Peraturan Menteri ESDM Nomor 14 Tahun 2012 tentang Manajemen Energi Dalam upaya
memberikan arahan penghematan energi yang lebih terpadu, Peraturan ini dikeluarkan untuk
mengatur mengenai pelaksanaan Manajemen Energi, yang secara khusus diwajibkan bagi para
pengguna sumber energi yang menggunakan energi lebih besar atau sama dengan 6.000 toe
per tahun. Sedangkan pengguna energi di bawah 6.000 toe (Ton Oil Equivalent), tetap
dianjurkan untuk melaksanakan Manajemen Energi (atau penghematan energi). Lihat Lampiran
A.3 untuk detail peraturan ini
Bab IV
Standar dan Label Pasal 15
Ayat 1 Penerapan teknologi yang efisien energi dilakukan
melalui penetapan dan pemberlakuan standar kinerja
energi pada peralatan pemanfaat energi
Pasal 16
Ayat 2 Pencantuman label tingkat efisiensi energi dilakukan
oleh produsen dan importir peralatm pemanfaat energi
pada peralatan pemanfaat energi secara bertahap sesuai
tata cara labelisasi.
========================================================================
Audit energi secara sederhana dapat didefinisikan sebagai sebuah proses untuk mengevaluasi
di mana sebuah bangunan atau plant yang menggunakan energi, dan mengidentifikasi peluang
untuk mengurangi konsumsi[2]. Pelaksanaan audit energi dapat dikelompokkan dalam
beberapa metode.
Klasifikasi audit terdiri dari:
a. Survei Energi (Energy Survey or Walk Through Audit)
Sering disebut mini audit. Audit yang dilakukan secara sederhana, tanpa penghitungan yang
rinci, hanya melakukan analisa sederhana. Umumnya fokus dari audit ini adalah pada bidang
perawatan dan penghematan yang tidak memerlukan biaya investasi yang besar. Biasanya
auditor bukan seseorang yang profesional dalam bidang audit energi.
b. Audit Energi Awal (Preliminary Energy Audit)
Tujuan dari audit energi awal adalah untuk mengukur produktifitas dan efisiensi penggunaan
energi dan mengidentifikasi kemungkinan penghematan energi. Kegiatan audit energi awal
meliputi identifikasi gedung, analisa kondisi aktual, menghitung konsumsi energi, menghitung
pemborosan energi, dan beberapa usulan.
c. Audit Energi Rinci (Detailed Energy Audit or Full Audit)
Audit energi rinci adalah audit energi yang dilakukan dengan menggunakan alat - alat ukur yang
sengaja dipasang pada peralatan untuk mengetahui besarnya konsumsi energi. Biasanya
dilakukan oleh lembaga auditor yang profesional dalam jangka waktu tertentu. Pelaksanaan
audit didahului dengan analisa biaya audit energi, identifikasi gedung, analisa kondisi aktual,
dan menghitung semua konsumsi energi. Konsumsi energi ini meliputi energi primer, seperti
listrik dan bahan bakar, juga energi sekunder; seperti air, telepon, dan lain - lain. Selain itu,
melakukan penghitungan pemborosan energi, kesempatan konservasi energi, sampai beberapa
usulan untuk melakukan penghematan energi beserta dengan analisa dampak usulan tersebut.
Parameter yang diukur akan disesuaikan dengan standar yang berlaku. Untuk Intensitas
Konsumsi Energi menggunakan standar yang dikeluarkan oleh Departemen Pendidikan
Nasional pada tahun 2004. Untuk standar ketidakseimbangan arus dan tegangan tiga fasa
menggunakan standar yang dikeluarkan oleh ANSI (American National Standards Institute).
Sedangkan standar denda KVArh berdasarkan pada standar yang ditetapkan dalam PERMEN
ESDM Nomor 07 tahun 2010.
5.3 Intensitas Konsumsi Energi Indikator utama penghematan energi di sebuah gedung
umumnya menggunakan Intensitas Konsumsi Energi (IKE). IKE menunjukkan besarnya
konsumsi energi (kWh) per meter persegi (m2) setiap bulan. Angka IKE (kWh/m2/bulan)
diperoleh dengan membagi jumlah kWh penggunaan listrik selama sebulan dengan luas
bangunan yang digunakan. Untuk perhitungan IKE yang direkomendasikan melalui Permen
ESDM No.13 Tahun 2012 dapat dilihat pada bagian Monitoring dalam Panduan ini.
Selanjutnya, nilai IKE yang dihasilkan akan menentukan apakah sebuah bangunan tergolong
sangat efisien, efisien, cukup efisien dan boros, seperti tabel di bawah ini :
Standar IKE yang digunakan sebagai rujukan tingkat penggunaan energi gedung dapat
berbeda-beda, dipengaruhi oleh pendekatan analisa dan sampel gedung yang diambil dalam
proses perumusan standar tersebut. Nilai IKE juga bersifat dinamis dan sewaktuwaktu dapat
berubah (berdasarkan hasil penelitian terbaru) mengikuti perkembangan teknologi peralatan
hemat energi dan mengikuti tingkat kesadaran hemat energi pegawai (pengguna gedung).
Berikut adalah contoh Intensitas Konsumsi Energi (rata-rata) untuk Gedung Kantor dari
berbagai sumber:
Intensitas Konsumsi Energi (IKE) sangat diperlukan dalam perhitungan untuk mengetahui
tingkat efisiensi energi suatu gedung. Untuk mengetahui tingkat efisiensi energi dapat dilakukan
dengan membandingkan IKE gedung dengan standar yang telah ditetapkan di Indonesia.
Secara sederhana, IKE dapat dituliskan dalam Persamaan (2.1).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh ASEAN – USAID pada tahun 1992 diperoleh
standar IKE untuk bangunan komersial seperti pada tabel 2.1.
3. Matrik management
Jawab :
4. Unbalance
Jawab :
Teori Lengkap ada Pada Makalah TA Mas Alif
Penyebab utama terjadinya ketidak seimbangan tegangan dibawah 2% adalah beban 1 fasa
pada jaringan 3 fasa. Ketidakseimbangan tegangan juga bisa ditimbulkan karena fuse
blown di salah satu fasa kapasitor bank. Ketidakseimbangan tegangan yang parah (lebih
dari 5%) dapat diakibatkan oleh kondisi single-phasing[5].
Saat sekring putus (Fuse Blown), filamen logam di dalam sekring telah terbakar, artinya Anda harus
mengganti sekring dengan yang baru.
Ketika ketiga phase sudah berjalan akan terus jalan walaupun salah satu dari ketiga line
tersebut terputus. Kehilangan satu phase supply ini yang disebut SINGLE PHASING.
Rumus
Maka dari itu untuk tetap menjaga kondisi motor agar tidak rusak, pengoperasian motor harus
disesuaikan daya keluarannya (derating) dengan nilai ketidakseimbangan tegangan, grafik
derating factor seperti ditunjukan pada Gambar 2.1. Tidak dianjurkan mengoperasikan
motor dalam kondisi ketidakseimbangan tegangan lebih dari 5%[8].
Ketidakseimbangan beban atau arus adalah nilai ketidakseimbangan arus yang mengalir
antar fasa. Besar ketidakseimbangan ini menunjukkan ketidakseimbangan beban tiap fasa.
Akibat dari ketidakseimbangan ini akan menyebabkan adanya arus mengalir pada titik
netral. Arus netral mengakibatkan terjadinya beda tegangan antara titik netral dengan ground
(ground) efektif memilki nilai nol, selain itu dengan mengalirnya arus pada titik netral maka
reference tegangan pada titik netral tidak terpenuhi sehingga menyebabkan tegangan fasa
ke netral turun.
2) Ketiga vektor dari fase tersebut membentuk sudut 120º Sedangkan yang dimaksud
dengan keadaan tidak seimbang adalah keadaan di mana salah satu atau kedua syarat
keadaan seimbang tidak terpenuhi.
1) Ketiga vektor sama besar tetapi tidak membentuk sudut 120º satu sama lain.
2) Ketiga vektor tidak sama besar tetapi membentuk sudut 120º satu sama lain.
3) Ketiga vektor tidak sama besar dan tidak membentuk sudut 120º satu sama lain.
(a) (b)
Gambar 2.2 (a) diatas menunjukkan pada kondisi arus seimbang hasil penjumlahan vektor IR,
IS, dan IT sama dengan nol, sehingga tidak ada arus yang mengalir pada titik netral[6].
Sedangkan pada Gambar 2.2 (b) menunjukkan vektor diagram arus yang tidak seimbang. Disini
terlihat bahwa penjumlahan ketiga vektor arus IR, IS, IT tidak sama dengan nol, sehingga
muncul sebuah besaran yaitu arus netral (IN) yang besarnya bergantung dari seberapa besar
faktor ketidakseimbangannya.