Buku Saku Perpajakan
Buku Saku Perpajakan
3.
4.
-2-
5.
6.
-3-
-4-
i.
-51.
2.
3.
-6-
berikutnya.
Batas waktu untuk pelaporannya, setelab melakukan pembayaran /
penyetoran:
Apabila Anda sudah membayar angsuran PPh, Anda harus melaporkan
pembayaran itu ke KPP sebagai berikut:
a.
PPh Pasal 25 selambat-lambatnya tanggal 20
bulan berikutnya;
b.
PPh Pasal 21 selambat-lambatnya tanggal 20
bulan berikutnya;
c.
PPh Pasal 22:
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai selambatlambatnya tujuh hari setelah batas waktu penyetoran berakhir.
Direktorat Jenderal Anggaran, Bendaharawan
Pemerintah, BUMN/ BUMD, selambat-lambatnya 14 hari
setelah masa.pajak berakhir.
Badan usaha yang bergerak di bidang industri
semen, rokok, kertas, baja, dan otomotif yang ditunjuk oleh
Kepala KPP atas penjualan hasil produksinya di dalam negeri,
selambat-lambatnya 20 hari setelah masa pajak berakhir.
Pertamina dan badan usaha lain selain Pertamina
yang bergerak di bidang bahan bakar minyak jenis premix dan
gas dan atas penyerahan gula pasir dan tepung terigu oleh
BULOG, selambat-lambatnya tanggal 20 bulan berikutnya.
4.
-7-
5.
6.
2.
-8-
d.
Mempertanggungjawabkan
penghitungan jumlah pajak yang sebenarnya terutang;
laporan tentang pemenuhan pembayaran
pajak yang telah dilaksanakan sendiri dalam satu Tahun Pajak atau
Bagian Tahun Pajak;
laporan pembayaran dari pemotong atau
pemungut tentang pemotongan/pemungutan pajak orang atau badan
lain dalam satu Masa Pajak.
3.
4.
5.
6.
7.
-9-
9.
- 10 -
c.
Apa
pengertian
Surat Tagihan Pajak (STP)
Surat Tagihan Pajak adalah surat untuk melakukan tagihan pajak dan atau
sanksi administrasi berupa denda, dan atau bunga.
2.
- 11 -
3.
4.
Sanksi administrasi
apa saja yang dapat ditagih dengan STP ?
Jenis administrasi yang ditagih dengan Surat Tagihan Pajak:
a.
denda administrasi Rp. 50.000,00 bagi
Wajib Pajak yang tidak atau terlambat menyampaikan SPT Masa;
b.
denda administrasi Rp. 100.000,00 bagi
Wajib Pajak yang tidak atau terlambat menyampaikan Surat
Pemberitahuan Tahunan;
c. denda 2% dari Dasar Pengenaan Pajak bagi Pengusaha yang tidak
melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP, PKP yang tidak
membuat atau tidak lengkap mengisi Faktur Pajak;
d. bunga, bagi Wajib Pajak membetulkan sendiri SPT Tahunan sehingga
mengakibatkan kurarng bayar;
e. bunga, bagi Wajib Pajak yang terlambat atau tidak membayar pajak
yang sudah jatuh tempo pembayarannya
5.
Apakah
yang
dimaksud dengan Surat Ketetapan Pajak ?
Surat Ketetapan Pajak adalah surat ketetapan yang meliputi Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar atau Surat Ketetapan Kurang Bayar
Tambahan atau Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar atau Surat Ketetapan
Pajak Nihil.
- 12 -
6.
7.
Dalam
hal
apa
SKPKB diterbitkan ?
SKPKB diterbitkan dalam jangka jangka 10 tahun apabila:
- berdasarkan pemeriksaan atau keterangan lain, pajak yang terutang
tidak atau kurang dibayar
- SPT tidak disampaikan dalam jangka waktu yang telah ditentukan
dalam Surat Teguran
8.
- 13 -
2.
3.
4.
5.
6.
- 14 -
a.
PEMBUKUAN
DAN
- 15 -
2.
3.
4.
5.
- 16 -
c.
d.
e.
6.
7.
8.
- 17 -
c.
9.
2.
- 18 -
d.
e.
3.
4.
- 19 -
c.
7.
8.
11.
- 20 -
Terhadap
satu
Banding
diajukan dengan disertai alasan-alasan yang jelas dan mencantumkan
tanggal diterima surat keputusan yang dibanding;
Dilampiri
salinan Surat Keputusan yang dibanding;
Jumlah
pajak
yang terutang dimaksud telah dibayar sebesar 50%.
12.
13.
14.
- 21 -
2.
3.
4.
I.
1.
- 22 -
2.
2.
3.
- 23 -
f.
Tidak menyetor pajak yang telah dipotong
sehingga menimbulkan kerugian pada negara.
4.
5.
6.
- 24 -
PAJAK PENGHASILAN
A. SUBJEK PAJAK (250304 )
1. Siapa Subjek Pajak ?
Subjek Pajak terdiri dari Subjek Pajak dalam negeri dan Subjek Pajak
luar negeri.
Subjek Pajak dalam negeri adalah :
orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia;
orang pribadi yang berada di Indonesia lebih dari 183 hari
dalam jangka waktu 12 bulan;
orang pribadi yang dalam suatu tahun pajak berada di
Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat tinggal di
Indonesia;
warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan,
menggantikan yang berhak.
badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia;
Subjek Pajak luar negeri adalah :
orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia;
orang pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183
hari dalam jangka waktu 12 bulan;
badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di
Indonesia,
yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk
usaha tetap di Indonesia;
orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia;
orang pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183
hari dalam jangka waktu 12 bulan;
badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di
Indonesia,
yang yang dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari
Indonesia bukan dari menjalankan usaha atau melakukan kegiatan
melalui bentuk usaha tetap di Indonesia.
- 25 -
- 26 -
- 27 -
- 28 -
- 29 -
- 30 -
- 31 -
- 32 -
- 33 -
- 34 -
- 35 -
- 36 -
- 37 -
1.
- 38 -
- 39 -
syarat sebagai bukan Objek Pajak, maka jumlah nilai sisa buku
harta tersebut tidak boleh dibebankan sebagai kerugian bagi pihak
yang mengalihkan.
2. Siapa
yang
dapat menggunakan Norma Penghitungan
Penghasilan Neto ?
Wajib Pajak dalam negeri orang pribadi yang melakukan kegiatan
usaha atau pekerjaan bebas, yang peredaran atau penghasilan
brutonya dalam satu tahun kurang dari Rp 600.000.000,00.
Besarnya batasan peredaran bruto dapat diubah dengan
Keputusan Menteri Keuangan.
Wajib Pajak yang bersangkutan wajib memberitahukan kepada
Direktur Jenderal Pajak dalam jangka waktu tiga bulan pertama
dari tahun pajak yang bersangkutan.
Wajib Pajak yang bersangkutan wajib menyelenggarakan
pencatatan sebagai pengganti tidak menyelenggarakan kewajiban
pembukuan.
Apabila Wajib Pajak tidak memberitahukan kepada Direktur
Jenderal Pajak, maka dianggap memilih menyelenggarakan
kewajiban pembukuan.
Apabila ternyata Wajib Pajak tidak atau tidak sepenuhnya
menyelenggarakan kewajiban pencatatan atau pembukuan atau
tidak memperlihatkan pencatatan atau pembukuan atau buktibukti pendukungnya, maka penghasilan netonya dihitung
- 40 -
- 41 -
- 42 -
5.
6.
7.
- 43 -
- 44 -
- 45 -
- 46 -
- 47 -
- 48
Khusus besarnya angsuran pajak yang harus dibayar untuk bulanbulan ( dua bulan pertama ) sebelum batas waktu penyampaian
SPT Tahunan Pajak Penghasilan, ditetapkan sama dengan
besarnya angsuran pajak untuk bulan terakhir tahun pajak yang
lalu.
Apabila dalam tahun pajak berjalan diterbitkan surat ketetapan
pajak untuk tahun pajak yang lalu, maka besarnya angsuran pajak
dihitung kembali berdasarkan surat ketetapan pajak tersebut dan
berlaku mulai bulan berikutnya setelah bulan penerbitan surat
ketetapan pajak.
Dalam hal-hal tertentu, yaitu :
Wajib Pajak berhak atas kompensasi kerugian;
Wajib Pajak memperoleh penghasilan tidak teratur;
SPT Tahunan Pajak Penghasilan tahun yang lalu disampaikan
setelah lewat batas waktu yang ditentukan;
Wajib Pajak diberikan perpanjangan jangka waktu
penyampaian SPT Tahunan Pajak Penghasilan;
Wajib Pajak membetulkan sendiri SPT Tahunan Pajak
Penghasilan yang mengakibatkan angsuran bulanan lebih
besar dari angsuran bulanan sebelum pembetulan;
terjadi perubahan keadaan usaha atau kegiatan Wajib Pajak,
cara penghitungan besarnya angsuran bulanan diatur lebih lanjut oleh
Direktur Jenderal Pajak.
Khusus bagi Wajib Pajak baru, bank, BUMN / BUMD, dan Wajib
Pajak tertentu lainnya termasuk Wajib Pajak orang pribadi
pengusaha tertentu, cara penghitungan besarnya angsuran bulanan
diatur dengan Keputusan Menteri Keuangan.
Bagi Wajib Pajak orang pribadi yang bertolak ke luar negeri,
wajib membayar pajak ( Fiskal Luar Negeri ) yang ketentuannya
diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Bagi Wajib Pajak orang pribadi pengusaha tertentu, angsuran
bulanan merupakan pelunasan pajak yang terutang untuk tahun
pajak yang bersangkutan ( menjadi bersifat final pada akhir
tahun ), kecuali apabila Wajib Pajak yang bersangkutan menerima
atau memperoleh penghasilan lain yang tidak dikenakan PPh
final.
- 49 -
L. PENGHASILAN
PAJAK
- 50 -
dengan
- 51 -
- 52 -
- 53 -
A.
ISTILAH
YANG
DIGUNAKAN DI BIDANG PPN & PTLL (250304 )
UMUM
- 54 -
PENGUSAHA
KENA
PAJAK
(250304 )
1. Siapakah yang dimaksud dengan Pengusaha Kena Pajak (PKP)?
Pengusaha Kena Pajak (PKP) adalah Pengusaha yang melakukan
penyerahan BKP dan atau penyerahan JKP dan atau ekspor BKP yang
dikenakan pajak berdasarkan UU PPN yang wajib melaporkan usahanya
untuk dikukuhkan sebagai PKP, tidak termasuk Pengusaha Kecil kecuali
Pengusaha Kecil tersebut memilih untuk dikukuhkan sebagai PKP.
2. Siapakah yang dimaksud dengan Pengusaha Kecil?
Pengusaha Kecil adalah Pengusaha yang selama satu tahun buku
melakukan penyerahan BKP dan atau JKP dengan jumlah peredaran bruto
dan atau penerimaan bruto tidak lebih dari Rp 600.000.000,- (enam ratus
juta rupiah).
3. Apa kewajiban dari PKP?
Secara umum kewajiban PKP adalah :
a.
Membuat Faktur Pajak untuk setiap penyerahan BKP dan
JKP;
b.
Memungut, menghitung, dan menyetorkan PPN & PPn
BM yang terutang atas penyerahan BKP atau JKP atau ekspor BKP ;
c.
Mengisi dan menyampaikan SPT Masa (paling lambat 20
hari setelah berakhirnya Masa Pajak).
C.
- 55 -
Barang Kena Pajak adalah barang berwujud yang menurut sifat atau
hukumnya dapat berupa barang bergerak atau barang tidak bergerak, dan
barang tidak berwujud yang dikenakan PPN.
3. Apakah yang dimaksud dengan Jasa Kena Pajak (JKP)?
Jasa Kena Pajak adalah setiap kegiatan pelayanan yang berdasarkan suatu
perikatan atau perbuatan hukum yang menyebabkan suatu barang atau
fasilitas atau kemudahan atau hak tersedia untuk dipakai, termasuk jasa
yang dilakukan untuk menghasilkan barang karena pesanan atau
permintaan dengan bahan dan atas petunjuk dari pemesan yang dikenakan
PPN.
4. Dalam hal apakah PPN dikenakan?
PPN dikenakan dalam hal :
a.
penyerahan BKP/JKP di dalam Daerah Pabean (DP) yang
dilakukan oleh Pengusaha;
b.
impor BKP;
c.
pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar DP di dalam DP;
d.
pemanfaatan JKP dari luar DP di dalam DP; atau
e.
ekspor BKP oleh PKP.
5. Apakah yang termasuk ke dalam pengertian penyerahan BKP?
Yang termasuk ke dalam pengertian penyerahan BKP adalah :
a.
penyerahan hak atas BKP karena suatu perjanjian;
b.
pengalihan BKP oleh karena suatu perjanjian sewa beli dan
perjanjian leasing;
c.
penyerahan BKP kepada pedagang perantara atau melalui
juru lelang;
d.
pemakaian sendiri dan atau pemberian cuma-cuma atas BKP;
e.
persediaan BKP dan aktiva yang menurut tujuan semula tidak
untuk
diperjualbelikan,
yang
masih
tersisa
pada saat
pembubaran perusahaan, sepanjang Pajak Pertambahan Nilai atas
perolehan aktiva tersebut menurut ketentuan dapat dikreditkan;
f.
penyerahan BKP dari Pusat ke Cabang atau sebaliknya dan
penyerahan BKP antar Cabang;
g. penyerahan BKP secara konsinyasi.
- 56 -
- 57 -
- 58 -
8.
9.
10.
2.
3.
4.
- 59 -
5.
6.
- 60 -
l.
- 61 -
- 62 -
- 63 -
i.
Perolehan BKP atau JKP yg PM-nya tdk dilaporkan dlm SPT Masa
PPN, yg ditemukan pd waktu dilakukan pemeriksaan.
G. RESTITUSI ( 250304 )
Restitusi terjadi apabila dalam suatu Masa Pajak, Pajak Masukan yang
dapat dikreditkan lebih besar daripada Pajak Keluaran, maka selisihnya
merupakan kelebihan pajak yang dapat dimintakan kembali.
1. Berapa lama jangka waktu penyelesaian restitusi?
- Untuk Wajib Pajak Kegiatan Tertentu yaitu PKP eksportir dan PKP yang
melakukan penyerahan kepada Pemungut PPN adalah 2 (dua) bulan
sejak permohonan diterima lengkap. kecuali permohonan restitusi yang
penyelesaiannya dilakukan melalui pemeriksaan untuk semua jenis
pajak, maka permohonan restitusi harus diselesaikan paling lambat 12
(dua belas) bulan.
- Untuk PKP yang merupakan Wajib Pajak Patuh berhak mendapatkan
pengembalian pendahuluan paling lambat 1 (satu) bulan sejak
permohonan diterima lengkap. Kepala KPP harus menerbitkan Surat
Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak (SKPPKP)
paling lambat 7 (tujuh) hari sejak permohonan diterima lengkap.
- Untuk PKP lainnya selain Wajib Pajak Patuh dan Wajib Pajak Kegiatan
Tertentu sesuai dengan Pasal 17B UU KUP, jangka waktu penyelesaian
restitusinya adalah 12 (dua belas) bulan Kepala KPP harus
menyelesaikan restitusi paling lambat 6 (enam) bulan sejak permohonan
diterima lengkap.
- Dalam hal permohonan restitusi oleh PKP sehubungan dengan adanya
Pajak Masukan yang dapat dikreditkan atas perolehan atau impor barang
modal yang tidak mendapat fasilitas dibebaskan atau tidak dipungut
PPN maka atas Faktur Pajak Masukan karena impor/pembelian Barang
Modal tersebut dapat dimintakan restitusi dan diselesaikan paling
lambat 1 (satu) bulan sejak permohonan diterima lengkap
- 64 -
2. Siapakah yang dimaksud dengan Wajib Pajak Patuh dan apa kriteria
tertentu Wajib Pajak Patuh?
Wajib Pajak Patuh adalah Wajib Pajak yang memenuhi kriteria tertentu
sebagaimana ditetapkan dengan Menteri keuangan yang dapat diberikan
pembayaran pendahuluan pengembalian kelebihan pajak.
Kriteria Tertentu Wajib Pajak Patuh adalah:
a. Tepat waktu dalam menyampaikan SPT untuk semua jenis pajak
dalam 2 tahun terakhir
b. Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak kecuali
telah memperoleh ijin untuk mengangsur atau menunda pembayaran
pajak
c. Tidak pernah dijatuhi hukuman karena tindak pidana dibidang
perpajakan dalam jangka waktu 10 tahun terakhir
d. Dalam hal Laporan Keuangan diaudit oleh akuntan publik atau BPKP
harus dengan pendapat wajar tanpa pengecualian atau dengan
pendapat wajar dengan pengecualian sepanjang pengecualian tersebut
tidak mempengaruhi rugi fiskal.
Apabila Laporan Keuangan diaudit oleh Akuntan Publik, maka laporan
audit harus:
a. disusun dalam bentuk panjang (long form report)
b. menyajikan rekonsialiasi laba rugi komersial dan fiskal
Apabila Laporan Keuangan tidak diaudit oleh Akuntan Publik, Wajib
Pajak dapat mengajukan permohonan kepada untuk ditetapkan sebagai
Wajib Pajak Patuh sepanjang memenuhi persyaratan huruf a sampai
dengan c di atas dan memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. menyelenggarakan pembukuan;
b. dalam hal Wajib Pajak pernah dilakukan pemeriksaan koreksi pada
pemeriksaan yang terakhir untuk masing-masing jenis pajak yang
terutang paling banyak 5% (lima persen).
H. SAAT DAN TEMPAT PPN TERUTANG ( 250304 )
1. Kapan saat terutang PPN dan PPn BM?
Pada dasarnya pemungutan PPN dan PPn BM menganut prinsip akrual.
a. Saat terutang PPN adalah pada saat :
- 65 -
- 66 -
- bagi PKP yg terdaftar di KPP Wajib Pajak Besar dan yang terdaftar
di KPP BUMN ditetapkan tempat terutang pajak hanya di tempat
PKP terdaftar (otomatis terpusat di KPP WP Besar dan KPP
BUMN).
I.
1. Apabila PKP terutang pajak pada lebih dari satu tempat kegiatan
usaha, dapatkah PKP memohon untuk memilih salah satu tempat
kegiatan usaha atau lebih sebagai tempat terutang pajak (pemusatan
PPN)?
Dapat
2. Bagaimana caranya untuk mendapatkan izin pemusatan PPN?
Untuk mendapatkan izin sentralisasi PPN, PKP harus mengajukan
permohonan tertulis kepada Kepala Kanwil yang membawahi KPP lokasi
tempat kegiatan usaha yang akan dipilih sebagai tempat terutangnya pajak.
Dalam permohonan agar dicantumkan tempat kegiatan usaha yang dipilih
sebagai tempat terutang pajak serta tempat-tempat kegiatan usaha yang
akan dipusatkan.
3. Apakah seluruh tempat kegiatan usaha dapat dimintakan izin untuk
dipusatkan? dan PKP mana yang dapat mengajukan izin untuk
pemusatan ?
Semua tempat kegiatan usaha dapat dimintakan untuk dipusatkan kecuali
pabrik. Dalam hal PKP mempunyai tempat kegiatan usaha yang terdiri
dari pabrik, gudang, tempat pemasaran, dan cabang-cabang lainnya maka
pabrik hanya dapat menjadi tempat kegiatan usaha yang dipilih untuk
menjadi tempat terutang pajak, sedangkan tempat kegiatan lainnya
merupakan tempat kegiatan usaha yang dipusatkan ke pabrik.
PKP yang dapat mengajukan permohonan untuk pemusatan tempat
terutang pajak adalah semua PKP kecuali PKP yang tempat terutang
pajaknya telah ditetapkan Keputusan Direktur Jenderal Pajak (antara lain
PKP yang terdaftar di KPP WP Besar, KPP BUMN)
Bagi PKP yang menyampaikan SPT Masa dengan e-filling dapat
melakukan Pemusatan PPN dengan cara memberitahukan kepada KPP
- 67 -
yang membawahi lokasi tempat terutang pajak yang akan dipilih sebagai
tempat terutang pajak
4. Syarat-syarat apa saja yang harus dipenuhi untuk penetapan salah
satu tempat usaha sebagai tempat pemusatan PPN bagi PKP selain
Pedagang Eceran dan Pengusaha Kena Pajak yang menyampaikan
SPT Masa PPN dan PPn BM dengan Media Elektronik (e-filing) :
- Tempat Pajak Pertambahan Nilai terutang yang dipusatkan tidak
menyelenggarakan administrasi penjualan dan administrasi
pembelian, semua administrasi dilakukan di tempat pemusatan Pajak
Pertambahan Nilai terutang;
- Fungsi tempat kegiatan usaha yang dipusatkan hanya melakukan
penyerahan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak kepada pembeli
barang atau penerima jasa atas perintah tempat pemusatan Pajak
Pertambahan Nilai;
- Semua Faktur Pajak dan atau Faktur Penjualan diterbitkan oleh tempat
pemusatan Pajak Pertambahan Nilai terutang;
- Tempat kegiatan usaha yang dipusatkan tidak membuat Faktur Pajak
dan atau Faktur Penjualan, kecuali Faktur Pajak dan atau Faktur
Penjualan yang dicetak berdasarkan data yang diinput secara on line
dari Kantor Pusat atau tempat pemusatannya; dan
- Kantor Cabang Unit yang dipusatkan hanya mengadministrasi
persediaan dan administrasi kegiatan perolehan Barang Kena Pajak
atau Jasa Kena Pajak untuk keperluan operasional kantor atau unit
bersangkutan yang dananya berasal dari kas-kecil (petty cash).
J. FAKTUR PAJAK DAN NOTA RETUR (250304 )
1. Apa yang dimaksud dengan Faktur Pajak?
Faktur Pajak adalah bukti pungutan pajak yang dibuat oleh PKP yang
melakukan penyerahan BKP atau penyerahan JKP.
2. Ada berapa jenis Faktur Pajak menurut UU PPN?
Terdapat 3 (tiga) jenis Faktur Pajak menurut UU PPN, yaitu:
a.
FP Standar, termasuk dokumen-dokumen tertentu yang
diperlakukan sebagai Faktur Pajak Standar;
b.
FP Gabungan;
- 68 -
c.
FP Sederhana.
- 69 -
dilakukan secara langsung kepada konsumen akhir dan pembeli BKP atau
penerima JKP yang tidak diketahui identitasnya.
Faktur Pajak Sederhana tidak dapat digunakan oleh pembeli BKP atau
penerima JKP sebagai dasar untuk pengkreditan Pajak Masukan.
6. Apakah yang harus tercantum dalam Faktur Pajak Sederhana?
Faktur Pajak Sederhana paling sedikit harus memuat :
a.
Nama, alamat, dan NPWP yang menyerahkan BKP atau JKP;
b.
Jenis dan kuantum BKP atau JKP yang diserahkan;
c. Jumlah Harga Jual atau Peggantian yang sudah termasuk pajak atau
besarnya pajak dicantumkan secara terpisah;
d.
Tanggal pembuatan Faktur Pajak Sederhana.
7. Dokumen-dokumen tertentu yang diperlakukan sebagai Faktur Pajak
Standar?
a. PIB yang dilampiri SSP dan atau bukti pungutan pajak oleh Dirjen
Bea dan Cukai untuk impor BKP;
b. PEB yang telah difiat muat oleh pejabat yang berwenang dari Dirjen
Bea dan Cukai dan dilampiri dengan invoice yang merupakan satu
kesatuan yang tidak terpisahkan dengan PEB tersebut;
c. Surat Perintah Penyerahan Barang (SPPB) yang dibuat/ dikeluarkan
oleh BULOG/ DOLOG untuk penyaluran tepung terigu;
d. Paktur Nota Bon Penyerahan (PNBP) yang dibuat/ dikeluarkan oleh
Pertamina untuk penyerahan BBM dan atau bukan BBM;
e. Tanda pembayaran atau kuitansi untuk penyerahan jasa
telekomunikasi;
f. Ticket, Tagihan Surat Muatan Udara (Airway Bill), atau Delivery Bill,
yang dibuat/ dikeluarkan untuk penyerahan jasa angkutan udara dalam
negeri;
g. SSP untuk pembayaran Pajak Pertambahan Nilai atas pemanfaatan
BKP tidak berwujud atau JKP dari luar Daerah Pabean;
h. Nota Penjualan Jasa yang dibuat/ dikeluarkan untuk penyerahan jasa
kepelabuhan;
i. Tanda pembayaran atau kuitansi listrik.
8. Kapan saat pembuatan/penerbitan Faktur Pajak Standar?
- 70 -
- 71 -
baik oleh PKP penjual maupun PKP pembeli pada Masa Pajak terjadinya
pengembalian BKP tersebut.
Nota Retur sekurang-kurangnya hrs mencantumkan :
a. Nomor urut;
b. Nomor dan tanggal Faktur Pajak dari BKP yang dikembalikan;
c. Nama, alamat, dan NPWP pembeli;
d. Nama, alamat, NPWP, yang menerbitkan Faktur Pajak;
e. Jenis barang dan harga jual BKP yang dikembalikan;
f. PPN atas BKP yang dikembalikan;
g. PPn BM atas BKP yang tergolong mewah yang dikembalikan;
h. Tanggal pembuatan Nota Retur;
i. Tanda tangan pembeli.
Dalam hal Nota Retur tidak selengkapnya mencantumkan keteranganketerangan di atas maka tidak dapat diperlakukan sebagai Nota Retur,
sehingga tidak dapat mengurangi Pajak Keluaran bagi penjual atau Pajak
Masukan atau biaya, dan harta bagi pembeli.
Dalam hal pengembalian BKP terjadi masih dalam Masa Pajak yang sama
dengan terjadinya penyerahan BKP tersebut, tidak perlu dibuatkan Nota
Retur, melainkan dapat dilakukan dengan pembatalan atau perbaikan
Faktur Pajak atas penyerahan BKP tersebut.
K. PEMUNGUT PPN DAN PPn BM (250304 )
1. Siapakah pemungut PPN dan PPn BM?
Pemungut PPN & PPnBM adalah:
a. Bendaharawan Pemerintah yang melakukan pembayaran yang
dananya berasal dari APBN/APBD.
b.
Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara.
PPN dan PPnBM yang terutang atas penyerahan BKP dan atau JKP oleh
PKP kepada Pemungut PPN, dipungut, disetor dan dilaporkan oleh
Pemungut PPN atas nama PKP yang melakukan penyerahan BKP/JKP
tersebut (PKP Rekanan).
- 72 -
- 73 -
Fasilitas di bidang PPN dan PPn BM adalah PPN dan PPn BM yang
terutang dibebaskan atau tidak dipungut, baik sebagian atau seluruhnya,
sementara waktu atau selamanya.
2. Kepada siapakah fasilitas PPN dan PPn BM terutang tidak dipungut
atau dibebaskan diberikan?
Fasilitas PPN dan PPn BM terutang tidak dipungut atau dibebaskan,
diberikan terhadap :
a. Kegiatan di kawasan tertentu atau tempat tertentu di dalam Daerah
Pabean, seperti Kawasan Berikat, KAPET
b. Penyerahan BKP/JKP Tertentu
c. Impor BKP Tertentu
d. Pemanfaatan BKP tdk berwujud tertentu dari luar Daerah Pabean di
dalam Daerah Pabean
e. Pemanfaatan JKP tertentu dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah
Pabean
3. Apakah atas penyerahan BKP/JKP mendapat fasilitas PPN & PPnBM
terutang tidak dipungut Pajak Masukan sehubungan dengan
penyerahan tersebut dapat dikreditkan?
Pajak Masukan yang dibayar untuk perolehan Barang Kena Pajak dan atau
perolehan Jasa Kena Pajak yang atas penyerahannya tidak dipungut Pajak
Pertambahan Nilai, dapat dikreditkan sepanjang Pajak Masukan tersebut
tidak termasuk dalam Pajak Masukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
9 ayat (8) atau telah dibebankan sebagai biaya.
4. Apakah atas penyerahan BKP/JKP mendapat fasilitas PPN & PPnBM
terutang dibebaskan Pajak Masukan sehubungan dengan penyerahan
tersebut dapat dikreditkan?
Pajak Masukan yang dibayar untuk perolehan Barang Kena Pajak dan atau
perolehan Jasa Kena Pajak yang atas penyerahannya dibebaskan dari
pengenaan Pajak Pertambahan Nilai, tidak dapat dikreditkan.
5. Atas kegiatan apakah PPN & PPn BM terutang tidak dipungut di
Kawasan Berikat selain Kawasan Berikat P. Batam?
PPN dan PPn BM yang terutang tidak dipungut di Kawasan Berikat atas :
- 74 -
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
- 75 -
- 76 -
- 77 -
- 78 -
Badan
menggunakan DPP sebesar harga jual
PPN yg terutang 10% x harga jual
PPN disetor = PK PM
PM dapat dikreditkan
b.
Norma
- 79 -
dan Lembaga Non Departemen dan tidak dapat dilakukan oleh bentuk
usaha lain.
7. Bagaimana perlakuan PPN atas penyerahan jasa di bidang tenaga
kerja?
Perlakuan PPN atas penyerahan jasa di bidang tenaga kerja:
a. tidak terutang PPN
Penyerahan jasa di bidang tenaga kerja meliputi : Jasa tenaga kerja,
Jasa penyediaan tenaga kerja, dan Jasa penyelenggaraan latihan bagi
tenaga kerja.
b. terutang PPN
Jasa penyediaan tenaga kerja yang dilakukan oleh Pengusaha di
mana :
- Pengusaha penyedia tenaga kerja melakukan pembayaran gaji,
upah, honorarium, tunjangan dan sejenisnya kepada tenaga kerja;
atau
- Pengusaha penyedia tenaga kerja bertanggung jawab atas hasil
kerja dari tenaga kerja tersebut.
- Tenaga kerja dimaksud termasuk dalam struktur kepegawaian
pemberi jasa tenaga kerja.
8. Bagaimanakah perlakuan PPN atas penyerahan jasa penyelenggaraan
kegiatan?
Penyerahan jasa penyelenggaraan kegiatan adalah :
a. Jasa Penyelenggara Kegiatan (Event Organizer) adalah kegiatan
usaha yang dilakukan oleh Pengusaha Jasa Penyelenggara Kegiatan
antara lain meliputi kegiatan-kegiatan seperti penyelenggaraan
pameran, pameran konvensi, pagelaran musik, pesta, seminar,
peluncuran produk, konferensi pers, dan kegiatan lainnya yang
memanfaatkan Jasa Penyelenggara Kegiatan termasuk di dalamnya
kegiatan-kegiatan yang mendukung kegiatan-kegiatan tersebut baik
atas permintaan dari Pengguna Jasa Penyelenggara Kegiatan
maupun diselenggarakan sendiri oleh Pengusaha Jasa
Penyelenggara Kegiatan;
- 80 -
- 81 -
- 82 -
- 83 -
12. Bagaimana perlakuan PPN atas service charge dalam rangka kegiatan
persewaan ruangan?
a. atas service charge dalam rangka kegiatan persewaan ruangan
dikenakan PPN. Ada (2) dua elemen utama dalam kegiatan jasa
persewaan ruangan yaitu Sewa dan Service Charge.
b. Service charge adalah balas jasa yang menyebabkan ruangan yang
disewa tersebut dapat dihuni sesuai dengan tujuan yang diinginkan
oleh penyewa. Service charge dapat terdiri dari biaya listrik, air,
keamanan, kebersihan dan biaya administrasi.
c. Dasar Pengenaan Pajak atas service charge dalam rangka kegiatan
persewaan ruangan sejak bulan 3 Juni 2003 (Faktur Pajak Standar
yang dibuat/diterbitkan setelah 3 Juni 2003) adalah sebesar nilai
penggantian, yakni sebesar nilai tagihan service charge yang diminta
atau seharusnya diminta oleh pemberi jasa.
d. PPN Terutang adalah 10% x DPP.
13. Bagaimana perlakuan PPN atas kegiatan freight forwarding?
a. atas kegiatan freight forwarding dikenakan PPN.
b. Freight Forwarding (Jasa Pengurusan Transportasi) adalah kegiatan
usaha yang ditujukan untuk mewakili kepentingan pemilik barang
untuk mengurus semua kegiatan yang diperlukan bagi terlaksananya
pengiriman dan penerimaan barang melalui transportasi darat, laut dan
atau udara yang dapat mencakup kegiatan penerimaan, penyimpanan,
sortasi, pengepakan, penandaan, pengukuran, penimbangan,
pengurusan penyelesaian dokumen, penerbitan dokumen angakutan,
perhitungan biaya angkutan, klaim, asuransi atas pengiriman barang
serta penyelesaian tagihan dan biaya-biaya lainnya berkenaan dengan
pengiriman barang-barang tersebut sampai dengan diterimanya barang
oleh yang berhak menerimanya.
c. Dasar Pengenaan Pajak :
Dalam hal dokumen-dokumen pabean (dokumen) untuk menagih
biaya freight dan biaya lainnya dari shipping line atau airline atau
supplier dibuat langsung atas nama
- Penerima jasa (konsumen perusahaan forwarder), maka biaya
freight dan biaya lainnya dapat dikurangkan dari Dasar
Pengenaan Pajak, karena dianggap sebagai reimbursement; atau
- 84 -
- 85 -
- 86 -
- 87 -
- 88 -
- 89 -
- 90 -
- 91 -
28. JKP Tertentu apa saja yang atas penyerahannya dibebaskan dari
pengenaan PPN?
JKP Tertentu yang atas penyerahannya dibebaskan dari pengenaan PPN:
a.
Jasa yang diterima oleh Perusahaan Angkutan Laut
Nasional, Perusahaan Penangkapan Ikan Nasional, Perusahaan
Penyelenggara Jasa Kepelabuhan Nasional, atau Perusahaan
Penyelenggara Jasa Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan
Nasional, yang meliputi:
Jasa persewaan kapal;
Jasa kepelabuhan meliputi jasa tunda, jasa
pandu, jasa tambat, dan jasa labuh;
Jasa perawatan atau reparasi (docking) kapal;
b.
Jasa yang diterima oleh Perusahaan Angkutan Udara
Niaga Nasional yang meliputi:
Jasa persewaan pesawat udara;
Jasa perawatan atau reparasi pesawat udara;
c.
Jasa perawatan atau reparasi kereta api yang diterima oleh
PT (PERSERO) Kereta Api Indonesia;
d.
Jasa yang diserahkan oleh kontraktor untuk pemborongan
bangunan berupa rumah sederhana, rumah sangat sederhana, rumah
susun sederhana, pondok boro, asrama mahasiswa dan pelajar serta
perumahan lainnya dan pembangunan tempat yang semata-mata untuk
keperluan ibadah;
- 92 -
e.
f.
29. Atas impor barang apa saja yang dibebaskan dari pungutan Bea
Masuk maka PPN dan PPn BM nya tidak dipungut?
Yang dibebaskan dari pungutan Bea Masuk, tidak dipungut PPN dan PPn
BM. BKP yang dimaksud tersebut adalah:
a. barang perwakilan negara asing beserta para pejabatnya yang bertugas
di Indonesia berdasarkan azaz timbal balik;
b. barang untuk keperluan badan internasional yang diakui dan terdaftar
pada Pemerintah Indonesia beserta pejabatnya yang bertugas di
Indoensia dan tidak memegang paspor Indonesia;
c. barang kiriman hadiah untuk keperluan ibadah umum, amal, sosial,
atau kebudayaan;
d. barang untuk keperluan museum, kebun binatang, dan tempat lain
semacam itu yang terbuka untuk umum;
e. barang untuk keperluan penelitian dan pengembangan ilmu
pengetahuan;
f. barang untuk keperluan khusus kaum tunanetra dan penyandang cacat
lainnya;
g. peti atau kemasan lain yang berisi jenazah atau abu jenazah;
h. barang pindahan Tenaga Kerja Indonesia yang bekerja di luar negeri,
mahasiswa yang belajar di luar negeri, Pegawai Negeri Sipil, anggota
Tentara Nasional Indonesia, atau anggota Kepolisian Republik
Indonesia yang bertugas di luar negeri sekurang-kurangnya 1 (satu)
tahun, sepanjang barang tersebut tidak untuk diperdagangkan dan
mendapat rekomendasi dari Perwakilan Republik Indonesia setempat;
i. barang pribadi penumpang, awak sarana pengangkut, pelintas batas,
dan barangan kiriman sampai batas jumlah tertentu sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan Pabean;
j. barang yang diimpor oleh Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah
yang ditujukan untuk kepentingan umum;
- 93 -
- 94 -
DPP
8.000
16.000
7.500
20.000
PPN TERUTANG
800
1.600
750
2.000
48.000
4.800
18.000
1.800
50.000
5.000
DPP
PPN TERUTANG
s.d
10.000
1.000
12.500
1.250
25.000
2.500
47.500
4.750
65.000
6.500
(Harga
Jual
- 95 JENIS VI
(Harga Jual >80.000
s.d 100.000)
JENIS VII (Harga Jual >100.000)
85.000
150.000
8.500
15.000
- 96 -
37. Apakah yang bukan merupakan objek Bea Meterai (Dokumendokumen yang tidak dikenakan BM) berdasarkan Pasal 4 UU BM?
a. Dokumen yang berupa:
- Surat penyimpanan barang;
- Konosemen;
- Surat angkutan penumpang dan barang;
- Keterangan pemindahan yang dituliskan di atas dokumen tersebut
di atas;
- Bukti untuk pengiriman dan penerimaan barang;
- Surat pengiriman barang untuk dijual atas tanggungan pengirim;
- Surat-surat lainnya yang dapat disamakan dengan surat-surat
tersebut di atas.
b. Segala bentuk ijazah.
c. Tanda terima gaji, uang tunggu, pensiun, uang tunjangan, dan
pembayarannya lainnya yang ada kaitannya dengan hubungan kerja
serta surat-surat yang diserahkan untuk mendapatkan pembayaran itu.
d. Tanda bukti penerimaan uang Negara dari Kas Negara, Kas
Pemerintah Daerah, dan bank.
e. Kuitansi untuk semua jenis pajak dan untuk penerimaan lainnya yang
dapat disamakan dengan itu dari Kas Negara, Kas Pemerintah Daerah
dan bank.
f. Tanda penerimaan uang yang dibuat untuk keperluan intern
organisasi.
g. Dokumen yang menyebutkan tabungan, pembayaran uang tabungan
kepada penabung oleh bank, koperasi, dan badan-badan lain yang
bergerak di bidang tersebut.
h. Surat gadai yang diberikan oleh Perusahaan Jawatan Pegadaian.
i. Tanda pembagian keuntungan atau bunga dari efek, dengan nama dan
dalam bentuk apapun.
38. Kapan saat terutang Bea Meterai?
a. Dokumen yang dibuat oleh satu pihak :
pada saat dokumen itu diserahkan dan diterima oleh pihak untuk siapa
dokumen itu dibuat (bukan pada saat ditandatangani), misalnya
kuitansi, cek, dsb.
b. Dokumen yang dibuat oleh lebih dari satu pihak :
- 97 -
c.
- 98 -
c.
Bea Meterai yang dilunasi adalah sebesar Bea Meterai yang terutang
dan ditambah denda sebesar 200% dari yang kurang dilunasi/terutang;
Dokumen yang dibuat di Luar Negeri yang akan digunakan di
Indonesia.
No.
Jenis Dokumen
1.
2.
3.
4.
atau
penyimpanan
uang
Rp. 1.000,-
PP No. 7 Th.
1995
( - 30 April
2000)
Rp. 2.000,-
R
R
Berdasarkan batas
harga nominal :
a. Sampai dengan
Rp 250.000,tidak dikenakan
Bea Meterai.
b. Lebih dari Rp
250.000,- s/d Rp
1.000.000,dikenakan Bea
Meterai Rp 500,-.
c. Lebih dari Rp
1.000.000,dikenakan Bea
Meterai Rp
1.000,-
Berdasarkan
batas harga
nominal :
a. Sampai
dengan Rp
250.000,tidak
dikenakan
Bea
Meterai.
b. Lebih dari
Rp
250.000,s/d Rp
1.000.000,dikenakan
Bea
Meterai Rp
1.000,-.
B
b
n
a
UU BM
(1 Jan 86 )-
dalam
rekening di Bank
c. Yang berisi pemberitahuan saldo
rekening di Bank
d. Yang berisi pengakuan bahwa
hutang uang seluruhnya atau
sebagiannya telah dilunasi atau
diperhitungkan.
- 99 Jenis Dokumen
No.
UU BM
(1 Jan 86 )-
PP No. 7 Th.
1995
( - 30 April
2000)
c. Lebih dari
Rp
1.000.000,dikenakan
Bea
Meterai Rp
2.000,-
5.
Berdasarkan batas
harga nominal (sesuai
dengan butir 4) s/d
tg 14 Nop 89, mulai
tg 15 Nop 89 tarif Rp
500,-
Rp. 1.000,-
6.
Berdasarkan
batas harga
nominal
(sesuai dengan
butir 4)
B
b
n
(
d
4
7.
Berdasarkan batas
harga nominal :
a. Sampai dengan
Rp 1.000.000,-,
tidak dikenakan
Bea Meterai
b. Lebih dari Rp
1.000.000,dikenakan Bea
Meterai Rp.
6.000,Berdasarkan batas
harga nominal
(sesuai dengan butir
6)
Berdasarkan
batas harga
nominal :
a. Sampai
dengan Rp
B
b
n
8.
UU BM
(1 Jan 86 )-
Rp 1.000,-
PP No. 7 Th.
1995
( - 30 April
2000)
1.000.000,dikenakan
Bea
Meterai Rp
1.000,b. Lebih dari
Rp
1.000.000,dikenakan
Bea
Meterai Rp
2.000,-
Rp 2.000,-
- 62 -
Bumi adalah permukaan bumi dan tubuh bumi yang ada di bawahnya;
Bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap
pada tanah dan/atau perairan. Termasuk dalam pengertian bangunan adalah :
- jalan lingkungan yang terletak dalam suatu kompleks bangunan seperti hotel,
pabrik, dan emplasemennya, dan lain-lain yang merupakan satu kesatuan
dengan kompleks bangunan tersebut;
- jalan TOL;
- kolam renang;
- pagar mewah;
- tempat olah raga;
- galangan kapal, dermaga;
- taman mewah;
- tempat penampungan/kilang minyak, air dan gas, pipa minyak;
- fasilitas lain yang memberikan manfaat.
- 63 -
- 64 -
- 65 -
- 66 -
Jelas, berarti penulisan data yang diminta dalam SPOP dibuat sedemikian rupa,
sehingga tidak menimbulkan salah tafsir yang dapat merugikan negara maupun
Wajib Pajak sendiri;
Benar, berarti data yang dilaporkan harus sesuai dengan keadaan yang
sebenarnya;
Lengkap berarti seluruh bagian yang harus diisi oleh Wajib Pajak terisi semua
dan ditandatangani.
2. Apa sanksi yang dapat dikenakan apabila Wajib Pajak tidak mengembalikan
SPOP atau mengisi SPOP secara jelas, benar, dan lengkap ?
a. Sanksi Administrasi
- Dalam hal WP tidak menyampaikan kembali SPOP pada waktunya dan
setelah ditegur secara tertulis tidak disampaikan sebagaimana ditentukan
dalam surat teguran, maka akan diterbitkan Surat Ketetapan Pajak (SKP)
dengan sanksi berupa denda administrasi sebesar 25% dari PBB yang
terutang.
- Apabila pengisian SPOP setelah diteliti atau diperiksa ternyata tidak benar
(lebih kecil), maka akan diterbitkan SKP dengan sanksi berupa denda
administrasi sebesar 25% dari selisih besarnya PBB yang terutang.
b. Sanksi Pidana
- Barang siapa karena kealpaannya tidak mengembalikan SPOP atau
mengembalikan SPOP tetapi isinya tidak benar atau tidak lengkap dan/ atau
melampirkan keterangan yang tidak benar sehingga menimbulkan kerugian
bagi negara, dipidana dengan pidana kurungan selama-lamanya 6 (enam)
bulan atau denda setinggi-tingginya 2 (dua) kali lipat pajak yang terutang;
- Barang siapa karena dengan sengaja :
1). Tidak mengembalikan atau menyampaikan SPOP kepada Direktorat
Jenderal Pajak;
2). Menyampaikan SPOP tetapi isinya tidak benar atau tidak lengkap dan
atau melampirkan keterangan yang tidak benar;
3). Memperlihatkan surat palsu atau dipalsukan atau dokumen yang palsu
atau dipalsukan seolah-olah benar;
4). Tidak memperlihatkan data atau tidak meminjamkan surat atau
dokumen lainnya;
5). Tidak menunjukkan data atau tidak menyampaikan keterangan yang
diperlukan;
sehingga menimbulkan kerugian pada negara, dipidana dengan pidana penjara
selama-lamanya 2 (dua) tahun atau denda setinggi-tingginya sebesar 5 (lima)
kali pajak yang terutang. Sanksi pidana tersebut dilipatkan dua apabila seseorang
melakukan lagi tindak pidana di bidang perpajakan sebelum lewat satu tahun,
terhitung sejak selesainya menjalani sebagian atau seluruh pidana penjara yang
dijatuhkan atau sejak dibayarnya denda.
3. Apakah yang dimaksud dengan SPPT ?
SPPT adalah Surat Keputusan Kepala KPPBB mengenai besarnya PBB terutang
yang harus dibayar oleh Wajib Pajak pada 1 (satu) tahun pajak tertentu. SPPT
diterbitkan berdasarkan data sebagaimana tertulis pada SPOP.
- 67 -
Berdasarkan SPPT yang diterima, Wajib Pajak harus melunasi utang PBBnya selambat-lambatnya 6 (enam) bulan sejak tanggal diterimanya SPPT.
- 68 -
Berdasarkan SKP yang diterima, Wajib Pajak harus melunasi utang PBBnya selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sejak tanggal diterimanya SKP.
2. Berapa denda yang dikenakan kepada Wajib Pajak yang belum melunasi utang
PBB-nya setelah lewat jatuh tempo ?
PBB terutang yang pada saat jatuh tempo pembayaran tidak dibayar atau kurang
dibayar dikenakan denda administrasi sebesar 2% (dua persen) sebulan, yang dihitung
dari saat jatuh tempo sampai dengan hari pembayaran untuk jangka waktu paling
lama 24 (dua puluh empat) bulan dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan.
3. Bagaimana cara membayar PBB ?
Wajib pajak membayar PBB terutang melalui :
- Bank atau Kantor Pos yang tercantum pada SPPT atau
- ATM bank-bank tertentu (BCA, BII) atau
- Counter/teller bank-bank tertentu (Bank Nusantara Parahyangan) atau
- Petugas pemungut PBB Kelurahan/Desa yang ditunjuk resmi dengan SK
Walikota/Bupati.
Catatan : Pembayaran harus dilakukan sekaligus (tidak diperkenankan mencicil).
4. Apakah dasar penagihan PBB ?
Dasar penagihan PBB adalah SPPT, SKP, dan Surat Tagihan Pajak (STP).
5. Apa saja yang dapat ditagih dengan STP PBB?
Pokok pajak terutang yang belum atau kurang dibayar dan atau denda administrasi.
STP harus dilunasi selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sejak tanggal diterimanya STP
oleh Wajib Pajak.
6. Dalam hal bagaimana STP PBB diterbitkan ?
Wajib pajak tidak melunasi PBB terutang setelah lewat jatuh tempo
pembayaran SPPT/SKP.
Wajib pajak melunasi PBB terutang setelah lewat jatuh tempo pembayaran
SPPT/SKP, tetapi denda administrasi tidak dilunasi.
7.
Apakah upaya yang dapat dilakukan apabila STP PBB telah lewat jatuh tempo dan
tidak dilunasi ?
Apabila STP PBB tidak dibayar setelah lewat jatuh tempo ditagih dengan Surat
Paksa (SP) berdasarkan UU Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan
Surat Paksa s.t.d.d. UU Nomor 19 Tahun 2000.
H. KEBERATAN DAN BANDING (250304 )
1. Apa saja yang dapat diajukan permohonan keberatan PBB ?
Yang dapat diajukan keberatan PBB adalah besarnya PBB terutang sebagaimana
tercantum dalam SPPT atau SKP.
Keberatan dimaksud dapat dikarenakan :
Kesalahan penetapan/pengenaan;
- 69 -
- 70 -
- 71 -
Wajib pajak orang pribadi atau badan karena kondisi tertentu Objek PBB yang
ada hubungannya dengan Subjek PBB dan atau karena sebab-sebab tertentu
lainnya, yaitu :
o lahan pertanian/perkebunan/perikanan/peternakan yang hasilnya sangat
terbatas yang dimiliki/dikuasai atau dimanfaatkan oleh Wajib Pajak Orang
Pribadi;
o Objek PBB yang dimiliki, dikuasai dan atau dimanfaatkan oleh Wajib Pajak
Orang Pribadi yang berpenghasilan rendah yang nilai jualnya meningkat
disebabkan karena adanya pembangunan atau perkembangan lingkungan;
o Objek PBB yang dimiliki, dikuasai dan atau dimanfaatkan oleh Wajib Pajak
Orang Pribadi yang penghasilannya semata-mata berasal dari pensiun,
sehingga kewajiban PBB-nya sulit dipenuhi;
o Objek PBB yang dimiliki, dikuasai, dan atau dimanfaatkan oleh masyarakat
berpenghasilan rendah, sehingga kewajiban PBB-nya sulit dipenuhi;
o Objek Pajak yang dimiliki, dikuasai, atau dimanfaatkan oleh Wajib Pajak
Badan yang mengalami kerugian dan kesulitan likuiditas yang serius
sepanjang tahun, sehingga tidak dapat memenuhi kewajiban rutin
perusahaan;
Pemberian pengurangan dapat diberikan setinggi-tingginya 75% (tujuh puluh
lima persen) dan ditetapkan berdasarkan kondisi/penghasilan Wajib Pajak.
Wajib Pajak Orang Pribadi dalam hal objek PBB terkena bencana alam seperti
gempa bumi, banjir, tanah longsor, gunung meletus, dan sebagainya serta sebabsebab lain yang luar biasa seperti kebakaran, kekeringan, wabah penyakit, dan
hama tanaman.
Untuk kondisi Wajib Pajak ini dapat diberikan pengurangan sampai dengan 100%
(seratus persen).
Wajib Pajak anggota veteran pejuang kemerdekaan dan veteran pembela
kemerdekaan termasuk janda/dudanya.
Pemberian pengurangan ditetapkan 75% (tujuh puluh lima persen), akan
tetapi bagi janda/dudanya telah menikah lagi diberikan setinggi-tingginya 75%
(tujuh puluh lima persen) dan ditetapkan berdasarkan kondisi/penghasilan Wajib
Pajak.
- 72 -
Untuk ketetapan PBB s/d Rp100.000,- (seratus ribu rupiah) dapat diajukan
secara perseorangan atau kolektif (melalui Kepala Desa/Lurah dan diketahui
oleh Camat).
o Untuk ketetapan PBB di atas Rp100.000,- (seratus ribu rupiah) harus
diajukan oleh WP yang bersangkutan dengan melampirkan :
1). fotokopi SPPT/SKP PBB Tahun Pajak yang dimohonkan;
2). fotokopi STTS tahun pajak terakhir;
3). fotokopi KTP/SIM/Tanda Pengenal Diri lainnya.
o Untuk WP Badan, melampirkan fotokopi :
1).
SPPT/SKP PBB tahun yang dimohonkan;
2).
fotokopi STTS tahun pajak terakhir;
3).
SPT PPh tahun terakhir;
4).
Laporan Keuangan Perusahaan.
o Untuk Objek Pajak yang terkena bencana alam, hama tanaman dan sebab
lain yang luar biasa dan bersifat massal diajukan oleh Kepala Desa/Lurah
dengan diketahui oleh Camat dengan mencantumkan nama-nama Wajib
Pajak yang dimohonkan pengurangannya dengan mempergunakan formulir
yang telah ditentukan.
Permohonan diajukan selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan terhitung sejak
SPPT/SKP diterima Wajib Pajak atau terjadinya bencana alam atau sebab-sebab
lain yang luar biasa.
Pengurangan atas SKP hanya dapat diberikan atas pokok ketetapan PBB terutang;
Apabila batas waktu pengajuan tersebut tidak dipenuhi, maka permohonannya
tidak diproses, dan Kepala KPPBB yang bersangkutan harus memberitahukan
secara tertulis kepada WP/Kepala Desa/Lurah, disertai penjelasan seperlunya.
o
- 73 -
- 74 -
L. LAIN-LAIN (250304 )
1. Siapakah yang dimaksud Pejabat yang berkaitan dengan Objek PBB ?
Pejabat yang tugas pekerjaannya berkaitan langsung dengan objek PBB adalah :
Camat sebagai Pejabat Pembuat Akta Tanah, Notaris Pejabat Pembuat Akta Tanah,
dan Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT).
2. Apa kewajiban Pejabat ?
Pejabat yang dalam jabatannya atau tugas pekerjaannya berkaitan langsung dengan
objek pajak, wajib :
menyampaikan laporan bulanan mengenai semua mutasi dan perubahan keadaan
objek PBB secara tertulis kepada Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah
kerjanya meliputi letak objek PBB;
memberikan keterangan yang diperlukan atas permintaan Direktorat Jenderal
Pajak.
3. Selain Pejabat dimaksud siapakah yang mempunyai kewajiban untuk
memberikan keterangan yang ada hubungannya dengan objek PBB ?
Pejabat lain yang ada hubungannya dengan objek PBB yang mempunyai kewajiban
memberikan keterangan adalah Lurah atau Kepala Desa, Pejabat Dinas Tata Kota,
Pejabat Dinas Pengawasan Bangunan, Pejabat Agraria, Pejabat Balai Harta
Peninggalan..
4. Bagaimana seandainya pejabat dimaksud terikat dengan rahasia jabatan yang
harus dipegang sehubungan dengan penyampaian keterangan yang ada
hubungannya dengan objek PBB ?
Dalam hal pejabat dimaksud terikat oleh kewajiban untuk memegang rahasia
jabatan, kewajiban untuk merahasiakan itu ditiadakan sepanjang menyangkut
pelaksanaan Undang-undang PBB.
5. Apa sanksi bagi Pejabat yang tidak menyampaikan laporan ?
Pejabat yang tidak memenuhi kewajiban dapat dikenakan sanksi menurut peraturan
perundang-undangan yang berlaku, antara lain : Peraturan Pemerintah Nomor 30
Tahun 1980 tentang Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil, Staatsblad Nomor 3
tentang Peraturan Jabatan Notaris.
BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN
A. SUBJEK PAJAK (250304 )
1. Siapa Subjek BPHTB ?
Subjek BPHTB adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh hak atas tanah
dan atau bangunan. Subjek BPHTB yang dikenakan kewajiban membayar BPHTB
menurut perundang-undangan perpajakan yang menjadi Wajib Pajak.
B. OBJEK PAJAK (250304 )
1. Apa yang menjadi objek BPHTB ?
- 75 -
Objek BPHTB adalah perolehan hak atas tanah dan atau bangunan, meliputi:
a. Pemindahan hak karena:
1. jual beli;
2. tukar-menukar;
3. hibah;
4. hibah wasiat, yaitu suatu penetapan wasiat yang khusus mengenai
pemberian hak atas tanah dan atau bangunan kepada orang pribadi atau
badan hukum tertentu, yang berlaku setelah pemberi hibah wasiat
meninggal dunia;
5. waris;
6. pemasukan dalam perseroan atau badan hukum lainnya, yaitu pengalihan
hak atas tanah dan atau bangunan dari orang pribadi atau badan kepada
Perseroan Terbatas atau badan hukum lainnya sebagai penyertaan modal
pada Perseroan Terbatas atau badan hukum lainnya tersebut;
7. pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan, yaitu pemindahan sebagian
hak bersama atas tanah dan atau bangunan oleh orang pribadi atau badan
kepada sesama pemegang hak bersama;
8. penunjukan pembeli dalam lelang, yaitu penetapan pemenang lelang oleh
Pejabat Lelang sebagaimana yang tercantum dalam Risalah Lelang;
9. pelaksanaan putusan hakim yang mempunyai kekuatan hukum tetap, yaitu
adanya peralihan hak dari orang pribadi atau badan hukum sebagai salah
satu pihak kepada pihak yang ditentukan dalam putusan hakim tersebut;
10. penggabungan usaha, yaitu penggabungan dari dua badan usaha atau lebih
dengan cara tetap mempertahankan berdirinya salah satu badan usaha dan
melikuidasi badan usaha lainnya yang menggabung;
11. peleburan usaha, yaitu penggabungan dari dua atau lebih badan usaha
dengan cara mendirikan badan usaha baru dan melikuidasi badan-badan
usaha yang bergabung tersebut;
12. pemekaran usaha, yaitu pemisahan suatu badan usaha menjadi dua badan
usaha atau lebih dengan cara mendirikan badan usaha baru dan mengalihkan
sebagian aktiva dan pasiva kepada badan usaha baru tersebut yang
dilakukan tanpa melikuidasi badan usaha yang lama;
13. hadiah, yaitu suatu perbuatan hukum berupa penyerahan hak atas tanah dan
atau bangunan yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan hukum kepada
penerima hadiah.
b. Pemberian hak baru karena:
1.
kelanjutan pelepasan hak, yaitu pemberian hak
baru kepada orang pribadi atau badan hukum dari Negara atas tanah yang
berasal dari pelepasan hak;
2.
di luar pelepasan hak, yaitu pemberian hak baru
atas tanah kepada orang pribadi atau badan hukum dari Negara atau dari
pemegang hak milik menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.
o Perolehan hak atas tanah dan atau bangunan adalah perbuatan atau peristiwa
hukum yang mengakibatkan diperolehnya hak atas tanah dan atau bangunan
oleh orang pribadi atau badan.
o Objek pajak yang diperoleh karena waris dan hibah wasiat pengenaan
BPHTB-nya diatur lebih lanjut dalam PP Nomor 111 Tahun 2000;
- 76 -
- 77 -
o
o
Dasar pengenaan BPHTB adalah Nilai Perolehan Objek Pajak (NPOP), yaitu
a. jual beli adalah harga transaksi;
b.
tukar-menukar adalah nilai pasar;
c.
hibah adalah nilai pasar;
d.
hibah wasiat adalah nilai pasar;
e.
waris adalah nilai pasar;
f.
pemasukan dalam perseroan atau badan hukum lainnya adalah nilai pasar;
g.
pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan adalah nilai pasar;
h.
peralihan hak karena pelaksanaan putusan hakim yang mempunyai kekuatan
hukum tetap adalah nilai pasar;
i.
pemberian hak baru atas tanah sebagai kelanjutan dari pelepasan hak adalah
nilai pasar;
j.
pemberian hak baru atas tanah di luar pelepasan hak adalah nilai pasar;
k.
penggabungan usaha adalah nilai pasar;
l.
peleburan usaha adalah nilai pasar;
m.
pemekaran usaha adalah nilai pasar;
n.
hadiah adalah nilai pasar;
o.
penunjukan pembeli dalam lelang adalah harga transaksi yang tercantum
dalam Risalah Lelang.
Dalam hal NPOP tidak diketahui atau lebih rendah daripada Nilai Jual Objek
Pajak (NJOP) PBB pada tahun terjadinya perolehan, dasar pengenaan BPHTB
yang dipakai adalah NJOP PBB.
- 78 -
o
o
Yang dimaksud dengan harga transaksi adalah harga yang terjadi dan
telah disepakati oleh pihak-pihak yang bersangkutan.
Dalam hal NJOP PBB pada tahun terjadinya perolehan belum
ditetapkan, besarnya NJOP PBB ditetapkan oleh Menteri Keuangan.
Ketentuan besarnya NPOPTKP diatur lebih lanjut dalam PP Nomor 113 Tahun
2000.
- 79 -
i.
j.
k.
l.
m.
n.
o.
Sistem self assessment, dimana Wajib Pajak membayar BPHTB yang terutang
dengan tidak mendasarkan pada adanya surat ketetapan pajak.
2.
BPHTB yang terutang dibayar ke kas negara melalui Bank/Kantor Pos Persepsi
BPHTB, yaitu Kantor Pos dan atau Bank Badan Usaha Milik Negara atau Bank
Badan Usaha Milik Daerah atau tempat pembayaran lain yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan menggunakan Surat Setoran Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
(SSB).
3. Dalam waktu berapa lama SKBKB dapat diterbitkan ?
Dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sesudah saat terutangnya BPHTB, Direktur
Jenderal Pajak dapat menerbitkan Surat Ketetapan Bea Perolehan Hak atas Tanah
dan Bangunan Kurang Bayar (SKBKB) apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau
keterangan lain ternyata jumlah BPHTB yang terutang kurang dibayar.
4.
BPHTB terutang dalam SKBKB adalah BPHTB terutang yang belum atau kurang
dibayar ditambah dengan sanksi administrasi berupa bunga 2% (dua persen) sebulan
dari jumlah kekurangan BPHTB tersebut untuk jangka waktu paling lama 24 (dua
puluh empat) bulan, dihitung mulai saat terutangnya BPHTB sampai dengan
diterbitkannya SKBKB dimaksud.
5. Dalam waktu berapa lama SKBKBT dapat diterbitkan ?
Dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sesudah saat terutangnya BPHTB, Direktur
Jenderal Pajak dapat menerbitkan Surat Ketetapan Bea Perolehan Hak atas Tanah
dan Bangunan Kurang Bayar Tambahan (SKBKBT) apabila ditemukan data baru
dan atau data yang semula belum terungkap yang menyebabkan penambahan jumlah
BPHTB yang terutang setelah diterbitkannya SKBKB.
- 80 -
6.
BPHTB terutang dalam SKBKBT adalah BPHTB terutang yang belum atau kurang
dibayar ditambah dengan sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 100% (seratus
persen) dari jumlah kekurangan BPHTB tersebut, kecuali Wajib Pajak melaporkan
sendiri sebelum dilakukan tindakan pemeriksaan.
7. Bilamana STB diterbitkan ?
Surat Tagihan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (STB) diterbitkan
apabila :
a. BPHTB yang terutang tidak atau kurang dibayar;
b. dari hasil pemeriksaan SSB terdapat kekurangan pembayaran BPHTB sebagai
akibat salah tulis dan atau salah hitung;
c. Wajib Pajak dikenakan sanksi administrasi berupa denda dan atau bunga.
8. Berapa besarnya BPHTB terutang dalam STB ?
BPHTB terutang dalam STB akibat tidak atau kurang dibayar dan akibat salah tulis
dan atau hitung adalah BPHTB terutang yang belum atau kurang dibayar ditambah
sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan dari jumlah
kekurangan BPHTB tersebut untuk jangka waktu paling lama 24 (dua puluh empat)
bulan sejak saat terutangnya BPHTB.
9. Bagaimana kedudukan STB dalam proses penagihan BPHTB ?
STB mempunyai kekuatan hukum yang sama dengan surat ketetapan pajak sehingga
penagihannya dapat dilanjutkan dengan penerbitan Surat Paksa.
10. Apakah dasar penagihan BPHTB ?
- 81 -
- 82 -
dan Direktur Jenderal Pajak tidak memberikan suatu keputusan, maka keberatan
yang diajukan tersebut dianggap diterima.
4. Apa yang dapat disampaikan oleh Wajib Pajak sebelum keputusan keberatan
BPHTB diterbitkan ?
Sebelum surat keputusan keberatan diterbitkan, Wajib Pajak dapat menyampaikan
alasan tambahan atau penjelasan tertulis.
5. Apa bentuk keputusan keberatan ?
Keputusan Keberatan dapat berupa :
menerima seluruhnya, apabila data/bukti-bukti yang dilampirkan dalam
pengajuan keberatan dan/atau diperoleh dalam pemeriksaan terbukti
kebenarannya.
menerima sebagian, apabila data/bukti-bukti yang dilampirkan dalam pengajuan
keberatan dan/atau diperoleh dalam pemeriksaan sebagian terbukti
kebenarannya.
menolak, apabila data/bukti-bukti yang dilampirkan dalam pengajuan keberatan
dan/atau diperoleh dalam pemeriksaan tidak terbukti kebenarannya.
menambah jumlah pajaknya, apabila data/bukti-bukti yang dilampirkan dalam
pengajuan keberatan dan/atau diperoleh dalam pemeriksaan, mengakibatkan
peningkatan jumlah BPHTB-nya.
6. Apa yang dapat dilakukan Wajib Pajak jika permohonan keberatannya ditolak
?
Wajib Pajak yang keberatannya ditolak dapat mengajukan banding ke Badan
Pengadilan Pajak (BPP).
Permohonan dimaksud diatur lebih lanjut dengan Undang-Undang Nomor 14
Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak.
7. Apa bentuk putusan Banding ?
Putusan Banding dapat berupa :
- menolak;
- mengabulkan sebagian atau seluruhnya;
- menambah pajak yang harus dibayar;
- tidak dapat diterima;
8. Bagaimana sifat Putusan Banding ?
Putusan Banding oleh BPP bukan merupakan putusan final dan dapat diajukan
Peninjauan Kembali (PK) ke Mahkamah Agung.
9. Bagaimana jika Putusan Banding menerima sebagian atau seluruhnya ?
Apabila putusan banding menerima sebagian atau seluruhnya, maka kelebihan
pembayaran dikembalikan dengan ditambah imbalan bunga sebesar 2% untuk jangka
waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulan dihitung sejak tanggal pembayaran
yang menyebabkan kelebihan pembayaran BPHTB sampai dengan diterbitkannya
Putusan Banding.
10. Kepada siapa pengurangan BPHTB dapat diberikan ?
- 83 -
- 84 -
Kepala KPPBB terlambat menerbitkan SPMKB, maka Wajib Pajak diberikan bunga
sebesar 2 % (dua persen) sebulan sampai dengan diterbitkannya SPMKB dimaksud.
.
I.
- 85 -
- 86 -
- 87 -
- 88 -
9. Dalam hal Wajib Pajak yang diperiksa diwakili oleh kuasanya, apakah syaratsyarat yang harus dipenuhi untuk menjadi kuasa dari Wajib Pajak
- 89 -
- 90 -
19
20.
21.
22.
- 91 -
jenis pajak-nya). Jadi dia tidak berhak meminta fotokopi rekening koran atas nama
pribadi pegawai perusahaan yang sedang diperiksa, tetapi dimungkinkan bagi
pemeriksa untuk meminta keterangan tertulis dari pihak ketiga (termasuk
pegawai/sekretaris dari perusaahaan yang sedang diperiksa) sehubungan dengan
transaksi yang pernah terjadi antara perusahaan yang sedang diperiksa dengan pihak
ketiga tersebut
24. Apakah Wajib Pajak mempunyai hak untuk meminta dasar koreksi dari
Pemeriksa Pajak?
Pemeriksa berkewajiban memberikan dasar koreksi pemeriksaan pajak apabila
diminta oleh Wajib Pajak untuk keperluan pengajuan permohonan keberatan
25.
26.
B. Penyidikan ( 250304 )
1.
melawan hukum;
2.
- 92 -
- 93 -
Menghentikan penyidikan;
- 94 -
2.
- 95 -
- 96 -
c.
dalam
- 97 -
Hak Penanggung Pajak atas barang yang telah dilelang berpindah kepada pembeli
dan kepadanya diberikan Risalah Lelang yang merupakan bukti otentik sebagai dasar
pendaftaran dan pengalihan hak. Risalah lelang tersebut memberikan perlindungan
hukum bagi pembeli lelang karena berfungsi sebagai akte jual beli. Disamping itu
Badan Pertanahan Nasional menjamin bahwa dalam proses pendaftaran tanah,
Risalah Lelang yang diterbitkan oleh Kantor Lelang Negara menggantikan
sertifikat sebelumnya.
16. Apakah KPP dapat melakukan penyitaan dan penjualan/lelang atas aset yang
dijaminkan Wajib Pajak kepada Bank?
KPP dapat menyita kalau bank belum menyita dan melelang aset Wajib Pajak yang
telah diletakkan hak tanggungan, guna membayar utang pajaknya lebih dahulu
sebelum membayar hutang yang lain termasuk hak tanggungan dan jaminan fidusia.
Penjelasan,
Penyitaan dilaksanakan terhadap barang milik Penanggung Pajak termasuk yang
penguasaannya ditangan pihak lain atau yang dijaminkan sebagai pelunasan utang
tertentu.
Negara mempunyai hak mendahulu untuk tagihan pajak atas barang-barang milik
Penanggung Pajak
17. Apakah KPP/jurusita dapat melakukan sita atas aset yang telah telah disita oleh
Pengadilan Negeri atau Instansi lain yang berwenang ?
Penyitaan tidak dapat dilaksanakan terhadap barang yang telah disita oleh
Pengadilan Negeri atau instansi lain yang berwenang.
18.
Bagaimana
dengan
pelunasan
hutang pajak Wajib Pajak dalam hal aset Wajib Pajak / Penanggung Pajak telah
disita Pengadilan Negeri atau instansi lain?
Apabila Pengadilan Negeri/polisi/BPPN telah melakukan penyitaan terhadap aset
Wajib Pajak tersebut, maka jurusita segera menyampaikan salinan Surat Paksa dan
Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan kepada instansi tersebut, dengan permintaan
agar hasil penjualan/lelang aset yang disita PN/instansi lain tersebut untuk pelunasan
utang pajak.
19.
Apakah
sah
pelaksanaan penyitaan apabila Wajib Pajak/PP menolak menandatangani
Berita Acara Pelaksanaan Sita (BAPS)?
Pelaksanaan sita tetap sah meskipun WP/PP menolak menandatangani BAPS.
Jurusita Pajak harus mencantumkan penolakan tersebut dalam BAPS dan BAPS
ditandatangani oleh jurusita dan saksi-saksi. BAPS tersebut tetap sah dan
mempunyai kekuatan mengikat.
20.
- 98 -
melaksanakan
penyitaan
dengan
21.
22.
22. Bagaimana dengan pelunasan hutang pajak Wajib Pajak yang dinyatakan pailit
oleh pengadilan?
Apabila Wajib Pajak telah dinyatakan pailit sebelum penyitaan
dilakukan, maka jurusita tidak dapat secara langsung menyita aset Wajib Pajak.
Jurusita menyampaikan Surat Paksa kepada Kurator, Hakim Pengawas atau
Balai Harta Peninggalan.
Apabila jurusita telah melaksanakan penyitaan atas aset Wajib Pajak
sebelum Wajib Pajak dinyatakan pailit oleh PN, maka barang yang telah disita
dapat dilelang.
Penjelasan
Wajib Pajak yang dinyatakan pailit oleh pengadilan masih mempunyai kewajiban
untuk melunasi hutang pajaknya..
23. Apabila Wajib Pajak yang masih mempunyai utang pajak dinyatakan bubar
atau dilikuidasi oleh pengadilan, bagaimana dengan pelunasan utang pajak
Wajib Pajak?
Surat Paksa diberitahukan kepada orang atau badan yang dibebani untuk melakukan
pemberesan, atau likuidator.
Penjelasan
Wajib Pajak yang dinyatakan bubar atau dalam likuidasi oleh pengadilan masih
mempunyai kewajiban untuk melunasi utang pajaknya. KPP menyerahkan salinan
SP dan SPMP kepada likuidator atau orang/badan yang melaksanakan pemberesan.
- 99 -
24. KPP telah menyita aset WP tetapi belum dijual/dilelang, karena nilainya kecil
tidak sebanding dengan utang pajak dan biaya iklan pengumuman, bagaimana
tindak lanjutnya?
KPP melakukan penyitaan tambahan sampai mencukupi untuk
pelunasan utang pajak.
Dilanjutkan penjualan/lelang aset yang disita.
25 Apabila WP memperoleh Keputusan Keberatan atau Putusan Banding yang
mengakibatkan utang pajak berkurang atau nihil sehingga terdapat lebih bayar
sedangkan barang yang disita telah dilelang, apakah WP dapat meminta
kembali barangnya tersebut?
Tidak.
Penjelasan
Wajib Pajak tidak dapat meminta atau tidak berhak menuntut pengembalian barang
yang telah dilelang, apabila setelah pelaksanaan lelang Wajib Pajak memperoleh
keputusan keberatan atau putusan banding yang mengakibatkan utang pajak menjadi
berkurang atau nihil sehingga menimbulkan kelebihan pembayaran pajak,
Dalam hal ini, Pejabat mengembalikan kelebihan pembayaran pajak dalam bentuk
uang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan
26 Apa yang dimaksud dengan pencegahan?
Pencegahan adalah larangan yang bersifat sementara terhadap penanggung pajak
tertentu untuk keluar dari wilayah Negara Republik Indonesia berdasarkan alasan
tertentu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
27 Apa kriteria Wajib Pajak / Penanggung Pajak yang dapat dilakukan
pencegahan?
a. Mempunyai utang pajak sekurang-kurangnya sebesar Rp100.000.000,00 (seratus
juta rupiah).
b. Diragukan itikad baiknya dalam melunasi utang pajak.
c. Telah mendapat keputusan pencegahan yang diterbitkan oleh Menteri
28 Apakah setelah dilakukan pencegahan terhadap WP/PP mengakibatkan
hapusnya utang pajak?
Tidak.
Penjelasan
Pencegahan terhadap Penanggung Pajak tidak mengakibatkan hapusnya utang pajak
dan terhentinya pelaksanaan penagihan pajak.
29 Apa yang dimaksud dengan penyanderaan?
Penyanderaan adalah pengekangan sementara waktu kebebasan Penanggung Pajak
dengan menempatkannya di tempat tertentu.
30 Apa kriteria Wajib Pajak / Penanggung Pajak yang
penyanderaan?
Kriteria Penanggung Pajak yang akan disandera adalah:
dapat dilakukan
- 100 -
a.
- 101 -
d.
37. Apakah upaya hukum yang dapat dilakukan oleh Wajib Pajak/Penanggung
Pajak yang disandera?
Wajib Pajak dapat melakukan gugatan rehabilitasi nama baik dan ganti rugi melalui
Pengadilan Negeri.
Penjelasan
Apabila ternyata Pengadilan Negeri mengabulkan gugatan tersebut, maka DJP
berkewajiban untuk merehabilitasi nama baik Penanggung Pajak dan memberikan
ganti rugi sebesar Rp 100.000,- (seratus ribu) per hari selama Penanggung pajak
disandera.
- 102 -
LAIN-LAIN
1.
Apakah ada cara lain bagi Wajib Pajak untuk mendaftarkan diri selain di
KPP dan KP4?
Selain di KPP dan KP4, Wajib Pajak dapat menggunakan sarana pendaftaran secara
on-line dengan internet melalui e-registration di www.pajak.go.id
Penjelasan
Dengan adanya e-registration, Wajib Pajak dapat melakukan pendaftaran kapan dan
dimana saja tanpa perlu datang ke KPP. Pada saat mendaftar melalui internet, Wajib
Pajak akan langsung mendapatkan Surat Keterangan Terdaftar Sementara yang berisi
keterangan Wajib Pajak dan NPWP serta KPP tempat Wajib Pajak terdaftar.
2.
3.
4.
5.
6.
- 103 -
7.
8.
Berapa lama saya akan mendapatkan SKT dan Kartu NPWP asli yang
dikeluarkan KPP dan kemana saya harus mengambilnya?
SKT dan Kartu NPWP asli diterbitkan oleh KPP sepajang KPP telah menerima
secara lengkap formulir dan persyaratannya dari Wajib Pajak. Wajib Pajak dapat
mengambilnya di KPP tempat Wajib Pajak Terdaftar.
9.
10.
11.
12.
13.
- 104 -
Saat ini layanan e-filling dengan cara dial up connection, kedepannya direncanakan
layanan e-filling akan tersedia di internet, sehingga memudahkan wajib pajak untuk
mengakses e-filling.
14.
15.
Apa yang dapat dilakukan Wajib Pajak jika terjadi kesalahan pengiriman
data SPT melalui layanan e-filing?
Apabila belum melewati batasan tanggal pengiriman, dapat dilakukan pengiriman
ulang data SPT, sedangkan apabilan sudah lewat batasan tanggal pengiriman dapat
mengirimnya dalam bentuk spt pembetulan.
16.
17.
18.
Jika kami melakukan pengiriman data SPT berkali-kali melalui layanan efiling, berita acara mana yang harus dilaporkan ?
Berita acara dari pengiriman data SPT yang terakhir. Hal ini karena diasumsikan
yang dikirim terakhir oleh Wajib Pajak adalah data yang up todate
19.
- 105 -
20.
21.
22.
23.
Dalam satu PC, apakah bisa digunakan untuk mengiput data e-SPT untuk
beberapa WP/NPWP ?
Bisa.
Penjelasan
Input data e-SPT dalam satu PC untuk beberapa WP/NPWP dilakukan dengan cara :
a. Meng-copy database kosong kedalam beberapa folder sesuai dengan jumlah
WP.
b. Ketika melakukan perekaman, ODBC disesuaikan dengan database yang akan
diakses.
24.
Apakah yang harus dilakukan, jika akan merekam data SSP namun tidak
memiliki NTPP ?
Mengisikan 0 sebanyak 16 digit pada kolom NTPP dengan tujuan agar data dapat
direkam melalui sistem MP3.
- 106 -
SEKRETARIAT
1. Siapakah Pegawai Negeri Sipil ?
Pegawai Negeri Sipil adalah setiap warga negara Republik Indonesia yang telah
memenuhi syarat yang ditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan
diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri, atau diserahi tugas negara lainnya, dan
digaji berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pegawai Negeri Sipil terdiri dari :
a. Pegawai Negeri Sipil Pusat dan Daerah;
b. Anggota Tentara Nasional Indonesia; dan
c. Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia.
2.
3. Apa saja kewajiban dan larangan yang harus dipatuhi oleh Pegawai Negeri
Sipil?
Kewajiban bagi Pegawai Negeri Sipil adalah :
a. Setia dan taat kepada Pancasila, UUD 1945, Negara, dan Pemerintah;
b. Mengutamakan kepentingan Negara di atas kepentingan golongan atau diri
sendiri serta menghindarkan segala sesuatu yang mendesak kepentingan Negara
oleh kepentingan golongan, diri sendiri, atau pihak lain;
c. Menjunjung tinggi kehormatan dan martabat Negara, Pemerintah, dan Pegawai
Negeri Sipil;
d. Mengangkat dan mentaati sumpah/janji Pegawai Negeri Sipil dan sumpah/janji
jabatan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
e. Menyimpan rahasia Negara dan atau rahasia jabatan dengan sebaik-baiknya;
f. Memperhatikan dan melaksanakan segala ketentuan Pemerintah baik yang
langsung menyangkut tugas kedinasannya maupun yang berlaku secara umum;
g. Melaksanakan tugas kedinasan dengan sebaik-baiknya dan dengan penuh
pengabdian, kesadaran, dan tanggung jawab;
h. Bekerja dengan jujur, tertib, cermat, dan bersemangat untuk kepentingan
Negara;
i. Memelihara dan meningkatkan keutuhan, kekompakan, persatuan, dan kesatuan
Korps Pegawai Negeri Sipil;
j. Segera melaporkan kepada atasannya apabila mengetahui ada hal yang dapat
membahayakan atau merugikan Negara/Pemerintah, terutama di bidang
keamanan, keuangan, dan materiil;
k. Mentaati ketentuan jam kerja;
l. Menciptakan dan memelihara suasana kerja yang baik;
- 107 -
- 108 -
5. Hukuman apa saja yang dapat dikenakan atas pelanggaran peraturan disiplin
oleh Pegawai Negeri Sipil ?
No
1.
Tingkat Hukuman
Disiplin
Hukuman
Disiplin
Ringan
2.
Hukuman
Sedang
Disiplin
3.
Hukuman
Berat
Disiplin
Tegoran lisan
Tegoran tertulis
Pernyataan tidak puas secara tertulis
Penundaan kenaikan gaji berkala untuk paling lama 1 (satu) tahun
Penurunan gaji sebesar satu kali kenaikan gaji berkala untuk paling lama 1
(satu) tahun
Penundaan kenaikan pangkat untuk paling lama 1 (satu) tahun
Penurunan pangkat pada pangkat yang setingkat lebih rendah untuk paling
lama 1 (satu) tahun
Pembebasan dari jabatan
Pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai Pegawai
Negeri Sipil
Pemberhentian tidak dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil
- 109 No
1.
2.
Pembebasan Jabatan
2.
Pejabat
PEJABAT ESELON I :
a.
Sekretaris Jenderal
b.
Dirjen Anggaran
c.
Dirjen Pajak
Tegoran lisan
Tegoran tertulis
Pernyataan tidak puas secara
tertulis
Penundaan kenaikan gaji berkala
untuk paling lama 1 (satu) tahun
Penurunan gaji sebesar satu kali
kenaikan gaji berkala untuk
paling lama 1 (satu) tahun
Penundaan kenaikan pangkat
untuk paling lama 1 (satu) tahun
Terhadap PNS
d.
d.
e.
e.
f.
f.
g.
h.
Dirjen PKPD
Dirjen Piutang & Lelang
Negara
g.
i.
j.
k.
Inspektur Jenderal
Ketua Bapepam
Kepala BAF
h.
Pembebasan jabatan
l.
m.
n.
Kepala BAKUN
Kepala Bintek
Kepala BPPK
a.
b.
c.
Tegoran lisan
Tegoran tertulis
Pernyataan tidak puas secara
tertulis
d.
PEJABAT ESELON II :
Sekretaris Direktorat Jenderal
/Badan, Sekretaris Inspektorat
Jenderal, Kepala Biro, Direktur,
Inspektur,
Kepala
Pusat
Pendidikan dan Pelatihan, Kepala
Pusat, Sekretaris BPSP, Kepala
Kantor Wilayah atau jabatan lain
yang setingkat
e.
- 110 No.
Pejabat
f.
3.
4.
Terhadap PNS
a.
b.
c.
Tegoran lisan
Tegoran tertulis
Pernyataan tidak puas secara
tertulis
a.
b.
c.
Tegoran lisan
Tegoran tertulis
Pernyataan tidak puas secara
tertulis
1.
2.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Mulai Berlaku
Sejak tanggal disampaikan oleh
pejabat yang berwenang menghukum
kepada Pegawai Negeri Sipil yang
dijatuhi hukuman disiplin
Sejak
tanggal
keputusan
atas
keberatan itu ditetapkan oleh atasan
pejabat yang berwenang menghukum
atau oleh Badan Pertimbangan
Kepegawaian
3.
4.
- 111 No.
Mulai Berlaku
disiplin
8. Apakah sanksi terhadap Pegawai Negeri Sipil yang dikenakan penahanan oleh
yang berwajib?
Pegawai Negeri Sipil yang dikenakan penahanan oleh pejabat yang berwajib karena
disangka telah melakukan tindak pidana kejahatan dikenakan pemberhentian
sementara sampai mendapat putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan
hukum tetap.
No.
1.
a.
b.
2.
Melakukan kejahatan/pelanggaran
tidak menyangkut jabatannya
yang
1. Pegawai Negeri yang menerima bagian gaji seperti disebutkan di atas mendapat
tunjangan keluarga, tunjangan kemahalan umum, dan lain-lain, kecuali
tunjangan jabatan dan fasilitas yang ada hubungannya langsung dengan
jabatannya menurut peraturan yang berlaku dan dihitung atas dasar bagian gaji
yang diterimanya.
2. Untuk menghindarkan kerugian bagi keuangan negara, maka perkara yang
menyebabkan seorang Pegawai Negeri Sipil yang dikenakan pemberhentian
sementara, harus diperiksa dalam waktu yang sesingkat-singkatnya agar dapat
diambil keputusan yang tepat terhadap diri pegawai yang bersangkutan.
9. Setelah dilakukan pemeriksaan oleh pihak yang berwajib, tindakan apa yang
harus dilakukan terhadap Pegawai Negeri Sipil tersebut?
Perlakuan terhadap Pegawai Negeri Sipil yang telah dilakukan pemeriksaan oleh
pihak berwajib atas dakwaan yang ditujukan kepadanya sebagaimana tabel di bawah
ini :
No.
1.
Hasil Pemeriksaan
Terbukti
bersalah
Tidak
- 112 -
No.
2.
Hasil Pemeriksaan
Terbukti Bersalah
a.
b.
c.
Kotak Pos
5000
Kotak Pos
111 JKTM 12700
Komisi
Ombudsman
Direktur Jenderal
Pajak
Inspektorat
Jenderal
- 113 -
Tindak
lanjut masyarakat Direktorat Jenderal
11. Apakah dalam memberikan pelayanan
kepada
Pajak menerapkan transparansi (bersifat terbuka), transparansi tersebut
meliputi apa?
Ya, meliputi:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
12. Hukuman apa saja yang dapat dikenakan atas pelanggaran peraturan disiplin
oleh Pegawai Negeri Sipil ?
No
1.
Tingkat
Hukuman
Disiplin
Hukuman Disiplin
Ringan
2.
Hukuman Disiplin
Sedang
3.
Hukuman Disiplin
Berat
Tegoran lisan
Tegoran tertulis
Pernyataan tidak puas secara tertulis
Penundaan kenaikan gaji berkala untuk paling lama 1 (satu) tahun
Penurunan gaji sebesar satu kali kenaikan gaji berkala untuk paling
lama 1 (satu) tahun
Penundaan kenaikan pangkat untuk paling lama 1 (satu) tahun
Penurunan pangkat pada pangkat yang setingkat lebih rendah untuk
paling lama 1 (satu) tahun
Pembebasan dari jabatan
Pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai
Pegawai Negeri Sipil
Pemberhentian tidak dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil
1.
14. Apakah sanksi terhadap Pegawai Negeri Sipil yang dikenakan penahanan oleh
yang berwajib?
Pegawai Negeri Sipil yang dikenakan penahanan oleh pejabat yang berwajib karena
disangka telah melakukan tindak pidana kejahatan dikenakan pemberhentian
sementara sampai mendapat putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan
hukum tetap.
No.
Alasan Pemberhentian Sementara
1. Melakukan kejahatan/pelanggaran jabatan
a.
3. Pegawai Negeri yang menerima bagian gaji seperti disebutkan di atas mendapat
tunjangan keluarga, tunjangan kemahalan umum, dan lain-lain, kecuali
tunjangan jabatan dan fasilitas yang ada hubungannya langsung dengan
jabatannya menurut peraturan yang berlaku dan dihitung atas dasar bagian gaji
yang diterimanya.
4. Untuk menghindarkan kerugian bagi keuangan negara, maka perkara yang
menyebabkan seorang Pegawai Negeri Sipil yang dikenakan pemberhentian
sementara, harus diperiksa dalam waktu yang sesingkat-singkatnya agar dapat
diambil keputusan yang tepat terhadap diri pegawai yang bersangkutan.
15. Setelah dilakukan pemeriksaan oleh pihak yang berwajib, tindakan apa yang
harus dilakukan terhadap Pegawai Negeri Sipil tersebut?
Perlakuan terhadap Pegawai Negeri Sipil yang telah dilakukan pemeriksaan oleh
pihak berwajib atas dakwaan yang ditujukan kepadanya sebagaimana tabel di bawah
ini :
No.
1.
Hasil Pemeriksaan
Terbukti Tidak bersalah
a.
- 115 -
No.
Hasil Pemeriksaan
2.
Terbukti Bersalah
a.
JENIS USAHA
PAJAK
PDRB
10000
PERTANIAN
264,967
36,262,982
20000
PERTAMBANGAN
48,705
11,858,368
30000
INDUSTRI PENGOLAHAN
394,245
31,336,666
40000
19,838
1,127,145
50000
KONSTRUKSI
394,581
4,574,269
60000
459,479
18,583,739
70000
ANGKUTAN
288,359
6,641,869
80000
826,288
4,272,604
90000
KEMASYARAKATAN SOSIAL
342,120
7,554,782
10
00000
331,823
3,370,404
122,212,424
JUMLAH
Sumber : Sekretariat Tim Tenaga Pengkaji
Direktorat Jenderal Pajak
JENIS USAHA
PAJAK
PDRB
10000
PERTANIAN
472,614
14,436,861
20000
PERTAMBANGAN
559,827
36,211,005
30000
INDUSTRI PENGOLAHAN
809,837
14,878,846
40000
42,871
802,080
50000
KONSTRUKSI
512,264
2,923,853
60000
439,681
10,563,794
70000
ANGKUTAN
214,072
6,189,267
80000
612,871
2,667,535
90000
KEMASYARAKATAN SOSIAL
152,571
8,108,424
10
00000
270,131
4,086,739
96,781,665
JUMLAH
Sumber : Sekretariat Tim Tenaga Pengkaji
Direktorat Jenderal Pajak
JENIS USAHA
PAJAK
PDRB
10000
PERTANIAN
324,594
26,664,500
20000
PERTAMBANGAN
202,852
13,731,305
30000
INDUSTRI PENGOLAHAN
1,026,334
19,997,004
40000
9,545
943,543
50000
KONSTRUKSI
325,714
5,030,326
60000
365,355
27,358,910
70000
ANGKUTAN
152,513
7,804,330
80000
401,090
10,058,374
90000
KEMASYARAKATAN SOSIAL
188,367
8,839,706
10
00000
197,035
3,193,399
120,427,998
JUMLAH
Sumber : Sekretariat Tim Tenaga Pengkaji
Direktorat Jenderal Pajak
JENIS USAHA
PAJAK
PDRB
10000
PERTANIAN
230,465
516,547
20000
PERTAMBANGAN
349,657
30000
INDUSTRI PENGOLAHAN
3,723,973
54,252,816
40000
58,508
3,157,603
50000
KONSTRUKSI
1,327,600
30,466,532
60000
9,510,986
60,469,474
70000
ANGKUTAN
1,054,933
21,605,925
80000
4,839,511
58,935,114
90000
KEMASYARAKATAN SOSIAL
813,325
25,331,417
10
00000
3,013,804
JUMLAH
24,922,761
254,735,428
JENIS USAHA
PAJAK
PEREDARAN
USAHA
346,187
15,794,840
10000
PERTANIAN
20000
PERTAMBANGAN
8,367,373
57,326,087
30000
INDUSTRI PENGOLAHAN
10,807,323
145,027,222
40000
664,127
60,360,530
50000
KONSTRUKSI
710,448
19,928,774
60000
2,519,058
38,598,832
70000
ANGKUTAN
7,129,779
56,655,699
80000
9,077,690
121,580,979
90000
KEMASYARAKATAN SOSIAL
1,883,563
19,399,597
10
00000
12,396,167
JUMLAH
53,901,715
534,672,559
JENIS USAHA
PAJAK
PDRB
10000
PERTANIAN
51,601
38,534,896
20000
PERTAMBANGAN
108,054
22,235,502
30000
INDUSTRI PENGOLAHAN
5,155,052
110,309,820
40000
54,549
8,524,577
50000
KONSTRUKSI
315,259
7,676,192
60000
1,142,209
41,283,457
70000
ANGKUTAN
906,627
14,219,024
80000
2,148,361
8,079,296
90000
KEMASYARAKATAN SOSIAL
1,119,985
21,632,235
10
00000
1,101,809
JUMLAH
Sumber : Sekretariat Tim Tenaga Pengkaji
Direktorat Jenderal Pajak
12,103,507
272,494,999
JENIS USAHA
PAJAK
PDRB
10000
PERTANIAN
4,730
38,919,283
20000
PERTAMBANGAN
6,922
1,866,021
30000
INDUSTRI PENGOLAHAN
2,765,613
50,300,037
40000
41,481
1,475,091
50000
KONSTRUKSI
35,701
7,592,090
60000
908,256
40,435,576
70000
ANGKUTAN
138,817
9,485,159
80000
1,120,480
7,445,036
90000
KEMASYARAKATAN SOSIAL
790,183
15,730,694
10
00000
279,099
JUMLAH
Sumber : Sekretariat Tim Tenaga Pengkaji
Direktorat Jenderal Pajak
6,091,283
173,248,987
JENIS USAHA
PAJAK
PDRB
10000
PERTANIAN
97,739
47,360,511
20000
PERTAMBANGAN
147,026
4,519,693
30000
INDUSTRI PENGOLAHAN
6,467,167
60,337,145
40000
64,785
6,164,081
50000
KONSTRUKSI
355,179
9,637,495
60000
1,079,995
54,849,450
70000
ANGKUTAN
577,898
14,516,370
80000
2,000,313
9,230,582
90000
KEMASYARAKATAN SOSIAL
681,774
20,341,981
10
00000
894,712
JUMLAH
Sumber : Sekretariat Tim Tenaga Pengkaji
Direktorat Jenderal Pajak
12,366,588
226,957,308
JENIS USAHA
PAJAK
PDRB
10000
PERTANIAN
102,351
12,271,296
20000
PERTAMBANGAN
44,840
589,170
30000
INDUSTRI PENGOLAHAN
128,198
5,929,002
40000
719
260,865
50000
KONSTRUKSI
126,049
1,926,984
60000
977,562
6,992,597
70000
ANGKUTAN
58,853
2,705,336
80000
187,255
1,485,628
90000
KEMASYARAKATAN SOSIAL
109,017
3,291,586
10
00000
60,057
1,794,899
35,452,464
JUMLAH
Sumber : Sekretariat Tim Tenaga Pengkaji
Direktorat Jenderal Pajak
JENIS USAHA
PAJAK
PDRB
10000
PERTANIAN
512,395
8,752,187
20000
PERTAMBANGAN
984,692
5,494,410
30000
INDUSTRI PENGOLAHAN
107,365
38,064,918
40000
40,392
459,081
50000
KONSTRUKSI
540,663
2,722,204
60000
459,490
9,335,211
70000
ANGKUTAN
364,286
4,662,222
80000
402,338
2,426,831
90000
KEMASYARAKATAN SOSIAL
115,682
3,460,835
10
00000
378,884
3,906,187
75,377,899
JUMLAH
Sumber : Sekretariat Tim Tenaga Pengkaji
Direktorat Jenderal Pajak
JENIS USAHA
PAJAK
PDRB
10000
PERTANIAN
6,800
17,040,837
20000
PERTAMBANGAN
55,887
3,123,473
30000
INDUSTRI PENGOLAHAN
179,162
4,752,319
40000
8,290
503,796
50000
KONSTRUKSI
156,336
2,088,819
60000
39,545
7,243,091
70000
ANGKUTAN
27,197
3,047,644
80000
369,998
1,624,857
90000
KEMASYARAKATAN SOSIAL
161,562
5,160,071
10
00000
184,111
JUMLAH
Sumber : Sekretariat Tim Tenaga Pengkaji
Direktorat Jenderal Pajak
1,188,888
44,584,907
JENIS USAHA
PAJAK
PDRB
10000
PERTANIAN
18,322
8,815,409
20000
PERTAMBANGAN
29,738
886,061
30000
INDUSTRI PENGOLAHAN
73,742
2,119,217
40000
5,985
199,836
50000
KONSTRUKSI
125,459
2,657,839
60000
93,954
3,115,898
70000
ANGKUTAN
67,333
2,464,982
80000
158,671
750,249
90000
KEMASYARAKATAN SOSIAL
82,906
3,598,816
10
00000
130,518
JUMLAH
786,627
24,608,307
JENIS USAHA
PAJAK
PDRB
10000
PERTANIAN
2,605
12,011,216
20000
PERTAMBANGAN
3,844
5,113,710
30000
INDUSTRI PENGOLAHAN
58,358
2,984,699
40000
19,285
461,757
50000
KONSTRUKSI
169,978
2,624,301
60000
366,678
10,404,194
70000
ANGKUTAN
176,093
4,577,057
80000
575,096
1,843,467
90000
KEMASYARAKATAN SOSIAL
158,930
6,476,577
10
00000
227,954
1,758,822
46,496,978
JUMLAH
Sumber : Sekretariat Tim Tenaga Pengkaji
Direktorat Jenderal Pajak
JENIS USAHA
PAJAK
PDRB
10000
PERTANIAN
24,619
6,626,610
20000
PERTAMBANGAN
219,573
12,516,209
30000
INDUSTRI PENGOLAHAN
9,583
1,355,735
40000
11,161
118,379
50000
KONSTRUKSI
295,735
877,633
60000
125,725
2,647,466
70000
ANGKUTAN
134,743
1,219,930
80000
150,414
517,911
90000
KEMASYARAKATAN SOSIAL
80,763
2,606,678
10
00000
157,034
1,209,351
28,486,551
JUMLAH
Sumber : Sekretariat Tim Tenaga Pengkaji
Direktorat Jenderal Pajak
JENIS USAHA
PAJAK
PEREDARAN
USAHA
10000
PERTANIAN
61,404
3,180,965
20000
PERTAMBANGAN
658,650
14,910,056
30000
INDUSTRI PENGOLAHAN
4,000,607
260,685,689
40000
50000
KONSTRUKSI
78,524
9,660,091
60000
634,339
70,480,219
70000
ANGKUTAN
639,042
69,880,095
80000
898,715
1,734,386
90000
KEMASYARAKATAN SOSIAL
16,199
1,801,682
10
00000
160,599
7,148,079
432,333,183
JUMLAH
Sumber : Sekretariat Tim Tenaga Pengkaji
Direktorat Jenderal Pajak
NASIONAL
(Rp.Juta)
KLU
JENIS USAHA
PAJAK
PDRB
10000
PERTANIAN
2,521,392
281,349,755
20000
PERTAMBANGAN
11,787,641
103,571,523
30000
INDUSTRI PENGOLAHAN
35,706,558
345,893,862
40000
1,041,535
29,144,366
50000
KONSTRUKSI
5,469,491
92,408,964
60000
19,122,312
258,887,268
70000
ANGKUTAN
11,930,547
97,384,832
80000
23,769,090
105,630,555
90000
KEMASYARAKATAN SOSIAL
6,696,946
169,596,865
10
00000
19,783,737
JUMLAH
137,829,249
1,483,867,990
up date 16 Maret 2004
Catatan :
Data dari Kanwil dan BPS, diolah kembali
Sekretariat Tim Tenaga Pengkaji
Direktorat Jenderal Pajak
Kantor
Wilayah
1 Kanwil I
62,898
Orang
Pribadi
181,777
257,192
12,339
54,880
111,958
179,177
3 Kanwil III
17,377
53,024
176,233
246,634
4 Kanwil IV
2,758
107,695
151,403
261,856
5 Kanwil V
920
86,431
140,245
227,596
6 Kanwil VI
1,838
63,322
55,209
120,369
7 Kanwil VII
331
14,856
10,835
26,022
8 Kanwil VIII
10,373
67,357
182,707
260,437
9 Kanwil IX
11,934
59,062
217,145
288,141
10 Kanwil X
19,228
61,207
176,653
257,088
11 Kanwil XI
6,587
51,700
110,071
168,358
12 Kanwil XII
8,780
32,779
127,886
169,445
13 Kanwil XIII
8,019
18,979
42,532
69,530
14 Kanwil XIV
10,583
36,093
79,947
126,623
15 Kanwil XV
12,218
33,565
82,433
128,216
16 Kanwil XVI
9,696
22,602
42,247
74,545
17 Kanwil XVII
14,960
39,940
102,412
157,312
18 Kanwil XVIII
10,244
21,879
36,201
68,324
692
692
170,702
888,961
2,027,894
3,087,557
Bendaharawan
Badan
12,517
2 Kanwil II
19 Kanwil XIX
Jumlah
Jumlah
Uraian
2000
2001
2002
2003
Kanwil
15
18
19
24
KPP
141
173
175
178
KPPBB
107
141
141
146
Karikpa
55
55
55
55
KP4
211
236
236
236
Uraian
2000
2001
2002
2003
Eselon II
25
28
28
37
Eselon III
347
514
521
559
Eselon IV
2071
3302
3317
3576
Uraian
2000
2001
2002
2003
Strata 3
Strata 2
232
557
721
691
Strata 1
5658
6056
6708
7124
Lainnya
22401
22356
22329
22002
Kanwil
SPT
Penghasilan Kotor
PPh
Kanwil I
54,197
1,621,737,493,527
108,396,330,841
Kanwil II
27,133
766,286,828,193
211,681,854,848
Kanwil III
51,037
2,307,065,352,398
270,696,296,353
Kanwil IV
40,674
989,300,894,013
868,971,023,134
Kanwil V
49,864
2,363,228,173,480
628,572,671,960
Kanwil VI
18,219
550,473,227,088
508,540,392,720
Kanwil VII
5,825
473,995,473
1,806,509,452,838
Kanwil VIII
57,334
2,283,753,937,776
462,426,245,452
Kanwil IX
72,717
1,300,157,847,190
263,375,540,736
10 Kanwil X
82,119
3,518,490,141,821
197,502,512,139
11 Kanwil XI
45,434
4,302,180,758,493
260,871,471,972
12 Kanwil XII
45,812
2,679,601,940,001
127,800,056,595
13 Kanwil XIII
10,725
815,554,637,835
22,829,890,507
14 Kanwil XIV
22,614
1,030,439,924,450
327,478,233,194
15 Kanwil XV
22,842
2,025,407,985,689
39,453,486,564
16 Kanwil XVI
10,664
691,716,081,506
20,620,296,502
17 Kanwil XVII
34,193
1,243,044,903,121
137,286,137,686
18 Kanwil XVIII
5,551
247,057,654,763
22,207,747,523
Jumlah
656,954
28,735,971,776,817
6,285,219,641,564
Kanwil
SPT
Penghasilan Kotor
PPh
Kanwil I
14,645
42,302,418,865,601
349,978,489,494
Kanwil II
18,773
35,969,883,383,053
588,929,011,833
Kanwil III
16,240
34,729,526,494,016
309,677,796,638
Kanwil IV
28,958
140,298,486,578,985
2,161,911,339,442
Kanwil V
27,602
156,814,497,733,919
1,487,645,817,371
Kanwil VI
15,893
106,312,984,971,364
977,032,297,773
Kanwil VII
6,841
534,672,559,417,055
10,310,733,052,796
Kanwil VIII
19,909
68,523,956,477,562
542,057,027,187
Kanwil IX
19,856
47,927,864,331,208
320,194,925,884
10 Kanwil X
30,267
72,079,665,741,593
461,338,777,998
11 Kanwil XI
20,647
93,520,586,996,099
669,836,665,275
12 Kanwil XII
13,129
38,872,507,548,590
402,324,057,903
13 Kanwil XIII
5,911
6,457,902,628,209
48,787,519,763
14 Kanwil XIV
10,813
19,256,714,762,228
244,211,892,727
15 Kanwil XV
13,107
10,059,235,282,399
82,463,196,742
16 Kanwil XVI
6,129
4,433,574,425,599
37,929,641,170
17 Kanwil XVII
17,123
16,269,661,129,052
120,662,893,129
18 Kanwil XVIII
5,059
3,289,357,076,743
67,581,180,351
179
62,356,067,784,671
10,594,465,564,829
19 Kanwil XIX
Jumlah
291,081 1,494,147,451,627,950
29,777,761,148,305
Kantor
Tahun 2002
Diajukan WP Selesai Diproses
125
75
Tahun 2003
Diajukan WP
Selesai Diproses
136
73
Kanwil I
Kanwil II
44
24
95
48
Kanwil III
35
17
144
122
Kanwil IV
582
319
399
308
Kanwil V
395
201
401
210
Kanwil VI
264
120
248
156
Kanwil VII
271
158
522
206
Kanwil VIII
152
91
304
118
Kanwil IX
159
80
151
71
10
Kanwil X
149
72
210
136
11
Kanwil XI
167
116
191
147
12
Kanwil XII
46
18
91
60
13
Kanwil XIII
40
28
26
33
14
Kanwil XIV
66
33
87
102
15
Kanwil XV
33
16
49
41
16
Kanwil XVI
17
15
27
15
17
Kanwil XVII
17
19
91
45
18
Kanwil XVIII
19
18
19
13
19
Kantor Pusat
187
49
2581
1420
3378
1953
Jumlah
Tahun 2003
Kantor
Diajukan WP
Selesai Diproses
Diajukan WP
Selesai Diproses
Kanwil I
649
416
909
528
Kanwil II
358
246
565
363
Kanwil III
541
381
703
494
Kanwil IV
1396
774
1821
1252
Kanwil V
1433
881
1485
921
Kanwil VI
971
594
1221
723
Kanwil VII
1075
768
1377
891
Kanwil VIII
1184
608
1375
940
Kanwil IX
1071
571
787
732
10
Kanwil X
1164
847
1765
1261
11
Kanwil XI
1216
935
1399
1060
12
Kanwil XII
533
400
943
734
13
Kanwil XIII
145
115
182
153
14
Kanwil XIV
380
191
499
349
15
Kanwil XV
386
159
512
304
16
Kanwil XVI
190
114
155
80
17
Kanwil XVII
399
296
655
439
18
Kanwil XVIII
49
29
62
43
13140
8325
16415
11267
Jumlah
Catatan :
Kanwil DJP Jawa Bagian Barat I dan
Kanwil DJP Sulut & Sulteng s.d. Triwulan III (2003)
Kanwil DJP Sulut & Sulteng s.d. Triwulan III (2003)
Sumber : Direktorat PPN dan PTLL Direktorat Jenderal Pajak
Kantor
Tahun 2002
Tahun 2003
Diajukan WP
Selesai Diproses
1 Kanwil I
1,106
1,077
1,654
1,640
2 Kanwil II
1,470
1,289
606
585
3 Kanwil III
6,609
7,404
4,798
4,692
4 Kanwil IV
618
611
524
523
5 Kanwil V
763
762
903
894
6 Kanwil VI
147
138
205
188
7 Kanwil VII
1,220
1,304
1,342
1,280
8 Kanwil VIII
20,504
20,309
28,478
28,283
9 Kanwil IX
20,342
20,092
16,519
16,492
10 Kanwil X
4,062
4,062
6,225
6,221
11 Kanwil XI
8,723
8,703
10,288
10,195
12 Kanwil XII
685
661
625
620
13 Kanwil XIII
663
662
694
688
14 Kanwil XIV
1,534
1,534
1,412
1,421
15 Kanwil XV
871
870
741
737
16 Kanwil XVI
2,686
2,713
871
873
17 Kanwil XVII
134
110
115
104
18 Kanwil XVIII
Jumlah
72,137
72,301
76,000
75,436
Kantor
Tahun 2002
Tahun 2003
Diajukan WP
Selesai Diproses
Kanwil I
17
Kanwil II
Kanwil III
Kanwil IV
Kanwil V
Kanwil VI
13
12
Kanwil VII
Kanwil VIII
34
34
13
13
Kanwil IX
38
38
24
21
10 Kanwil X
11 Kanwil XI
12 Kanwil XII
13 Kanwil XIII
14 Kanwil XIV
16
16
15 Kanwil XV
38
38
16 Kanwil XVI
12
17 Kanwil XVII
18 Kanwil XVIII
Jumlah
113
106
136
103
Hutang Pajak
NO
Kanwil
Jumlah Wajib
Pajak
53.790.606
II
1.417.450
IV
36.369.497
12
82.361.738
VI
18
121.123.546
VII
18
431.662.349
XI
5.577.876
XII
30.638.444
XIV
5.926.329
10
XV
1.427.824
72
770.295.662
Jumlah
(dlm ribuan)
Kanwil
2002
2003
539,249,354
607,314,448
II
253,433,500
470,104,154
III
253,743,350
525,843,900
IV
2,037,788,749
2,163,509,201
1,462,949,171
2,251,303,190
VI
1,136,370,170
1,347,970,965
VII
6,283,068,918
11,603,592,124
VIII
533,707,489
682,194,975
IX
198,406,865
450,898,522
10
434,922,299
460,928,046
11
XI
539,772,870
617,459,716
12
XII
228,901,824
290,934,688
13
XIII
131,685,967
138,141,522
14
XIV
224,135,756
338,511,733
15
XV
156,495,883
238,760,086
16
XVI
109,361,611
155,791,627
17
XVII
152,559,966
172,632,750
18
XVIII
68,421,273
73,709,456
19
XIX
3,836,672,606
4,000,205,128
J U M LAH
18,581,647,621
26,589,806,231
REKAPITULASI PENJATUHAN
HUKUMAN DISIPLIN TAHUN 2003
PERIODE : JANUARI S/D DESEMBER 2003
JENIS HUKUMAN
NO
2
KEPMEN KEU
NO.15/KMK.01/UP.6/1985
JAN
FEB
MAR
APR
MEI
JU
N
JUL
AGT
SEP
10
11
OKT
NOV
DES
JML
12
13
15
Peringatan Pertama
181
10
16
10
10
12
19
10
290
Peringatan Kedua
11
16
71
Peringatan Ketiga
41
194
16
36
21
17
24
19
27
18
17
402
J U M LAH
II
PP No 30 TAHUN 1980
Tingkat Ringan :
-
Tegoran lisan
17
Tegoran tertulis
Pernyataan tidak puas
secara tertulis
12
Tingkat Sedang :
Penundaan kenaikan gaji
berkala
Penurunan gaji sebesar 1
kali kenaikan gaji berkala
Penundaan kenaikan
pangkat
Tingkat Berat :
Penurunan pangkat
15
Pembebasan jabatan
Pemberhentian dgn hormat
tdk atas permintaan sendiri
Pemberhentian tidak dengan
hormat
10
III
PP No 32 TAHUN 1979
Pemberhentian dgn hormat
tdk atas permintaan sendiri
Pemberhentian tidak dengan
hormat
PP No 6 TAHUN 1976
Pemberhentian dengan
hormat sebagai CPNS
PP No 4 TAHUN 1966
Pemberhentian Sementara
(Skorsing)
IV
( I S/D IV)
10
14
14
84
200
22
39
27
23
34
21
30
32
16
11
31
486
PBB
Tahun
Persentasi
BPHTB
Renpen
Realisasi
( 3/2 )
Renpen
Realisasi
( 6/5 )
1996-1997
2,277,300,000
2,437,642,171
107%
1997-1998
2,505,000,000
2,643,422,066
106%
1998-1999 *)
2,911,000,000
3,298,882,206
113%
500,000,000
309,401,606
62%
1999-2000
2,854,800,000
3,267,339,453
114%
475,800,000
805,095,877
169%
2000 **)
2,730,700,000
3,562,203,706
130%
700,000,000
922,008,078
132%
2001
4,800,000,000
5,287,035,640
110%
1,489,400,000
1,425,198,779
96%
2002
6,030,600,000
6,376,769,910
106%
1,500,100,000
1,648,262,041
110%
2003
8,873,500,000
8,762,967,600
99%
1,850,100,000
2,143,153,600
116%
*)
Penerimaan Perpajakan
Pajak Lainnya
Tahun
Anggaran
Pajak Penghasilan
Jumlah
Rencana
Realisasi
Rencana
Realisa
si
Rencana
Realisasi
16.544,8
111,4
1.628,7
1.647,3
101,1
296,8
301,9
101,7
35.491,9
37.258,1
105,0
18.519,4
100,0
1.923,4
1.893,4
98,5
550,0
452,8
82,3
40.235,2
41.878,1
104,1
22.575,2
20.351,2
90,1
2.277,3
2.413,2
106,0
635,8
590,7
92,9
52.741,2
50.417,2
95,6
112,3
24.601,4
25.198,8
102,4
2.505,0
2.640,9
105,4
632,5
477,8
75,5
58.358,9
62.705,2
107,4
55.944,3
156,7
30.424,7
27.803,2
91,4
3.411,0
3.565,3
104,5
669,6
413,0
61,7
70.208,6
87.725,8
125,0
53.975,0
72.792,0
134,7
34.621,6
33.087,0
95,6
3.344,2
4.107,3
122,8
567,6
610,9
107,6
92.508,4
110.534,2
119,5
44.188,9
38.421,4
86,9
27.002,3
35.231,8
130,5
3.430,7
4.456,1
129,9
1.138,7
836,7
73,5
75.760,6
78.946,0
104,2
Rencana
Realisasi
Rencana
Realisasi
1994/1995
18.713,6
18.764,1
100,3
41.852,8
1995/1996
19.238,6
21.012,0
109,2
18.523,2
1996/1997
27.252,9
27.062,1
99,3
1997/1998
30.620,0
34.388,3
1998/1999
35.703,3
1999/2000
2000
2001
69.696,2
71.474,4
102,6
55.840,8
55.957,0
100,2
6.289,4
6.662,9
105,9
1.669,5
1.383,9
82,9
133.495,9
135.478,2
101,5
2002*)
87.200,0
84.460,8
96,9
67.800,0
65.243,7
96,2
7.530,7
7.985,8
106,0
1.455,2
1.468,9
100,9
163.985,9
159.159,1
97,1
2003**)
104.304,8
75.862,7
10.723,6
1.752,7
192.643,8
2004**)
120.835,0
86.272,7
10.696,6
1.614,0
219.420,3
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
84,113
91,475
97,939
105,869
117,194
129,756
147,131
170,519
195,556
198,430
458,732
499,361
543,433
582,018
650,691
726,655
804,959
888,949
975,004
991,641
1.086,488
1.163,974
1.232,457
1.274,719
1.316,259
1.381,194
1.697,180
2.028,026
2.330,802
2380771
571,071
622,409
675,622
724,184
806,480
899,299
1,001,298
1,114,467
1,232,626
1,251,079
WAJIB PPN
325,354
351,801
374,793
391,963
416,867
451,797
489,232
526,854
559,247
563,570
BENDAHARAWAN
BADAN
ORANG PRIBADI
1995
- 120 -