Antidot 1
Antidot 1
SPESIALIT OBAT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Antihistamin adalah zat-zat yang dapat mengurangi atau menghalangi efek histamin
terhadap tubuh dengan jalan memblok reseptor histamine.
Alergi dan Penyebabnya Alergi merupakan suatu reaksi abnormal dalam tubuh yang
disebabkan zat-zat yang tidak berbahaya. Alergi timbul bila ada kontak terhadap zat tertentu
yang biasanya, pada orang normal tidak menimbulkan reaksi. Zat penyebab alergi ini disebut
allergen. Allergen bisa berasal dari berbagai jenis dan masuk ke tubuh dengan berbagai cara.
Bisa saja melalui saluran pernapasan, berasal dari makanan, melalui suntikan atau bisa juga
timbul akibat adanya kontak dengan kulit seperti; kosmetik, logam perhiasan atau jam tangan,
dll.
Dalam pembahasan di makalah ini sesuai dengan hal-hal yang sering kali terjadi / dialami oleh
kebanyakan orang dalam menjalankan pengobatan yaitu terjadinya keracunan dengan pemberian
antidotum dan alergi dengan pemberian antihistamin/antialergi.
Sehingga mengenai Terapi pengobatan mengenai antihistamin dan antidotum ini akan dibahas
dalam makalah ini.
Sedangkan sebuah antidot adalah sebuah substansi yang dapat melawan reaksi peracunan.
Secara jauh, kata ini berasal dari bahasa Yunani: atau antididonai, yang berarti
"memberikan perlawanan".
Keracunan adalah masuknya zat ke dalam tubuh yang dapat mengakibatkan gangguan
kesehatan bahkan dapat menyebabkan kematian. Semua zat dapat menjadi racun bila diberikan
dalam dosis yang tidak seharusnya. Berbeda dengan alergi, keracunan memiliki gejala yang
bervariasi dan harus ditindaki dengan cepat dan tepat karena penanganan yang kurang tepat tidak
menutup kemungkinan hanya akan memperparah keracunan yang dialami penderita.
Saat ini manusia sering terkena zat-zat toksik baik dari makanan, air dan lingkungan. Di
rumah pun bukan berarti tidak berbahaya karena masih ada kemungkinan keracunan insektisida
maupun herbisida. Tergantung dari sifat yang dimiliki oleh zat toksik tersebut, sehingga bisa
terserap melalui lambung, usus, paru-paru dan atau kulit.Untungnya, hati (liver) memiliki
kemampuan mendetoksifikasi zat-zat toksik tersebut sehingga dapat dikeluarkan melalui urine,
empedu dan udara. Namun, apabila kecepatan penyerapan melebihi kecepatan ekskresinya, zat
toksik itu akan menumpuk dalam konsentrasi kritis dan mengakibatkan munculnya efek toksik
dari zat tersebut. Zat-zat tosik seperti sulfida, arsenik, logam berat dapat masuk ke dalam tubuh
dan menyebabkan efek keracunan. Untuk itu, dibutuhkan zat antitoksik seperti Desferrioksamin
Metansulfonat untuk keracunan besi akut.
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui penggolongan-penggolongan obat antihistamin dan antialergi.
2. Untuk mengetahui penggolongan-penggolongan obat antidotum.
1.3 Manfaat
Meningkatkan wawasan mahasiswa farmasi unsrat mengenai Terapi Pengobatan.
Menambah Pengetahuan Mahasiswa mengenai Pengobatan Anti histamine, anti alergi dan
antidotum
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Berkompetisi dengan histamine untuk mengikat reseptor yang masih kosong. Jika histamine
sudah terikat, antihistamin tidak bisa memindahkan histamine.
Pengikat AH1 mencegah efek merugikan akibat stimulasi histamine seperti vasodilatasi,
peningkatan secret gastrointestinal dan respirasi serta peningkatan permeabilitas kapiler.
Antihistamin juga digunakan untuk mengatasi inflamasi. Invasi virus direspons oleh sistem
kekebalan, yang tersusun secara berlapis, dengan sasaran mempertahankan keseimbangan antara
lingkungan di luar dan didalam. Alat pertahanan itu antara lain kulit, selaput lender, batuk, flora
normal, dan berbagai sel seperti limfosit T (sel T) dan limfosit B (sel B) dalam jaringan limfoid.
Meknisme pertahanan itu disebut sebagai inflamasi yang dirasakan sebagai kemerahan, sembab,
demam, dan nyeri.
Antihistamin disebut sebagai anti-alergi karena alergi juga menimbulkan inflamasi. Ia adalah
reaksi yang berlebihan dari sistem pertahanan tubuh terhadap gangguan dari luar, baik makanan,
obat, maupun udara dingin. Salah satu alat serang yang dilepas tubuh ke dalam pembuluh darah
adalah histamine yang menyebabkan kontraksi atau menciutnya berbagai alat vital, sperti
bronkus dan usus, serta peningkatan sekresi mucus atau lender dan resistansi saluran napas.
Antihistamin dapat dibedakan menjadi 2 jenis yaitu:
A. Generasi pertama atau antihistamin tradisional
B. Generasi kedua atau antihistamin non sedative
A. Obat Generasi Pertama
Obat generasi pertama merupakan obat yang dapat bekerja secara perifer maupun sentral.
Efek antikolinergiknya lebih besar dibandingkan dengan agen non sedative. Penghambat SSP
akibat AH1 dapat bermanifestasi sebagai gejala mengantuk, maupun kewaspadaan turun.
Contohnya adalah ;
Difenhidramin (Benadryl), Dimenhidrat (Vormex A), Doksilamin (Mereprine), Klemastin
(Tavegyl), Dimentiden (Fenistil), Kloramfeniksamin (Systral), Feniramin (Avil), Bamipin
(Soventol),
Meklozin
(Bonamine),
(Peremesin),
Chlorpheniramine
Maleate
(Orphen),
KONTRAINDIKASI
EFEK SAMPING
INTERAKSI OBAT
EFEK SAMPING
KONTRAINDIKASI
INTERAKSI
ALLOHEX
-Tiap
KOMPOSISI
tablet
mengandung:
Loratadine
micronized
10
mg
INDIKASI
KONTRA INDIKASI
EFEK SAMPING
INTERAKSI OBAT
yang
bermakna
(termasuk
elektrokardiografik).
Farmakologi:
MEKANISME
KERJA OBAT
MEKANISME
KERJA OBAT
Farmakologi:
Cetirizine adalah antihistamin, pada dosis farmakologi aktif,
mempunyai efek mengantuk yang lebih kecil, dengan tambahan sifat
antialergi. Cetirizine adalah reseptor H1-antagonis selektif dan pada
reseptor lain efeknya dapat diabaikan, bebas dari efek anticholinergik
dan antiserotonin. Cetirizine menghambat mediator histamin fase awal
dari reaksi alergi, juga menurunkan migrasi sel inflamasi dan
melepaskan mediator yang berhubungan dengan respon alergi yang
sudah lama.
Farmakokinetika:
-Puncak level darah untuk 0,3 ug/ml dicapai antara 30- 60 menit
setelah pemberian Cetirizine 10 mg
- Waktu paruh plasma kira-kira 11 jam.
- Absorpsi sangat konsisten pada semua subjek. Pengeluaran melalui
ginjal 30 ml/menit dan waktu paruh ekskresi kira-kira 9 jam
- Cetirizine terikat kuat pada protein plasma.
Banyak AH1 yang bersifat mirip atropine. Efek yang muncul pada beberapa pasien di
antaranya adalah mulut kering, kesukaran miksi, dan impotensi. Namun, ada yang tidak
berpengaruh terhadap reseptor muskarinik seperti terfenadin dan astemazol.
Dalam dosis terapi, AH1 tidak menimbulkan efek berarti pada sistem kardiovaskular.
Selain sebagai antihistamin, AH1 dengan dosis yang tinggi juga bisa berfungsi sebagai anestetik
local seperti prometazin dan pirilamin.
GOLONGAN
Etanolamin
DEFINISI
(HOC2H4NH2) adalah cairan kental
dengan bau berupa ammonia yang
digunakan untuk mengeluarkan hydrogen
sulfide dari gas alam.
CONTOH OBAT
Kloramfeniramin Maleat :
Keluarga alkilamin
Generik : (Klemastin)
N.Dagang : ( Tavegil )
Generik : Meklozin
N.Dagang : Bonamin
Etiendamin
Alkilamin
Farmakokinetik
Generik : Prometazin
N.Dagang : Atosil
Generik : Deksklorofeniramin
N.Dagang : Polaronil
AH1 dapat diabsorpsi dengan baik secara parenteral maupun oral. Efek timbul dalam 1530 menit setelah pemberian oral dan maksimal setelah 1-2 jam. Lama kerja antihistamin generasi
I setelah pemberian dosis tunggal umumnya 4-6 jam, sedangkan beberapa derivat piperazin
seperti meklizin dan hidroksizin memiliki masa kerja yang lebih panjang seperti juga umumnya
antihistamin generasi II.
Indikasi
Indikasi pemberian AH1 adalah untuk pengobatan simpatomimatik berbagai alergi dan
mencegah atau mengobati mabuk perjalanan.
prometazin. AH1 dapat memberikan antikolinergik yang kuat. Untuk mencegah mabuk
kendaraan, AH1 diberikan setengah jam sebelum berangkat.
Efek Samping
Efek samping yang disebabkan oleh penggunaan AH1 dapat muncul pada dosis terapi
meskipun jarang yang bersifat serius dan bisa hilang bila pengobatan diteruskan. Toleransi
individu juga bisa berbeda-beda terhadap munculnya efek samping. Efek tersering adalah sedasi,
yang kadang justru berguna supaya pasien dapat beristirahat. Pengurangan dosis atau
penggunaan AH1 jenis lain ternyata dapat mengurangi efek sedasi ini.
Efek samping yang berhubungan dengan efek sentral AH1 adalah vertigo, tinitus, lelah,
penat, inkordinasi, penglihatan kabur, diplopia, euforia, gelisah, insomnia, dan tremor. Efek
samping lain yang sering muncul adalah nafsu makan berkurang, mual, muntah, keluhan pada
epigastrium, konstipasi atau diare. Efek samping tersebut dapat berkurang apabila diberikan
sewaktu makan. Penggunaan astemizol, suatu antihistamin non sedatif, lebih dari 2 minggu dapat
menyebabkan bertambahnya nafsu makan dan berat badan.
Efek samping lain yang mungkin muncul oleh AH1 adalah mulut kering, disuria,
palpitasi, hipotensi, sakit kepala, rasa berat, dan lemah pada tangan. Insiden efek samping karena
efek antikolinergik lebih sedikit pada pasien yang mendapatkan antihistamin nonsedatif.
Pemberian terfenadin atau astemizol dosis terapi bersama ketokonazol, itrakonazol atau
antibiotik golongan makrolid seperti eritromisin dapat mengakibatkan perpanjangan interval QT
dan mencetuskan terjadinya aritmia ventrikel (torsades de pointes). Keadaan tersebut disebabkan
karena antimikroba tersebut menghambat metabolisme terfenadin atau astemizol oleh enzim
CYP3A4 sehingga kadar antihistamin dalam darah naik.
Selain memberikan efek samping, terdapat juga laporan mengenai kasus keracunan AH1.
Efek sentral AH1 pada anak dapat berupa perangsangan dengan manifestasi halusinasi, eksitasi,
ataksia, inkoordinasi, atetosis, dan kejang.
C. Antialergi Lain 1
Zat-Zat Penghambat Degranulasi Sel-Sel Mast (Stabilisator Sel-Sel Mast)
AH1 tidak sepenuhnya efektif untuk pengobatan simptomatik reaksi hipersensitivitas
akut, Hal tersebut disebabkan oleh fungsi histamin yang sebenarnya merupakan pemacu untuk
dibentuk dan dilepaskannya autakoid lain (seperti peptida endogen, prostaglandin, leukotrien).
Selanjutnya, histamin dan autakoid lain ini bersama-sama menimbulkan gejala alergi.
Pengobatan alergi biasanya lebih terkait dengan penggunaan antagonis fisiologis tidak tertuju
pada penyebabnya. Salah satu terapi hipersensitivitas lain ialah secara profilaksis yaitu
menghambat produksi atau pelepasan autakoid dari sel mast dan basofil yang telah tersensitisasi
oleh antigen spesifik.
a. Natrium Kromolin
Kromolin merupakan obat penghambat histamin dari sel mast paru-paru dan tempattempat tertentu, yang diinduksi oleh antigen. Kromolin tidak merelaksasi bronkus atau otot polos
lain. Kromolin menghambat pelepasan histamin dan autakoid lain termasuk leukotrien dari paruparu manusia pada proses alergi yang diperantarai IgE. Penghambatan leukotrien bermanfaat
untuk mengurangi bronkokonstriksi terutama pada pasien asma bronkial. Kromolin tidak
menghambat ikatan IgE dengan sel mast atau interaksi antara kompleks sel IgE dengan antigen
spesifik, tetapi menekan respons sekresi akibat reaksi tersebut.
Kromolin diberikan secara inhalasi pada pasien asma bronkial. Kromolin jarang
menimbulkan reaksi yang tidak diinginkan meskipun digunakan bertahun-tahun. Reaksi tersering
berkaitan dengan efek iritasi bubuk halus kromolin pada paru-paru berupa bronkospasme, batuk,
kongesti, hidung, iritasi faring dan wheezing. Kadang timbul pusing, disuria, bengkak, nyeri
sendi, mual sakit kepala, dan kemerahan kulit. Gejala yang lebih serius dapat berupa edema
laring, angioderma, urtikaria dan anafilaksis.
Contoh : Dinatriumkromoglisinat (Intal, Lomupren, Opticrom)
KROMALIN/KROMOLIKAT
KOMPOSISI
Inhalasi untuk mencegahan asma bronkila berat, mencegah asma yang
INDIKASI
INTERAKSI OBAT
DOSIS
MEKANISME
KERJA OBAT
b. Nedokromil
Nedokromil menghambat pelepasan mediator dari sel mast bronkus dan diindikasikan
untuk mencegah serangan asma pada pasien dengan asma bronkial ringan sampai sedang.
Nedokromil hanya diindikasikan pada pasien asma di usia lebih dari 12 tahun dan diberikan
secara inhalasi/semprotan.
Contoh : Nedokromil-Natrium (Tilade).
c. Ketotifen
Ketotifen bersifat antianafilaktik, karena menghambat pelepasan histamin. Ketotifen
fumarat diabsorpsi dari saluran cerna. Bentuk utuh dan metabolitnya diekskresi bersama urin dan
tinja. Indikasi pemberiannya adalah untuk profilaksis asma bronkial. Efek samping yang dapat
muncul sama dengan efek samping dari AH1.
Contoh : Ketotifen (Zaditen).
SCANDITEN (Ketotifen Fumarate)
KOMPOSISI
INDIKASI
Ketotifen Fumarate
Pencegahan jangka Panjang asma bronchial & pengobatan gejala-
Penghambat Histidindekarboksilase
Satu-satunya obat yang mewakili golongan ini adalah Trikualin (Inhibostamin).
Trikualin (Inhibostamin)
KOMPOSISI
INDIKASI
Trikualin
Oral untuk profilaksis dan terapi simtomatik pada alergi dan untuk
Deksametason 0,5 mg
INDIKASI
Deksametason 0,75 mg
Alergi dan peradangan yang berespon baik terhadap terapi
kortikosteroid.
-Dexamethasone Harsen tidak boleh diberikan pada penderita herpes
simplex pada mata; tuberkulose aktif, peptio ulcer aktif atau psikosis
KONTRA INDIKASI
EFEK SAMPING
steroid
seperti
kehabisan
protein,
osteoporosis
dan
PERINGATAN DAN
PERHATIAN
oleh
INTERAKSI OBAT
protrombin.
- Diuretik yang mendeplesi
hipokalemia.
- Glikosida kardiak: meningkatkan resiko aritmia atau toksisitas
digitalis sekunder terhadap hipokalemia.
- Antigen untuk tes kulit: menurunkan reaksivitas.
DOSIS
mg
per
hari.
dosis.
Dexamethasone Harsen adalah obat anti inflamasi dan anti alergi yang
sangat kuat. Sebagai perbandingan Dexamethasone 0,75 mg setara
dengan obat sbb : 25 mg Cortisone, 20 mg hydrocortisone, 5 mg prednisone, 5 mg prednisolone.
Dexamethasone Harsen praktis tidak mempunyai aktivitas mineral
corticoid dari Cortisone dan hydrocortisone, sehingga pengobatan
MEKANISME
KERJA OBAT
2. Antidot/Antidotum
Antidotum adalah penawar racun, sedangkan antitoksik adalah penawar terhadap zat
yang beracun (toksik) terhadap tubuh. Antidotum lebih difokuskan terhadap over dosis atau dosis
toksik dari suatu obat. Kondisi suatu obat dapat menimbulkan keracunan bila digunakan
melebihi dosis amannya. Selain itu, perbedaan metabolisme tubuh setiap orang terhadap dosis
obat juga mempengaruhi. Obat dapat menjadi racun bila dikonsumsi dalam dosis berlebihan.
Dalam hal ini, obat tidak akan menyembuhkan melainkan berbahaya. Umumnya akan timbul
efek sampingnya.Praktisi kesehatan seperti dokter dan apoteker harus berhati-hati dalam memilih
dosis obat yang sesuai dengan kondisi penderita. Obat yang sama dapat diberikan dalam dosis
yang berbeda kepada bayi, anak-anak, dewasa dan usia lanjut. Hal ini disebabkan perbedaan
kesempurnaan pembentukan organ-organ tubuh terutama hati dalam tiga jenis manusia tersebut.
Pengobatan terhadap keracunan obat yang umum untuk keracunan yang terjadi kurang
dari 24 jam yaitu dengan membilas lambung bila obat baru ditelan, memuntahkan obat sampai
tindakan khusus untuk mempercepat pengeluaran obat dari tubuh. Setelah bilas lambung, karbon
aktif dan suatu pencahar perlu diberikan.
Pada keracunan yang parah dibutuhkan antidotum yang memang terbukti menolong
terhadap efek keracunan obat tertentu, misal asam Folinat untuk keracunan metotrexat.
Nalokson, atropin, chelating agent, natrium tiosulfat, metilen biru merupakan antidotum
spesifik yang sangat ampuh dan sering menimbulkan reaksi pengobatan yang dramatis. Namun,
sebagian terbesar kasus keracunan harus dipuaskan dengan pengobatan gejalanya saja, dan
inipun hanya untuk menjaga fungsi vital tubuh, yaitu pernafasan dan sirkulasi darah.
Racun akan didetoksikasi oleh hepar secara alamiah dan racun atau metabolitnya akan
diekskresi melalui ginjal dan hati. Selama keracunan hanya perlu dipertahankan pernapasan dan
sistem kardiovaskuler (fungsi vital).
Antidot untuk beberapa racun didapat dengan cara menyuntikkan racun ke badan
binatang dalam dosis kecil, lalu mengekstraknya kembali dari darah binatang tersebut. Ini
mengeluarkan terjadinya sebuah antidot yang dapat melawan racun yang diproduksi oleh
binatang-binatang seperti ular, laba-laba, dan binatang beracun lainnya. Beberapa racun tidak ada
antidotnya, dan ini kadang menimbulkan kematian apabila racun tersebut memasuki tubuh
makhluk hidup lainnya. Beberapa racun dari binatang, khususnya yang diproduksi oleh
arthropoda (seperti laba-laba atau kalajengking) hanya berbahaya ketika mereka membuat reaksi
alergik dan menyebabkan shok anapilaktik.
Beberapa racun lainnya tidak memiliki antidot. Contohnya adalah racun risin, yang
diproduksi dari limbah minyak goreng, dan akibatnya kadang fatal ketika memasuki badan
manusia dalam jumlah yang cukup.
LEUCOVORIN
Kalbe Farma
KOMPOSISI
INDIKASI
KONTRA INDIKASI
EFEK SAMPING
PERINGATAN DAN
PERHATIAN
INTERAKSI OBAT
Leucovorin Ca
Overdosis asam Folat, anemia megaloblastik
Anemia pernisiosa dan anemia megaloblastik lainnya dimana terdapat
defisiensi vit B12.
Sensitisasi alergi
Tumor yang tergantung oleh folat
OD antagonis as.folat Maks IV 75mg selama 12 jam, kemudian 12mg
DOSIS
IM selama 6 jam utk 4dosis. Dosis scr umu dosis antagonis. Anemia
megaloblastik 1mg/hr IM.
Nalokson (Nokoba)
( Fahrenheit)
KOMPOSISI
Naloxone HCl.
Pemulihan total atau sebagian dari depresi opiate dan overdosis opiate
akut, termasuk depresi opiate akut, termasuk depresi pernapasan, yang
INDIKASI
dan
analgesic
campuran
agonis-antagonis:nalbufin,
pentasozin, butorfanol.
KONTRA INDIKASI Hipersensitif terhadap nalokson hidroklorida
Hipotensi, hipertensi, takikardi dan fibrilasi ventricular, dispnea,
EFEK SAMPING
PERINGATAN DAN
PERHATIAN
INTERAKSI OBAT
DOSIS
diagnose
toksisitas
yang
diinduksi
narkotik
harus
dapat dilakukan.
Nalokson adalah antagonis opiat yang utama yang tidak mempunyai
atau hanya sedikit mempunyai aktivitas agonis. Jika diberikan pada
pasien yang tidak menerima opiat dalam waktu dekat, nalokson hanya
memberi sedikit atau bahkan tidak memberikan efek. Sedangkan pada
pasien yang sudah menerima morfin dosis tinggi atau analgesik lain
dengan efek mirip morfin, nalokson mengantagonis sebagian besar
efek opiatnya. Akan terjadi peningkatan kecepatan respirasi dan
MEKANISME
KERJA OBAT
Folinic acid
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa terapi pengobatan yang dapat diberikan masing-masing
penderita:
A.
Generasi II
Fexofenadine (Telfast),
Loratadine (Lisino),
Setrizin (Zyrtec),
Azelastin (Allergodi).
A. Antidot/Antidotum
NAMA GENERIK
Leucovorin
NAMA DAGANG
Nalokson (Nokoba)
Atropin (Aludonna D)
Asam Folinat (Calciumlevofolinat Ebewe)
3.2 Saran
Untuk pemilihan dan penggunaan antidotum & zat antitoksik yang tepat ada baiknya
anda harus periksakan diri dan konsultasi ke dokter dan melakukan terapi pengobatan pada
apoteker sebagai ahli kesehatan dalam pengobatan, untuk mendapatkan Informasi Obat dan
Penjelasannya.