LABORATORIUM KLINIK 1:
PEMERIKSAAN HEMATOLOGI
Disajikan sebagai Bahan Kuliah Biokimia bagi Mahasiswa D III Kebidanan
Penyusun:
Heru Santoso Wahito Nugroho, S.Kep., Ns., M.M.Kes
Telefon:
0352-752747 (rumah), 081335251726 (mobile), 0351-895216 (kantor)
E-mail:
heruswn@yahoo.co.id atau heruswn@telkom.net atau heruswn@gmail.com
website:
www.heruswn.teach-nology.com atau www.heruswn.weebly.com
Venoject
3. Hemositometer
Hemositometer digunakan untuk menghitung eritrosit, lekosit dan trombosit. Alat ini
terdiri atas kamar hitung, kaca penutup dan pipet.
a. Kamar hitung
Kamar hitung yang banyak digunakan adalah improved Neubauer. Gambar detail dari
kamar hitung dapat Anda lihat pada gambar.
b. Kaca penutup
Kaca penutup dibuat benar-benar datar, agak lebih tebal dari kaca obyek.
c. Pipet
Pipet yang digunakan adalah pipet Thoma untuk mengencerkan eritrosit, terdiri atas
pipa kapiler yang bergaris bagi dan membesar pada salah satu ujung membentuk
bola. Di dalam bola terdapat sebutir kaca merah.
Pipet Thoma untuk mengencerkan lekosit sama dengan pipet eritrosit, namun di
dalam bola terdapat sebutir kaca putih.
Biokimia-Program D3 Kebidanan
Kamar hitung
Pipet Thoma
4. Hemoglobinometer (hemometer)
Hemoglobinometer digunakan untuk mengukur kadar hemoglobin secara sederhana.
Hemometer Sahli masih digunakan di laboratorium-laboratorium kecil atau di lembagalembaga pelayanan kesehatan dasar misalnya puskesmas. Sehingga, meskipun cara ini
tak dianjurkan karena akurasinya yang rendah namun masih perlu dipelajari. Alat ini
terdiri atas HCl, tabung reaksi dan pengaduk, pipet hemogobin serta warna pembanding.
5. Kaca obyek dan kaca penutup
Kaca obyek berukuran 1 x 3 inci. Sebaiknya pinggir kaca obyek benar-benar rata
sehingga baik untuk membuat sediaan apus. Kaca penutup harus tipis supaya dapat
digunakan untuk pemeriksaan mikroskopis.
Biokimia-Program D3 Kebidanan
Biokimia-Program D3 Kebidanan
e. Angkat pipet sedikit lalu hisap HCl 2 atau 3 kali untuk membersihkan darah
f. Aduklah supaya cepat terjadi reaksi antara darah dan HCl. Selama pengadukan
tambahkan setetes demi setetes aquades.
g. Setelah 3-5 menit bandingkan warna tersebut dengan warna standar sampai benarbenar sama. Bacalah kadar Hb setinggi permukaan cairan dalam tabung
Kelemahan metode ini adalah:
a. Tak semua hemoglobin menjadi hematin asam, misalnya karboksihemoglobin (HbCO2), methemoglobin dan sulfhemoglobin
b. Kemampuan visual pemeriksa sangat mempengaruhi hasil
c. Cahaya yang kurang terang mempengaruhi hasil
Biokimia-Program D3 Kebidanan
7. Kocok pipet selama 3 menit, jaga agar cairan tak terbuang dari pipet
8. Buang semua cairan di batang kapiler (3-4 tetes) dan cepat sentuhkan ujung pipet ke
kamar hitung dengan menyinggung pinggir kaca penutup dengan sudut 30 o. Biarkan
kamar hitung terisi cairan dengan daya kapilaritas
9. Biarkan 2-3 menit supaya eritrosit mengendap
10. Gunakan lensa obyektif mikroskop dengan pembesaran 40 kali, fokus dirahkan ke garisgaris bagi dalam bidang besar yang tengah.
11. Hitunglah eritrosit di 5 bidang sedang yang masing-masing tersusun atas 16 bidang
kecil, dari kiri atas ke kanan, ke bawah lalu ke kiri, ke bawah lalu ke kiri dan
seterusnya. Untuk sel-sel pada garis, yang dihitung adalah pada garis kiri dan atas.
12. Jumlah lekosit per L darah adalah: jumlah sel X 10000
Biokimia-Program D3 Kebidanan
Biokimia-Program D3 Kebidanan
Keadaan trombosit
Dalam pemeriksaan keadaan trombosit yang perlu diperhatikan adalah jumlah dan mofologi
trombosit. Jumlah trombosit dihitung dalam 100 lapangan penglihatan dan secara normal
akan didapatkan lebih dari 500-1500 trombosit. Pemeriksaan morfologi trombosit dilakukan
untuk mengetahui apakah ada kelainan bentuk trombosit.
Keadaan eritrosit
Keadaan trombosit
Dalam pemeriksaan keadaan eritrosit yang perlu diperhatikan adalah mofologi eritrosit
meliputi bentuk bentuk, ukuran dan karakteristik warna.
eritrosit
Morfologi eritrosit
Ada beberapa kelainan morfologi eritrosit antara lain:
1. Anisositosis (abnormalitas ukuran eritrosit).
Contoh mikrosit (eritrosit lebih kecil dari normal) pada kasus anemia defisiensi besi dan
makrosit (eritrosit lebih besar dari normal) pada kasus anemia defisiensi asam folat.
2. Poikilositosis (abnornalitas bentuk eritrosit yaitu ada yang tidak bundar)
Contohnya adalah kondisi hemoglobin patologik dan beberapa jenis anemia.
3. Polikromasi (terdapat beberapa eritrosit dengan warna kebiruan di antara eritrosit
normal yang berwarna merah)
Polikromasi menunjukkan adanya eritrosit yang masih muda.
4. Hipokrom (bagian pucat di tengah eritrosit meluas).
Keadaan ini menunjukkan rendahnya kadar hemoglobin
Biokimia-Program D3 Kebidanan
Jenis-jenis lekosit
Hitung jenis adalah menghitung 100 lekosit dan mengelompokkan berdasarkan jenisjenisnya. Urutan pengelompokan adalah basofil, eosinofil, netrofil (batang dan segmen),
limfosit dan monosit. Nilai normal dari hitung jenis adalah basofil: 0-1%, eosinofil: 1-3%,
netrofil batang: 2-6%, netrofil segmen: 50-70%, limfosit: 20-40% dan monosit: 2-8%.
Biokimia-Program D3 Kebidanan
Menghitung retikulosit
Hematokrit
Hematokrit adalah volume semua eritrosit dalam 100 ml darah. Ada 2 cara pemeriksaan
hematokrit yaitu cara Wintrobe dan cara mikrometode. Pada kuliah ini hanya dibahas cara
Wintrobe, dengan langkah langkah pemeriksaan sebagai berikut:
1. Ambil kapiler atau darah EDTA, darah heparin atau darah oksalat lalu masukkan ke
dalam tabung Wintrobe hingga tanda 100 di atas.
2. Masukkan tabung ke dalam sentrifuge yang cukup besar lalu pusingkan selama 30
menit dengan kecepatan 3000 rpm
3. Bacalah hasilnya dengan memperhatikan:
a. Plasma di atas (kuning) dibandingkan dengan kaliumbikromat dan intensitasnya
disebut satuan. Satu satuan adalah 1:10000
b. Ketebalan lapisan putih (lekosit dan trombosit)
c. Volume sel-sel darah merah.
Nilai hematokrit normal adalah pria: 40-48% dan wanita: 37-43%
Biokimia-Program D3 Kebidanan
1. Bersihkan bagian voler lengan bawah (cara Ivy) atau anak daun telinga (cara Duke)
dengan alkohol 70% dan tunggu sampai kering.
2. Khusus untuk cara Ivy pasang manset sfigmomanometer pompa sampai batas tekanan
40 mmHg lalu pertahankan tekanan tersebut
3. Cara Ivy: tegangkan kulit dan tusuk dengan lanset sedalam 3 mm di lokasi 3 jari
dibawah lipat siku
Cara Duke: tusuk pinggir anak daun telinga dengan lanset sedalam 2 mm
4. Ketika darah mulai keluar, hidupkan stopwatch
5. Isap tetesan darah dengan kertas saring tiap 30 detik, cegah menekan kulit saat
menghisap darah
6. Ketika darah tak terhisap hentikan stopwatch dan catatlah waktunya
Masa perdarahan normal adalah 1-6 menit. Jika melampaui 10 menit perdarahan belum
berhenti, hentikan percobaan. Batalkan percobaan jika hasil percobaan kurang dari 1
menit, karena terjadi akibat kurang dalamnya tusukan.
10
Biokimia-Program D3 Kebidanan
11
Biokimia-Program D3 Kebidanan
12
Biokimia-Program D3 Kebidanan
13
Biokimia-Program D3 Kebidanan
Untuk menghindari kesalahan, sebaiknya gunakan juga serum anti A,B (serum
golongan O). Ini berguna untuk mendapatkan subgroup A yang lemah, yang tidak
bereaksi dengan serum Anti A.
Object glass harus bersih benar, tidak boleh ada sisa zat kimia atau darah. Hal ini
menghindari adanya aglutinasi palsu.
Pedoman kesimpulan:
Anti A
Anti B
Anti A,B
Golongan darah
O
+
+
A
+
+
B
+
+
+
AB
Keterangan: + : terjadi aglutinasi, - : tidak terjadi aglutinasi
14
Biokimia-Program D3 Kebidanan
Lempeng ELISA
15
Biokimia-Program D3 Kebidanan
16
Biokimia-Program D3 Kebidanan
17
Biokimia-Program D3 Kebidanan
Reference Interval
Hct
49.3
35.0-57.0
RBC
7.06
x 106/l
4.95-7.87
Hgb
16.9
g/dl
11.9-18.9
MCV
69.9
fl
66-77
MCH
24.0
pg
21.0-26.2
MCHC
34.3
g/dl
32.0-36.3
Platelets
372
x 103/l
211-621
MPV
8.3
fl
6.1-10.1
RBC morphology
slight anisocytosis,
moderate poikilocytosis
WBC
7.9
x 103/l
5.1-13.0
Seg
6.241 (79%)
x 103/l
2.9-12.0
Band
0.158 (2%)
x 103/l
0.0-0.45
Lymph
1.027 (13%)
x 103/l
0.4-2.9
Mono
0.395 (5%)
x 103/l
0.1-1.4
Eos
0.079 (1%)
x 103/l
0.0-1.3
Baso
0.0 (0%)
x 103/l
0.0-0.14
WBC morphology
occasional polychromatophils
Plasma Appearance
1+ Lipemia
Reference Interval
BUN
17
mg/dl
10.0-30.0
Creatinine
0.9
mg/dl
0.5-1.5
Total protein
7.6
g/dl
5.2-7.3
Albumin
3.8
g/dl
2.5-4.2
Alkaline phosphatase
871
U/L
12-122
525
U/L
0-94
Levamisole resistance
60
Alanine aminotransferase
102
U/L
12-108
Glucose
410
mg/dl
77-120
Sodium
143
mmol/L
146-154
18
Biokimia-Program D3 Kebidanan
Potassium
4.7
mmol/L
3.9-5.0
Chloride
107
mmol/L
107-125
Bicarbonate
14
mmol/L
14-24
Anion gap
27
mmol/L
11-28
Calcium
11.2
mg/dl
9.3-11.4
Phosphorus
3.5
mg/dl
3.2-5.4
Magnesium
2.4
mg/dl
1.6-2.4
Amylase
687
U/L
276-1007
Lipase
353
U/L
117-578
Cholesterol
302
mg/dl
129-264
Triglycerides
755
mg/dl
26-138
Total bilirubin
0.1
mg/dl
0.0-0.2
19
Biokimia-Program D3 Kebidanan
LABORATORIUM KLINIK 2:
PEMERIKSAAN URIN
Disajikan sebagai Bahan Kuliah Biokimia bagi Mahasiswa D III Kebidanan
Penyusun:
Heru Santoso Wahito Nugroho, S.Kep., Ns., M.M.Kes
Telefon:
0352-752747 (rumah), 081335251726 (mobile), 0351-895216 (kantor)
E-mail:
heruswn@yahoo.co.id atau heruswn@telkom.net atau heruswn@gmail.com
website:
www.heruswn.teach-nology.com atau www.heruswn.weebly.com
20
Biokimia-Program D3 Kebidanan
Kemungkinan Penyebab
normal
Tak berwarna
Sangat encer
Hijau
bilirubinuria
21
Biokimia-Program D3 Kebidanan
Indikator pH urin
22
Biokimia-Program D3 Kebidanan
7. Protein
Proteinuria ditandai dengan adanya kekeruhan. Proteinuria ditentukan dengan berbagai
cara yaitu: asam sulfosalisilat, pemanasan dengan asam asetat, carik celup (hanya
sensitif terhadap albumin).
Penetapan jumlah protein ditentukan dengan urin 24 jam atau 12 jam, dengan cara
Esbach.
Pemeriksaan proteinuria
Berikut ini adalah langkah-langkah penentuan adanya protein dengan cara pemanasan
dengan asam asetat:
a. Masukkan urin jernih ke dalam tabung reaksi sampai 2/3 penuh
b. Pegang ujung bawah tabung, panasi lapisan atas urin sampai mendidih selama 30
detik
c. Bandingkan kekeruhan lapisan atas dengan lapisan bawah urin. Jika keruh mungkin
disebabkan oleh protein
d. Tetesi urin dengan asam asetat 6% (3-5 tetes). Jika tetap keruh maka tes protein
positif. Jika kekeruhan hilang, penyebab kekeruhan pertama adalah kalsium fosfat
atau kalsium karbonat
e. Panasi sekali lagi sampai mendidih, lalu tentukan hasilnya:
- Tak ada kekeruhan
:- Ada kekeruhan ringan tanpa butir-butir
:+
(protein 0,01-0,05%)
- Kekeruhan mudah terlihat dengan butir-butir : ++ (protein 0,05-0,2%)
- Kekeruhan jelas dan berkeping-keping
: +++ (protein 0,2-0,5%)
- Sangat keruh, berkeping besar atau bergumpal: ++++(> 0,5%)
8. Glukosa
Glukosuria ditentukan dengan reaksi reduksi menggunakan reagen Benedict (terbaik),
Fehling dan Nylander. Cara lainnya adalah menggunakan carik celup.
23
Biokimia-Program D3 Kebidanan
24
Biokimia-Program D3 Kebidanan
c. Ketas saring yang berisi presipitat diangkat dari corong, dibuka lipatannya dan
ditaruh mendatar di atas corong. Biarkan sampai agak kering.
d. Teteskan 2-3 tetes reagen Fouchet ke atas presipitat di atas kertas saring
e. Warna hijau menandakan adanya bilirubin
11. Urobilinogen
Urobliinogen bereaksi dengan reagen Ehrlich membentuk zat warna merah.Adanya
urobilinogen diketahui dengan percobaan Wallace dan Diamond atau dengan
menggunakan carik celup.
12. Urobilin
Urin segar praktis tak mengandung urobilin. Urobilin baru muncul kemudian setelah
urobilinogen mengalami oksidasi. Cara yang dipakai adalah menggunakan Schlesinger.
13. Sedimen urin
Sampel urin untuk pemeriksaan sedimen sebaiknya urin segar. Cara pemeriksaan
sedimen antara lain:
a. Makroskopis (perhatikan dengan mata telanjang tentang adanya sedimen.
b. Mikroskopis, dengan langkah-langkah:
1) Kocoklah supaya sedimen bercampur
2) Masukkan 7-8 cc ke dalam tabung sentrifuge dan pusingkan selama 5 menit
pada 1500-2000 rpm.
3) Tuang cairan atas keluar dari tabung dengan gerakan cepat dan luwes,
kemudian tegakkan kembali tabung hingga cairan di dinding kembali ke dasar
tabung. Volume sedimen dan cairan menjadi kira-kira cc.
4) Kocok tabung untuk mensuspensikan sedimen
5) Dengan menggunakan pipet Pasteur, taruh 2 tetes sedimen tersebut terpisah ke
atas kaca obyek dan tutuplah masing-masing tetes dengan kaca penutup.
6) Turunkan kondensor mikroskop atau kecilkan diafragmanya, kemudian
periksalah sedimen itu dengan lensa obyektif kecil (10X)
7) Periksa sedimen itu dengan lensa obyektif besar (40X)
8) Bacalah hasil pemeriksaan
Macam-macam sedimen urin:
a. Unsur organik
1) Sel epitel
2) Lekosit
3) Eritrosit
4) Silinder
5) Oval fat bodies
6) Benang lendir
7) Silinder
8) Spermatozoa
9) Potongan jaringan
10) Parasit
11) Bakteri-bakteri
b. Unsur anorganik
1) Bahan amorf
2) Kristal normal
3) Kristal abnormal
4) Kristal obat
5) Bahan lemak
Tugas:
Carilah dari referensi mengenai nilai normal hasil pemeriksaan sedimen urin !
25
Biokimia-Program D3 Kebidanan
Epitel transisional
Epitel skuamosa
Lekosit
Eritrosit
26
Biokimia-Program D3 Kebidanan
Silinder hialin
Silinder eritrosit
Silinder lekosit
Silinder granuler
27
Biokimia-Program D3 Kebidanan
Silinder lilin
Kristal oksalat
28
Biokimia-Program D3 Kebidanan
Kristal Sistein
29
Biokimia-Program D3 Kebidanan
30
Biokimia-Program D3 Kebidanan