DIABETIK RETINOPATI
OLEH :
Siti Nuril Anwari Rohmatillah
H1A 212 055
Pembimbing :
dr.Siti Farida Sp.M
DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITRAAN KLINIK MADYA
BAGIAN ILMU PENYAKIT MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
2016
BAB I
PENDAHULUAN
Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik
dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja
insulin atau kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada diabetes berhubungan dengan
kerusakan jangka panjang, disfungsi atau kegagalan beberapa organ tubuh, terutama
mata, ginjal, saraf, jantung, dan pembuluh darah 1.
Diabetes mellitus dapat menyebabkan perubahan pada sebagian besar jaringan
okuler.Perubahan ini meliputi kelainan pada kornea, glaukoma, palsi otot
ekstraokuler, neuropati saraf optik dan retinopati.Diantara perubahan-perubahan yang
terjadi pada struktur okuler ini yang paling sering menyebabkan komplikasi kebutaan
yaitu retinopati diabetik1,2,4.
Retinopati diabetik adalah kelainan pada retina yang ditemukan pada
pendrrita diabetes mellitus.Retinopati ini tidak disebabkan oleh proses radang.
Retinopati akibat diabetes melitus lama berupa aneurisma, melebarnya vena,
pedarahan dan eksudat lemak.Kelainan patologik yang paling dini adalah penebalan
membrane basal endotel kapiler dan penurunan jumlah perisit 1,2.
Retinopati diabetik merupakan penyebab kebutaan paling sering ditemukan
pada usia dewasa, dimana pasien diabetes memiliki risiko 25 kali lebih mudah
mengalami kebuataan disbanding nondiabetes. Di Amerika Serikat sekitar 5000 orang
mengalami kebutaan akibat dari retinopati diabetik sedangkan dinegara Inggris
merupakan penyebab ke 4 kebutaan dari seluruh penyebab kebutaan. Di Indonesia
retinopati diabetik merupakan kelainan retina tersering yang ditemukan di klinikklinik pelayanan mata1,2.
Hampir 100% pasien diabetes tipe 1 dan lebih dari 60% pasien diabetes tipe 2
berkembang menjadi retinopati diabetik selama dua decade pertama dari diabetes.
Pada waktu diagnosis diabetes tipe I ditegakkan, retinopati diabetik hanya ditemukan
pada <5% pasien. Setelah 10 tahun, prevalensi meningkat menjadi 40-50% dan
sesudah 20 tahun lebih dari 90% pasien sudah menderita rerinopati diabetik. Pada
diabetes tipe 2 ketika diagnosis ditegakkan, sekitar 25% sudah menderita retinopati
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1 Identitas Pasien
Nama
: Tn. Padiah
Umur
: 43 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Suku
: Sasak
Alamat
: Sumbak, Bayan, KLU
Status pernikahan
: Menikah
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: Supir
Tanggal Pemeriksaan
: 29 Juni 2016
2.2 Anamnesis
2.2.1 Keluhan Utama:
Penglihatan kabur pada mata sebelah kiri
2.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien merupakan rujukan dari Puskesmas tanjung datang ke
poliklinik RSUD Provinsi NTB dengan keluhan penglihatan kabur pada mata
sebelah kiri, pasien mengaku penglihatan kabur pada mata sebelah kiri
dirasakan sejak kurang lebih satu bulan yang lalu, pasien mengaku melihat
kabur seperti melihat klise dan semakin lama semakin memberat. Pasien juga
mengaku penglihatan sebelah kiri seperti tertutup korden sebagian pada
bagian kiri benda yang dilihat. Menurut pengakuan pasien, pasien juga sering
merasakan pusing pada bagian kepalanya. Pasien menyangkal adanya nyeri
pada kedua mata,secret, mata merah, mata berair. Pada mata kanan, pasien
tidak mengeluhkan seperti pada mata sebelah kirinya.
2.2.4
2.2.5
2.2.5
Riwayat Alergi
Pasien menyangkal memiliki alergi terhadap obat ataupun makanan
2.2.6
Riwayat Pengobatan
Pasien pertama kali datang memeriksakan matanya di Puskesmas tanjung dan
diberikan obat tetes mata yaitu C. Lyters dan vitamin mata. Untuk DM nya
: 36,70C
Pemeriksaan
Visus natural
Pinhole
Koreksi
Posisi Bola Mata
Pergerakan Bola Mata
Mata Kanan
6/12
6/9
S + 0.50 -> 6/7
Ortoforia
Baik ke segala arah
Mata Kiri
6/40
6/30
S + 1.50 -> 6/18
Ortoforia
Baik ke segala arah
Lapang pandang
5.
Palpebra
Superior
6.
Palpebra
Inferior
7.
Konjungtiva
Palpebra
Superior
8.
Konjungtiva
Palbebra
Inferior
9.
Konjungtiva
Bulbi
10.
11.
Kornea
Edema
Hiperemi
Pseudoptosi
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
s
Entropion
Ektropion
Spasme
Edema
Hiperemi
Entropion
Ektropion
Hiperemi
Cobble
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
stone
Sikatrik
Benda Asing
Hiperemi
Cobble
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
stone
Sikatrik
(-)
Benda Asing (-)
Injeksi
(-)
(-)
(-)
(-)
Konjungtiva
Pendarahan
Massa
Edema
Bentuk
Kejernihan
Permukaan
Sikatrik
Benda Asing
Massa
Kedalaman
Hifema
(-)
(-)
(-)
Cembung
Jernih
Licin
(-)
(-)
(-)
Kesan dalam
(-)
(-)
(-)
(-)
Cembung
Jernih
Licin
(-)
(-)
(-)
Kesan dalam
(-)
Hipopion
(-)
(-)
Bilik
Sel
Flare
(-)
(-)
(-)
(-)
Warna
Coklat
Coklat
Bentuk
rubeosis
iridis
Bentuk
Bulat,
Mata
Depan
12.
Iris
13.
14.
15.
16.
Pupil
TIO
RCL
RCTL
Kejernihan
Palpasi
Tonometri
Funduskupi
Schiotz
Refleks
Lensa
ukuran
3 Bulat, ukuran 3 mm
mm
(+)
(+)
Jernih
Kesan normal
(+)
(+)
jernih
Kesan normal
14.6
Positif
12.2
Positif
fundus
Hasil
Funduskopi
-
Papil N II
Papil
sulit
sulit
ditemukan
Retina:
ditemukan
Pendarahan
dot (+)
ditemukan
Pembuluh
darah
darah
yang
berwarna
merah
kehitaman,
2.4 Foto Mata Pasien
II
BAB III
IDENTIFIKASI MASALAH DAN ANALISA KASUS
3.1.1
Identifikasi Masalah
Berdasarkan data medis pasien diatas, ditemukan beberapa permasalahan.
Adapun permasalahan medis yang terdapat pada pasien adalah :
1. SUBJECTIVE
Penglihatan kabur pada mata sebelah kiri
Penglihatan seperti tertutup korden pada mata sebelah kiri
2. OBJECTIVE
Pemeriksaan status lokalis pada mata kanan dan kiri didapatkan :
OD:
0,50
visus
menjadi
6/7
OS:
1.50 visus menjadi 6/18, dari hasil pemeriksaan visus ini kita bisa
mengetahui bahwa pada pasien ini terdapat kelainan refraksi karena ketika
dipinhole visus pasien maju namun pada pasien juga terdapat kelainan selain
dari refraksi karena ketika dikoreksi visus pasien tidak sampai 6/6, hal ini bisa
terjadi karena kelainan pada media refraksi atau N II atau kelainan pada otak,
oleh karena itu dilakukan pemeriksaan pada bagian anterior mata pasien dan
tidak didapatkan keadaan abnormal pada kedua mata, pada pemeriksaan
bagian posterior pada mata kanan dengan menggunakan funduskopi
didapatkan hasil pendarahan dot positif pada retina dan pada mata kiri
didapatkan pembuluh darah yang berwarna kehitaman seperti pendarahan.
Dari hasil pemeriksaan fisik ini dapat diketahui bahwa pasien ini
mengalami kelainan pada bagian segmen posterior mata, keadaan ini bisa
disebabkan oleh penyakit yang saat ini diderita oleh pasien yaitu Diabetes
Mellitus. Pada pasien dengan riwayat DM yang lama seperti pasien ini yang
sudah mengalami DM selama 15 tahun memiliki resiko yang tinggi untuk
terjadi retinopati diabetik, dan juga apabila disertai dengan gula darah yang
tidak terkontrol atau gula darah masih tinggi menyebabkan pembuluh darah
pada mata akan cepat mengalami kerusakan, di mana diketahui bahwa
hiperglikemia dapat menyebabkan teradinya kematian perisit intra mural dan
penebalan membaran basalis mengakibatkan dinding pembuluh darah lemah
dan penimbunan glukosa dan fruktosa menyebabkan rusaknya pembuluh
darah halus pada retina, apabila pembuluh darah ini mengalami kebocoran
akan
menyebabkan
keluarnya
cairan
ataupun
darah
sehingga
bisa
Diagnosis kerja
-
Hipermetropia
Diabetik retinopati ODS
Diagnosis banding
- Non Proliferatif Diabetik Retinopati
- Proliferatif Diabetik Retinopati
3.3 Planning
3.3.1 Usulan Pemeriksaan Lanjutan
- Pemeriksaan slit lamp
Dilakukannya pemeriksaan slit lamp untuk menilai lebih jelas segmen
anterior mata sehingga dapat melihat apakah ada kelainan yang lain
pada segemen anterior mata seperti rubeosis iridis, sel dan flare pada
-
BMD.
Pemeriksaan Foto Punduskopi
OD
Retina
OS
pendarahan
dot
+)
NVD (+)
Eksudat (+)
Eksudat (+)
Mikroaneurisme (+)
Fibrosis (+)
10
Pada pasien ini dilakukan foto fundus untuk melihat lebih jelas
kelainan yang terjadi pada mata pasien. Dari hasil foto pundus didapatkan
hasil yang mengarahkan diagnosis pasien ini yaitu OD: Proliferatif Diabetik
Retinopati moderate sedangkan OS: Proliferatif Diabetik Retinopati
dan
Diabetic papilopati.
Pada diabetic retinopati digolongkan menjadi 3 klasifikasi yaitu : 1,2
1. Non proliferatif diabetik retinopati
11
darah baru pada diskus optikus (NVD) atau dibagian retina manapun
(NVE). PDR yang beresiko tinggi ditandai dengan NVD yang meluas
lebih dari 1/3 diameter diskus atau NVD + pendarahan vitreus atau NVE
lebih dari 1/3 diameter diskus + pendarahan vitreus.
Diagnosis pasti
- OD : Non Proliferatif Diabetik Retinopati moderate
Pasien didiagnosis NPDR moderate karena sudah terdapat
3.4
wool.
OS
Proliferatif
Diabetik
Retinopati
Diabetic
papilopatpai
Pasien didiagnosis PDR karena sudah terdapat NVD (+)
Dan didiagnosis diabetik papilopati karena papil N II bentuk
sudah tidak tegas dan terdapat edema papil.
3.5
Tatalaksana
o Obat tetes mata (C.lyters : diteteskan pada kedua mata 6 kali sehari)
o Vitamin mata (Neurodex : diminum satu kali sehari)
o Pro laser pada kedua mata
Tujuan dilakukan laserasi adalah untuk menutup kebocoran
pembuluh darah disekitar makula sehingga kebocoran pembuluh
darah tidak merembes dan meluas sampai ke makula dan laser juga
bertujuan untuk mengurangi edema pada makula. Terapi laser pada
pasien ini tidak hanya dilakukan sekali tapi diperlukan beberapa
kali karena melihat dari kebocoran pembuluh darah pasien.
o Kontrol Gula darah
Pada pasien dengan diabetik retinopati pengobatan yang paling
penting adalah dengan pengontrolan gula darah pasien karena yang
menjadi penyebab utama dari penyakit mata yang dideritanya
adalah karena penyakit DMnya jadi pasien harus diedukasi untuk
tetap kontrol gula darah.
3.6
KIE
Menjelaskan kepada pasien bahwa penglihatan pasien kabur disebabkan
karena penyakit DM yang diderita oleh pasien.
12
pembuluh darah pada mata pasien dan tidak hanya dilakukan sekali
Menjelaskan kepada pasien bahwa terapi atau pengobatan yang paling penting
adalah dengan mengontrol gula darah pasien dengan tetap memeriksakan diri
ke dokter.
Menjelaskan kepada pasien bahwa apabila gula darah pasien tidak terkontrol
atau tetap tinggi maka penyakit pada matanyapun tidak akan tetap berjalan.
3.7 Prognosis
Prognosis pada pasien ini, meliputi :
Prognosis pengelihatan (ad functionam)
Prognosis pengelihatan pasien ODS dubia
- Bonam dengan dilakukannya laserasi dan pengontrolan gula darah
- Malam apabila tidak ditatalaksanai dan gula darah pasien tidak
terkontrol
Prognosis nyawa (ad vitam)
Bonam
13
BAB IV
RINGKASAN AKHIR
Pasien seorang seorang laki-laki berusia 43 tahun merupakan pasien rujukan
dari Puskesmas Tanjung datang ke Poliklinik Mata RSUD Provinsi NTB dengan
keluhan penglihatan kabur pada mata sebelah kiri, pasien mengaku penglihatan kabur
pada mata sebelah kiri dirasakan sejak kurang lebih satu bulan yang lalu, pasien
mengaku melihat kabur seperti melihat klise dan semakin lama semakin memberat.
Pasien juga mengaku penglihatan sebelah kiri seperti tertutup korden sebagian pada
bagian kiri benda yang dilihat. Menurut pengakuan pasien, pasien juga sering
merasakan pusing pada bagian kepalanya. Pasien menyangkal adanya nyeri pada
kedua mata,secret, mata merah, mata berair. Pada mata kanan, pasien tidak
mengeluhkan seperti pada mata sebelah kirinya.
Pasien memiliki riwayat dm sejak tahun 2001 dan sekarang GDS pasien 260
mg/dl, pasien juga mengaku kakak kandung pasien memiliki dm. Pada pemeriksaan
vital sign dalam batas normal, pada pemeriksaan fisik opthalmologi didapatkan visus
natural OD: 6/12 OS: 6/40, gerakan bola mata baik kesegala arah pada kedua mata,
lapang pandang baik pada kedua mata dan segmen anterior dalam batas normal pada
kedua mata, pada pemeriksaan foto pundus ditemukan pada mata kanan: retina
pendarahan dot (+), eksudat (+), mikroaneurisme (+), hemoragic intraretina (+), dan
bercak cotton wool (+) dan pada mata kiri: papil N II batas tidak tegas, edema papil
(+), nvd (+), eksudat (+), dan fibrosis (+), dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan foto pundus ditentukan diagnosis pasien adalah OD: non proliferatif
diabetik retinopati dan OS: proliferatif diabetik retinopati + diabetik papilopati.
Pengobatan yang diberikan kepada pasien adalah obat tetes mata C.Lyters (6 kali tetes
per hari), vitamin mata Neurodex (satu kali sehari), pro laser untuk kedua mata, dan
tetap kontrol gula darah.
14
DAFTAR PUSTAKA
15