Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN
1.1

LATAR BELAKANG
Matematika berasal dari bahasa latin "mathematika" yang mulanya diambil

dari bahasa yunani "mathematike" yang berarti mempelajari. Banyak yang


beranggapan bahwa matematika adalah sesuatu yang rumit. Padahal seringkali
Matematika kita jumpai di dalam kehidupan sehari-hari. Banyak masalah dalam
kehidupan sehari-hari dapat dinyatakan dalam sistem persamaan. Sebelum
menyelesaikan suatu permasalahan, terlebih dahulu permasalahan tersebut diubah
menjadi model matematika yang membuat sistem persamaan linier.
Masalah yang dijumpai dalam kehidupan sehari-hari dapat dimodelkan dalam
bentuk model Matematika, yaitu bentuk persamaan linear dan persamaan nonlinear.
Sebagian besar model matematika yang muncul berbentuk non linear. Untuk
mendapatkan solusi masalah yang berbentuk sistem non linear tidaklah mudah.
Namun demikian, hal ini tidak menjadi masalah karena bentuk model matematika
khususnya yang berbentuk sistem persamaan diferensial non linear dapat dilihat
perilaku solusinya melalui sistem persamaan diferensial linear dengan syarat bagian
real akar karakteristik tidak nol. Linearisasi dilakukan untuk mendapatkan sistem
linear dari sistem non linear. Oleh karena itu penulis tertarik mengangkat judul
Linierisasi.
1.2
RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah pada makalah ini adalah :
1. Bagaimana penyelesaian dari sistem persamaan linear?
2. Bagaimana penyelesaian dari sistem persamaan nonlinear?
1.3

TUJUAN
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah
1. Untuk mengetahui penyelesaian dari sistem persamaan linear.
2. Untuk mengetahui penyelesaian dari sistem persamaan nonlinear.

1.4

MANFAAT

Manfaat dari makalah ini adalah untuk menambah wawasan dalam linearisasi
sistem persamaan nonlinear dan penyelesaian dari persamaan linear.

BAB II
ISI DAN PEMBAHASAN

2.1 PERSAMAAN LINIER


Suatu persamaan linier yang mengandung n peubah

x1 , x2 , , xn

dinyatakan dalam bentuk :


a1 x1 +a2 x 2 ++a n x n=b

dengan

a1 , a2 , , an ,b

adalah konstanta riil. Dalam hal ini peubah yang dimaksud

bukan fungsi trigonometri, fungsi logaritma atau fungsi eksponensial. Namun, apabila
diketahui sistem persamaan linier dengan m buah persamaan linier dan n
peubah maka bentuk umumnya sebagai berikut :
a11 x 1+ a12 x 2 ++ a1 n x n=b 1
a21 x 1 +a 22 x2 + + a2 n xn =b2

am 1 x 1+ am 2 x 2 ++ amn x n=bm
Sistem persamaan linier di atas dapat ditulis dalam bentuk matriks yaitu :
A x =b

][ ] [ ]

b1
a11 a12 a1 n x 1
a21 a22 a2 n x 2 = b 2


bm
am 1 a m 2 amn x m

Untuk menyelesaikan persamaan linier tersebut dilakukan eliminasi menggunakan


metode eliminasi Gauss-Jordan.
Prosedur umum untuk metode eliminasi Gauss-Jordan adalah :
a. Ubah sistem persamaan linier yang ingin dihitung menjadi matriks augmentasi.

b. Lakukan operasi baris elementer pada matriks augmentasi [ A b ] untuk


mengubah matriks A menjadi dalam bentuk baris eselon yang tereduksi.
Contoh sistem persamaan linier dengan tiga (3) peubah :
2 x + 4 y2 z=12

x+ 5 y +3 z=8
3 x + y +3 z=4

Penyelesaian :
1. Ubah sistem persamaan linier di atas menjadi matriks augmentasi :
2 4 2 12
1 5
3 8
3 1 3 4

[
[
[

2. Kalikan baris pertama dengan 0,5


1 2 1 6
1 5
3 8
3 1 3 4

]
]

3. Baris pertama dikalikan dengan (-1) lalu tambahkan dengan baris kedua
1 2 1 6
0 3
4 2
3 1 3 4
4. Baris pertama dikalikan (3) lalu ditambah dengan baris ketiga

[
[
[
[
[
[
[

1 2 1 6
0 3 4 2
0 7 0 14

5. Baris kedua dikalikan dengan 1/3


1 2
1 6
0 1 0,33 0,67
0 7
0 14

6. Baris kedua dikalikan dengan (-2) lalu tambahkan dengan baris pertama
1 2 3,67 4,67
0 1 0,33 0,67
0 7
0 14

]
]
]

7. Baris kedua dikalikan dengan (-7) lalu tambahkan dengan baris ketiga
1 0 3,67 4,67
0 1 0,33 0,67
0 0 9,33 9,33
8. Baris ketiga dikalikan dengan -1/9,33
1 0 3,67 4,67
0 1 0,33 0,67
0 0
1 1
9. Baris ketiga dikalikan 3,67 lalu tambahkan dengan baris pertama
1 0
0 1
0 1 0,33 0,67
0 0
1 1

10. Baris ketiga dikalikan (-0,33) lalu tambahkan dengan baris kedua
1 0 0 1
0 1 0 2
0 0 1 1

Setelah langkah ke-10 maka matriks ini telah dalam bentuk baris eselon tereduksi.
Dari matriks terakhir ini dapat disimpulkan bahwa nilai
2.2 PERSAMAAN NONLINIER

x=1, y=2 dan

z=1 .

Pendekatan linier dari sistem nonlinear, untuk memperoleh model matematik


yang linier dari suatu sistem nonlinier, dianggap bahwa variable hanya
mengalamideviasi yang kecil dari titik kerjanya. Tinjau suatu sistem yang
mempunyai masukan x(t) dan keluaran y(t). Hubungan antara y(t) dan x(t) diberikan
oleh :
y = f(x)
Jika kondisi kerja normal dinyatakan dengan

, dan

, maka persamaan di

atas dapat diuraikan menjadi deret Taylor di sekitar titik kerja, sebagai berikut:
y = f(x)
1 df
df
( x x ) 2 ....
(x
2 ! dx
x
x
dx
= f( ) +
- )+

Dimana turunan-turunan

variasi x -

df
dx ,

d2 f
x
2 , .... , dihitung pada x =
. JIka
dx

adalah kecil, dengan mengabaikan suku-suku (x- ) berorde tinggi.

Selanjutnya persamaan dapat ditulis dengan lebih sederhana, berikut:


y= y + K ( x x )
y

dimana

x
= f ( ) dan

K=

df
dx

untuk x =

Persaman di atas dapat diubah menjadi, berikut:


y - y = K ( x -

x )

yang menunjukkan bahwa y -

sebanding dengan x -

; persamaan ini akan

memberikan suatu model matematik linier dari sistem nonlinier yang diberikan
persamaan sebalumnya melalui pendekatan deret Taylor.

Selanjutnya, tinjau suatu sistem yang keluarannya, y, merupakan fungsi dari


dua buah masukan x1 dan x2, sedemikian rupa sehingga berlaku:
y = f (x1, x2)
Analog, dengan cara yang sama seperti diatas akan diperoleh hasil model
linier, sebagai berikut:
yy

dimana,

y = K ( x 1
1

x 1

) + K2 (x2 -

x 2

x1 x 2
=f( , )
df
dx1

K1 =

x 1
untuk x1 =

df
dx 2

K2 =

x 2
dan x2 =

x 1
untuk x1 =

x 2
dan x2 =

Untuk mempelajari perilaku sistem dinamik non linear dilakukan melalui


linearisasi di sekitar titik ekuilibrium. Diberikan sistem
dx
= f ( x, y )
dt
dy
= g ( x, y )
dt

(1)
( a, b); f ( a, b) = g ( a, b) = 0

dengan titik ekuilibrium

. Pendekatan linear fungsi

f(x,y) di sekitar (a,b) diperoleh dengan menderetkan fungsi f(x,y) sebagai berikut
f
f
f ( x , y ) f ( a , b )+ ( a , b )( xa )+ ( a ,b )( y b ) +Q f
x
y

(2)

Sedangkan Deret Taylor fungsi g(x,y) di sekitar (a,b) adalah


g
g
g ( x , y ) g ( a , b )+ ( a ,b )( xa ) + ( a , b ) ( yb )+Q g
x
y

(3)

Qf

dengan

Qg

dan

suku-suku non linear yang selanjutnya dapat dihilangkan.

Dari (1) dan (2) diperoleh pendekatan linear untuk Sistem (1), yakni
dx f
f
= ( a , b ) ( xa )+ ( a ,b )( y b )
dt x
y
dy g
g
= ( a , b ) ( x a ) + ( a , b ) ( yb )
dt x
y

(4)

Persamaan (4) dapat dituliskan sebagai matriks

dx
dt
=
dy
dt

f
(a , b)
x
g
(a , b )
x

Substitusi

)(

f
( a , b)
( x a )
y
g
( a , b ) ( yb )
x

u = x- a

(5)

v = y- b

dan

diperoleh persamaan yang lebih

sederhana, yaitu

du
dt
=
dv
dt

f
(a , b )
x
g
( a ,b )
x

)( )

f
( a , b)
y
u
g
v
( a , b)
x

f
(a , b)
x
dengan J = g
(a , b)
x

(6)

f
( a ,b )
y
g
( a , b)
x

dikenal sebagai matriks Jacobian Sistem (1)

pada titik (a,b).


x = ( x1 , x2 ,..., xn )
Diberikan

variabel bebas dan u merupakan fungsi yang


x1 , x2 ,..., xn

bergantung pada variabel


berbentuk sebagai berikut:

. Sistem persamaan dua variabel orde satu

u1 u1

f1 (u)
x t
u2 u2

f 2 (u)
x
t

(7)

un un

f n (u)
x
t

Dengan
Sistem

(7)

u=(u1 ,u 2 , , un )

dan nilai awal u0=(u01 ,u 02 , ,u 0 n) . Solusi

dengan

awal

nilai

u0=( x ,t 0)

dinyatakan

sebagai

u( x ,t )=u(u 0 , x ,t) .
Vektor

u (x )

disebut distribusi umur steady state Sistem (7), jika

u (x )

memenuhi Sistem berikut.

du1* ( x)
f1[u* x ]
dx

du2* ( x)
f 2 [u* x ]
dx

(8)

dun* ( x )
f n [u* x ]
dx
Andaikan Sistem (8) dengan nilai awal yang diberikan misal
memiliki solusi

u ( 0 ) =u0 ,

u ( x ) , kestabilan distribusi umur steady state tersebut dapat

diselidiki dengan melakukan linearisasi Sistem (7).

Selanjutnya, linearisasi sistem persamaan di sekitar kondisi steady state


u (x )=[ u1 ( x ) , u2 ( x ) ]

sebagai berikut. Diperhatikan dua persamaan awal pada

Sistem (7), yakni


u1 u1

f1 (u1 , u2 )
x t
u2 u2

f 2 (u1 , u2 )
x
t

(9)

Diberikan transformasi
v ( x, t ) [v1 ( x, t ), v2 ( x , t )] [u1 ( x, t ) u1* ( x ), u2 ( x, t ) u2* ( x )]

Dengan
mengambil deret Taylor f1 dan f2 Sistem (9), diperoleh

v1 v1
f
f

f1 (u* ) 1 (u* )[u1 u1* ] 1 (u* )[u2 u2* ] 1


x t
u1
u2
,

f1 *
f
(u )v1 1 (u* )v2
u1
u2
,

v2 v2
f
f

f 2 (u* ) 2 (u* )[u1 u1* ] 2 (u* )[u2 u2* ] 2


x t
u1
u2

f 2 *
f
(u )v1 2 (u* )v2
u1
u2
,

dengan

1 , 2

suku suku non linear sehingga dapat diabaikan. Hasil

linearisasi Sistem (9), yakni

v1 v1 f1 *
f

(u )v1 1 (u* )v2


x t u1
u2

BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari makalah ini sebagai berikut:

1. untuk memperoleh model matematik yang linier dari suatu sistem nonlinear, maka
model persamaan nonlinear harus dilinearisasi dengan menggunakan bantuan deret
taylor dan juga matriks jacobian. Adapun bentuk persamaan setelah dilinearisasi
adalah sebagai berikut:

v1 v1 f1 *
f

(u )v1 1 (u* )v2


x t u1
u 2

2. model persamaan linear memiliki bentuk


a1 x1 + a2 x 2 ++a n x n=b
Dan dapat pula diselesaikan dengan menggunakan metode gaussjordan. Dengan mengubah persamaan linier menjadi matriks augmentasi.
Kemudian lakukan operasi baris elementer untuk mengubah matriks
augmentasi ke bentuk baris eselon yang tereduksi
3.2

SARAN

Adapun saran untuk pembaca adalah mencari referensi lain terkait


penyelesaian sistem persamaan linier selain dengan metode gauss-jordan
dan juga penyelesaian dari linearisasi dari persamaan sistem nonlinear

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. Sistem persamaan linear. 2012


http://ocw.stikom.edu/course/download/2012/10/Sistem-Persamaan-Linier.pdf
Diakses pada tanggal 5 november 2016
Anonim. Model State Space.
a-research.upi.edu/operator/upload/s_mat_060849_chapter3.pdf

Diakses pada tanggal 5 november 2016


Brauer F., dkk, Mathematical Epidemiology, 2008, Springer-Verlag, Berlin-

Heidelberg- New York


Lestari, dewi. Linearisasi sistem persamaan diferensial parsial pada model
epidemi sir berdasarkan kelompok umur. 2012.

https://www.google.co.id/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKE
wiQ_pi66JjQAhXKPo8KHWzpArgQFgggMAE&url=http%3A%2F
%2Fseminar.uny.ac.id%2Fsemnasmipa%2Fsites
%2Fseminar.uny.ac.id.semnasmipa%2Ffiles%2Fpaper%2FMatematika%2FDwi
%2520Lestari-makalah%2520semnas%2520MIPA-UNY
%25202012.docx&usg=AFQjCNFN7BpXN8ObPAA9W9UMBIttVYsNg&sig2=BuaKlgEUubkP5djV7GYDWQ
Diakses pada tanggal 5 november 2016
Sibaroni, Yuliant. 2002. Buku Ajar Aljabar Linear. STT Telkom

Anda mungkin juga menyukai