Oleh :
PAMONA DWIRAHAYU (J1A112011)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Matematika berasal dari bahasa latin "mathematika" yang mulanya diambil
1.2
RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah pada makalah ini adalah :
1. Bagaimana penyelesaian dari sistem persamaan linear?
2. Bagaimana penyelesaian dari sistem persamaan nonlinear?
3. Bagaimana bentuk model dan solusi dari model state space?
4. Bagaimana cara penyelesaian dari soal model state space?
1.3
1.
2.
3.
4.
TUJUAN
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah
Untuk mengetahui penyelesaian dari sistem persamaan linear.
Untuk mengetahui penyelesaian dari sistem persamaan nonlinear.
Mengetahui bentuk model dan solusi dari model state space
Mengetahui cara penyelesaian dari soal model state space
1.4
MANFAAT
Manfaat dari makalah ini adalah
1. untuk menambah wawasan dalam linearisasi sistem persamaan nonlinear dan
penyelesaian dari persamaan linear.
2. Menambah pengetahuan tentang model state space dan penyelesaian soal model
state space .
BAB II
ISI DAN PEMBAHASAN
4.1 PERSAMAAN LINIER
Suatu persamaan linier yang mengandung n peubah
dinyatakan dalam bentuk :
x1 , x2 , , xn
a1 , a2 , , an ,b
bukan fungsi trigonometri, fungsi logaritma atau fungsi eksponensial. Namun, apabila
diketahui sistem persamaan linier dengan m buah persamaan linier dan n
peubah maka bentuk umumnya sebagai berikut :
a11 x 1+ a12 x 2 ++ a1 n x n=b 1
a21 x 1 +a 22 x2 + + a2 n xn =b2
am 1 x 1+ am 2 x 2 ++ amn x n=bm
Sistem persamaan linier di atas dapat ditulis dalam bentuk matriks yaitu :
A x =b
][ ] [ ]
b1
a11 a12 a1 n x 1
a21 a22 a2 n x 2 = b 2
bm
am 1 a m 2 amn x m
2 x + y +2 z=12
Penyelesaian :
1. Ubah sistem persamaan linier di atas menjadi matriks augmentasi :
1 2 1 6
1 3 2 9
2 1 2 12
[
[
[
[
[
[
]
]
]
Setelah langkah ke-6 maka matriks ini telah dalam bentuk baris eselon tereduksi. Dari
matriks terakhir ini dapat disimpulkan bahwa nilai x=3 , y=0 dan z=3.
, dan
, maka persamaan di
atas dapat diuraikan menjadi deret Taylor di sekitar titik kerja, sebagai berikut:
y = f(x)
1 df
df
( x x ) 2 ....
(x
2 ! dx
x
x
dx
= f( ) +
- )+
Dimana turunan-turunan
variasi x -
df
dx ,
d f
x
2 , .... , dihitung pada x =
. JIka
dx
y=
y
dimana
+K(x-
x
= f ( ) dan
K=
df
dx
x
untuk x =
y - y = K ( x -
x )
sebanding dengan x -
memberikan suatu model matematik linier dari sistem nonlinier yang diberikan
persamaan sebalumnya melalui pendekatan deret Taylor.
Selanjutnya, tinjau suatu sistem yang keluarannya, y, merupakan fungsi dari
dua buah masukan x1 dan x2, sedemikian rupa sehingga berlaku:
y = f (x1, x2)
Analog, dengan cara yang sama seperti diatas akan diperoleh hasil model
linier, sebagai berikut:
yy
dimana,
=f(
y = K ( x 1
1
x 1
untuk x1 =
df
dx 2
K2 =
) + K2 (x2 -
x 2
x1 x 2
, )
df
dx1
K1 =
x 1
x 2
dan x2 =
x 1
untuk x1 =
x 2
dan x2 =
(1)
( a, b); f ( a, b) = g (a, b) = 0
f(x,y) di sekitar (a,b) diperoleh dengan menderetkan fungsi f(x,y) sebagai berikut
f
f
f ( x , y ) f ( a , b )+ ( a , b )( xa )+ ( a ,b )( y b ) +Q f
x
y
(2)
dengan
(3)
Qg
dan
Dari (1) dan (2) diperoleh pendekatan linear untuk Sistem (1), yakni
dx f
f
= ( a , b ) ( xa )+ ( a ,b )( y b )
dt x
y
dy g
g
= ( a , b ) ( x a ) + ( a , b ) ( yb )
dt x
y
(4)
dx
dt
=
dy
dt
f
(a , b)
x
g
(a , b )
x
Substitusi
)(
f
( a , b)
( x a )
y
g
( a , b ) ( yb )
x
u = x- a
(5)
v = y- b
dan
sederhana, yaitu
du
dt
=
dv
dt
f
(a , b )
x
g
( a ,b )
x
f
(a , b)
x
J
=
dengan
g
(a , b)
x
pada titik (a,b).
)( )
f
( a , b)
y
u
g
v
( a , b)
x
f
( a ,b )
y
g
( a , b)
x
(6)
x = ( x1 , x2 ,..., xn )
Diberikan
f1 (u)
x t
u2 u2
f 2 (u)
x
t
(7)
un un
f n (u)
x
t
u = (u1 , u2 ,..., un )
dengan
u ( x,t ) = u ( u 0 , x, t )
u 0 = u ( x, t 0 )
(7) dengan nilai awal
. Solusi Sistem
dinyatakan sebagai
u* x
Vektor
u* x
du1* ( x)
f1[u* x ]
dx
du2* ( x)
f 2 [u* x ]
dx
:
dun* ( x )
f n [u* x ]
dx
(8)
u* (0) u*0
u* x
memiliki solusi
f1 (u1 , u2 )
x t
u2 u2
f 2 (u1 , u2 )
x
t
(9)
Diberikan transformasi
v ( x, t ) [v1 ( x, t ), v2 ( x , t )] [u1 ( x, t ) u1* ( x ), u2 ( x, t ) u2* ( x )]
Dengan
v1 v1
f
f
f1 *
f
(u )v1 1 (u* )v2
u1
u2
,
v2 v2
f
f
f 2 *
f
(u )v1 2 (u* )v2
u1
u2
,
1 , 2
dengan
v1 v1 f1 *
f
dx (t)
=f (x , u , t) .... (1)
dt
digunakan untuk menandai turunan pertama dari variabel keadaan. Sementara itu,
apabila dilibatkan pernyataan output sistem berikut
y (t )=g ( x , u , t) ....(2)
maka persamaan (1)-(2) membentuk dinamika sistem. Untuk sistem linier tak
bergantung waktu (linear time invariant), persamaan 1 biasanya berbentuk :
x = Ax+ Bu ....(3)
SISTEM
y(t)
Sistem dengan isyarat masukan u(t) dan isyarat keluaran y(t) dinyatakan dengan
dua persamaan :
= AX +BU
Persamaankeadaan : X
Persamaan Kelua ran : Y =CX+ DU
[]
u1 ( t )
u2 ( t )
u3 ( t )
[ m x ]= .
.
.
um (t)
[]
y1 ( t )
y2 ( t )
y (t )
[ k x ] = 3.
.
.
y k (t)
[]
x 1 (t )
x2 ( t )
x3 ( t )
[ x ]= .
.
.
x n( t)
x =
dx( t)
dt
[]
dx 1
dt
dx 2
dt
.
.
.
dxn(t)
dt
dx
x
= lim
dt t 0 t
Matriks matriks A,B,C dan D harus tertentu dimensinya sesuai
dengan dimensi vector u, x dan y agar operasi perkalian /penjumlahan dalam
= AX + BU
y = CX + DU
Untuk diagram blok berikut
Y ( s)
Y ( s )=G ( s ) U (s)
U ( s)
y=Cx+ Du
Transformasi Laplace untuk sistem tersebut berbentuk
sX ( s ) x ( 0 )=AX ( s ) + BU ( s )
Y ( s )=CX ( s ) + DU (s)
Dengan definisi fungsi transfer, yaitu kondisi mula sistem dianggap nol,
didapat bentuk
( sl A ) X ( s )=BU ( s ) X ( s ) =( slA )1 BU ( s )
Y (s)=CX (s)+ DU ( s)
dengan I adalah matriks satuan (unit matrix) dan (sI - A)-1 menandai inversi dari
(sI A). Substitusi X(s) ke persamaan Y(s) didapat
Y ( s )=[ C ( sl A )1 B+ D ] U (s )
Dengan demikian, fungsi transfer sistem berbentuk
G ( s )=C(slA )1 B + D
Berikut ini akan dibahas salah satu cara mengubah model Nisbah Alih menjadi
model Ruang Keadaan yaitu yang menghasilkan bentuk khusus matriks A yang
disebut bentuk Jordan Companion.
Misalkan ada model Nisbah-Alih dari suatu sistem :
m1
C (S) bm S +b m1 S ++ b1 S+ b0
G ( S )=
=
R (S) an S n +a n1 S n1 ++a 1 ( S ) +a 0
Kasus m < n
C(S) = isyarat keluaran = c(t)
R(S) = isyarat keluaran = r(t)
Selanjutnya dibangkitkan isyarat sembarang x(t) =
L1 X (S)
( m S +bm 1 S
b
++b 1 S+b 0) X (S)
m1
( an Sn +a n1 Sn1 ++ a1 ( S ) +a 0 ) X (S)
C( S)
=
R( S)
Maka R(S):
( an S + an1 S
m1
n1
b
++b 1 S+b 0) X ( S) .()
++ a1 ( S )+ a0 ) X ( S ) .
Dengan asumsi keadaan awal = nol, maka inverse transformasi Laplace akan
menghasilkan :
dn x (t)
d n1 x(t )
d n2 x (t )
dx ( t )
r ( t ) =an
+ an1
+ an2
++ a1
+a0 x (t)
n
n1
n2
dt
dt
dt
dt
Untuk memenuhi bentuk umum model ruang keadaan, maka tetapkan :
r(t) u
x(t)
x 1 x1
dx1 (t ) dx (t )
=
x2
dt
dt
dx d 2 x ( t )
dx(t)
x 2 x2= 2 =
x3
dt
dt
dt 2
dx d 3 x ( t )
d 2 x (t)
x3 x3= 3 =
x4
dt
dt
dt 3
n2
x (t)
dt n2
dx n1 d n1 x ( t )
x n1 x n1
=
=
xn
dt
dt n1
dxn (t ) d n x ( t )
d n1 x (t)
x n xn =
=
dt
dt n1
dt n
n
n1
a dx ( t ) a0
d x (t) an1 d x ( t ) an2 d n2
1
=
1
x ( t )+ u
n
n1
n2
a
a
a
dt
a
a
dt
dt
n
n dt
n
n
n
x =
a 0
a
a
a
1
x 1 1 x 2 n2 x n1 n1 x n + u
an
an
an
an
an
Persamaan keadaan
[ ][
][ ] [ ]
01 0 0 0
0
x1
x1
0
01
0
0
0
x2
x
2
0 0 01 0
0
x3
x3
.
.
.
x = . =
+
.
.
.
.
.
.
.
.
0 0 0 1
0
xn1
a 0 a 1
an2 an1 xn1 1
..
xn
xn
an
an
an
an
n
C(S) : ( m S + bm1 S
b
++b 1 S+b 0) X ( S)
m1
dm x (t)
d m1 x (t)
dx ( t )
+b
++b 1
+ b0 x (t )
m 1
m
m 1
dt
dt
dt
[]
x1
x2
x3
y=[ bo b 1 b 2 bm1bm 0 ] + [ 0 ] u
xm
xm+1
xn
Freebody Diagram
dan output
Equation
Diatas adalah tiga penyimpan energi, jadi kita memiliki tiga persamaan state
space.energi disimpan sebagai energi potensial didalam pegas (Kr1) dan energi
kinetik di dua flywheels (J11, J22). Jadi kita memiliki persamaan variabel
state
atau
Contoh 2
Diberikan suatu model state space. Dengan input ia dan output e2.
Persamaan ini mempunyai input(ia) dan 2 variabel state (iL2 and iL1) dan saat
ini melalui kapasitor. Jadi kita mendapatkan persamaa state kedua
Dan terakhir, persamaan state yang kita dapatkan untuk tegangan di L1 (yang e2)
didalam variabel state yang lain.
Contoh 3:
Diberikan suatu model state space. Dengan input
fa
dan output
Kita dapat menuliskan persamaan free body untuk sistem saat x dan y
Freebody Diagram
Equation
Diatas terdapat tiga penyimpanan energi, jadi kita dapat tiga persamaan state.
k
k
Penyimpanan energi adalah pegas, 2 , dan massa adalah pegas 1 . Kita pilih
variabel state x (energi di pegas
m massa adalah m v
y(energi di pegas
k1
k2
tapi kita hanya akan menggunakan y ( karena x sudah variabel state) maka kita
akan memiliki variabel state yaitu:
atau
Contoh 4:
Dibetikan persamaan sistem:
m y +b y + ky=u
Definisikan variabel state:
x 1 ( t )= y ( y )
x 2 ( t )= y ( y )
Sehingga diperoleh
x 1=x 2
x 2=
1
1
(ky b y ) + u
m
m
[][
0
x 1
= k
x 2
m
][ ] [ ]
1 x
0
1
+ 1 u
b
x2
m
m
[]
x1
x2
Sehingga:
0
A= k
m
1
b
m
[]
0
B= 1
m
C=[ 0 1 ]
D=0
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari makalah ini sebagai berikut:
1. untuk memperoleh model matematik yang linier dari suatu sistem nonlinear, maka
model persamaan nonlinear harus dilinearisasi dengan menggunakan bantuan deret
taylor dan juga matriks jacobian. Adapun bentuk persamaan setelah dilinearisasi
adalah sebagai berikut:
v1 v1 f1 *
f
x =
dx ( t )
=f ( x ,u , t )
dt
x = Ax+ Bu
[ ][
][ ] [ ]
01 0 0 0
0
x1
x1
0 01 0 0
0
x2
x2
0
0
01
0
0
x3
x3
.
.
. + .
x = . =
.
.
.
.
.
.
.
0 0 0 1
0
xn1
a 0 a 1
an2 an1 xn1 1
..
xn
xn
an
an
an
an
n
[]
x1
x2
x3
y=[ bo b 1 b 2 bm1bm 0 ] + [ 0 ] u
xm
xm+1
xn
3.2
SARAN
Adapun saran untuk pembaca adalah mencari referensi lain terkait
DAFTAR PUSTAKA
a-research.upi.edu/operator/upload/s_mat_060849_chapter3.pdf
https://www.google.co.id/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKE
wiQ_pi66JjQAhXKPo8KHWzpArgQFgggMAE&url=http%3A%2F
%2Fseminar.uny.ac.id%2Fsemnasmipa%2Fsites
%2Fseminar.uny.ac.id.semnasmipa%2Ffiles%2Fpaper%2FMatematika%2FDwi
%2520Lestari-makalah%2520semnas%2520MIPA-UNY
%25202012.docx&usg=AFQjCNFN7BpXN8ObPAA9W9UMBIttVYsNg&sig2=BuaKlgEUubkP5djV7GYDWQ
Diakses pada tanggal 5 november 2016
Sibaroni, Yuliant. 2002. Buku Ajar Aljabar Linear. STT Telkom
Williams, robert L and Lawrent, Douglas A. 2007. Linear State-Space Control
Systems. Ohio university
Wijaya, Rendy dan Hendryli Janson. 2009. Penyelesaian Sistem Persamaan Linear
dengan Metode Eliminasi Gauss-Jordan. Universitas Tarumanagara