Anda di halaman 1dari 6

Ketentuan Mengenai Denda Keterlambatan

Dalam Pengadaan Barang / Jasa


Pemerintah
GultomJuly 17, 2014Comments

Ketentuan mengenai denda keterlambatan Dalam


Perjanjian Pengadaan Barang / Jasa dengan Pemerintah sering menjadi kendala bagi Para
Pengusaha swasta, sebagian besar dari mereka tidak mengetahui bahwa sebenarnya
perhitungan denda keterlambatan dalam pengadaan jasa / barang untuk pemerintah sudah
ditentukan dalam suatu peraturan sehingga bukan lagi hal yang dapat dinegosiasikan. Apa
sebenarnya yang dimaksud dengan dengan denda dalam konteks ini? berdasarkan Peraturan
LKPP No. 14/2012 menyatakann bahwa pada dasarnya denda merupakan sanksi finansial
yang dikenakan kepada Penyedia barang/jasa.
Pasal 120 Perpres No. 54/2010 Jo. Perpres No. 35/2011 Jo. Perpres No. 70/2012 mengatakan
bahwa Penyedia Barang/Jasa yang terlambat menyelesaikan pekerjaan dalam jangka waktu
sebagaimana ditetapkan dalam Kontrak karena kesalahan Penyedia Barang/Jasa, dikenakan
denda keterlambatan sebesar 1/1000 (satu perseribu) dari nilai Kontrak atau nilai bagian
Kontrak untuk setiap hari keterlambatan.
Kemudian yang dimaksud dengan bagian kontrak adalah bagian pekerjaan yang tercantum di
dalam syarat-syarat kontrak yang terdapat dalam rancangan kontrak dan dokumen kontrak.
Penyelesaian masing-masing pekerjaan yang tercantum pada bagian kontrak tersebut tidak
tergantung satu sama lain dan memiliki fungsi yang berbeda, dimana fungsi masing-masing
bagian kontrak tersebut tidak terkait satu sama lain dalam pencapaian kinerja pekerjaan.
Lebih jauh, berdasarkan Peraturan LKPP No. 14/2012 besarnya denda kepada Penyedia atas
keterlambatan adalah sebagai berikut:
1. 1/1000 (satu perseribu) dari harga bagian Kontrak yang tercantum dalam Kontrak dan
belum dikerjakan, apabila bagian pekerjaan dimaksud sudah dilaksanakan dan dapat
berfungsi; atau
2. 1/1000 (satu perseribu) dari harga Kontrak, apabila bagian barang yang sudah
dilaksanakan belum berfungsi.
Mengenai tata cara pembayaran denda lebih lanjut akan diatur di dalam Dokumen Kontrak.

Ketentuan Denda Maksimal sebesar 5%


Setelah berlakunya Perpres No. 70/2012, ketentuan mengenai denda maksimal sebesar 5%
sebagaimana diatur dalam Pasal 120 Perpres No. 54/2010 sudah diubah. Pada intinya setelah
keluarnya Perpres No. 70/2012 ketentuan mengenai denda maksimal sebesar 5% sudah tidak
diatur lagi.
Untuk lebih jelas mengenai perubahan tersebut berikut adalah tabel perbandingan ketentuan
Pasal 120 dalam Perpres No. 54/2010 dan Perpres 70/2012:
Pasal

Pasal 120

Perpres No. 54/2010


Penyedia Barang/Jasa yang terlambat
menyelesaikan pekerjaan dalam jangka
waktu sebagaimana ditetapkan dalam
Kontrak, dapat dikenakan denda
keterlambatan sebesar 1/1000 (satu
perseribu) dari harga Kontrak atau bagian
Kontrak untuk setiap hari keterlambatan
dan tidak melampaui besarnya
Jaminan Pelaksanaan.

Perpres No. 70/2012

Penyedia Barang/Jasa yang terlambat


menyelesaikan pekerjaan dalam jangka
waktu sebagaimana ditetapkan dalam
Kontrak karena kesalahan Penyedia
Barang/Jasa, dikenakan denda
keterlambatan sebesar 1/1000 (satu
perseribu) dari nilai Kontrak atau nilai
bagian Kontrak untuk setiap hari
keterlambatan.

Catatan:
1. Berdasarkan tabel perbandingan tersebut dapat diketahui bahwa pada rezim Perpres No.
54/2010 ditentukan bahwa besarnya keterlambatan adalah 1/1000 dari harga kontrak atau
bagian kontrak untuk setiap hari keterlambatan dan tidak melampaui besarnya Jaminan
Pelaksanaan. Lebih lanjut, Pasal 70 Ayat (4) menentukan besarnya Jaminan Pelaksanaan
sebagai berikut:

untuk nilai penawaran terkoreksi antara 80% (delapan puluh perseratus) sampai
dengan 100% (seratus perseratus) dari nilai total HPS, Jaminan Pelaksanaan adalah
sebesar 5% (lima perseratus) dari nilai Kontrak; atau;

untuk nilai penawaran terkoreksi dibawah 80% (delapan puluh perseratus) dari nilai
total HPS , besarnya Jaminan Pelaksanaan 5% (lima perseratus) dari nilai total HPS.

HPS merupakan kependekan dari Harga Perkiraan Sendiri yang besarnya ditetapkan oleh
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) (Pasal 66 Ayat (1) Perpres No. 54/2010 Jo. Perpres No.
35/2011 Jo. Perpres No. 70/2012)
Ketentuan mengenai besarnya denda maksimal sebesar 5% dapat dilihat juga pada Pasal 93
ayat (1) butir a Perpres No. 54/2010 yang intinya menentukan bahwa PPK dapt memutuskan
kontrak secara sepihak apabila denda keterlambatan pelaksanaan pekerjaan akibat kesalahan
Penyedia Barang/Jasa sudah melampaui 5% dari nilai kontrak. Dalam hal ini Pasal 93 Perpres

No. 54/2010 dapat diartikan bahwa denda keterlambatan paling besar adalah sebesar 5% dari
nilai kontrak, apabila sudah melampaui 5% tersebut maka PPK dapat memutuskan kontrak
secara sepihak.
PPK merupakan kependekan dari Pejabat Pembuat Komitmen, yaitu pejabat yang
bertanggung jawab atas pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa (Pasal 1 angka 7 Perpres No.
54/2010 Jo. Perpres No. 35/2011 Jo. Perpres No. 70/2012)
2. Pasal 120 Perpres No. 70/2012 hanya menentukan besarnya denda keterlambatan yaitu
sebesar1/1000 (satu perseribu) dari nilai Kontrak atau nilai bagian Kontrak untuk setiap hari
keterlambatan. Sementara untuk maksimal denda keterlambatan itu sendiri tidak ditentukan.
Dasar Hukum:
1. Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010 sebagaimana diubah dengan Peraturan
Presiden No. 35 Tahun 2011 dan terakhir diubah dengan Peraturan Presiden No. 70
Tahun 2012 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (Perpres No. 54/2010 Jo.
Perpres No. 35/2011 Jo. Perpres No. 70/2012); dan
2. Peraturan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah No. 14 Tahun 2012
(Peraturan LKPP No. 14/2012).

Denda keterlambatan proyek perhari = 1/1000 x nilai


kontrak
Denda keterlambatan proyek perhari = 1/1000 x nilai kontrak jika proyeknya besar maka
cukup banyak yang harus dibayar. kita tahu bahwa yang namanya proyek terlambat itu bisa
dibilang sering terjadi, apalagi jika pelaksananya kurang menguasai manajemen proyek atau
kurang disiplin dalam bekerja, meskipun demikian banyak juga faktor lain yang diluar
kendali sehingga menyebabkan pelaksanaan proyek harus terlambat. Nah.. berikut ini
peraturan atau pasal-pasal yang menyebutkan tentang denda keterlambatan pengadaan barang
dan jasa, juga disertai dengan contoh perhitunganya

Peraturan tentang denda keterlambatan proyek


Pasal 93 Perpres 54 Tahun 2010, tentang Pemutusan Kontrak.
(1) PPK dapat memutuskan Kontrak secara sepihak apabila:
a. denda keterlambatan pelaksanaan pekerjaan akibat kesalahan Penyedia Barang/Jasa
sudah melampaui 5% (lima perseratus) dari nilai Kontrak;
b. Penyedia Barang/Jasa lalai/cidera janji dalam melaksanakan kewajibannya dan tidak
memperbaiki kelalaiannya dalam jangka waktu yang telah ditetapkan;
c. Penyedia Barang/Jasa terbukti melakukan KKN, kecurangan dan/atau pemalsuan dalam
proses Pengadaan yang diputuskan oleh instansi yang berwenang; dan/atau
d. pengaduan tentang penyimpangan prosedur, dugaan KKN dan/atau pelanggararan
persaingan sehat dalam pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa dinyatakan benar oleh instansi
yang berwenang.
Pasal 120 Perpres 54 Tahun 2010, tentang sanksi.
Selain perbuatan atau tindakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 118 ayat (1), Penyedia
Barang/Jasa yang terlambat menyelesaikan pekerjaan dalam jangka waktu sebagaimana
ditetapkan dalam Kontrak, dapat dikenakan denda keterlambatan sebesar 1/1000 (satu
perseribu) dari harga Kontrak atau bagian Kontrak untuk setiap hari keterlambatan dan
tidak melampaui besarnya Jaminan Pelaksanaan.

Peraturan denda keterlambatan proyek tersebut telah direvisi menjadi


Pasal 120 Perpres 70 tahun 2012, tentang sanksi keterlambatan
Selainperbuatan atau tindakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 118 ayat (1), Penyedia
Barang/Jasa yang terlambat menyelesaikan pekerjaan dalam jangka waktu sebagaimana
ditetapkan dalam Kontrak karena kesalahan Penyedia Barang/Jasa, dikenakan denda

keterlambatan sebesar 1/1000 (satu perseribu) dari nilai Kontrak atau nilai bagian Kontrak
untuk setiap hari keterlambatan.

Contoh perhitungan denda keterlambatan proyek

Misalnya kita punya kontrak untuk menyelesaikan pembangunan gedung selama satu tahun,
nilai kontraknya adalah Rp.300 Milyar, karena berbagai hal maka mengalami keterlambatan
selama 1,5 bulan. bereapa total denda yang harus dibayar? mari kita hitung bersama

Denda perhari = 1/1000 x 300 Milyar = Rp.300.0000.000,-(tiga ratus juta


rupiah).

Terlambat selama 1,5 bulan atau sama dengan 45 hari.

Total denda yang harus dibayar = 45 hari x Rp.300juta = Rp.13,5 Milyar.

Jika mengacu pada perpres 54 tahun 2010 yang menyatakan bahka kita akan kena pinalti
apabila dendanya melebihi 5% dari nilai kontrak.

5% x Rp.300Milyar = Rp.15Milyar

Denda yang harus dibayar Rp.13,5 Milyar tidak melebihi dari 5% dari nilai kontrak
( Rp.15Milyar) berarti kita wajib membayar denda dan berhak untuk tidak terkena pemutusan
kontrak secara sepihak.

Lalu apakah kita harus membayar denda begitu saja? tentu saja tidak, ada beberapa trik yang
bisa dilakukan agar kita mendapatkan tambahan waktu sehingga tidak terkena denda, salah
satu contohnya adalah membuat Rekap jumlah hujan untuk meminta tambahan waktu
pelaksnaan proyek semoga mencerahkan

Anda mungkin juga menyukai