TEKNOKRAT
INDONESIA
Matematika Rekayasa
SPL, Operasi Baris Elementer, Eliminasi Gauss
Fajar Dewantoro
Markoni. Pengantar Dasar Matematika Rekayasa.Graha Ilmu,
2014.
Erwin Kreyszig, Advanced Engineering Mathematics, 9-th edition,
John Wiley & Sons, 2006.
Referensi
Sistem persamaan linear adalah persamaan-persamaan linear
yang dikorelasikan untuk membentuk suatu sistem. Sistem
persamaannya bisa terdiri dari satu variabel, dua variabel atau
lebih. Dalam bahasan ini, kita hanya membahas sistem
Sistem persamaan linear dengan dua dan tiga variabel.
Persamaan Sistem persamaan linear dua variabel adalah sistem persamaan linear
Linear Dua yang terdiri dari dua persamaan dimana masing-masing persamaan
memiliki dua variabel. Contoh SPLDV dengan variable x dan y;
Variabel
(SPLDV)
• Metode substitusi
Sistem
Persamaan
Linear Tiga
Variabel Dimana a,b,c dan d adalah bilangan - bilangan real.
(SPLTV) Pada SPLTV terdapat 2 cara penyelesaian, yaitu:
1. Metode Subtitusi
2. Metode Eliminasi
Langkah yang dilakukan pada metode ini yaitu:
1. Ubah salah satu persamaan yang ada pada system dan nyatakan x sebagai
Metode Substitusi
fungsi dari y dan z, atau y sebagai fungsi dari x dan z, atau z sebagai fungsi
dari x dan y.
2. Substitusikan fungsi x atau y atau z dari langkah pertama pada dua
persamaan yang lain, sehingga diperoleh SPLDV.
3. Selesaikan SPLDV yang diperoleh dengan metode yang dibaha pada
penyelesaian SPLDV diatas
Metode Eliminasi
1. Eliminasi salah satu variabel sehingga diperoleh SPLDV
2. Selesaikan SPLDV yang diperoleh dengan langkah seperti pada
penyelesaian SPLDV yang telah dibahas
3. Subtitusikan variabel yang telah diperoleh pada persamaan yang
ada.
Sistem persamaan linear adalah sekumpulan persamaan linear
yang terdiri dari persamaan linear L1, L2, ….., Lm, dengan n
variable yang tidak diketahui dapat disusun dalam bentuk sebagi
berikut :
Representasi
Matriks pada
Sistem
Persamaan dengan aij adalah koefisien dari variabel yang tidak diketahui xj pada
Linear persamaan , dan bilangan bi adalah kosntanta dari untuk setiap i={1,2,
…,m} dan j={1,2,3,…,n}.
[ ]
−1 𝑥 +2 𝑦 −3 𝑧=− 2 −1 2 −3 −2
6 𝑥+5 𝑦 − 4 𝑧=7 6 5 −4 7
7 −8 9 8
=8
• Contoh 2:
2 3
[ ]
𝑥2 − 𝑥 3=− 1 0 2/ 5 −3 / 4 − 1
5 4 𝜋 0 −2 √ 3
𝜋 𝑥1 −2 𝑥 3=√ 3 3 −1 0 0
3
[ ]
Contoh 3:
2 𝑥 2 + 𝑥3 =0 0 2 1 0 0
5 0 0 −2 0
5 𝑥1 −2 𝑥 4 =0
Pada dasarnya untuk memecahkan sebuah sistem persamaan linear
yaitu dengan merubahnya menjadi sistem persamaan linear baru
yang mempunyai himpunan penyelesaian yang sama (tidak
mengubah fundamental sistem awal), yang pastinya lebih mudah
untuk dipecahkan.
Contoh :
Carilah salah satu sistem persamaan linear baru dari sistem persamaan linear
berikut dengan syarat memiliki himpunan penyelesaian yang sama :
Pengantar
Operasi Baris
Elementer
Penyelesaian :
Apabila kita mengalikan persamaan (ii) dengan 2 maka didapat :
Pada sistem persamaan linear yang baru tersebut terlihat lebih mudah
dipecahkan, dimulai dengan mencari nilai x pada persamaan (iv). Setelah
menemukan nilai x, kita dapat mencari nilai y dengan substitusi nilai x ke
persamaan (i),(ii) atau (iii).
Contoh :
Operasikan sistem tersebut dengan operasi (1) dilanjut operasi (2) dan (3).
=5
𝐿2 : − 𝑥 1+ 2 𝑥 2+ 3 𝑥 3 =−6
=2
1. Sistem tersebut dikenakan operasi (1) semisal L2↔L3 (menukar posisi L2 dengan
L3) maka menjadi :
2. Sistem diatas dikenakan operasi (2) semisal (−2)L1 → L1 (Persamaan L1
dikalikan dengam (-2) ) maka menjadi :
𝐿1
𝐿2
𝐿3
𝐿1
𝐿2
𝐿3
Jika operasi diatas di impementasikan kedalam bentuk
matriks. Menyesuaikan ketiga operasi tersebut,
mengingat setiap baris mewakili satu persamaan .
Berikut ini adalah ketiga operasi yang telah
diselesaikan :
1. Mempertukarkan dua baris. (Ri↔Rj)
2. Mengalikan sebuah baris dengan konstanta/skalar,
selama skalar bukan nol. (kRi→Ri)
3. Menambahkan kelipatan dari suatu baris dengan
baris lain. (kRi+Rj→Rj)
Contoh maka :
Penggunaan
Operasi Baris
Elementer Perintah :
1.Operasikan matriks tersebut dengan operasi (1) semisal dengan notasi R1↔R3
2.Operasikan matriks tersebut dengan operasi (2) semisal dengan notasi 2R1→R1
3.Operasikan matriks tersebut dengan operasi (3) semisal dengan
notasi −2R2+R3↔R3
1. Jika dikenakan dengan operasi R1↔R3, maka matriks akan berubah menjadi
Penyelesaian
3. Jika dikenakan dengan operasi −2R2+R3→R3−2R2+R3→R3, maka matriks akan
berubah menjadi
Pemecahan
SPL dengan
Operasi Baris
Elementer
Ilustrasi di atas menunjukkan tujuan pemecahan dengan OBE yaitu membentuk
sistem baru atau merubah matriks kedalam salah satu bentuk yang paling
sederhana agar mudah dipecahkan. Perlu diketahui dalam proses perubahan
tersebut, mempunyai urutan operasi yang bermacam-macam, sehingga memungkin
juga diperoleh sistem/matriks yang berbeda, namun mempunyai himpuan
penyelesaian yang sama.
Contoh 1 (Solusi Tunggal)
Perhatikan ilustrasi perubahan bentuk matriks berikut, yang dapat dijadikan acuan untuk
menetukan langkah-langkah operasinya :
Acuan Bentuk Matriks 1.Dengan menukarkan baris ke-1 dengan baris ke-3 (R1↔R3)(R1↔R3)
2.Dengan mengganti baris ke-1 dengan hasil kali baris ke-1 dengan dinotasikan : R1→R1
3.Dengan mengganti baris ke-1 dengan hasil penjumlahan antara (hasil kali baris ke-2
dengan angka 1) dan (baris ke-1) dinotasikan : (1)R2+R1→R1
Kita bebas memilih ketiga cara tersebut namun kita akan menggunakan cara ke-1.
Sehingga jika kita kenakan operasi (R1↔R3), akan diperoleh :
Langkah 2
Acuan Bentuk Matriks Sebagai acuan kita bisa membentuk matriks seperti ilustrasi berikut :
Maka kita dapat menggunakan operasi 2R1+R2→R2. sehingga menjadi :
Langkah 3
Tujuan kita membentuk :
Untuk membentuknya kita gunakan operasi −3R1+R3→R3,
Langkah 4
Tujuan membentuk matriks :
Acuan Bentuk Matriks
Dengan menggunakan operasi R2→R2 maka didapat :
Langkah 5
Bentuk acuan :
Dengan menggunakan operasi 10R2+R3→R3 sehingga kita peroleh
Langkah 6
Bentuk acuan :
Acuan Bentuk Matriks
Operasikan →, maka kita dapatkan :
Langkah 7
Bentuk acuan :
Kita gunakan operasi −3R2+R1→R1untuk memperoleh :
Langkah 8
Bentuk acuan :
Acuan Bentuk Matriks Selanjutnya kita operasikan R3+R2→R2 untuk membentuk :
Langkah 9
Bentuk acuan :
operasi yang
dapat
digunakan
yaitu :
Eliminasi gauss-jordan ini adalah pengembangan
dari eliminasi gauss yang hasilnya lebih disederhanakan
lagi. Metode ini dimodifikasi oleh Wilhelm Jordan seorang
insinyur Jerman pada tahun 1887. Dengan metode ini selain
ELIMINASI dapat digunakan untuk menyelesaikan sistem persamaan linear
juga dapat digunakan untuk mencari invers dari sebuah
GAUSS- matriks.
JORDAN
Sehingga untuk mengoperasikan persamaan linear cara
penyelesaiannya pun hampir sama dengan metode gauss,
namun pada metode gauss kita hanya menghasilkan matriks
yang eselon baris sedangkan metode eliminasi gauss-jordan ini
perbedaanya hanya kita harus membuat elemen elemen diatas
maupun dibawah diagonal utama menjadi bernilai nol.
Sehingga hasilnya menjadi matriks eselon yang tereduksi yaitu
menjadi sebuah matriks dengan diagonal satuan atau matriks
identitas ( semua elemen pada diagonal utama bernilai 1,
sedangkan elemen lainnya bernilai nol ). Tahap pengerjaanya
sama dengan metode sebelumnya yaitu eliminasi gauss
menggunakan cara elementer.