a.
b.
c.
d.
e.
Bibir
Tersusun dari otot rangka (orbikularis mulut) dan jaringan ikat. Organ ini berfungsi untuk
menerima makanan dan produksi wicara. (Sloane, 2004 ; 283)
Lidah
Lidah dilekatkan pada dasar mulut oleh frenulun lingua. Lidah berfungsi untuk
menggerakkan makanan saat di kunyah atau ditelan, untuk pengecapan, dan dalam produksi
wicara. (Sloane, 2004 ; 283)
Palatum
Palatum terbagi atas 2 bagian, yaitu: palatum durum (palatum keras) yang tersusun atas tajuktajuk palatum dan sebelah depan tulang maksilaris dan lebih ke belakang terdiri dari 2 tulang
palatum dan palatum mole (palatum lunak), terletak di belakang yang merupakan lipatan
menggantung yang dapat bergerak, terdiri atas jaringan fibrosa dan selaput lendir.
( Syaifuddin, 1997 ; 75).
Gigi
Gigi tersusun dalam kantong-kantong (alveoli) pada mandibula dan maksila, setiap lengkung
barisan gigi pada rahang membentuk lengkung gigi. Lengkung bagian atas lebih besar dari
bagian bawah sehingga gigi atas secara normal menutup gigi bawah. Manusia mempunyai
dua susunan gigi yaitu gigi primer dan gigi sekunder. gigi berfungsi dalam proses mastikasi
atau pengunyahan. Makanan yang masuk ke dalam mulut dipotong menjadi bagian-bagian
kecil dan bercampur dengan saliva untuk membentuk bolus makanan yang dapat ditelan.
(Sloane, 2004 ; 284)
Kelenjar ludah
Kelenjar saliva mensekresi saliva ke dalam rongga oral. Saliva terdiri dari cairan encer yang
mengandung enzim dan cairan kental yang mengandung mukus.
Fungsi saliva yaitu melarutkan makanan secara kimia, untuk pengecapan rasa, melembabkan
dan melumasi makanan sehingga dapat ditelan, mengurai zat tepung menjadi polisakarida dan
maltosa, mengeksresi zat buangan seperti asam urat dan urea, serta berbagai zat lain, sebagai
zat anti bakteri dan antibodi. (Sloane, 2004 ; 283)
2. Faring
Faring adalah tabung muscular berukuran 12,5 cm yang merentang dari bagian dasar tulang
tengkorak sampai sampai esofagus. Faring terbagi menjadi nasofaring, orofaring dan
laringofaring. (Sloane, 2004 ; 267)
3. Esofagus
Esofagus adalah tuba muscular, panjangnya sekitar 9-10 inci (25 cm) dan berdiameter 1 inci (
2,54 cm). Esofagus berawal dari area laringofaring, melewati diafragma dan hiatus esofagus
(lubang) pada area sekitar vertebra torak ke sepuluh dan membuka kearah lambung. Fungsi
esofagus menggerakkan makanan dari faring ke lambung melalui gerak peristalsis. (Sloane,
2004 ; 285)
4. Lambung
Lambung adalah organ berbentuk J, terletak pada bagian superior kiri rongga abdomen
dibawah diafragma. Regia-regia lambung terdiri dari bagian jantung, fundus, badan organ,
dan bagian pilorus. Fungsi lambung yaitu sebagai penyimpanan makanan, produksi kimus,
digesti protein, produksi mukus, produksi faktor intrinsik dan absorbsi. (Sloane, 2004 ; 285)
5. Usus halus
Usus halus adalah segmen paling panjang dari saluran gastrointestinal, yang jumlah panjang
kira-kira 2/3 dari panjang total saluran.
(Smeltzer, 2002 ; 984)
Keseluruhan usus halus adalah tuba terlilit yang merentang dari sfingter pilorus sampai ke
katup ileosekal, tempatnya menyatu dengan usus besar. (Sloane, 2004 ; 288)
Usus halus dibagi menjadi duodenum, yeyenum dan ileum. Pembagian ini agak tidak tepat
dan didasarkan pada sedikit perubahan struktur dan yang relatif lebih penting berdasarkan
fungsi.
a. Duodenum :
Disebut juga usus dua belas jari, panjangnya 25 cm mulai dari pilorus sampai yeyenum.
Berbentuk seperti sepatu kuda melengkung ke kiri, pada lengkungan ini terdapat pankreas,
bagian kanan duodenum terdapat selaput lendir yang membukit disebut papila vateri. Pada
papila vateri bermuara saluran empedu dan saluran pankreas. Dinding duodenum mempunyai
lapisan mukosa yang banyak mengandung kelenjar Brunner, berfungsi memproduksi getah
intestinum. Pemisahan duodenum dan yeyenum ditandai oleh Ligamentum Treitz.
b. Yeyenum
Mempunyai panjang 2-3 meter atau 2/5 bagian atas. Yeyenum terletak di regio abdominalis
media sebelah kiri.
c. Ileum
Mempunyai panjang 4-5 meter atau 3/5 bagian terminal. Ileum cenderung terletak di regio
abdominalis bawah kanan.
Lekukan yeyenum dan ileum melekat pada dinding abdomen posterior dengan perantaraan
lipatan peritonium dan berbentuk kipas dikenal sebagai mesentrium. (Price, 2006 ; 438)
Fungsi usus halus yaitu :
a.
Mengakhiri proses pencernaan makanan yang dimulai di mulut dan di lambung. Proses ini
diselesaikan oleh enzim usus dan enzim pankreas serta dibantu empedu dan hati.
b. Usus halus secara selektif mengabsorbsi produk digesti.
(Sloane, 2004 ; 290)
2. Usus besar
Usus besar atau kolon berbentuk tabung muskular berongga dengan panjang sekitar 1,5 m
yang terbentang dari sekum sehingga kanalis ani dengan diameter sekitar 6,5 cm.
Usus besar tidak memiliki vili, tidak memiliki lipatan-lipatan sirkular, dan diameternya lebih
lebar, panjangnya lebih pendek, dan daya regangnya lebih besar dibanding usus halus.
(Sloane, 2004 ; 294)
Fungsi usus besar adalah :
a.
Mengabsorbsi 80 % - 90 % air dan elektrolit dari kimus yang tersisa dan mengubah kimus
dari cairan menjadi massa semi padat.
b.
Usus besar hanya memproduksi mukus. Sekresinya tidak mengandung enzim atau hormon
pencernaan.
c.
Sejumlah bakteri dalam kolon mampu mencerna sejumlah kecil selulosa dan memproduksi
sedikit kalori nutrient bagi tubuh dalam setiap hari.
d.
a.
b.
1)
2)
3)
4)
c.
d.
1)
2)
1.
Defenisi
Hemorrhoid are dilated, engorged veins in the lining of the rectum.
Hemoroid adalah pembesaran dan penonjolan vena disekitar rektum. (Potter, 1997 ; 1374).
3.
Etiologi
Hemoroid dapat terjadi karena dilatasi (pelebaran), inflamasi (peradangan) atau
pembengkakan vena hemoroidalis yang disebabkan:
Konstipasi kronik: sulit buang air besar, sehingga harus mengejan.
Kehamilan: karena penekanan janin pada perut.
Diare kronik.
Usia lanjut.
Duduk terlalu lama
Hubungan seks peranal.
Pada beberapa individu terjadi hipertrofi sfingter ani (pembengkakan otot/ klep dubur),
obstruksi (sumbatan) fungsional akibat spasme (kejang), dan penyempitan kanal anorektal
(saluran dubur-ujung akhir usus besar)
(www.suaramerdeka.com, 2005)
Patofisiologi
Mengedan selama buang air besar dapat meningkatkan tekanan intra abdominal dan vena
hemoroidal, menimbulkan distensi pada vena hemoroidal. Bila ujung rektum penuh oleh
kotoran obstruksi vena mungkin bisa terjadi. Sebagai salah satu akibat dari pengulangan dan
perpanjangan meningkatkan tekanan dan obstruksi, sehingga dilatasi permanen pada vena
hemoroidal dapat terjadi. Distensi juga dapat mengakibatkan terjadinya trombosis dan
perdarahan. (Lukmans, 1997 ; 1085)
Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan oleh gangguan aliran darah balik dari
vena hemoroidalis. (Price, 2006 ; 467)
Hemoroid dapat menimbulkan nyeri hebat akibat inflamasi dan edema yang disebabkan oleh
trombosis. Trombosis adalah pembekuan darah dalam hemoroid. (Smeltzer, 2002 ; 1138)
4.
a.
1)
2)
b.
1)
2)
3)
4)
5.
6.
Klasifikasi
Berdasarkan asal / tempat penyebabnya:
Hemoroid interna
Hemoroid ini berasal dari vena hemoroidales superior dan medial, terletak diatas garis
anorektal dan ditutupi oleh mukosa anus. hemoroid ini tetap berada di dalam anus.
Hemoroid eksterna
Hemoroid ini dikarenakan adanya dilatasi (pelebaran pembuluh darah) vena hemoroidales
inferior, terletak dibawah garis anorektal dan ditutupi oleh mukosa usus. hemoroid ini keluar
dari anus (wasir luar)
Hemoroid interna diklasifikasikan lagi berdasarkan perkembangannya :
Tingkat 1 : biasanya asimtomatik dan tidak dapat dilihat, jarang terjadi perdarahan,
benjolan dapat masuk kembali dengan spontan.
Tingkat 2 : gejala perdarahannya berwarna merah segar pada saat defekasi (buang air
besar) benjolan dapat dilihat disekitar pinggir anus dan dapat kembali dengan spontan.
Tingkat 3 : prolapsus hemoroid, terjadi setelah defekasi dan jarang terjadi perdarahan,
prolapsus dapat kembali dengan dibantu.
Tingkat 4 : terjadi prolaps dan sulit kembali dengan spontan.
(www.fkuii.org, 2006)
Tanda dan Gejala
Terjadi benjolan-benjolan disekitar dubur setiap kali buang air besar.
Rasa sakit atau nyeri.
Rasa sakit yang timbul karena prolaps hemoroid (benjolan tidak dapat kembali) dari anus
terjepit karena adanya trombus.
Perih.
Perdarahan segar disekitar anus.
Perdarahan terjadi dikarenakan adanya ruptur varises.
Perasaan tidak nyaman (duduk terlalu lama dan berjalan tidak kuat lama)
Keluar lendir yang menyebabkan perasaan isi rektum belum keluar semua.
(www.fkuii.org, 2006)
Gejala-gejala yang lain termasuk :
Rasa gatal pada rektal.
Konstipasi.
Nyeri.
Perdarahan berwarna merah terang.
Prolaps dapat terjadi pada kasus berat.
(Black, 1997 ; 1826)
Komplikasi
Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan yang dilakukan antara lain :
Pemeriksaan colok dubur
Anorektoskopi (untuk melihat kelainan anus dan rektum)
(www.suaramerdeka.com, 2005)
Pemeriksaan rectal dan palpasi digital.
Proctoscopi atau colonoscopy (untuk menunjukkan hemoroid internal)
(Reeves, 1999 ; 162)
Penatalaksanaan
Medis
Farmakologis
Menggunakan obat untuk melunakkan feses / psillium akan mengurangi sembelit dan
terlalu mengedan saat defekasi, dengan demikian resiko terkena hemoroid berkurang.
Menggunakan obat untuk mengurangi/menghilangkan keluhan rasa sakit, gatal, dan
kerusakan pada daerah anus. Obat ini tersedia dalam dua bentuk yaitu dalam bentuk
supositoria untuk hemoroid interna, dan dalam bentuk krim / salep untuk hemoroid eksterna.
Obat untuk menghentikan perdarahan, banyak digunakan adalah campuran diosmin (90%)
dan hesperidin (10%)
2)
Nonfarmakologis
Perbaiki pola hidup (makanan dan minum): perbanyak konsumsi makanan yang
mengandung serat (buah dan sayuran) kurang lebih 30 gram/hari, serat selulosa yang tidak
dapat diserap selama proses pencernaan makanan dapat merangsang gerak usus agar lebih
lancar, selain itu serat selulosa dapat menyimpan air sehingga dapat melunakkan feses.
Mengurangi makanan yang terlalu pedas atau terlalu asam. Menghindari makanan yang sulit
dicerna oleh usus. Tidak mengkonsumsi alkohol, kopi, dan minuman bersoda. Perbanyak
minum air putih 30-40 cc/kg BB/hari.
Perbaiki pola buang air besar : mengganti closet jongkok menjadi closet duduk. Jika terlalu
banyak jongkok otot panggul dapat tertekan kebawah sehingga dapat menghimpit pembuluh
darah.
Penderita hemoroid dianjurkan untuk menjaga kebersihan lokal daerah anus dengan cara
merendam anus dalam air selama 10-15 menit tiga kali sehari. Selain itu penderita disarankan
untuk tidak terlalu banyak duduk atau tidur, lebih baik banyak berjalan.
3) Tindakan minimal invasif
Dilakukan jika pengobatan farmakologi dan non farmakologi tidak berhasil, tindakan yang
dapat dilakukan diantaranya adalah :
Skleroskopi hemoroid, dilakukan dengan cara menyuntikkan obat langsung kepada
benjolan / prolaps hemoroidnya.
Ligasi pita karet, dilakukan dengan cara mengikat hemoroid. Prolaps akan menjadi layu
dan putus tanpa rasa sakit.
Penyinaran sinar laser.
b.
Pembedahan
Terapi bedah dilakukan pada hemoroid derajat III dan IV dengan penyulit prolaps, trombosis,
atau hemoroid yang besar dengan perdarahan berulang. Pilihan pembedahan adalah
hemoroidektomi secara terbuka, secara tertutup, atau secara submukosa. Bila terjadi
komplikasi perdarahan, dapat diberikan obat hemostatik seperti asam traneksamat yang
terbukti secara bermakna efektif menghentikan perdarahan dan mencegah perdarahan ulang.
(www.suaramerdeka.com, 2005)
Terapi medikal hanya digunakan untuk kasus ringan, hemoroid tanpa komplikasi dengan
manifestasi ringan. Pengobatan meliputi :
1)
Gejala hemoroid dan ketidaknyamanan dapat dihilangkan dengan hygiene personal yang
baik.
2)
Menghindari mengejan yang berlebihan selama defekasi.
3)
Diit tinggi serat.
4)
Pemberian laksatif yang berfungsi mengabsorbsi air saat melewati anus.
5)
Rendam duduk dengan salep dan supositoria yang mengandung anastesi.
6) Tirah baring.
7) Tindakan non operatif seperti : fotokoagulasi infra merah, diatermi bipolar dan terapi laser.
8)
Injeksi larutan sklerosan untuk hemoroid berukuran kecil dan berdarah.
9) Tindakan bedah konservasif hemoroid internal adalah prosedur ligasi pita-karet.
10) Hemoroidektomi kriosirurgi adalah metode untuk mengangkat hemoroid dengan cara
membekukan jaringan hemoroid selama waktu tertentu sampai timbul nekrosis.
11) Laser Nd:YAG digunakan terutama pada hemoroid eksternal.
(Smeltzer, 2002 ; 1138)
C.
Proses keperawatan adalah metode dimana suatu konsep diterapkan dalam praktik
keperawatan. Hal ini biasa disebut sebagai suatu pendekatan problem solving yang
memerlukan ilmu, tehnik dan keterampilan interpersonal dan ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan klien/ keluarga. Dimana proses keperawatan terdiri dari lima tahap yang
sequensial dan berhubungan: pengkajian, diagnosis, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
(Nursalam, 2001 ; 1)
Proses keperawatan adalah metode sistemik dimana secara langsung perawat bersama klien
secara bersama menentukan masalah keperawatan sehingga membutuhkan asuhan
keperawatan, membuat perencanaan dan rencana implementasi, serta mengevaluasi hasil
asuhan keperawatan. (Gaffar, 1999 ; 54)
Proses keperawatan adalah satu pendekatan untuk pemecahan masalah yang memungkinkan
seorang perawat untuk mengorganisir dan memberikan asuhan keperawatan. Proses
keperawatan merupakan suatu elemen dari pemikiran kritis yang memperbolehkan perawat
untuk membuat keputusan dan mengambil tindakan yang didasarkan atas pertimbangan.
Suatu proses adalah satu rangkaian dari langkah-langkah atau komponen-komponen
petunjuk/ penentu untuk mencapai tujuan. Tiga karakteristik dari suatu proses adalah
Purpose, Organization dan Creativity ( Bevis,1978). Purpose adalah tujuan atau maksud
yang spesifik dari proses. Proses keperawatan digunakan untuk mendiagnosa dan merawat
respon manusia pada kondisi sehat dan sakit. (American Nurses Association,1980).
Organization adalah tahapan atau langkah-langkah atau komponen-komponen yang
dibutuhkan untuk mencapai tujuan. Proses keperawatan mengandung 5 langkah : Pengkajian,
diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Creativity adalah
pengembangan lanjut dari proses itu. Proses keperawatan dinamis dan berlanjut terus
menerus. (Potter, 1997 ; 103 )
Asuhan Keperawatan adalah faktor penting dalam survival pasien dan dalam aspek-aspek
pemeliharaan, rehabilitatif dan preventif perawatan kesehatan. Untuk sampai pada hal ini,
profesi keperawatan telah mengidentifikasikan proses pemecahan masalah yang
menggabungkan elemen yang paling diinginkan dari seni keperawatan dengan elemen yang
paling relevan dari sistem teori, dengan menggunakan metode ilmiah.
(Doengoes, 2000 ; 6, dikutip dari Shore,1998)
Dalam melakukan asuhan keperawatan terdapat beberapa langkah yang harus ditempuh.
Adapun langkah tersebut adalah sebagai berikut :
1.
Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang
sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan klien. (Nursalam, 2001 ; 17)
Merupakan dasar utama atau langkah awal dari proses keperawatan secara keseluruhan. Pada
tahap ini semua data/informasi tentang klien yang dibutuhkan dikumpulkan dan dianalisa
untuk menentukan diagnosa keperawatan. (Gaffar, 1999 ; 57)
Dalam tahap pengkajian dilakukan pengumpulan data dengan cara komunikasi yang efektif,
observasi dan pemeriksaan fisik. Data yang dikumpulkan terdiri dari data dasar dan data
fokus. Pengkajian keperawatan data dasar yang komprehensif adalah kumpulan data yang
berisikan mengenai status kesehatan klien, kemampuan klien untuk mengelola kesehatan dan
keperawatannya terhadap dirinya sendiri dan hasil konsultasi dari medis (terapi) atau profesi
kesehatan lainnya. Sedangkan data fokus adalah data tentang perubahan-perubahan atau
respon klien terhadap kesehatan dan masalah kesehatannya serta hal-hal yang mencakup
tindakan yang dilakukan kepada klien. (Nursalam, 2001 ; 17)
Pengkajian yang dapat dilakukan pada klien dengan Hemoroid meliputi :
a.
Riwayat kesehatan diambil untuk menentukan adanya gatal, rasa terbakar dan nyeri
berserta karakteristiknya
1) Apakah ini terjadi selama defekasi ?
2)
Berapa lama ini berakhir ?
3) Adakah nyeri abdomen dihubungkan dengan hal itu ?
4) Apakah terdapat perdarahan dari rektum ?
5)
Seberapa banyak ?
6)
Seberapa sering ?
7) Apakah warnanya ?
8) Adakah rabas lain seperti mukus atau pus ?
b. Pertanyaan lain berhubungan dengan pola eliminasi dan penggunaan laksatif
1)
Riwayat diet, termasuk masukan serat
2)
Jumlah latihan
3) Tingkat aktivitas
4)
Pekerjaan (khususnya bila mengharuskan duduk atau berdiri lama)
meltzer, 2002 ; 179)
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
2.
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinik tentang respon individu, keluarga dan
masyarakat tentang masalah kesehatan aktual atau potensial, sebagai dasar seleksi intervensi
keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan sesuai dengan kewenangan perawat.
(Nursalam, 2001 ; 35, dikutip dari NANDA)
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menjelaskan status/ masalah kesehatan aktual
atau potensial. Tujuannya adalah mengidentifikasi adanya masalah aktual berdasarkan respon
klien terhadap masalah atau penyakit, faktor-faktor yang berkontribusi atau penyebab adanya
masalah, kemampuan klien mencegah atau menghilangkan masalah. (Gaffar,1999 ; 61)
Tujuan diagnosa keperawatan adalah untuk mengidentifikasi :
a.
Masalah dimana adanya respon klien terhadap status kesehatan atau penyakit.
b.
Faktor-faktor yang menunjang atau menyebabkan suatu masalah (etiologi)
c.
Kemampuan klien untuk mencegah atau menyelesaikan masalah.
(Nursalam, 2001 ; 36)
a.
b.
c.
d.
a.
b.
c.
d.
3.
uan
eria hasil
na tindakan :
Mandiri
1)
Catat adanya distensi abdomen dan auskultasi peristaltik usus.
Rasional : Distensi dan hilangnya peristaltik usus merupakan tanda bahwa fungsi defekasi hilang yang
kemungkinan berhubungan dengan kehilangan persarafan parasimpatik usus besar dengan
tiba-tiba
2) Anjurkan latihan defekasi secara teratur
Rasional : Program untuk seumur hidup ini perlu untuk secara rutin mengeluarkan feses dan biasanya
termasuk stimulasi manual, minum jus dan/ atau cairan hangat dan menggunakan pelunak
feses atau supositoria pada interval tertentu. Kemampuan mengontrol pengeluaran feses
penting untuk kemandirian fisik pasien dan penerimaan sosial.
3) Anjurkan pasien untuk minum paling sedikit 2000 ml/ hari
Rasional : Dapat melembekkan feses memfasilitasi eliminasi.
4) Anjurkan pasien untuk makan-makanan yang sehat dan yang termasuk makanan yang
berserat.
Rasional : Meningkatkan konsistensi feses untuk melewati usus dengan mudah.
5) Anjurkan untuk melakukan pergerakan atau ambulasi sesuai kemampuan.
Rasional : Menstimulasi peristaltik yang memfasilitasi terbentuknya flatus.
6) Periksa kembali adanya defekasi, karena feses yang keras atau karena penurunan/ sampai
tidak adanya feses atau diare.
Rasional : Pengeluaran feses secara manual dengan hati-hati mungkin perlu, yang dilakukan
bersamaan dengan intervensi lain untuk menstimulasi pengeluaran feses.
Kolaborasi
7) Tingkatkan diit makanan berserat.
Rasional : Membantu dalam mengatur konsistensi fekal dan menurunkan konstipasi.
8) Beri obat pelembek feses, supositoria, laksatif atau enema jika diperlukan.
Rasional : Mencegah konstipasi, menurunkan distensi abdomen dan membantu dalam keteraturan
fungsi defekasi.
uan
eria hasil
c.
1)
Rasional
2)
Rasional
Rencana tindakan :
Mandiri
Evaluasi tingkat ansietas, catat respon verbal dan non verbal pasien. Dorong ekspresi bebas
akan emosi.
: Ketakutan dapat terjadi karena nyeri hebat, meningkatkan perasaan sakit, penting dalam
prosedur diagnostik dan kemungkinan pembedahan.
Jelaskan prosedur atau asuhan yang diberikan. Ulangi penjelasan dengan sering atas sesuai
kebutuhan.
: Rasa takut akan ketidaktahuan diperkecil dengan informasi atau pengetahuan dan dapat
meningkatkan penerimaan dialisis.
3)
Dorong menyatakan perasaan. Berikan umpan balik.
Rasional : Membuat hubungan terapeutik. Membantu pasien/ orang terdekat dalam mengidentifikasi
masalah yang menyebabkan stress.
4) Tunjukkan indikator positif pengobatan, contoh perbaikan nilai laboratorium, TD stabil,
berkurangnya kelelahan.
Rasional : Meningkatkan perasaan berhasil atau maju
5)
Berikan lingkungan yang tenang pada pasien..
Rasional : Memindahkan pasien stress dari luar, meningkatkan relaksasi, membantu menurunkan
ansietas.
6)
Bantu pasien belajar mekanisme koping baru, misal : tehnik mengatasi stress, keterampilan
organisasi.
Rasional : Belajar cara baru untuk mengatasi masalah dapat membantu dalam menurunkan stress dan
ansietas, meningkatkan kontrol penyakit.
d.
juan
iteria hasil
4.
Pelaksanaan
a.
1)
2)
3)
4)
5)
6)
b.
1)
2)
3)
c.
1)
2)
3)
5.
Pelaksanaan tindakan keperawatan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai
tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan
ditujukan pada nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan.
Pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik.
Tahap pelaksanaan perawatan merupakan tindakan pemberian asuhan keperawatan yang
dilakukan secara nyata untuk membantu klien mencapai tujuan pada rencana tindakan yang
telah dibuat. (Nursalam, 2001 ; 63, dikutip dari Lyer, et.al, 1996)
Hal-hal yang harus diperhatikan ketika melakukan implementasi adalah intervensi
dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi, penguasaan keterampilan
inter personal, intelektual dan teknikal, intervensi harus dilakukan dengan cermat dan efisien
pada situasi yang tepat, keamanan fisik dan psikologi dilindungi dan dokumentasi
keperawatan berupa pencatatan dan pelaporan. (Gaffar, 1999 ; 65)
Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan
kesehatan dan memfasilitasi koping. (Nursalam, 2001 ; 63)
Dalam pelaksanaan tindakan ada tiga tahapan yang harus dilalui yaitu persiapan, perencanaan
dan dokumentasi.
Fase persiapan, meliputi:
Review tindakan keperawatan
Menganalisa pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan
Mengetahui komplikasi yang mungkin timbul
Menentukan dan mempersiapkan peralatan yang diperlukan
Persiapan lingkungan yang kondusif
Mengidentifikasi aspek hukum dan etik
Fase intervensi:
Independen: Tindakan yang dilakukan oleh perawat tanpa petunjuk atau perintah dokter
atau tim kesehatan lain.
Interdependen: Tindakan perawat yang melakukan kerjasama dengan tim kesehatan lain
(gizi, dokter, laboratorium dll).
Dependen: Berhubungan dengan tindakan medis atau menandakan dimana tindakan medis
dilaksanakan.
Fase dokumentasi
Merupakan suatu pencatatan lengkap dan akurat dari tindakan yang telah dilaksanakan yang
terdiri dari tiga tipe yaitu:
Sources Oriented Records (SOR)
Problem Oriented Records (POR)
Computer Assisted Records (CAR)
(Nursalam, 2001; 53, dikutip dari Griffith, 1986)
Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan
seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaannya sudah berhasil
dicapai. Melalui evaluasi memungkinkan perawat untuk memonitor kealpaan yang terjadi
selama tahap pengkajian, analisa, perencanaan, dan pelaksanaan tindakan. (Nursalam, 2001 ;
71, dikutip dari Ignatavicius & Bayne, 1994)
Evaluasi sebagai sesuatu yang direncanakan dan perbandingan yang sistematik pada status
kesehatan klien. (Nursalam, 2001 ; 71, dikutip dari Griffith dan Christensen, 1986)
Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien mencapai tujuan. Hal ini bisa
dilaksanakan dengan melaksanakan hubungan dengan klien berdasarkan respon klien
a.
b.
c.
a.
b.
a.
b.
c.
d.
e.
a.
b.
c.
d.
terhadap tindakan keperawatan yang diberikan, sehingga perawat dapat mengambil keputusan
:
Mengakhiri rencana tindakan keperawatan (klien telah mencapai tujuan yang ditetapkan).
Memodifikasi rencana tindakan keperawatan (klien mengalami kesulitan untuk mencapai
tujuan).
Meneruskan rencana tindakan keperawatan (klien memerlukan waktu yang lebih lama
untuk mencapai tujuan).
(Nursalam, 2001 ; 71, dikutip dari Iyer et. al, 1996)
Ada 2 komponen untuk mengevaluasi kualitas tindakan keperawatan yaitu :
Proses (Formatif)
Adalah evaluasi yang dilaksanakan segera setelah perencanaan keperawatan dilaksanakan
untuk membantu keefektifan terhadap tindakan.
Hasil (Sumatif)
Adalah evaluasi yang dapat dilihat pada perubahan perilaku atau status kesehatan klien pada
akhir tindakan perawatan klien.
(Nursalam, 2001 ; 74, dikutip dari Iyer et. al, 1996)
Komponen evaluasi dapat dibagi menjadi 5 yaitu:
Menentukan kriteria, standar dan pertanyaan evaluasi.
Mengumpulkan data mengenai keadaan klien terbaru.
Menganalisa dan membandingkan data terhadap kriteria dan standar.
Merangkum hasil dan membuat kesimpulan.
Melaksanakan tindakan yang sesuai berdasarkan kesimpulan.
( Nursalam, 2001 ; 74, dikutip dari Pinnell & Meneses, 1986 )
Adapun kriteria yang diharapkan pada evaluasi dari penyakit hemoroid adalah:
Nyeri berkurang atau hilang.
Eliminasi kembali normal.
Pasien dapat menerima secara nyata kondisi dengan positif.
Infeksi tidak terjadi.
Hal ini sesuai dengan standar tujuan yang telah ditentukan pada tahap perencanaan tindakan.
Diposkan oleh David Yusuf di 17.12
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook
Tidak ada komentar:
Poskan Komentar
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)
Berburu Dollar
Pengikut
Arsip Blog
2011 (14)
o Januari (14)
2010 (13)
Mengenai Saya
David Yusuf
Lihat profil lengkapku
Indonesia attractions
Kuta Bali
Dollar $ Gratis
Cara mengaktifkan Account Paypal Dengan BCA
2 tahun yang lalu
Template Ethereal. Diberdayakan oleh Blogger.