WAHAM
DI YUDISTIRA
RSJD.JAMBI
DOSEN PEMBIMBING :
PEMBIMBING CLINIC :
ADI RIYANTO
Disusun oleh :
NIM : P071200200016
2022/2023
BAB I
PEMBAHASAN
A. Definisi
Waham adalah keyakinan yang salah yang secara kokoh dipertahankan walaupun tidak diyakini oleh
orang lain dan bertentangan dengan realita normal (Stuart dan Sundeen, 1998).
Waham adalah keyakinan klien yang tidak sesuai dengan kenyataan tetapi dipertahankan dan tidak
dapat dirubah secara logis oleh orang lain, keyakinan ini berasal dari pemikiran klien dimana sudah
kehilangan kontrol (Dep Kes RI, 1994).
Waham yaitu keyakinan tentang suatu pikiran yang kokoh atau kuat, tidak sesuai dengan kenyataan
tidak cocok dengan intelegensia dan latar belakang budaya, selalu dikemukakan secara berulang-ulang,
biarpun telah dibuktikan kemustahilannya atau kesalahannya atau tidak benar secara umum (Lilik
Ma’rifatul A, 2017).
Waham adalah suatu keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realitas yang salah, keyakinan
yang tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang budaya, ketidakmampuan merespons
stimulus internal dan eksternal melalui proses interaksi / informasi secara akurat. Seseorang yang
mengalami waham berpikir bahwa ia memiliki banyak kekuatan dan bakat serta tidak merasa terganggu
jiwanya atau ia merasa sangat kuat dan sangat terkenal. Hal ini sesuai dengan penjelasan Varcarolis
dalam Fundamental of Psychatric Mental Health Nursing (2006: 397) Proses Terjadinya Masalah
2.1 Klasifikasi
1. Waham kebesaran
Keyakinan klien terhadap suatu kemampuan, kekuatan, pendidikan, kekayaam atau kekuasaan secara
luar biasa.
Contoh: saya ini ratu adil, nabi, superman dll “ Saya ini titisan bung karno, punya banyak perusahaan,
punya rumah di berbagai negara dan bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit.”
2. Waham curiga
Keyakinan klien terhadap seseorang atau kelompok secara berlebihan yang berusaha merugikan,
mencederai, mengganggu, mengancam, memata-matai dan membicarakan kejelekan dirinya Contoh:
“Banyak polisi mengintai saya, tetangga saya ingin menghancurkan hidup saya, suster akan meracuni
makanan saya.”
3. Waham agama
Keyakinan klien yang bertema tentang agama atau kepercayaan yang berlebihan. Contoh: “Tuhan telah
menunjuk saya menjadi wali, saya harus terus menerus memakai pakaian putih setiap hari agar masuk
surga.”
4. Waham somatic/hipokondrik
Keyakinan klien terhadap tubuhnya ada suatu yang tidak beres seperti ususnya busuk, otaknya mencair,
perutnya ada kuda. Contoh: “ Sumsum tulang saya kosong, saya pasti terserang kanker, dalam tubuh
saya banyak kotoran, tubuh saya telah membusuk, tubuh saya menghilang.”
5. Waham nihilistik
Keyakinan klien terhadap dirinya atau orang lain sudah meninggal atau dunia sudah hancur dan
sesuatunya tidak ada apa-apa lagi. Contoh: “ Saya sudah menghilang dari dunia ini, semua yang ada
disini adalah roh – roh, sebenarnya saya sudah tidak ada di dunia.”
6. Waham Dosa
Yaitu keyakinan klien terhadap dirinya telah atau berbuat dosa perbuatannya tidak dapat di ampuni lagi.
7. Waham Bizar
A. Sisip pikir yaitu keyakinan klien terhadap suatu pikiran orang lain disisipkan kedalam pikiran dirinya
B. Siar pikir/ broadcasting adalah keyakinan klien bahwa ide dirinya dipakai oleh/disampaikan kepada
orang lain mengetahui apa yang ia pikirkan meskipun ia tidak pernah secara nyata mengatakan pada
orang tersebut
C. Kontrol pikir/waham pengaruh yaitu keyakinan klien bahwa pikiran, emosi dan perbuatannya selalu
dikontrol/dipengaruhi oleh kekuatan diluar dirinya yang aneh
2.2 Etiologi
1. Faktor Predisposisi
A. Faktor Perkembangan
Hambatan perkembangan akan mengganggu hubungan interpersonal seseorang. Hal ini dapat
meningkatkan stress dan ansietas yang berakhir dengan gangguan persepsi, klien menekan perasaannya
sehingga pematangan fungsi intelektual dan emosional tidak efektif.
C. Faktor Psikologi
Hubungan tidak harmonis, peran ganda bertentangan, dapat menimbulkan ansietas dan berakhir
dengan peningkatan terhadap kenyataan
D. Faktor Biologis
Waham diyakini terjadi karena adanya atrofi otak, pembesaran ventrikel di otak, atau perubahan pada
sel kortikal dan limbic.
E. Faktor Genetik.
2. Faktor Presipitasi
A. Faktor Sosial Budaya
Waham dapat dipicu karena adanya perpisahan dengan orang yang berarti atau diasingkan dari
kelompok.
B. Faktor Biokimia
Dopamin, Noreepineprin, dan zat halusinogen lainnya diduga dapat menjadi penyebab kepada
seseorang.
C. Faktor Psikologi
Kecemasan yang memanjang dan keterbatasan kemampuan untuk mengatasi masalah sehingga klien
mengembangkan koping untuk menghindari kenyataan yang menyenangkan.
2.3 Fase-Fase Waham
1. Fase lack of human need
Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhan – kebutuhan klien baik secara fisik maupun psikis.Secara
fisik klien dengan waham dapat terjadi pada orang – orang dengan status sosial dan ekonomi sangat
terbatas.Biasanya klien sangat miskin dan menderita. Keinginan ia untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya mendorong untuk melakukan kompensasi yang salah. Ada juga klien yang secara sosial dan
ekonomi terpenhi tetapi kesenjangan antara reality dengan self ideal sangat tinggi. Misalnya ia seorang
sarjana tetapi menginginkan dipandang sebagai seorang yang sangat cerdas, sangat berpengalaman dan
diperhitungkan dalam kelompoknya. Waham terjadi karena sangat pentingnya pengakuan bahwa ia
eksis di dunia ini. Dapat dipengaruhi juga oleh rendahya penghargaan saat tumbuh kembang (life span
history
Tidak adanya pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan antara self ideal dengan self reality
(kenyataan dengan harapan) serta dorongan kebutuhan yang tidak terpenuhi sedangkan standart
lingkungan sudah melampaui kemampuannya.Misalnya, saat lingkungan sudah banyak yang kaya,
menggunakan teknologi komunikasi yang canggih, berpendidikan tinggi serta memiliki kekuasaan yang
luas, seseorang tetap memasang self ideal yang melebihi ligkungan tersebut.Padahal self reality – nya
sangat jauh.Dari aspek pendidikan klien, materi, pengalaman, pengaruh, support system semuanya
sangat rendah.
3. Fase control internal exsternal
Klien mencoba berpikir rasional bahwa apa yang ia yakni atau apa apa yang ia katakan adalah
kebohongan, menutupi kekurangan dan tidak sesuai dengan kenyataan. Tetapi menghadapi kenyataan
bagi klien adalah sesuatu yang sangat berat, karena kebutuhannya untuk di akui, kebutuhan untuk
dianggap penting dan di terima lingkungan menjadi prioritas dalam hidupnya, karena kebutuhan
tersebut belum terpenuhi sejak kecil secara optimal.Lingkungan sekitar klien mencoba memberikan
koreksi bahwa sesuatu yang dikatakan klien itu tidak benar, tetapi hal ini tidak dikakukan secara adekuat
karena besarnya toleransi dan keinginan menjaga perasaan.Lingkungan hanya menjadi pendengar pasif
tetapi tidak mau konfrontatif berkepanjangan dengan alasan pengakuan klien tidak merugikan orang
lain.
4. Fase environment support
Adanya beberapa orang yang mempercayai klien dalam lingkungan menyebabkan klien merasa
didukung, lama kelamaan klien menganggap sesuatu yang dikatakan tersebut sebagai suatu kebenaran
karena seringnya diulang – ulang.Dari sinilah mulai terjadinya kerusakan kontrol diri dan tidak berfungsi
normal (super ego) yang ditandai dengan tidak ada lagi perasaan dosa saat berbohong.
2.4 patofisiologis
2. Afektif
a. Situasi tidak sesuai dengan kenyataan
b. Afek tumpul
3. Perilaku dan hubungan social
a. Hipersensitif
b. Hubungan interpersonal dengan orang lain tumpul
c. Depresi
d. Ragu-ragu
e. Mengancam secara verbal
f. Aktivitas tidak tepat
g. Streotif
h. Impulsive
i. Curiga
4. Fisik
a. Hegyne kurang
b. Muka pucat
c. Sering menguap
d. BB menurun
Tanda dan gejala pada klien dengan perubahan proses pikir waham adalah sebagai berikut :
a. Menolak makan.
b. Tidak ada perhatian pada perawatan diri
c. Ekspresi wajah sedih/gembira/ketakutan
e. Mudah tersinggung
f. Isi pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan
g. Tidak bisa membedakan antara kenyataan dan bukan kenyataan
h. Menghindar dari orang lain
i. Mendominasi pembicaraan
j. Berbicara kasar
k. Menjalankan kegiatan keagamaan secara berlebihan
2.4 Penatalaksanaan
Perawatan dan pengobatan harus secepat mungkin dilaksanakan karena, kemungkinan dapat
menimbulkan kemunduran mental. Tetapi jangan memandang klien dengan waham pada gangguan
skizofrenia ini sebagai pasien yang tidak dapat disembuhkan lagi atau orang yang aneh dan inferior bila
sudah dapat kontak maka dilakukan bimbingan tentang hal-hal yang praktis. Biar pun klien tidak sembuh
sempurna, dengan pengobatan dan bimbingan yang baik dapat ditolong untuk bekerja sederhana di
rumah ataupun di luar rumah. Keluarga atau orang lain di lingkungan klien diberi penjelasan (manipulasi
lingkungan) agar mereka lebih sabar menghadapinya. Penatalaksanaan klien dengan waham meliputi
farmako terapi, ECT dan terapi lainnya seperti: terapi psikomotor, terapi rekreasi, terapi somatik, terapi
seni, terapi tingkah laku, terapi keluarga, terapi spritual dan terapi okupsi yang semuanya bertujuan
untuk memperbaiki prilaku klien dengan waham pada gangguan skizoprenia. Penatalaksanaan yang
terakhir adalah rehablitasi sebagai suatu proses refungsionalisasi dan pengembangan bagi klien agar
mampu melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar dalam kehidupan masyarakat.
BAB II
PENGKAJIAN
Nilai dan keyakinan, kegiatan ibadah / menjalankan keyakinan, kepuasan dalam menjalankan keyakinan
H. Status Mental
a. Penampilan
Melihat penampilan klien dari ujung rambut sampai ujung kaki apakah ada yang tidak rapih, penggunaan
pakaian tidak sesuai, cara berpakaian tidak seperti biasanya, kemampuan klien dalam berpakaian,
dampak ketidakmampuan berpenampilan baik / berpakaian terhadap status psikologis klien.
b. Pembicaraan
Amati pembicaraan klien apakah cepat, keras, terburu-buru, gagap, sering terhenti / bloking, apatis,
lambat, membisu, menghindar, tidak mampu memulai pembicaraan.
c. Aktivitas motoric
Gerakan yang perlu di catat dalam hal tingkat aktifitas (letargik,tegang,gelisah,agitasi) jenis (tik, tremor,
seringai) dan isyarat tubuh. Pada pasien Waham aktivitas yang ditampilkan klien tampak gelisah,
percaya diri bahwa yang dilakukan adalah benar.
Isi fikir
Pada klien dengan Waham dapat ditemukan klien memiliki Pemikiran magis (keyakinan klien tentang
kemampuannya melakukan hal-hal yang mustahil atau diluar kemampuannya)
I. Tingkat Kesadaran
Kesadaran berubah : Kesadaran yang tidak menurun, tidak meninggi, tidak normal, bukan disosisi, hal ini
karena kemampuan untuk mengadakan (relasi) dan pembatasan (limitasi) terhadap dunia luar (diluar
dirinya) sudah terganggu dan secara kualitas pada taraf tidak sesuai dengan kenyataan.
J. Memori
Konfabulasi: ingatan yang keliru ditandai dengan pembicaraan tidak sesuai kenyataan, memasukkan
cerita tidak benar untuk menutupi gangguan daya ingatnya.
K.Tingkat Konsentrasi dan berhitung
Hal-hal diluar dirinya, bilamana ia cenderung menyalahkan orang lain/lingkungan dan ia merasa orang
lain/lingkungan diluar dirinya yang menyebabkan ia seperti itu.
2. Dignosa
a. Pohon Masalah
Proses terjadinya waham menurut Stuart dan Sudeen dapat dirangkum dalam pohon masalah sebagai
berikut:
Effect
isolasi sosial
Harga diri rendah kronis
3. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan proses fikir : Waham
2. Koping individu tidak efektif
3. Resiko tinggi melakukan perilaku kekerasan
4. Rencana Keperawatan
1. Diagnosa Keperawatan
2. Perencanaan
a. Tujuan
TUM : klien dapat mengontrol wahamnya.
b. Kriteria hasil
3. Intervensi
1. Bina hubungan saling percaya dengan klien dengan menggunakan prinsip komunikasi
terapeutik :
a. Beri salam terapeutik (panggil nama klien)
b. Perkenalkan
diri sebutkan nama perawat dengan sopan
c. Jujur dan menepati janji
d. Tunjukkan sikap empati dan menerima apa adanya
e. Jelaskan tujuan interaksi
f. Ciptakan lingkungan yang tenang
g. Buat kontrak yang jelas (topic, waktu, tempat)
h. Yakinkan kliendalam keadaan aman dan perawat siap menolong
i. Yakinkan bahwa kerahasiaan klien akan tetap terjaga
2. Jangan membantah dan mendukung waham klien
3. Observasi apakah waham klien mengganggu aktivitas seharhari dan perawatan diri.
4. Rasional
Hubungan saling percaya akan menimbulkan kepercayaan klien pada perawat, sehingga akan
memudahkan dalam pelaksanaan tindakan selanjutnya.
2. Pasien
SP 1
a. Mengidentifikasi kebutuhan
b. Keluarga bicara konteks realita
c. Keluarga latih pasien untuk memenuhi kebutuhannya
d. Keluarga masukkan dalam jadwal kegiatan pasien
SP 2
1. Evaluasi( SP 1)
2. Identifikasi potensi / kemampuan yang dimiliki
3. Pilih dan latih potensi
4. Kemampuan yang dimiliki
5. Masukkan jadwal pasien
SP 3
a. Evaluasi kegiatan yang lalu
(SP 1 & 2)
b. Memilih kemampuan lain yang dapat dilakukan
c. Pilihdan latih potensi kemampuan lain yang dimiliki
d. Masukkan dalam jadwal
BAB III
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
https://www.alomedika.com/penyakit/psikiatri/gangguan-waham-menetap/patofisiologi
Azizah, Lilik Ma'rifatul, Zainuri Imam, Akbar Amar. 2016. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa.
Yogyakarta: Indomedia Pustaka.
Aziz R, dkk.2003. Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa. Semarang: RSJD dr Amino Gondo Utomo
Direja, Ade Herman Surya.2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta:
Nuha Medika Muhith, Abdul.2015.Pendidikan Keperawatan Jiwa Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: CV Andi
Offset