Anda di halaman 1dari 14

PENDAHULUAN

WHO

memperkirakan

bahwa

sepertiga

populasi

dunia,

terinfeksi

dengan

Mycobacterium tuberculosis. Angka infeksi tertinggi di Asia Tenggara, Cina, India dan
Amerika Latin. 3 Data yang dilaporkan WHO Indonesia menempati urutan nomor tiga setelah
india dan cina yaitu dengan angka 1,7 juta orang Indonesia, menurut teori apabila tidak
diobati, tiap satu orang penderita tuberkulosis akan menularkan pada sekitar 10 sampai 15
orang dan cara penularannya dipengaruhi berbagai faktor.1
Tuberkulosis terutama menonjol di populasi yang mengalami stress nutrisi jelek,
penuh sesak, perawatan kesehatan yang tidak memadai, dan perpindahan tempat. 1
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya infeksi tuberkulosis adalah adanya
sumber infeksi (sering kontak dengan penderita), penurunan daya tahan tubuh (pasien infeksi
HIV, pengguna obat-obat terlarang atau alkohol), faktor lingkungan (pemukiman yang penuh,
kumuh), virulensi tinggi dan jumlah basil banyak (perilaku buang dahak sembarangan),
faktor imunologis, faktor psikologis, dan kelompok sosio ekonomi rendah (nutrisi dan
sebagainya).

DATA KUNJUNGAN RUMAH PASIEN


Puskesmas

: Grogol III

Nomor Register

: P3174040204

Alamat

: Jl. Semeru II, Kecamatan Grogol Petamburan

I.

II.

Identitas Pasien
Nama
: Martin
Umur
: 24 tahun
Jenis Kelamin : Laki laki
Pekerjaan
: Tidak Bekerja
Pendidikan
: SMK (Tamat)
Alamat
: Jl. dr. Semeru II RT 004 RW 09
Riwayat Biologis Keluarga
a. Keadaan Kesehatan Sekarang
b. Kebersihan Perorangan

1 | Page

: Kurang
: Kurang

c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.

III.

VI.

: Menjemur pakaian hingga ke dalam

kamar, tidur bersama dalam satu kamar


Pengambilan keputusan
Ketergantungan obat
Tempat mencari pelayanan kesehatan
Pola rekreasi

Keadaan Rumah/Lingkungan
a. Jenis bangunan
b. Lantai rumah
c. Luas Rumah
d. Penerangan
e. Kebersihan
f. Ventilasi
g. Dapur
h. Jamban keluarga
i. Sumber air minum
j.
k.
l.
m.

V.

: TBC
: Tidak ada
: Tidak ada
: Tidak ada
: Baik
: Baik
: 4 orang

Psikologis Keluarga
a. Kebiasaan buruk
b.
c.
d.
e.

IV.

Penyakit yang sering diderita


Penyakit Keturunan
Penyakit kronis/menular
Kecacatan anggota keluarga
Pola makan
Pola istirahat
Jumlah anggota keluarga

: Bapak
: Tidak ada
: Puskesmas
: Cukup

: Permanen
: Papan
: 30 m2
: Kurang
: Kurang
: Kurang
: Ada
: Ada
: Air galon isi ulang untuk minum dan

untuk mandi, mencuci, memasak menggunakan air tanah.


Sumber pencemaran air
: Ada
Pemanfaat pekarangan
: Tidak ada
Sistem pembuangan air limbah : Ada
Sanitasi lingkungan
: Sedang

Spiritual Keluarga
a. Ketaatan beribadah
b. Keyakinan tentang kesehatan

: Baik
: Baik

Keadaan sosial keluarga


a. Tingkat pendidikan
b. Hub. antara anggota keluarga

: Sedang
: Baik

2 | Page

c. Hubungan dengan orang lain


d. Kegiatan organisasi sosial
e. Keadaan ekonomi

VII.

VIII.
N

Kultural Keluarga
a. Adat yang berpengaruh
b. Lain lain

: Baik
: Baik
: Baik

: Tidak ada
: Tidak ada

Daftar Anggota Keluarga


Nama

Hub dgn

Umur

Pendidika

KK

Pekerjaan

Agama

Keadaan

Imunisas

kesehata

KB

n
1

Usuf

Suami

53

SD (tidak

Kuli

Islam

Sehat

Lengka

Ningsih

Istri

56

tamat)
SD (tidak

Bangunan
Ibu
rumah

Islam

Sehat

p
Lengka

Ikut KB

Martin

Anak

24

tamat)
SMP

tangga
Tidak

Islam

Tidak

p
Lengka

(pil)
-

Indah

Anak

16

SMP

Bekerja
Pelajar

Islam

Sehat
Sehat

p
Lengka

IX.

X.

XI.

XII.

Keluhan Utama :
Nyeri pada tulang punggung

Keluhan Tambahan:
Tidak ada

Riwayat Penyakit Sekarang:


Tuberkulosis dengan komplikasi ke tulang

Riwayat Penyakit Dahulu:


TBC Pulmonal

3 | Page

Keteranga

XIII.

XIV.

XV.

XVI.

Pemeriksaan Fisik:
Bp. Usuf:
Tekanan darah
Frekuensi nadi
Frekuensi napas
Suhu
Bp. Martin:
Tekanan darah
Frekuensi nadi
Frekuensi napas
Suhu

: 130/70
: 70x/menit
: 20x/menit
: 36.5C
: 120/70
: 66x/menit
: 22x/menit
: 36.8C

Diagnosis Penyakit:
Tuberkulosis ekstrapulmonal

Diagnosis Keluarga:
Tidak ada

Anjuran Penatalaksanaan Penyakit:


a. Promotif
: Memberikan penyuluhan kepada keluarga di sekitarnya
tentang keadaan rumah yang dapat menyebabkan kuman TBC berkembang biak.
b. Preventif
: Sering mengepel rumah dengan karbol terutama kamar karena
keadaan kamar yang sempit dan penuh sesak dengan ventilasi yang kecil dan
banyak baju yang digantung sehingga menciptakan suasana lembab. Menerapkan

XVII.

PHBS.
c. Kuratif

: Tindakan pembedahan pada tulang belakang yang mengalami

nekrosis.
d. Rehabilitatif

: Bed rest, makan makanan dengan gizi seimbang.

Prognosis:
Penyakit
Keluarga
Masyarakat

4 | Page

: Dubia ad bonam
: Dubia
: Dubia

XVIII.

Resume:
Martin berusia 24 tahun menderita TBC ekstrapulmonal tulang akibat minum obat
yang tidak teratur sehingga TBC pulmonal menjadi komplikasi. Pasien sekarang
sedang menjalani masa pengobatan. Pasien juga sudah dirujuk dari Puskesmas ke RS.
Cipto Mangunkusumo untuk mejalani proses operasi pada tulang belakang pasien.
Rumah pasien merupakan rumah permanen yang berlantaikan papan/kayu dengan
luas 30 m2 dihuni oleh 4 orang anggota keluarga. Keadaan rumah sumpek dengan
banyak barang yang tidak tertata rapi dan kamar dengan ventilasi yang minim
sehingga udara sangat lembab dan panas. Pembuangan limbah langsung ke selokan di
depan rumah. Lingkungan sekitar padat.

TINJAUAN PUSTAKA
I.

Anamnesis
Anamnesis adalah pengambilan data yang dilakukan oleh seorang dokter
dengan cara melakukan serangkaian wawancara dengan pasien (autoanamnesis),
keluarga pasien atau dalam keadaan tertentu dengan penolong pasien (aloanamnesis).
1. Identitas Pasien
Menanyakan kepada pasien atau orang tua dari anak, meliputi:1
-

Nama lengkap pasien

Umur pasien

Tanggal lahir

Jenis kelamin

Agama

Alamat

Umur (orang tua)

Pendidikan dan pekerjaan (orang tua)

Suku bangsa

5 | Page

2. Keluhan Utama
Menanyakan keluhan utama pasien yaitu : nyeri tulang belakang akibat TB tulang.
3. Keluhan Tambahan
Merupakan keluhan penyerta pada keluhan utama. Pada Bp. Martin tidak ditemukan
keluhan tambahan.
4. Riwayat Penyakit Sekarang
Menanyakan kepada pasien:1
-

Apakah pasien sekarang memiliki riwayat kelainan pada sistem pernapasan?


PPOK/Terpajan TB atau menderita TB/Asma
Didapatkan pasien menderita TB Paru dengan komplikasi ke tulang belakang
Apakah pasien pernah masuk rumah sakit karena sesak napas?
Apakah ada kelainan pada foto rontgen toraks?
Pada pasien ditemukan ada kelainan pada rontgen paru dan tulang belakang.
Apakah pasien merokok?
Pasien tidak merokok
Ada alergi terhadap debu, bulu hewan, dll?
Tidak ada

5. Riwayat Penyakit Dahulu


-

Selidiki adanya kelainan kondisi jantung atau pernafasan lain

Pernahkah ada episode pneumonia?

Adakah kemunduran dimusim dingin ? Tidak ada

Apakah pernah mengalami hal seperti ini sebelumnya ? jika ya, apakah
sudah berobat ke dokter dan apa diagnosisnya serta pengobatan yang diberikan ?

6. Riwayat Obat-obatan
-

Obat obatan apa saja yang sudah diminum? Obat obat Anti tuberkulosis tetapi
dan tuntas.

7. Riwayat Status Sosial Ekonomi


-

Adakah riwayat masalah pernafasan kronis di keluarga? Tidak ada

Dimana kamar tidur/kamar mandi pasien, dan sebagainya?

Kesehatan Lingkungan
6 | Page

Kesehatan lingkungan tempat tinggal penduduk merupakan salah satu dari faktor
risiko terjadinya TBC, meliputi:2
1. Kepadatan hunian kamar tidur
Luas lantai bangunan rumah sehat harus cukup untuk penghuni di dalamnya,
artinya luas lantai bangunan rumah tersebut harus disesuaikan dengan jumlah
penghuninya agar tidak menyebabkan overload. Hal ini tidak sehat, sebab
disamping menyebabkan kurangnya konsumsi oksigen juga bila salah satu anggota
keluarga terkena penyakit infeksi, akan mudah menular kepada anggota keluarga
yang lain.
Persyaratan kepadatan hunian untuk seluruh rumah biasanya dinyatakan dalam
m2/orang. Luas minimum per orang sangat relatif tergantung dari kualitas
bangunan dan fasilitas yang tersedia. Untuk rumah sederhana luasnya minimum 10
m2/orang. Untuk kamar tidur diperlukan luas lantai minimum 3 m2/orang. Untuk
mencegah penularan penyakit pernapasan, jarak antara tepi tempat tidur yang satu
dengan yang lainnya minimum 90cm. Kamar tidur sebaiknya tidak dihuni lebih
dari dua orang, kecuali untuk suami istri dan anak di bawah 2 tahun. Untuk
menjamin volume udara yang cukup, di syaratkan juga langit-langit minimum
tingginya 2,75 m.2
2. Pencahayaan
Untuk memperoleh cahaya cukup pada siang hari, diperlukan luas jendela kaca
minimum 20% luas lantai. Jika peletakan jendela kurang baik atau kurang leluasa
maka dapat dipasang genteng kaca. Cahaya ini sangat penting karena dapat
membunuh bakteri-bakteri patogen di dalam rumah, misalnya basil TB, karena itu
rumah yang sehat harus mempunyai jalan masuk cahaya yang cukup. Intensitas
pencahayaan minimum yang diperlukan 10 kali lilin atau kurang lebih 60 luks,
kecuali untuk kamar tidur diperlukan cahaya yang lebih redup. Semua jenis cahaya
dapat mematikan kuman hanya berbeda dari segi lamanya proses mematikan
kuman untuk setiap jenisnya..Cahaya yang sama apabila dipancarkan melalui kaca
tidak berwarna dapat membunuh kuman dalam waktu yang lebih cepat dari pada
yang melalui kaca berwarna. Penularan kuman TB Paru relatif tidak tahan pada
sinar matahari. Bila sinar matahari dapat masuk dalam rumah serta sirkulasi udara
diatur maka resiko penularan antar penghuni akan sangat berkurang.2
3. Ventilasi
Ventilasi mempunyai banyak fungsi. Fungsi pertama adalah untuk menjaga agar
aliran udara didalam rumah tersebut tetap segar. Hal ini berarti keseimbangan
7 | Page

oksigen yang diperlukan oleh penghuni rumah tersebut tetap terjaga. Kurangnya
ventilasi akan menyebabkan kurangnya oksigen di dalam rumah, disamping itu
kurangnya ventilasi akan menyebabkan kelembaban udara di dalam ruangan naik
karena terjadinya proses penguapan cairan dari kulit dan penyerapan. Kelembaban
ini akan merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri-bakteri patogen/
bakteri penyebab penyakit, misalnya kuman TB.
Fungsi kedua dari ventilasi itu adalah untuk membebaskan udara ruangan dari
bakteri-bakteri, terutama bakteri patogen, karena di situ selalu terjadi aliran udara
yang terus menerus. Bakteri yang terbawa oleh udara akan selalu mengalir. Fungsi
lainnya adalah untuk menjaga agar ruangan kamar tidur selalu tetap di dalam
kelembaban (humidity) yang optimum.
Untuk sirkulasi yang baik diperlukan paling sedikit luas lubang ventilasi sebesar
10% dari luas lantai. Untuk luas ventilasi permanen minimal 5% dari luas lantai
dan luas ventilasi insidentil (dapat dibuka tutup) 5% dari luas lantai. Udara segar
juga diperlukan untuk menjaga temperatur dan kelembaban udara dalam ruangan.
Umumnya temperatur kamar 22 30C dari kelembaban udara optimum kurang
lebih 60%.2
4. Kondisi rumah
Kondisi rumah dapat menjadi salah satu faktor resiko penularan penyakit TBC.
Atap, dinding dan lantai dapat menjadi tempat perkembang biakan kuman. Lantai
dan dinding yang sulit dibersihkan akan menyebabkan penumpukan debu,
sehingga akan dijadikan sebagai media yang baik bagi berkembang biaknya
kuman Mycobacterium tuberculosis.
5. Kelembaban udara
Kelembaban udara dalam ruangan untuk memperoleh kenyamanan, dimana
kelembaban yang optimum berkisar 60% dengan temperatur kamar 22 30C.
Kuman TB Paru akan cepat mati bila terkena sinar matahari langsung, tetapi dapat
bertahan hidup selama beberapa jam di tempat yang gelap dan lembab.2
Di Indonesia, terdapat suatu kriteria untuk rumah sehat sederhana (RSS), yaitu:3
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Luas tanah antara 60-90 meter persegi.


Luas bangunan antara 21-36 meter persegi.
Memiliki fasilitas kamar tidur, WC (kamar mandi), dan dapur.
Berdinding batu bata dan diplester.
Memiliki lantai dari ubin keramik dan langit-langit dari triplek.
Memiliki sumur atau air PAM
Memiliki fasilitas listrik minimal 450 watt.

8 | Page

8. Memiliki bak sampah dan saluran air kotor.


Lingkungan rumah yang sehat dapat diartikan sebagai lingkungan yang dapat
memberikan tempat untuk berlindung atau bernaung dan tempat untuk bersitirahat serta dapat
menumbuhkan kehidupan yang sempurna baik fisik, psikologis maupun sosial Menurut
APHA (American Public Health Assosiation), lingkungan rumah yang sehat harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
1. Memenuhi kebutuhan fisiologis

Suhu ruangan, yaitu dalam pembuatan rumah harus diusahakan agar


kontruksinya sedemikian rupa sehingga suhu ruangan tidak berubah banyak
dan agar kelembaban udara dapat dijaga jangan sampai terlalu tinggi dan
terlalu rendah. Untuk ini harus diusahakan agar perbedaan suhu antara
dinding, lantai, atap dan permukaan jendela tidak terlalu banyak.

Harus cukup mendapatkan pencahayaan baik siang maupun malam. Suatu


ruangan mendapat penerangan pagi dan siang hari yang cukup yaitu jika luas
ventilasi minimal 10 % dari jumlah luas lantai.

Ruangan harus segar dan tidak berbau, untuk ini diperlukan ventilasi yang
cukup untuk proses pergantian udara.

Harus cukup mempunyai isolasi suara sehingga tenang dan tidak terganggu
oleh suara-suara yang berasal dari dalam maupun dari luar rumah.

Harus ada variasi ruangan, misalnya ruangan untuk anak-anak bermain, ruang
makan, ruang tidur, dll.

Jumlah kamar tidur dan pengaturannya disesuaikan dengan umur dan jenis
kelaminnya.

2. Perlindungan terhadap penularan penyakit

Harus ada sumber air yang memenuhi syarat, baik secara kualitas maupun
kuantitas, sehingga selain kebutuhan untuk makan dan minum terpenuhi, juga
cukup tersedia air untuk memelihara kebersihan rumah, pakaian dan
penghuninya.

Harus ada tempat menyimpan sampah dan WC yang baik dan memenuhi
syarat, juga air pembuangan harus bisa dialirkan dengan baik.

9 | Page

Pembuangan kotoran manusia dan limbah harus memenuhi syarat kesehatan,


yaitu harus dapat mencegah agar limbah tidak meresap dan mengkontaminasi
permukaan sumber air bersih.

Tempat memasak dan tempat makan hendaknya bebas dari pencemaran dan
gangguan binatang serangga dan debu.

Harus ada pencegahan agar vektor penyakit tidak bisa hidup dan berkembang
biak di dalam rumah, jadi rumah dalam kontruksinya harus rat proof, fly fight,
mosquito fight.

Harus ada ruangan udara (air space) yang cukup.

Luas kamar tidur minimal 8,5 m per orang dan tinggi langit-langit minimal
2.75 meter 2

Pada rumah pasien, didapatkan luas bangunan sekitar 30 m2 yang dihuni oleh empat
orang anggota keluarga. Bp. Usuf hanya menggunakan lantai 2 dari rumah tersebut. Rumah
tersebut memiliki kamar tidur berjumlah 4 ruangan dan yang digunakan hanya 1 ruangan saja
karena ruangan lain berisi barang barang yang tidak terpakai. Di rumah ini terdapat 6
ventilasi dengan 1 ventilasi di setiap kamar tidur dan 2 buah di ruang tamu. Kamr tidur utama
berisi 4 orang. Untuk sumber air minum digunakan air isi ulang galon dan untuk memasak,
mandi, dan mencuci digunakan air tanah. Langit langit dari triplek dan lantai terbuat dari
kayu/papan. Dinding rumah terbuat dari batu bata, tetapi penyekat tiap kamar hanya dibatasi
oleh triplek.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Tanda Vital, pada keluarga pasien didapatkan:
Bp. Usuf:
Tekanan darah
Frekuensi nadi
Frekuensi napas
Suhu

: 130/70
: 70x/menit
: 20x/menit
: 36.5C

Bp. Martin:
Tekanan darah
Frekuensi nadi
Frekuensi napas
10 | P a g e

: 120/70
: 66x/menit
: 22x/menit

Suhu

: 36.8C

Dapat juga dilakukan inspeksi pada rongga toraks, palpasi, perkusi, dan auskultasi.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Sputum
Diagnosis pasti tuberculosis paru adalah dengan menemukan kuman Mycobacterium
tuberculosis dalam sputum atau jaringan paru secara biakan. Pemeriksaan sputum dapat
dilakukan pemeriksaan SPS (Sewaktu-Pagi-Sewaktu).
Rontgen Toraks
Bercak lunak pada parenkim paru biasanya terletak di bagian perifer dari paru terutama di
area subpleura. Bercak lunak lebih sulit dilihat dengan foto toraks oleh karena volumenya
yang kecil. CT biasanya diperlukan untuk melihat lesi ini dengan lebih jelas.
Segmen anterior dari lobus superior, lobus media, lingula dan lobus inferior merupakan
bagian paru yang sering terkena.
Uji Tuberkulin
Uji tuberkulin yang positif menunjukkan ada infeksi tuberkulosis. Di Indonesia dengan
prevalens tuberkulosis yang tinggi, uji tuberkulin sebagai alat bantu diagnostik penyakit
kurang berarti pada orang dewasa
Pada keluarga Bp. Usuf telah dilakukan uji sputum pada keluarganya dan memberikan hasil
negatif.
Working Diagnosis
Pada pasien sudah tidak ditemukan gejala TB paru, tetapi TB paru sudah terobati dan pasien
mengalami TB sekunder, yaitu reaktivasi kuman TB yang dorman pada paru dan menyebar
ke tulang. Sekarang pasien sudah selesai masa pengobatan untuk TB paru dan sedang
menjalankan pengobatan pada TB tulangnya.

ANJURAN PENATALAKSAAN PENYAKIT

11 | P a g e

Promotif4,5
Upaya promotif dilakukan dengan beberapa cara:
a. Peningkatan pengetahuan tentang gejala gejala TBC. Cara penularan, lingkungan
yang dapat memudahkan penularan dan perkembangbiakan dari kuman TBC.
b. Penyuluhan
Materi penyuluhan terdiri dari:
-

Pengertian TB
Penyebab TB
Tanda dan gejala TB
Cara penularan TB
Cara mencegah penularan TB
Pengobatan TB
Prognosis penyakit TB

Pemberian vaksin BCG. Vaksin BCG merupakan serbuk yang dikering-bekukan untuk
injeksi berupa suspensi. Sebelum digunakan serbuk vaksin BCG harus dilarutkan dalam
pelarut khusus yang telah disediakan secara terpisah. Penyimpanan sediaan vaksin BCG
diletakkan pada ruang atau tempat bersuhu 2 8 0 C serta terlindung dari cahaya.
Pemberian vaksin BCG biasanya dilakukan secara injeksi intradermal/intrakutan
(tidak secara subkutan) pada lengan bagian atas atau injeksi perkutan sebagai alternatif bagi
bayi usia muda yang mungkin sulit menerima injeksi intradermal.
Selain pemberian vaksin, upaya mencegah penularan penyakit TBC, antara lain:

Menutup mulut pada waktu batuk dan bersin


Meludah hendaknya pada tempat tertentu yang sudah diberi desinfektan (air sabun)
Imunisasi BCG diberikan pada bayi berumur 3-14 bulan.
Menghindari udara dingin
Mengusahakan sinar matahari dan udara segar masuk secukupnya ke dalam tempat

tidur
Menjemur kasur, bantal,dan tempat tidur terutama pagi hari
Semua barang yang digunakan penderita harus terpisah begitu juga mencucinya dan

tidak boleh digunakan oleh orang lain


Makanan harus tinggi karbohidrat dan tinggi protein
Meningkatkan ventilasi rumah
Sterilisasi dahak, seprai, sarung bantal, dll dengan menggunakan sinar matahari
langsung atau sodium hipoklorit 1%

12 | P a g e

Kuratif 4,5
Pengobatan TBC Kriteria I (Tidak pernah terinfeksi, ada riwayat kontak, tidak
menderita TBC) dan II (Terinfeksi TBC/test tuberkulin (+), tetapi tidak menderita TBC
(gejala TBC tidak ada, radiologi tidak mendukung dan bakteriologi negatif) memerlukan
pencegahan dengan pemberian INH 510 mg/kgbb/hari.
Obat yang digunakan untuk TBC digolongkan atas dua kelompok yaitu :
Obat primer : INH (isoniazid), Rifampisin, Etambutol, Streptomisin, Pirazinamid.
Memperlihatkan efektifitas yang tinggi dengan toksisitas yang masih dapat ditolerir, sebagian
besar penderita dapat disembuhkan dengan obat-obat ini.
Obat sekunder : Exionamid, Paraaminosalisilat, Sikloserin, Amikasin, Kapreomisin dan
Kanamisin.
Puskesmas telah merujuk pasien ke RSCM untuk dilakukan operasi pada tulang belakang
pasien
Rehabilitatif
Rehabilitasi merupakan tingkatan terpenting pengontrolan TBC, termasuk dalam pencegahan
tersier. Dimulai dengan diagnosis kasus berupa trauma yang menyebabkan usaha penyesuaian
diri secara psikis, rehabilitasi penghibur selama fase akut dan hospitalisasi awal pasien,
kemudian rehabilitasi pekerjaan yang tergantung situasi individu. Selanjutnya, pelayanan
kesehatan kembali dan penggunaan media pendidikan untuk mengurangi cacat sosial dari
TBC, serta penegasan perlunya rehabilitasi.

DAFTAR PUSTAKA
1. Gleadle, Jonathan. At a Glance Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta: Erlangga.
2007.h.1-27.
13 | P a g e

2. Azwar A. Pengantar administrasi kesehatan. Edisi ke-3. Jakarta: Binarupa Aksara;


1996.h.91-108.
3. Chandra B. Pengantar kesehatan lingkungan. Jakarta: EGC. 2007.h.163-5.
4. Aditama Tjandra et all. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Edisi ke-2.
Cetakan ke-2. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.2008.h.3-37.
5. Zulkifli A, Bahar A. Tuberkulosis Paru. In: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I,

Simadibrata M, Setiati S. Ilmu penyakit dalam. Edisi 5. Jilid 3.Jakarta: Pusat


Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.2009.h.2230-9.

14 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai