespon
2. Emosi
3. Perilaku kacau

III. Pohon Masalah dan Analisa Data


a.

Pohon Masalah
Kerusakan komunikasi verbal

Perubahan isi pikir : waham magic mistik

Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah

IV. Masalah Keperawatan


1.

Kerusakan komunikasi verbal

2.

Perubahan isi pikir: waham magic mistik

3.

Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah

V. Diagnosa Keperawatan
1.

Kerusakan Komunikasi verbal berhubungan dengan waham magic mistik.

2. Perubahan isi pikir: waham magic mistik berhubungan dengan harga diri rendah.

VI. Rencana Tindakan Keperawatan


Kerusakan Komunikasi verbal b.d waham magic mistik
TUM

: Klien dapat mengontrol wahamnya sehingga komunikasi verbal

dapat berjalan dengan baik


TUK 1 :

Klien dapat Membina Hubungan Saling Percaya

Intervensi :
1.

Bina hubungan saling percaya:


Salam terapeutik, perkenalan diri.
Jelaskan tujuan interaksi.
Ciptakan lingkungan yang tenang.
Buat kontrak yang jelas pada tiap pertemuan (topik, tempat

dan

waktu)
2.

Jangan membantah dan mendukung klien

Kata-kata perawat menerima keyakinan klien saya menerima

keyakinan anda disertai ekspresi menerima.


Kata-kata perawat tidak mendukung disertai sukar bagi saya untuk

mempercayainya disertai ekspresi ragu tapi empati.


Tidak membicarakan isi waham klien.

3. Yakinkan klien dalam keadaan aman dan terlindung


Anda berada di tempat yang aman, kami akan menerima anda.
Gunakan keterbukaan dan kejujuran.
Jangan tinggalkan klien sendirian.

TUK 2 : Klien dapat mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki


Intervensi :
1. Beri pujian pada penampilan dan kemampuan klien yang realistik.
2. Diskusikan dengan klien tentang kemampuan yang dimiliki pada waktu
lalu dan saat ini yang realistik, hati-hati terlibat dengan waham.
3. Tanyakan apa yang bisa dilakukan (kaitkan dengan aktifitas sehari-hari)
kemudian anjurkan untuk melakukannya saat ini.
4. Jika klien selalu bicara tentang wahamnya, dengarkan sampai kebutuhan
waham tidak ada.
Perawat perlu memperlihatkan bahwa klien penting.
TUK 3 : Klien dapat mengidentifikasi kebutuhan yang tidak terpenuhi
Intervensi:
1.

Obsrvasi kebutuhan sehari-hari klien.

2.

Diskusikan kebutuhan klien yang tidak terpenuhi baik secara di

rumah dan di RS (rasa takut, ansietas, marah).


3.

Hubungkan kebutuhan yang tidak terpenuhi dengan timbulnya

waham.
4.

Tingkat aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan klien dan

memerlukan waktu dan tenaga (aktivitas dapat dipilih dan dibuat jadwal
bersama dengan klien).
5. Atur situasi agar klien tidak mempunyai waktu untuk menggunakan
wahamnya.
TUK 4 : Klien dapat b.d realitas (realitas: diri, orang lain, tempat, waktu)
Intervensi :
1.

Berbicara dengan klien dalam konteks realitas.

2.

Sertakan klien dalam TAK :TAK Orientasi Realita.

3.

Berikan pujian pada tiap kegiatan positif yang dilakukan klien.

Perubahan isi pikir: waham magic mistik berhubungan dengan harga


diri rendah.
TUM

: Klien dapat meningkatkan harga dirinya sehingga mampu

mengendalikan wahamnya
TUK 1 :

Klien dapat Membina Hubungan Saling Percaya

Intervensi :
Bina hubungan saling percaya dengan :
1.

Salam terapetik, perkenalan diri.

2.

Jelaskan tujuan interaksi.

3.

Ciptakan lingkungan yang tenang.

4.

Buat kontrak yang jelas pada tiap pertemuan (topic, tempat dan

waktu).
TUK 2 : Klien dapat mengenal perasaan yang menyebabkan harga diri
rendah (HDR)
Intervensi :
1.

Kaji pengetahuan klien tentang HDR.

2.

Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang

penyebab HDR.
3.

Diskusikan dengan klien tentang HDR serta penyebab dan akibat

yang mungkin muncul.


4.

Beri

penguatan

positif

pada

kemampuan

klien

dalam

mengungkapkan pendapatnya tentang HDR.


5.

Bantu klien mengidentifikasi aspek positif tentang perasaannya.

TUK 3 : Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang


dimilikinya
Intervensi :
1.

Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.

2.

Hindarkan pemikiran penilaian negatif, utamakan memeberikan

pujian realistis.
TUK 4

: Klien dapat menerapkan dan merencanakan kegiatan sesuai

dengan kemampuan yang dimilikinya


Intervensi :
1.

Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari

sesuai dengan kemampuannya.


2. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan kondisi klien.
3.

Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh dilakukan klien.

TUK 5

: Keluarga dapat membantu klien untuk berperilaku adaptif

terhadap lingkungan
Intervensi :
1.

Diskusikan dengan keluarga tentang bentuk dukungan yang perlu

diberikan pada klien dengan HDR.


2.

Diskusikan dengan keluarga tentang cara merawat dan menghadapi

klien dengan HDR.

DAFTAR PUSTAKA
Stuart GW, Sundeen, Principles and Practice of Psykiatric Nursing (5 th ed.).
St.Louis Mosby Year Book, 2006
Keliat Budi Ana, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I, Jakarta : EGC,
2004
Keliat Budi Ana, Gangguan Konsep Diri, Edisi I, Jakarta : EGC, 2004
Aziz R, dkk, Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang : RSJD Dr. Amino
Gonohutomo, 2003
Tim Direktorat Keswa, Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1, Bandung,
RSJP Bandung, 2000

Anda mungkin juga menyukai