Anda di halaman 1dari 11

AUDIT DAN KONSERVASI ENERGI PADA RUMAH SAKIT ANGKATAN LAUT dr.

RAMELAN SURABAYA
A. Audit Energi
Konservasi energi adalah suatu kegiatan pemanfaatan energi secara lebih optimal dan rasional
tanpa mengurangi penggunaan energi yang diperlukan untuk melaksanakan suatu kegiatan. Audit
energi adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengevaluasi pada pemakaian energi suatu bangunan.
Audit energi dilakukan untuk memperoleh gambaran pola penggunaan energi dan mengidentifikasi
sumber sumber pemborosan energi dan menyusun langkah langkah penghematannya. Sebagai
pedoman telah diterapkan nilai standar IKE (Intensitas Konsumsi Energi) untuk bangunan di
Indonesia yang telah ditetapkan oleh Departemen Pendidikan Nasional RI tahun 2004.
Tabel 1.1 Standar IKE pada Bangunan Gedung di Indonesia(1)
No
IKE (kWh/m2
Jenis Gedung
.
per tahun)
1
Perkantoran (komersial)
240
2
Pusat Perbelanjaan
330
3
Hotel dan Aparteme
300
4
Rumah Sakit
380
Tabel 1.2 Standar IKE pada Bangunan Gedung di Indonesia(1)
Ruangan AC
Ruangan Non AC
Kriteria
(kWh/m2/bln)
(kWh/m2/bln)
Sangat Efisien
4,17 7,92
0,84 1,67
Efisien
7,92 12,08
1,67 2,5
Cukup Efisien
12,08 14,58
Agak Boros
14,58 19,17
Boros
19,17 23,75
2,5 3,34
Sangat Boros
23,75 37,75
3,33 4,17
Pada bangunan audit energi dilakukan melingkupi,
1. Sistem Kelistrikan
2. Sistem Tata udara
Sistem tata udara adalah suatu proses mendinginkan/memanaskan udara sehingga dapat
mencapai suhu dan kelembaban yang diinginkan/dipersyaratkan. Sedangkan sistem tata udara
untuk rumah sakit menurut Departement of Veteran Affairs dapat dilihat pada tabel 2.3
Tabel 1.3 HVAC Requirements in Radiology
Ruangan
Temperatur
RH
CT.Scan
21 24 C
30 60 %
MRI
24 C
30 50 %
Chest Room
21-24 C
30 60 %
Mammography Room
21-24 C
30 60 %
Ultrasound Room
21-24 C
30 60 %
Radiographic / Fluoroscopic
21-24 C
30 60 %
Room
3. Sistem Penerangan

Sistem penerangan adalah suatu sistem yang mengatur pencahayaan baik bersifat alami
maupun buatan. Pedoman pencahayaan di rumah sakit memuat beberapa penjelasan dan teori
pencahayaan serta kategori pencahayaan pada ruangan di rumah sakit yang disesuaikan
dengan fungsi ruang tersebut. pada tabel 2.4 dikategorikan pencahayaan yang dilambangkan
dengan A, B, C, D, E, F, G, H, dan I.
Tabel 1.4 Standar Kategori Pencahayaan di Rumah Sakit
Kategori
Pencahayaan
A
B
C
D
E
F
G
H
I

Minimal
20
50
100
200
500
1000
2000
5000
10000

Lux
Diharapkan
30
75
150
300
700
1500
3000
7500
15000

Maksimal
50
100
200
500
1000
2000
5000
10000
20000

Tabel 1.5 Standard Pencahayaan Gedung Radiologi Diagnostik


Nama Ruangan
Ruang Tunggu
Administrasi
Aula
R. Sub Tunggu
Kepala UPF
Staf
Locker
Monitoring
Mamography
Thorax
Tomography
Angiocap diovasticular
X Ray
Operator
Dapur
Gudang Film
Aplikasi
Storing Isotop
Receiving
Gudang
General Examinasi
Barium
Enema
4. Sistem Bangunan
5. Sistem Manajemen energi.

Kategori
Pencahayaan
C
D
C
C
C
C
B
C
B
B
B
B
C
C
C
B
C
C
C
B
E
C
E

B. Audit Energi Kompleks Rumah Sakit Angkatan Laut dr. Ramelan Surabaya
Kompleks Rumah Sakit Angkatan Laut dr. Ramelan Surabaya terletak di Jl. Gadung No.1
Wonokromo RSAL dr. Ramelan Surabaya memiliki area tanah seluas 208.205 m2 sedangkan luas
bangunan rumah sakit sebesar 49.123 m2.
1. Data Primer
Data primer merupakan data yang diambil dengan pengamatan atau pengukuran secara
langsung. Adapun data primer yang diambil diantaranya, data pemakaian energi listrik dengan
melakukan pengukuran langsung pada panel listrik menggunakan digital clamp meter serta data
intensitas cahaya, suhu, dan kelembaban. Pengukuran dilakukan mulai tanggal 24 November
sampai 14 Desember 2011 setiap satu jam dari pukul 07.00 sampai 15.00 WIB dilanjutkan pada
malam hari pada jam 19.00 dan 21.00 WIB. Berikut yang dilampirkan contoh data hasil
pengukuran dilakukan pada panel 2 dan 3 di gardu barat serta panel 6 yang terletak di gardu
timur tanggal 25 November 2011 pada jam 10.00 WIB. Sedangkan pengukuran intensitas cahaya,
suhu dan kelembaban dilakukan pada gedung radiologi karena gedung radiologi berpotensi untuk
dilakukan konservasi atau penghematan. Pengukuran intensitas, cahaya, suhu dilakukan pada hari
Selasa tanggal 20 Desember 2011 pada jam 09.00 WIB.
Tabel 3.3 Data Hasil Pengukuran Energi Listrik
Tabel 3.4 Data Intensitas Cahaya, Suhu dan Kelembaban
Pengukuran
Ruangan
Ruang 22
Ruang 21
Ruang 19
Kamar Gelap
R. ET. YSF
R. CT. Scan
R.Dokter

Intensitas
Cahaya(lux
)
68
104
83
40
132
141
123

Tdb (oC)

RH ( %)

25,6
27,1
26,8
27,0
25,5
24,0
26,2

64,0
62,6
63,6
64,0
60,0
63,0
51,31

2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang sudah terdapat pada gedung tersebut. Data sekunser
dapat berupa rekening listrik rekening air dan spesifikasi alat. Pada audit energi ini didapatkan
data sekunder berupa rekening air, rekening listrik, data konsumsi BBM, dan data tingkat hunian
RSAL dr. Ramelan Surabaya. Energi yang dimanfaatkan oleh Rumah Sakit Angkatan Laut dr.
Ramelan Surabaya antara lain listrik, BBM, air dan LPG. Untuk memenuhi kebutuhan energi
listrik Rumah Sakit Angkatan Laut dr. Ramelan Surabaya menggunakan sumber energi yang
disuplai oleh PLN. Bahan bakar minyak yang dikonsumsi RSAL dr. Ramelan Surabaya adalah
premium dan solar. Pemakaian premium ini digunakan sebagai BBM untuk kendaraan angkutan
sedangkan pemakaian solar digunakan sebagai bahan bakar genset. LPG digunakan untuk bahan
bakar dapur RSAL dr. Ramelan Surabaya.
Tabel 3.1 Data Tingkat Hunian RSAL dr. Ramelan Surabaya tahun 2008 2011
Bulan
Januari
Februari
Maret

2008
52,5
51,7
52,4

Occupancy Rate (%)


2009
2010
52,1
48,5
40,5
51,6
47,4
55,7

2011
51,0
45,4
52,3

April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
Rata - rata

57,5
56,5
49,7
47,7
46,2
42,6
46,5
48,3
51,0
50,2

58,3
56,4
50,0
55,4
47,9
41,6
46,9
43,6
46,5
48,9

54,9
56,4
50,6
50,8
49,0
42,8
50,4
49,5
48,1
50,7

39,7
57,2
52,3
51,7
42,4
45,9
57,3
49,5

Tabel 3.2 Data Konsumsi Energi Rata Rata


Bulan
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
Septembe
r
Oktober
November
Desember
Rata - rata

Listrik (kWh)
490925
466308
426799
498128
487632
379532
478404
479031

BBM (liter)
35424
42565
46297
35635
42771
41894
43371
43127

Air (m3)
29525
32762
31320
31050
31326
31048
29659
29711

LPG (kg)
6253
5577
6146
5721
6268
6083
5585
4803

472160

39409

29901

4324

499098
322537
318765
443276

35329
28130
29774
38644

31228
23617
24194
29612

4812
3797
3912
5273

C. Analisa Data
Berdasarkan prosedur audit pada bangunan gedung menurut SNI 03-6196 -2000 dapat dibagi
menjadi tiga tahap yaitu,
Audit energi awal
Audit energi awal adalah pengumpulan contoh data awal dan memperkenalkan istilahistilah seperti audit singkat dan survey awal. Dalam penelitian audit energi awal, informasi
yang dicari yaitu gambaran mengenai distribusi penggunaan energi serta nilai IKE ( Intensitas
Konsumsi Energi) pada bangunan tersebut dengan memanfaatkan data sekunder konsumsi
energi rata-rata.

Gambar 4.2 Presentasi Konsumsi Listrik di RSAL dr. Ramelan Surabaya

Berdasarkan gambar 4.2 diketahui bahwa pemakaian energi listrik besar di RSAL dr.
Ramelan Surabaya terjadi pada tahun 2009 dengan presentase 26,7 % . Penurunan
penggunaan energi listrik dapat disebabkan karena adanya pemadaman listrik dari PLN.
Sedangkan kenaikan penggunaan energi listrik disebabkan karena adanya peningkatan jumlah
pasien dan penambahan peralatan medis serta gedung baru.

Gambar 4.4 Prosentase Konsumsi BBM di RSAL dr. Ramelan Surabaya


Berdasarkan gambar 4.4 dapat diketahui bahwa penggunaan BBM di RSAL dr.
Ramelan Surabaya cenderung mengalami penurunan terutama pada tahun 2009. Hal tersebut
tejadi karena pada tahun 2009 harga BBM naik sehingga supply BBM ke RSAL mengalami
pengurangan.

Gambar 4.6 Prosentase Konsumsi Air di RSAL dr. Ramelan Surabaya


Berdasarkan gambar 4.6 dapat diketahui bahwa konsumsi air paling besar pada tahun
2010. Hal ini terjadi karena pada tahun 2010 tejadi jumlah peningkatan pasien dengan rata
rata tingkat hunian 50,7 % yang dapat dilihat pada tabel 3.1.

Gambar 4.8 Presentase Penggunaan LPG di RSAL dr. Ramelan Surabaya


Berdasarkan gambar 4.8 dapat diketahui bahwa konsumsi LPG mengalami peningkatan
pada tahun 2010. Hal ini tejadi karena adanya peningkatan jumlah pasien dengan rata rata
tingkat hunian 50,7 % yang dapat dilihat pada tabel 3.1.

Gambar 4.9 Presentase Penggunaan Energi di RSAL dr. Ramelan Surabaya


Dengan membandingkan konsumsi penggunaan energi listrik, BBM, air dan LPG dalam
kurun waktu 4 tahun, didapatkan penggunaan yang paling besar adalah energi listrik dimana
biaya yang dikeluarkan hampir dari separuh total biaya penggunaan energi di RSAL. Hal ini
karena pada kurun waktu tesebut terjadi penambahan alat alat kesehatan sehingga
mengakibatkan pemakaian energi listrik semakin besar.
Intensitas konsumsi energi (IKE) merupakan penggunaan energi tiap meter persegi luas
gross bangunan dalam suatu kurun waktu tertentu. Luas Komplek RSAL dr. Ramelan
Surabaya adalah 49.123 m2 dengan konsumsi energi listrik RSAL dr. Ramelan Surabaya pada
tahun 2008 sebesar 5.221.221 kWh. Sehingga IKE dapat dihitung dengan persamaan sebagai
berikut,

TotalkWh 2008
........................................................(1.1)
LuasGross
5.221.221
IKE
106,29kWh / m 2 pertahun
49.123
IKE

Berdasarkan persamaan 1.1 maka dapat dilakukan perhitungan untuk seluruh data dan
menghasilkan data sebagai berikut,
Tabel Nilai IKE Listrik RSAL dr. Ramelan Surabaya
IKE (kWh/m2/bln)
Bulan
2008
2009
2010
2011
Januari
8,45
11,55
9,79
10,19
Februari
9,18
8,94
9,62
10,23
Maret
8,09
8,03
9,24
9,39
April
8,98
10,47
10,55
10,56
Mei
9,7
10,56
10,93
8,52
Juni
9,52
9,88
1,49
10,02
Juli
8,63
9,5
10,49
10,33
Agustus
8,23
9,94
10,76
10,09

September
Oktober
Nopember
Desember
Total
Rata Rata

9,52
8,92
10,74
6,33
106,29

9,74
9,69
11,94
10,57
120,81

10,16
10,93
3,59
9,06
106,58

9,03
11,1

99,46

8,86

10,07

8,88

9,95

Grafik Perbandingan Standart IKE Listrik dengan IKE RSAL dr. Ramelan Surabaya
35
30
25
20
IKE (kWh/m2/bln)

2008
2009
2010

15

2011

10

Standart IKE

5
0

Gambar 4.10 Grafik Perbandingan Standart IKE Listrik dengan IKE RSAL dr. Ramelan
Surabaya
Berdasarkan gambar 4.10 diketahui bahwa IKE RSAL dr. Ramelan Surabaya berkisar 8,8
10 kWh /m2 per bulan dan nilai IKE listrik rata rata sebesar 10,07 kWh/m2 per bulan.
Standar Acuan IKE untuk bangunan rumah sakit sebesar 31,67 kWh/m2 per bulan. Nilai IKE
pada RSAL dr. Ramelan Surabaya lebih kecil daripada standar acuan IKE yang berarti
pemakaian listrik di RSAL masih tergolong sangat efisien.
Audit Energi Rinci
Berdasarkan hasil audit awal dapat diketahui bahwa pemakaian energi paling besar di
RSAL merupakan pemakaian energi listrik. Sehingga pada audit energi rinci ini lebih
ditekankan pada konsumsi listrik. Audit energi rinci dilakukan dengan mengambil data primer
pada setiap blok rumah sakit. Sehingga dapat dilakukan peluang penghematan. Pada audit
energi rinci diperoleh nilai IKE untuk RSAL yaitu sekitar 0,33 kWh/m2 perhari pada hari
kerja sedangkan pada hari libur diperoleh nilai IKE sebesar 0,17 kWh/ m2 per hari.
Selanjutnya dilakukan pengukuran konsumsi listrik pada stiap ruangan untuk mengetahu
ruangan mana yang berpotensi untuk dilakukan penghematan. Pengukuran energi listrik
dilakukan pada tanggal 24 November sampai 14 Desember . berdasarkan pengukuran yang
telah dilakukan pada setiap ruangan dapat diketahui bahwa pemakaian energi listrik di RSAL
dr. Ramelan Surabaya masih dibawah dari standart acuan IKE, kecuali ruangan radiologi yang
memiliki nilai IKE sebesar 1,15 kWh/m2.

Gambar 4.12 Presentase Penggunaan Energi Listrik di Gedung Radiologi


Dari gambar 4.12 dapat diketahui bahwa pemakaian energi listrik di ruangan radiologi
paling besar adalah konsumsi AC. Hal ini terjadi karena AC pada beberapa ruangan (MRI dan
CT Scan) harus dinyalakan selama 24 jam. Sedangkan untuk konsumsi listrik sebagai
penerangan tergolong efisien sekitar 3 % dibanding dengan pemakaian listrik untuk AC dan
peralatan medis.

Analisa Peluang Hemat Energi


a. Sistem penerangan
Berdasarkan gambar 4.12 penggunaan energi listrik sebagai penerangan tergolong
efisien sekitar 3 % dibanding dengan pemakaian listrik untuk AC dan peralatan medis.
Pemakaian listrik yang efisien memang bagus dalam konsep konservasi energi tetapi
pemakaian energi listrik juga harus menimbulkan faktor kenyamanan. Adapun pemakaian
energi listrik sebagai penerangan pada ruangan radiologi masih tergolong kurang nyaman
karena tidak sesuai dengan acuan intensitas penerangan menurut Pedoman Pencahayaan
Rumah Sakit yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan RI. Karena penerangan di
gedung radiologi masih dibawah standar Departemen Kesehatan maka dilakukan
perhitungan untuk menentukan jumlah lampu yang seharusnya digunakan untuk mencapai
tingakt intensitas yang standart.
Perhitungan pada sistem pencahayaan ini diambil pada sampel 19 yaitu ruang
pemeriksaan X- Ray. Hal ini karena penerangan pada ruang ini masih tergolong minim
dengan hasil pengukuran intensitas sebesar 83 lux. Standart intensitas pencahayaan pada
ruang X- Ray pada tabel 2.5 masuk pada kategori C dimana nilai lux yang diharapkan
adalah 150 lux dengan nilai minimum 100 lux. Ruang X-Ray (sampel 19) digunakan
sebagai ruangan tempat pemeriksaan dengan menggunakan sinar X. Ruangan X-Ray
memiliki luas sebesar 37,5 m2 dan memiliki 2 titik penerangan yang masing masing
terdiri dari 2 armatur pada tiap tiap armatur terpasang 1 bola lampu TL 40 Watt.
- Kondisi pada Ruang 19
1. Panjang Ruangan ( p )
: 7,5 m2
2. Lebar Ruangan ( l )
: 5 m2
3. Tinggi sumber cahaya ( d ) : 2,27 m2
4. Warna dinding
: putih
5. Warna langit langit
: putih
6. Jumlah titik penerangan ( n ) : 2 titik penerangan
7. Jumlah flux tiap lampu
: 3360 lumen
- Faktor Refleksi
Berdasarkan warna dinding dan langit langit ruangan diperoleh faktor refleksi yaitu,
1. Refleksi dinding warna putih (rw)
: 0,5
2. Refelksi dinding warna putih (rp)
:0,7

3. Refleksi lantai diasumsikan (rm)

: 0,1

Sehingga besarnya indeks ruangan dapat dihitung menggunakan persamaan berikut,

pxl
...............................................................(1.2)
h( p l )
7,5 x5
k
1,322
2,27(7,5 5)
k

- Efisiensi Penerangan ( )
Berdasarkan Tabel efisiensi Penerangan dengan nilai k, rw, rp, dan rm yang telah
diperoleh maka didapatkan efisiensi penerangan sebesar 48,6 % atau 0,486.
- Jumlah Lampu
Untuk memperbaiki intensitas pencahayaan pada sampel 19 dilakukan perhitungan
jumlah lampu sebagai berikut,

jumlahlampu

Es tan dar ( pxl)


...............................................(1.3)
lampuxxd )

jumlahlampu

150(7,5 x5)
4bolalampu
(3360 x0,486 x 0,85)

Berdasarkan hasil perhitungan maka jumlah lampu pada sampel 19 harus ditambah.
Jumlah lampu yang harus dinyalakan pad ruangan tersebut sebanyak 4 bola lampu TL
D 37 Watt agar diperoleh intensitas pencahayaan yang sesuai. Adapun upaya
penghematan yang dapat dilakukan pada sistem penerangan yaitu mengatur jam
operasi lampu serta mengganti tipe lampu yang lebih efisien.
b. Sistem Tata Udara
Dari gambar 4.12 dapat diketahui bahwa pemakaian energi listrik di ruangan
radiologi paling besar adalah konsumsi AC dibanding dengan pemakaian energi listrik
untuk penerangan dan peralatan medis. ini terjadi karena AC pada beberapa ruangan (MRI
dan CT Scan) harus dinyalakan selama 24 jam.
Dalam menganalisa peluang penghematan untuk sistem udara langkah yang dlakukan
yaitu,
1. Melakukan perhitungan beban pendingin pada setiap ruangan untuk menegtahui
beban pendingin pada masing masing ruangan.
2. Membandingkan beban pendingin hasil perhitungan dengan kapasitas pendinginan
yang dihasilkan oleh AC.
Perhitungan Beban Pendingin di Gedung USG
Dalam perhitungan beban pendingin menggunakan ruang USG. Dimana ruangan ini
digunakan sebagai pemeriksaan. Berdasarkan pedoman HVAC design for hospital
yang dikeluarkan oleh Department of Veteran Affairs ruangan USG harus
dikondisikan pada suhu 21 24 C dwngan RH sekitar 30 60 %.
Adapun data data yang diperlukan selam aperhitungan adalah
- Kondisi Lingkungan Luar
Temperatur lingkungan
: 89,6 F
RH lingkungan
: 70 %
Latitude
: 7 LS

Daily Range
Bulan Terpanas
Solar Time
Kondisi Perancangan
Temperatur Ruangan
RH ruangan
Kondisi Bangunan
Jumlah lampu
Jumlah Orang
Aktivitas
Peralatan

: 16 F
: September
12.00 WIB
: 75,2 F
: 50 %

: 4 x 40 Watt
: 2 Orang
: seated, light work, typing.
: 1 USG unit (1270 Watt), 1 Komputer ( 140 Watt),
1 printer (20 Watt)
Luas dinding luar
: 127,40 ft2
Luas area
: 282,55 ft2
Luas Kaca
: 4,46 ft2
Luas Pintu
: 38,43 ft2
Udinding
: 0,47 Btu / h. ft2.F*
Uatap
: 0,449 Btu/h.ft2.F*
Ulantai
: 0,531 Btu/h.ft2.F*
Ukaca
: 0,41 Btu/h.ft2.F*
*Nilai U diperoleh dari konstruksi bangunan.
-

Perhitungan Beban Dinding


Perhitungan beban dinding luar ruangan USG yaitu dengan menggunakan
persamaan berikut,

QwallSH UxASH xTD..................................................................(1.4)

Dimana :
U
= 0,47 Btu/h.ft2.F
ASH
= 127,40 ft2
TD
= (89,6 F 75,2 F ) = 14,4 F
Sehingga,

QwallSH 0,47 x127,40 x14,4 862,2 Btu / h

Perhitungan Beban Dinding Partisi


Karena ruangan USG bersebalahan dengan ruangan yang dikondisikan maka
perbedaan temperatur dengan ruangan sebelah adalah 0. Sehingga beban kalor
dinding partisi adalah 0 Btu/hr.

Perhitungan Beban Kaca


Perhitungan beban kaca dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai
berikut,

Qkaca (UxAxCLTDc) ( Asun xSCxSHGFsun xCLF) ( ASH xSCxSHGFSH xCLF ).....(1.5)

Dimana :
U
A
CLTD

= 1,04 Btu/hr.ft2.F dengan jenis kaca yang dipakai jenis single glass
pada summer dan no indoor shade.
= 4,46 ft2
= 9 didapat dari tabel 3.23 ( Cooling and Heating Load Calculation
Manual)

Tr
To
CLTDc
Asun
ASH
SC

SHGFSH
CLF

= 75,2 F (24 C)
= 89,6-0,5 ( DR ) = 89,6 8 = 81,6 F
= CLTD + (78 Tr ) + (To 85) = 8,4
= 0 ( karena kaca terteduhi sinar matahari )
= 4,46 ft2
= 0,94 yang didapatkan dari tabel 3.18 (Cooling and Heating Load
Calculation Manual) dengan tipe kaca single glass tebal kaca antara
- dan tanpa interior shading.
= 39 Btu/hr.ft2 didapat dari tabel 3.18 (Cooling and Heating Load
Calculation Manual)
= 0,58 didapat dari dari tabel 3.18 (Cooling and Heating Load
Calculation Manual)

Sehingga,

Qkaca (UxAxCLTDc) ( Asun xSCxSHGFsun xCLF) ( ASH xSCxSHGFSH xCLF)


Qkaca (1,04 x 4,46 x8,4) (0) (4,46 x0,94 x39 x0,58) 133,7 Btu.hr
-

Perhitungan Beban Atap


Perhitungan beban atap dapat dihitung menggunakan persamaan berikut ,

Qatap UxAatap XCLTDc....................................................(1.6)

Dimana :
U
= 0,449 Btu/hr.ft2.F
Aatap
= 282,55 ft2
Untuk nilai CLTDc dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai
berikut ,

CLTDc (CLTD LM ) K (78 Tr ) (To 85) xf .............................(1.7)


Dimana :
CLTD

= 30 didapat dari dari tabel


Calculation Manual)

3.18 (Cooling and Heating Load

Anda mungkin juga menyukai