PENDAHULUAN
Sedangkan berdasarkan
Tabel 1.1
No.
Bulan
Jumlah
Prosentase
1.
Juni
106
(%)
22,5
2.
Juli
95
20
3.
Agustus
131
28
4.
September
139
29,5
Jumlah
471
100
Tabel 1.2 Data Operasi Laparatomi Periode Bulan Juni - September 2011
Berdasarkan Diagnosa Medis di RSUD Waled
No.
Jumlah
Prosentase
1.
Herniotomi
105
(%)
22,3
2.
Apendiktomi
18
3,8
3.
Sectio caesaria
273
58
4.
Sectio alta
21
4,4
5.
Explorasi Laparatomi
22
4,7
6.
Prostatektomi
32
6,8
Jumlah
471
100
pengalaman
peneliti
selama
memberikan
asuhan
keperawatan pada pasien pasca operasi laparatomi dan juga hasil dari studi
pendahuluan yang dilakukan pada pasien pasca operasi laparatomi di Ruang
Bougenvil RSUD Waled pada tanggal 1-7 Oktober 2011 didapatkan suatu
data yang menyebutkan bahwa dari 10 orang pasien pasca operasi laparatomi
yang sebelumnya telah diberikan penyuluhan tentang cara melakukan
mobilisasi dini dan manfaat mobilisasi dini, 6 orang (60%) tidak mau dan
tidak mampu melakukan mobilisasi dini karena merasa khawatir akan terjadi
nyeri yang hebat dan luka jahitannya akan lepas.
Mobilisasi merupakan kegiatan yang menonjol dalam mempercepat
pemulihan pasca bedah dan berguna mencegah komplikasi lebih lanjut
(Sumantri : 2010). Mobilisasi adalah upaya untuk melatih hampir semua otot
tubuh dan meningkatkan fleksibilitas sendi ( Brunner & Sudarth : 2002).
Dengan bergerak atau mobilisasi, hal ini akan mencegah kekakuan otot
dan sendi sehingga mengurangi nyeri, menjamin kelancaran peredaran darah,
memperbaiki pengaturan metabolisme tubuh, mengembalikan kerja fisiologis
organ-organ vital yang pada akhirnya justru akan mempercepat penyembuhan
luka. Menggerakkan badan atau melatih kembali otot-otot dan sendi pasca
operasi di sisi lain akan memperbugar pikiran dan mengurangi dampak
negatif dari beban psikologis yang tentu saja berpengaruh baik juga terhadap
pemulihan fisik. Akibat yang terjadi dari kurangnya mobilisasi pada pasien
pasca operasi sangat komplek antara lain : proses pemulihan luka operasi
yang lama, pemulihan luka operasi yang tidak baik bahkan tidak sedikit yang
mengalami dehiscence ( Kusmawan : 2008).
Pada saat awal, pergerakan fisik bisa dilakukan di atas tempat tidur
dengan menggerakkan tangan dan kaki yang bisa ditekuk atau diluruskan,
mengkontraksikan otot-otot dalam keadaan statis maupun dinamis termasuk
juga menggerakkan badan lainnya, miring ke kiri atau ke kanan. Untuk
pembedahan dengan narkose regional atau spinal baru boleh melakukan
mobilisasi duduk setelah 1 x 24 jam pasca pembedahan ( Kusmawan : 2008).
Di hari kedua pasca operasi, rata-rata untuk pasien yang dirawat di
kamar atau bangsal dan tidak ada hambatan fisik untuk berjalan, semestinya
sudah bisa berdiri dan berjalan di sekitar kamar atau keluar kamar, misalnya
berjalan sendiri ke toilet atau kamar mandi dengan posisi infus yang tetap
terjaga. Bergerak pasca operasi selain dihambat oleh rasa nyeri terutama di
sekitar luka operasi, bisa juga oleh beberapa selang yang berhubungan
dengan tubuh, seperti infus, kateter, pipa nasogastrik (NGT), drainage tube,
kabel monitor dan lain-lain ( Kusmawan : 2008).
Untuk operasi di perut, jika tidak ada alat tambahan yang menyertai
pasca operasi, tidak boleh berbaring terus di tempat tidur. Perlu diperhatikan
waktu diit makanan mulai diberikan, terutama untuk jenis operasi yang
menyentuh saluran pencernaan. Sedangkan operasi yang melibatkan saluran
Tujuan Umum
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui adanya hubungan
antara tingkat kecemasan dengan pelaksanaan mobilisasi dini pasien
pasca operasi laparatomi di ruang Bougenvil Rumah Sakit Umum
Daerah Waled Kabupaten Cirebon.
1.3.2. Tujuan Khusus :
1.3.2.1. Mengidentifikasi tingkat kecemasan pasien pasca operasi
laparatomi di Ruang Bougenvil RSUD Waled Kabupaten
Cirebon.
1.3.2.2. Mengidentifikasi pelaksanaan mobilisasi dini pasien pasca
operasi laparatomi di Ruang Bougenvil RSUD Waled
Kabupaten Cirebon .
1.3.2.3. Mengidentifikasi hubungan tingkat kecemasan dengan
pelaksanaan mobilisasi dini pasien pasca operasi laparatomi
di Ruang Bougenvil RSUD Waled Kabupaten Cirebon.
menentukan salah satu intervensi yang tepat pada pasien pasca operasi
laparatomi yang tidak dapat melakukan mobilisasi dini dengan baik.
1.4.2.
pihak
rumah
sakit
dapat
menyusun
pedoman