Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Hemoroid merupakan penyakit yang umum terjadi. Pada usia
sekitar 50 tahun, 50 % individu mengalami berbagai tipe hemoroid.
Pasien dengan gangguan hemoroid mencari pertolongan medis
terutama akibat nyeri dan perdarahan rectal. Walaupun tidak
mengancam jiwa, penyakit ini dapat menyebabkan perasaan yang
sangat tidak nyaman.

B. TUJUAN
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Menjelaskan

konsep

hemoroid,

klasifikasi,

etiologi,

dan

patofisiologinya.
2. Menjelaskan asuhan keperawatan pada klien dengan hemoroid pre
operasi, dan post operasi dengan pendekatan proses keperawatn
yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi.

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. PENGERTIAN
Hemoroid adalah varikositis akibat dilatasi pleksus vena
hemoroidalis interna ( Underwood, J.C.E; 1999 ).
Hemoroid adalah vena yang berdilatasi dalam kanal anal
( Smeltzer Suzanne C; 2001 ).

B. ETIOLOGI
Beberapa faktor etiologi menurut Sylvia Anderson P. (1994)
adalah sebagai berikut :
1.

Konstipasi/diare

2.

Sering mengejan

3.

Kongesti pelvia pada kehamilan

4.

Pembesaran prostat

5.

Fibroama uteri

6.

Tumor rectum

7.

Penyakit hati kronik yang disertai hipertensi portal.

C. PATOFISIOLOGI
Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan gangguan
balik dari vena hemoroidalis
Hemoroid ada dua jenis yaitu hemoroid interna dan eksterna.
Hemoroid interna terjadi varises pada vena hemoroidalis superior
media dan timbul disebelah dalam otot spingter ani. Hemoroid

eksterna terjadi varises pada vena hemoroidalis inferior, dan timbul


disebelah luar otot spingter ani.
Hemoroid eksterna ada dua klasifikasi yaitu akut dan kronik. Bentuk
akut berupa pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir anus dan
sebenarnya

merupakan

hematoma,

walaupun

disebut

sebagai

hemoroid trombosis akut. Bentuk terasa sangat nyeri gatal karena


ujung saraf pada kulit merupakan reseptor nyeri. Hemoroid eksterna
kronik (skin tag) berupa satu atau lebih lipatan kulit anus yang terdiri
dari jaringan penyambung dan sedikit pembuluh darah.
Hemoroid interna diklasifikasikan sebagai derajat I, II, dan III.
Hemoroid interna derajat I tidak menonjol melalui anus dan dapat
ditemukan dengan proktoskopi. Lesi biasanya terletak pada posterior
kanan dan kiri dan anterior kanan, mengikuti penyebaran cabangcabang

vena

hemoroidalis

superior,

dan

tampak

sebagai

pembengkakan globular kemerahan. Hemoroid interior derajat II dapat


mengalami prolapsus melalui anus setelah defekasi, hemoroid ini
dapat mengecil secara spontan atau dapat direduksi secara manual.
Hemoroid interna derajat III mengalami prolapsus secara permanen.
Gejala hemoroid interna yang paling sering adalah perdarahan tanpa
nyeri karena tidak ada serabut-serabut nyeri pada daerah ini.
Kebanyakan kasus hemoroid adalah hemoroid campuran interna dan
eksterna.
Komplikasi hemoroid yang paling sering adalah perdaraha,
trombosis, dan stranggulasi. Hemoroid yang mengalami stranggulasi
adalah hemoroid yang mengalami prolapsus dimana suplai darah
dihalangi oleh sfingter ani.
Kebanyakan penderita hemoroid tidak memerlukan pembedahan.
Pengobatan berupa kompres duduk atau bentuk pemanasan basah
lain, dan penggunaan supositoria. Eksisi bedah dapat dilakukan bila

perdarahan menetap, terjadi prolapsus, atau pruritus dan nyeri anus


tidak dapat diatasi.

D.
E.
F.
G.

H. PATHWAY KEPERAWATAN
Bendungan vena pleksus hemoroid

Gangguan aliran balik vena hemoroid

Tekanan vena meningkat

Dilatasi
Distensi dan stasis vena

Kongesti vena rektalis superior dan media

Kongesti vena pleksus rektalis inferior

Pembengkakan globular kemerahan


Perdarahan saat defekasi

Pembengkakan pinggir anus bulat kebiruan


Nyeri

Mengabaikan defekasi
Prolapsus saat defekasi

Edema/
hematoma

PK hemoragi
Konstipasi

Prolapsus permanen
Pembedahan
Stranggulasi
Respon psikologis pre operatif

Nyeri

Luka insisi

Spasme otot

Post operatif
Peristaltik usus menurun

Ansietas
Takut gerak

Perubahan eliminasi urine

Konstipasi

I.

PENGKAJIAN
1. Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan diambil untuk menentukan adanya rasa gatal,
rasa terbakar, dan nyeri beserta karakteristiknya. Apakah terjadi
selama defekasi ?, Berapa lama nyeri tersebut ? adakah nyeri
abdomen yang berhubungan dengan hal itu ?, Apakah terdapat
perdarahan dari rectum ?, Seberapa banyak ?, Seberapa sering ?,
Apakah warnanya ?, Adakah cairan lain seperti mucus atau pus ?,
Pertanyaan lain berhubung dengan pola eliminasi dan penggunaan
laksatif, riwayat diet, masukan serat, jumlah latihan, tingkat aktifitas,
dan pekerjaan.

2. Pengkajian Objektif
Pengkajian objektif mencakup menginspeksi feses akan adanya
darah atau mucus, dan area perineal akan adanya hemoroid,
fisura, iritasi, atau pus.

J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Berdasarkan pengkajian, diagnosa keperawatan yang utama adalah
sebagai berikut :

1. Konstipasi berhubungan dengan mengabaikan dorongan untuk


defekasi akibat nyeri selama defekasi.
2. Ansietas berhubungan dengan rencana pembedahan.
3. Nyeri berhubungan dengan iritasi, tekanan, dan sensitifitas pada
area rectal/anal sekunder akibat penyakit hemoroid dan spasme
sfingter pada pasca operatif.
4. Perubahan eliminasi urinarius berhubungan dengan rasa takut
nyeri pada pasca operatif.
5. Risiko ketidakefektifan penatalaksanaan program terapeutik.
Masalah kolaboratif yang mungkin muncul adalah Potensial Komplikasi
(PK) hemoragi.
K. PERENCANAAN
1. Tujuan
Tujuan utama adalah sebagai berikut :
a. Menghilangkan konstipasi
b. Menurunkan ansietas
c. Menghilangan nyeri
d. Meningkatkan eliminasi urinarius
e. Klien patuh dengan program terapeutik
f. Mencegah terjadinya komplikasi
2. Intervensi Keperawatan
a. Menghilangkan Konstipasi
1) Masukan cairan sedikitnya 2 liter sehari untuk memberikan
hidrasi yang adekuat.
2) Anjurkan makan tinggi serat untuk melancarkan defekasi.
3) Berikan laksatif sesuai resep.
4) Pasien dianjurkan untuk miring guna merangsang usus dan
merangsang keinginan defekasi sebisa mungkin.

5) Menganjurkan pasien untuk latihan relaksasi sebelum


defekasi akan membantu merilekskan otot-otot perineal
abdomenyang kemungkinan berkonstriksi atau mengalami
spasme abdomen.
b. Menurunkan Ansietas
1) Identifikasi kebutuhan psikologis khusus dan rencana
asuhan yang bersifat individu.
2) Berikan privasi dengan membatasi pengunjung bila pasien
menginginkannya.
3) Pertahankan

privasi

klien

saat

memberikan

tindakan

keperawatan.
4) Berikan pengharum ruangan bila balutan berbau menyengat.
c. Menghilangkan Nyeri
1) Dorong klien untuk memilih posisi nyaman.
2) Berikan bantalan flotasi dibawah bokong pada saat duduk
dapat membantu menurunkan nyeri.
3) Berikan salep analgesik sesuai resep untuk menurunkan
nyeri.
4) Berikan kompres hangat untuk meningkatkan sirkulasi dan
meringankan jaringan yang teriritasi.
5) Berikan rendaman duduk tiga atau empat kali sehari untuk
menghilangkan rasa sakit dan nyeri dengan merelakskan
spasme sfingter.
6) Berikan

agen

anaestetik

topical

sesuai

resep

untuk

menghilangkan iritasi local dan rasa sakit.


7) Anjurkan klien melakukan posisi telungkup dengan interval
tertentu untuk meningkatkan drainase dependen cairan
edema.
d. Meningkatkan Eliminasi Urinarius
1) Tingkatkan masukan cairan

2) Bantu klien untuk mendengarkan aliran air


3) Bantu klien meneteskan air diatas meatus urinarius
4) Lakukan pemasangan kateter
5) Pantau haluaran urin dengan cermat setelah pembedahan.
e. Pemantauan dan Pelaksanaan Komplikasi
1) Periksa dengan sering daerah operasi terhadap munculnya
perdarahan rectal.
2) Kaji indicator sistemik perdarahan berlebihan (takikardia,
hipotensi, gelisah, haus).
3) Hindari pemberian panas basah karena dapat menyebabkan
dilatasi dan perdarahan.
f. Pendidikan pasien dan Pertimbangan Perawatan di Rumah.
1) Instruksikan klien untuk mempertahankan kebersihan area
perianal.
2) Dorong pasien untuk berespon dengan cepat ketika
dorongan defekasi muncul, untuk mencegah konstipasi.
3) Instruksikan klien untuk diet tinggi cairan dan serat.
4) Pasien diinformasikan untuk diet yang ditentukan, laksatif
yang dapat digunakan dengan aman, dan pentingnya
latihan.
5) Dorong klien untuk ambulasi sesgera mungkin, anjurkan
latihan tingkat sedang.
6) Ajarkan cara melakukan rendam duduk pada klien setiap
setelah defgekasi selama 1 sampai 2 minggu setelah
pembedahan.

L. EVALUASI
Hasil yang diharapkan adalah sebagai berikut :
1. Mendapatkan pola eliminasi normal.

a. Menyusun waktu untuk defekasi, biasanya setelah makan atau


setelah tidur.
b. Berespon terhadap dorongan untuk defekasi dan menyediakan
waktu untuk duduk ditoilet dan mencoba untuk defekasi.
c. Menggunakan latihan relaksasi sesuai kebutuhan.
d. Menambah makanan tinggi serat pada diet.
e. Meningkatkan masukan cairan sampai 2 L/24 jam.
f. Melaporkan penurunan ketidaknyamanan pada abdomen.
2. Mengalami sedikit ansietas.
3. Mengalami nyeri sedikit.
a. Mengubah posisi tubuh dan aktifitas untuk meminimalkan nyeri
dan

ketidaknyamanan.

Menyusun

waktu

untuk

defekasi,

biasanya setelah makan atau pada waktu tidur.


b. Menepapkan kompres hangat/dingin pada area rectal / anal.
c. Melakukan rendam duduk 3 atau 4 kali sehari.
4. Mentaati program terapeutik.
a. Mempertahankan area perianal kering.
b. Mengalami feses lunak dan berbentuk secara teratur.
5. Bebas dari masalah perdarahan
a. Insisi bersih
b. Menunjukkan tanda vital normal
c. Menunjukkan tidak ada tanda hemoragi.

BAB III
PENUTUP
Asuhan keperawatan klien dengan hemoroid dilakukan dengan
pendekatan proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian, perumusan
diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.
Proses keperawatan tersebut dilakukan secara siklik ( kembali ke tahap
awal selama masalah klien belum teratasi).
Prinsip penatalaksanaan keperawatan klien dengan hemoroid adalah:
Menghilangkan konstipasi; menurunkan ansietas; menghilangan nyeri;
meningkatkan eliminasi urinarius; klien patuh dengan program terapeutik;
mencegah terjadinya komplikasi.

DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer Suzanne C., Bare Brenda G.; ( 2001 ); Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah Brunner & Suddarth; edisi 8; alih bahasa; Monica
Ester, et al; Jakarta; EGC.
Price Sylvia A., Wilson Lorraine M.;( 1994 );Patofisiologi Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit; jilid 1; edisi 8; alih bahasa; Peter
Anugerah, Jakarta, EGC.
Carpenito Lynda Juall; ( 1997 ); Diagnosa Keperawatan Buku Saku;
edisi 6; alih bahasa; Yasmin Asih; Jakarta; EGC.
Robbins, Stanley L;(1995); Buku Ajar Patologi II (Basic Pathology); alih
bahasa, staf pengajar laboratorium patologi anatomi FK UNAIR;
Jakarta; EGC
Underwood, J.C.E; (1999) Patologi Umum dan Sistematik; vol.2; ed.2;
editor edisi bahasa Indonesia, Sarjadi dkk; Jakarta; EGC

Anda mungkin juga menyukai