Anda di halaman 1dari 6

Sintesis Carbon Nanodots Sulfur (CNDs Sulfur)

dengan Metode Microwave

A. Pengertian Karbon Nanodots


Karbon nanodot (Carbon Nanodots; CNDs) adalah partikel karbon yang
mempunyai diameter dari 1 sampai 10 nm. Ukuran karbon nanodot ini berada
diantara ukuran molekul klaster dan karbon bulk. Biasanya partikel CNDs
terdiri dari 100 sampai 10.000 atom. CNDs ini mempunyai sifat yang unik
bergantung dengan ukurannya (Rahmah, 2014; dan Dewi dkk., 2015).

Gambar 1. Karbon nanodots


Beragam metode telah dikembangkan untuk mensintesis CNDs. Metode
dalam sintesis CNDs secara umum diklasifikasikan kedalam dua cara, yaitu :
metode top-down dan bottom-up. Pada metode top-down struktur-struktur
karbon yang lebih besar dipecah menjadi CNDs, contohnya oksidasi
elektrokima, arc-discharge dan teknik laser ablation. Metode bottom-up
dibagi lagi menjadi beberapa metode diantaranya metode pemanasan
sederhana, supported synthesis dan microwave (Rahmayanti dkk., 2015). Di
antara metode ini, salah satu metode kimia-fisika yang mudah adalah
pemanasan menggunakan gelombang mikro (microwave heating). Metoda
pemanasan gelombang mikro telah banyak digunakan sebagai metoda yang
umum digunakan untuk mempersiapkan CNDs dengan distribusi ukuran dan
morfologi partikel yang dapat dikontrol (Rahmah, 2014).
Peoses sintesis karbon nanodots menggunakan metode microwave memiliki
keunggulan yaitu dapat disintesis dari bahan prekursor yang sederhana atau
simpel (dapat disintesis dari campuran urea dan asam sitrat), proses

sintesisnya lebih cepat, daya yang diperlukan cukup rendah hanya sekitar 500
Watt untuk menghidupkan microwave rumah dan ukuran partikel karbon
nanodots yang dihasilkan pun berukuran nano kira-kira antara 2,75 sampai
0,45 nm dan 3,65 sampai 0,6 nm. Karbon nanodot mempunyai spektrum
sempit dan sangat bergantung pada ukuran partikel. Perubahan ukuran
partikel menyebabkan perubahan panjang gelombang dari cahaya yang
dipancarkan. Semakin besar ukuran partikel maka semakin besar
kecenderungan berwarna biru (Maulida, 2013).

B. Keunggulan Metode Sintesis


Gelombang mikro atau microwave adalah gelombang elektromagnetik
dengan frekuensi super tinggi (Super High Frequency, SHF), yaitu di atas 3
GHz (3x109 Hz). Jika gelombang mikro diserap oleh sebuah benda, akan
muncul efek pemanasan pada benda tersebut. Jika makanan menyerap radiasi
gelombang mikro, makanan menjadi panas dan masak dalam waktu singkat
(Rahmah, 2014).
Microwave dipandang tepat untuk mengatasi kelemahan dari proses
pemanasan sederhana. Dibandingkan dengan metode pemanasan sederhana,
metode microwave menyediakan energi yang intensif, homogen dan efisien,
serta dapat mencapai suhu tinggi dan memulai reaksi dalam waktu yang
sangat singkat (Nasriah, 2013). Prinsip dari metode microwave adalah
menggetarkan molekul sehingga Cdots dari metode microwave lebih unggul
karena prosesnya penggetaran (vibrasi) yang menyebabkan rantai-rantai
karbon mengalami penyusunan ulang sehingga hasilnya tidak banyak
mengurangi kadar air dalam larutan dan tidak akan dihasilkan CNDs berupa
gel (Rahmayanti dkk., 2015).

Gambar 2. Skema Ilustrasi dengan Microwave

C. Pengaruh Perlakuan
Akibat waktu sintesis yang berbeda, warna hasil sintesis CNDs mengalami
perubahan. Perubahan ini dapat mengindikasikan perubahan sifat fisis dari
CNDs yaitu warna. Hal ini mengindikasikan bahwa efek waktu sintesis
mempengaruhi sifat optik CNDs yang dihasilkan dari sintesis citric acid, urea
dan sulfur. Dengan meningkatnya lama waktu sintesis maka penyerapan
spektrum yang dihasilkan lebih luas dan semakin rendah nilai energi gapnya.
Semakin rendahnya energi gap ini menunjukan energi yang diperlukan untuk
mengeksitasi elektron dari pita valensi ke pita konduksi semakin rendah pula.
Hal ini dapat terjadi akibat CNDs yang dihasilkan dari proses pemanasan
ukurannya semakin besar.
Akibat semakin banyaknya jumlah atom penyusun partikel maka makin kecil
energi yang diperlukan untuk menghasilkan elektron-elektron yang hampir
bebas, berarti makin kecil pula lebar energi gap. Li et al (2012) melaporkan
bahwa CNDs yang memiliki band gap energi ~ 2 eV, ukuran partikel CDots
sekitar 2 nm. Semakin kecil band gap energi partikel CNDs maka dimensi
ukuran partikel akan semakin besar. Efek pergeseran energi gap akibat
perubahan ukuran dikenal sebagai quantum effect.
Sifat Luminisensi juga akan berpengaruh. Luminesensi adalah fenomena
fisika berupa pancaran cahaya dari suatu bahan yang tidak panas.
Luminesensi adalah emisi cahaya oleh suatu zat yang bukan berasal dari
panas, sehingga ia adalah sebuah bentuk radiasi benda dingin. Luminesensi
bisa disebabkan oleh reaksi kimia, energi listrik, gerakan subatomik, atau
tekanan pada kristal (piezoelektrik). Luminesensi melibatkan penyerapan
energi dan emisi cahaya.

Gambar 3. Sifat Luminisens bahan


CNDs yang telah disintesis lalu dieksitasi dengan sinar UV. Sinar UV yang
diserap mampu membangkitkan elektron dan menghasilkan cahaya yang

disebabkan oleh elektron yang mengalami proses rekombinasi (deeksitasi).


Disebut rekombinasi karena elektron bergabung kembali dengan hole
sehingga hole menjadi hilang. Saat proses deeksitasi ini dilepaskan energi
berupa panas atau pemancaran cahaya. Deeksitasi yang disertai pelepasan
panas disebut transisi tanpa radiasi, sedangkan deeksitasi disertai pemancaran
gelombang elektromagnetik disebut transisi radiatif.
Pada transisi radiatif, energi gelombang elektromagnetik yang dipancarkan
kira-kira sama dengan lebar celah pita energi, yaitu hfEg (Abdullah, 2007).
Maka frekuensi gelombang elektromagnetik yang dipancarkan adalah
fEg/h. Tampak di sini bahwa warna yang dihasilkan material ketika terjadi
proses deeksitasi sangat bergantung pada lebar celah pita energy karena
frekuensi merepresentasikan warna. Hal ini merupakan salah satu dasar
rekayasa pita energi. Apabila kita memiliki kemampuan mengontrol lebar
celah pita energi material maka kita dapat membuat material yang
menghasilkan warna yang berbeda-beda.
Lebar celah pita energi untuk CNDs dapat dihitung secara aproksimasi
dengan menggunakan persamaan di bawah ini :

lebar celah pita dari CNDs sebanding dengan 1/R2. Dengan demikian, lebar
celah pita dapat diatur dengan mengatur besar ukuran partikel CNDs. CNDs
sendiri mempunyai sifat memendarkan (meng-emisi) cahaya ketika disinari
oleh sinar UV, dimana panjang gelombang emisi atau warna pendaran cahaya,
akan bergantung pada lebar celah pita CNDs.
Bergesernya emisi luminisens ini sangat dipengaruhi oleh ukuran partikel
yang terbentuk. Emisi luminisensi nanopartikel yang bergeser ke panjang
gelombang pendek yaitu ke arah warna biru (blue shift) saat ukuran partikel
semakin kecil sebagai akibat efek quantum confinement.

D. Metode Sintesis
1. Penyiapan Bahan
Bahan-bahan yang digunakan adalah citric acid (C6H8O7) , urea, sulfur
serta akuades. Kemudian bahan-bahan tersebut ditimbang dengan
komposisi citric acid dengan massa 2 gram, sulfur dengan massa 2 gram
dan urea dengan massa 4 gram serta siapkan juga aquades 60 ml.
2. Proses Homogenisasi
Pencampuran antara bahan dengan menggunakan pengaduk magnet
(magnetic stirrer) sedangkan media untuk mencampurkannya dengan
akuades. Homogenisasi dilakukan hingga suhu 70oC selama 15 menit.
Proses pemanasan bertujuan sebagai katalis untuk mempercepat reaksi.

3. Proses Microwave
Microwave yang digunakan untuk sintesis yaitu microwave Panasonic
NN-SM322M. Prinsip dasar dari microwave penggetaran (vibrasi) yang
menyebabkan rantai-rantai karbon mengalam penyusunan ulang akan
dihasilkan CNDs. Keunggulan dari metode ini adalah sampel tidak
mengalami degradasi gugus hidroksil sehingga tidak banyak mengurangi
kadar air dalam larutan. CNDs disintesis pada kondisi yaitu low (70 W) ,
ada kondisi ini dibuat dengan variasi waktu yang berbeda-beda yaitu 5
menit, 15 menit, 25 menit, 35 menit, 45 menit dan 55 menit.

Gambar 4. Pertumbuhan Karbon Nanodot

Gambar 5. Preparasi dengan Microwave


4. Pengujian dan Karakterisasi CNDs
Pengujian dan karakterisasi CNDs hasil sintesis dilakukan untuk
mengetahui sifat-sifat fisis yang meliputi warna dan spektrum
absorbansinya menggunakan spektrometer UV-VIS, untuk kemudian dapat

diperoleh nilai lebar celah pita energinya (energi gap), serta mengetahui
struktur unitnya menggunakan Fourier Transform Infra Red (FTIR) jenis
Frontier FT-NIR/MIR Spectrometers L1280034.

Gambar 1. Skema Sintesis

REFERENSI
Abdulah, Mikrajuddin. 2007. Catatan kuliah: Topik Khusus Fisika Material
Elektronik Material Nanostruk. Bandung : ITB
Bandung: CV. Rezeki Putera Dewi, K., Rahman, A., Kusmanur, A., Asep, dan
Winda, E.2015. Karbon Nanodot Sintesis Dan Sifat Luminescence. Jurnal
Eksperimen Fisika II. Vol. 1 No. 5.
Li, H., Zhenhui K., Yang L., dan Lee, S. 2012. Carbon nanodots : synthesis,
properties and application. Journal of Materials Chenistry. 22, 24230
24253.
Maulida, L. 2013. Sintesis Nanodots. Laporan Praktikum Experimen Fisika II.
Rahmah, S. A. 2014. Material Fosfor Karbon Nanodot Dan Sifat Luminescence.
Rahmayanti, H.D., Aji, M. P., dan Sulhadi.2015. Sintesis Carbon Nanodots
Sulfur (CNDs Sulfur) Dengan Metode Microwave. Unnes Physics
Journal. 4 (1).

Anda mungkin juga menyukai