Anda di halaman 1dari 16

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


4.1

Hasil Penelitian

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1

Penilitian dengan judul hubungan karakteristik lanjut usia dengan


pemenuhan kebutuhan aktivitas fisik lansia dengan sampel dalam penelitian ini
sebanyak 40 lansia yang tersebar di RT 02 RW 02, Kelurahan Tlogomas,
Kecamatan Lowokwaru. Kecamatan Lowokwaru adalah sebuah kecamatan di
Kota Malang, Jawa Timur. Kecamatan ini di sebelah utara berbatasan dengan
Kecamatan Karangploso, sebelah timur dengan Kecamatan Blimbing, selatan
dengan Kecamatan Klojen dan barat dengan Kecamatan Dau. Daerah ini memiliki
suhu minimum 20 C dan maksimum 28 C dengan curah hujan rata-rata 2.71 mm.
Data Analisis Univariant

4.1.2
4.1.2.1

Data Karakteristik Responden

Karakteristik responden berupa umur, jenis kelamin, status perkawinan,


pendidikan dan pekerjaan lansia di Posyandu Lansia Kelurahan Tlogo Suryo
Kecamatan Lowokwaru Kota Malang ditampilkan dalam bentuk tabel berikut.

Tabel 4.1: Data Karakteristik Responden Lansia di RT 02 RW 02 Kelurahan


Tlogomas Kota Malang
No.
1.

Jumlah
(Orang)
36

Data Karakteristik Responden


Umur

a.

60 - 74 Tahun

Persen (%)
90

b.
c.
a.
b.

2.

Jenis
Kelamin

3.

Status
Perkawinan

4.

Pendidikan

5.

Status
Pekerjaan

a.
b.
c.
a.
b.
c.
d.

a.
b.
c.
d.

75 90 Tahun

90 Tahun
TOTAL
Laki-laki
Perempuan
TOTAL
Berpasangan
Duda
Janda
TOTAL
Tidak Sekolah
SD
SMP
SMA
TOTAL

Tidak Bekerja
Petani
Pensiunan
Wiraswasta
TOTAL

4
0
40 Orang
16
24
40 Orang
24
6
10
40 Orang
6
15
13
6
40 Orang
10
7
5
18
40 Orang

10,0
0
100%
40,0
60,0
100%
60,0
15,0
25,0
100%
15,0
37,5
32,5
15,0
100%
25,0
17,0
13,0
45,0
100%

Sumber: Data Primer, 2015


Berdasarkan Tabel 4.5,

diketahui bahwa karakteristik responden

berdasarkan umur pada lansia di RT 02 RW 02 Kelurahan Tlogomas Kota Malang,


hampir seluruhnya 36 (90,0%) dikategorikan Elderly (60-74). Karakteristik
responden berdasarkan jenis kelamin diketahui bahwa lebih dari separuh jenis
kelamin perempuan sebanyak 24 responden (60,0%). Karakteristik responden
berdasarkan status perkawinan diketahui bahwa lebih dari separuh masih
berpasangan

sebanyak

24

responden

(60,0%).

Karakteristik

responden

berdasarkan status pendidikan, diketahui bahwa hampir sebagian berpendidikan


SD sebanyak 15 responden (37,5%). Dan karakteristik responden berdasarkan
status pekerjaan, diketahui bahwa hampir sebagian status pekerjaan lansia sebagai
wiraswasta sebanyak 18 responden (45%).

4.1.2.2

Data Pemenuhan Kebutuhan Aktivitas Fisik Lansia

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa kategori pemenuhan


kebutuhan aktivitas fisik pada lansia di RT 02 RW 02 Kelurahan Tlogomas Kota
Malang sebagai berikut:
Tabel 4.2: Pemenuhan Kebutuhan Aktivitas Fisik Lansia di RT 02 RW 02
Kelurahan Tlogomas Kota Malang
Pemunuhan Kebutuhan
Aktivitas Fisik
1
Terpenuhi Mandiri
2
Terpenuhi Bantuan
3
Tidak Terpenuhi
Total
Sumber: Data primer, 2015

No

Jumlah
(Orang)
15
11
14
40

Persen (%)
37,5
27,5
35,0
100%

Berdasarkan Tabel 4.2, diketahui bahwa pemenuhan kebutuhan aktivitas


fisik lansia di RT 02 RW 02 Kelurahan Tlogomas Kota Malang hampir sebagian
dikategorikan terpenuhi mandiri sebanyak 15 responden (37,5%). Aktivitas fisik
lansia yang dilakukan secara mandiri berupa makan/minum, membersihkan diri,
mandi, berpakaian, berhias, buang air besar/kecil, berpindah duduk/berjalan,
menggunakan telepon. Hasil penelitian juga mendapatkan bahwa didapatkan
sebagian kecil sebanyak 11 responden (27,5%) dikategorikan terpenuhi bantuan.
Terpenuhi bantuan yang dimaksud di sini adalah lansia yang melakukan
aktivitasnya harus dengan bantuan orang lain. Selain itu, hasil penelitian juga
mendapatkan 14 responden (35,0%) dikategorikan tidak terpenuhi, hal ini berarti
ada 14 lansia yang tidak bisa melakukan aktivitas secara mandiri.
4.1.3

Analisis Bivariant

Untuk mengetahui tabulasi silang antara kategori umur lansia dengan


pemenuhan kebutuhan aktivitas fisik lansia di RT 02 RW 02 Kelurahan Tlogomas
Kota Malang, maka data disajikan pada tabel berikut.
Tabel 4.3: Tabulasi Silang Karakteristik Lanjut Usia dengan Pemenuhan
kebutuhan Fisik Lansia
Pemenuhan Kebutuhan Aktivitas Fisik

1. Karakteristik
Umur Lansia

2. Karakteristik
Jenis Kelamin
Lansia

3. Karakteristik
Status
Perkawinan

4. Karakteristik
Pendidikan

6. Karakteristik
Status
Pekerjaan

Total

Elderly (60-74)

Tidak
Terpenuhi
10 (25,0%)

Terpenuhi
Bantuan
11 (27,5%)

Terpenuhi
Mandiri
15 (37,5%)

36 (90,0)

Old (75-90)
Very Old ( 90)

4 (10,0%)
0

0
0

0
0

4 (10,0%)
0

TOTAL

14 (35,0%)

11 (27,5%)

15 (37,5%)

40 (100%)

Laki-laki

5 (12,5%)

3 (7,5%)

8 (20,0%)

16 (40,0%)

Perempuan

9 (22,5%)

8 (20,0%)

7 (17,5%)

24 (60,0%)

TOTAL

14 (35,0%)

11 (27,5%)

15 (37,5%)

40 (100%)

Berpasangan

9 (22,5%)

4 (10,0%)

11 (27,5%)

24 (60,0%)

Duda

4 (10,0%)

1 (2,5%)

1 (2,5%)

6 (15,0%)

Janda

1 (2,5%)

6 (15,0%)

3 (7,5%)

10 (25,0%)

TOTAL

14 (35,0%)

11 (27,5%)

15 (37,5%)

40 (100%)

Tidak Sekolah

1 (2,5%)

3 (7,5%)

2 (5,0%)

6 (15,0%)

SD

6 (15,0%)

2 (5,0%)

7 (17,5%)

15 (37,5%)

SMP

3 (7,5%)

5 (12,5%)

5 (12,5%)

13 (32.5%)

SMA

4 (10,0%)

1 (2,5%)

1 (2,5%)

6 (15,0%)

TOTAL

14 (35,0%)

11 (27,5%)

15 (37,5%)

40 (100%)

Tidak Bekerja

1 (2,5%)

6 (15,0%)

3 (7,5%)

10 (25,0%)

Petani

2 (5,0%)

5 (12,5%)

7 (17,5%)

Pensiunan

1 (2,5%)

2 (5,0%)

2 (5,0%)

5 (12,5%)

Wiraswasta

10 (25,0%)

3 (7,5%)

5 (12,5%)

18 (45,0%)

TOTAL

14 (35,0%)

11 (27,5%)

15 (37,5%)

40 (100%)

Sumber: Data primer, 2015


Dari tabel 4.3, secara umum menunjukkan bahwa lansia di RT 02 RW 02
Kelurahan Tlogomas Kota Malang hapir sebagian karakteristik lanjut usia (umur,

jenis kelamin, status perkawinan, pendidikan dan pekerjaan) dapat menyebabkan


pemenuhan kebutuhan aktivitas fisik secara mandiri 37,5%. Hal ini didapatkan
pada 15 responden lansia.
Sedangkan secara khusus tabulasi silang karakteristik lanjut usia dengan
pemenuhan kebutuhan fisik dapat dirincikan sebagai berikut: Karakteristik umur
lansia, diperoleh Elderly (60-74 tahun) dapat menyebabkan pemenuhan kebutuhan
aktivitas fisik secara mandiri 37,5% yang didapat dari 15 responden lansia.
Karakteristik jenis kelamin lansia, diperoleh jenis kelamin perempuan dapat
menyebabkan tidak terpenuhinya kebutuhan aktivitas fisik 22,5% yang didapat
dari 9 responden lansia. Karakteristik status perkawinan, diperoleh status berpasangan
(masih lengkap suami/istri) dapat menyebabkan pemenuhan kebutuhan aktivitas fisik
secara mandiri 27,5% yang didapat dari 11 responden lansia. Karakteristik pendidikan,

diperoleh lansia yang berpendidikan SD dapat menyebabkan pemenuhan kebutuhan


aktivitas fisik secara mandiri 17,5% yang didapat dari 17 responden lansia. Karakteristik

status pekerjaan, diperoleh lansia yang memiliki pekerjaan sebagai wiraswasta


menyebabkan tidak terpenuhinya kebutuhan aktivitas fisik 25,0% yang diperoleh
dari 10 responden lansia.
4.1.3.1

Umur Lansia dengan Pemenuhan Kebutuhan Aktivitas Fisik Lansia

Uji statistik yang digunakan untuk menguji karakteristik lansia berupa umur
dengan pemenuhan aktivitas fisik lansia adalah pearson product moment. Analisis
dengan menggunakan teknik ini dengan tingkat signifikasi () sebesar 0,05 dan
tingkat kesalahan 5%. Adapun data disajikan sebagai berikut:
Tabel 4.4: Uji Pearson Product Moment

Karakteristik Lansia

p value

Umur dengan pemenuhan kebutuhan


aktivitas fisik lansia

40

0,000

Koefisien
Keterangan
Korelasi
0,834

H1 diterima

Sumber: Data primer, 2015

Dari Tabel 4.4, hasil perhitungan diketahui bahwa umur lansia dengan
pemenuhan kebutuhan aktivitas fisik lansia di RT 02 RW 02 Kelurahan Tlogomas
Kota Malang didapatkan p value = 0,000 < (0,05) yang berarti data dinyatakan
signifikan dan H1 diterima. Artinya ada hubungan karakteristik lanjut usia dengan
pemenuhan kebutuhan aktivitas fisik lansia di RT 02 RW 02 Kelurahan Tlogomas
Kota Malang.
4.1.3.2

Jenis Kelamin dengan Pemenuhan Kebutuhan Aktivitas Fisik Lansia

Uji statistik yang digunakan untuk menguji karakteristik lansia berupa jenis
kelamin dengan pemenuhan aktivitas fisik lansia adalah menggunakan spearman
rank. Analisis dengan menggunakan teknik ini dengan tingkat signifikasi ()
sebesar 0,05 dan tingkat kesalahan 5%. Adapun data disajikan sebagai berikut:
Tabel 4.5: Uji Spearman Rank
Karakteristik Lansia
Jenis kelamin dengan pemenuhan
kebutuhan aktivitas fisik lansia

p value

Koefisien
Korelasi

Keterangan

40

0,009

0,652

H1 diterima

Sumber: Data primer, 2015


Dari Tabel 4.5, hasil perhitungan diketahui bahwa jenis kelamin lansia
dengan pemenuhan kebutuhan aktivitas fisik lansia di RT 02 RW 02 Kelurahan
Tlogomas Kota Malang didapatkan p value = 0,009 < (0,05) yang berarti data

dinyatakan signifikan dan H1 diterima. Artinya ada hubungan karakteristik lanjut


usia dengan pemenuhan kebutuhan aktivitas fisik lansia di RT 02 RW 02
Kelurahan Tlogomas Kota Malang.
4.1.3.3

Status Perkawinan Lansia dengan Pemenuhan Kebutuhan Aktivitas


Fisik Lansia

Uji statistik yang digunakan untuk menguji karakteristik lansia berupa status
perkawinan lansia dengan pemenuhan aktivitas fisik lansia adalah menggunakan
spearman rank. Analisis dengan menggunakan teknik ini dengan tingkat
signifikasi () sebesar 0,05 dan tingkat kesalahan 5%. Adapun data disajikan
sebagai berikut:
Tabel 4.6: Uji Spearman Rank
Karakteristik Lansia

p value

Koefisien
Korelasi

Keterangan

Status perkawinan lansia dengan


pemenuhan kebutuhan aktivitas
fisik lansia

40

0,008

0,587

H1 diterima

Sumber: Data primer, 2015

Dari Tabel 4.6, hasil perhitungan diketahui bahwa status perkawinan lansia
dengan pemenuhan kebutuhan aktivitas fisik lansia di RT 02 RW 02 Kelurahan
Tlogomas Kota Malang didapatkan p value = 0,008 < (0,05) yang berarti data
dinyatakan signifikan dan H1 diterima. Artinya ada hubungan karakteristik lanjut
usia dengan pemenuhan kebutuhan aktivitas fisik lansia di RT 02 RW 02
Kelurahan Tlogomas Kota Malang.
4.1.3.4

Pendidikan Lansia dengan Pemenuhan Kebutuhan Aktivitas Fisik


Lansia

Uji statistik yang digunakan untuk menguji karakteristik lansia berupa


pendidikan lansia dengan pemenuhan aktivitas fisik lansia adalah menggunakan
spearman rank. Analisis dengan menggunakan teknik ini dengan tingkat
signifikasi () sebesar 0,05 dan tingkat kesalahan 5%. Adapun data disajikan
sebagai berikut:
Tabel 4.7: Uji Spearman Rank
Karakteristik Lansia

p value

Koefien
Korelasi

Keterangan

Pendidian lansia dengan pemenuhan


kebutuhan aktivitas fisik lansia

40

0,006

0,694

H1 diterima

Sumber: Data primer, 2015

Dari Tabel 4.7, hasil perhitungan diketahui bahwa status pendidikan dengan
pemenuhan kebutuhan aktivitas fisik lansia di RT 02 RW 02 Kelurahan Tlogomas
Kota Malang didapatkan p value = 0,006 < (0,05) yang berarti data dinyatakan
signifikan dan H1 diterima. Artinya ada hubungan karakteristik lanjut usia dengan
pemenuhan kebutuhan aktivitas fisik lansia di RT 02 RW 02 Kelurahan Tlogomas
Kota Malang.
4.1.3.5

Pekerjaan Lansia dengan Pemenuhan Kebutuhan Aktivitas Fisik


Lansia

Uji statistik yang digunakan untuk menguji karakteristik lansia berupa


pendidikan lansia dengan pemenuhan aktivitas fisik lansia adalah menggunakan
spearman rank. Analisis dengan menggunakan teknik ini dengan tingkat
signifikasi () sebesar 0,05 dan tingkat kesalahan 5%. Adapun data disajikan
sebagai berikut:
Tabel 4.8: Uji Spearman Rank
Karakteristik Lansia

p value Koefisien

Keterangan

Korelasi
Pekerjaan lansia dengan pemenuhan
kebutuhan aktivitas fisik lansia

40

0,004

0,636

H1 diterima

Sumber: Data primer, 2015

Dari Tabel 4.8, hasil perhitungan diketahui bahwa status pekerjaan lansia
dengan pemenuhan kebutuhan aktivitas fisik lansia di RT 02 RW 02 Kelurahan
Tlogomas Kota Malang didapatkan p value = 0,004 < (0,05) yang berarti data
dinyatakan signifikan dan H1 diterima. Artinya ada hubungan karakteristik lanjut
usia dengan pemenuhan kebutuhan aktivitas fisik lansia di RT 02 RW 02
Kelurahan Tlogomas Kota Malang.

4.2 Pembahasan
4.2.3 Identifikasi Karakteristik Lansia

Berdasarkan data karakteristik lansia, diketahui bahwa karakteristik lanjut


usia (Lansia) berupa umur, jenis kelamin, status perkawinan, pendidikan, dan
pekerjaan yang ada pada lansia di RT 02 RW 02 Kelurahan Tlogomas Kota
Malang, sebagian besar sebanyak 36 responden (90,0%) dikategorikan Elderly
(60-74). Umur lansia yang semakin bertambah akan berdampak pada ketidak
mampuan lansia untuk melakukan aktivitas fisik sehingga akan mengalami
ketergantungan kepada keluarga. Ketergantungan lanjut usia disebabkan kondisi
lansia banyak mengalami kemunduran fisik maupun psikis. Sedangkan bila dilihat
dari tingkat kemndiriannya yang dinilai berdasarkan kemapuan untuk melakukan
aktifitas sehari-hari (Maryam, R. Siti, dkk, (2008). Lansia yang telah memasuki
usia 70 tahun, ialah lansia resiko tinggi mengalami penurunan dalam berbagai hal
termasuk tingkat kemandirian dalam melakukan aktifitas sehari-hari.

10

Jenis kelamin lansia, diperoleh sebagian besar perempuan sebanyak 24


responden (60,0%). Terdapat perbedaan kebutuhan aktivitas fisik pada lansia lakilaki dan perempuan, seperti laki-laki ketika memasuki lanjut usia akan lebih
sedikit melakukan aktivitas dan kebanyakan hanya duduk bersantai nonton TV
atau baca koran. Hal ini berbeda dengan perempuan walaupun sudah memasuki
usia lanjut, dia akan tetap melakukan aktivitas fisik di dalam rumah tangga seperti
memasak, menyiapkan makanan untuk keluarga atau menjahit.
Status perkawinan lansia, diperoleh sebagian besar berpasangan atau masih
lengkap suami/istri sebanyak 24 responden (60,0%). Status berpasangan atau
masih lengkap suami/istri dengan tidak berpasangan akan mempengaruhi keadaan
kesehatan lansia baik fisik maupun psikologi dan perbedaan kebutuhan aktivitas
fisik. Lansia yang sendiri tanpa dampingan dari suami maupun istri beresiko tidak
mampu memenuhi kebutuhan aktivitas kebutuhan sehari-hari karena tidak ada
dukungan maupun dorongan dari pasangannya.
Pendidikan lansia, diperoleh bahwa hampir separuh berpendidikan SD
sebanyak 15 responden (37,5%). Karakteristik lansia berdasarkan tingkat
pendidikan formal yaitu SD, SMP, SMA dan perguruan tinggi (Darmojo, 2010).
Semakin tinggi tingkat pendidikan yang dimiliki lansia maka semakin tinggi juga
pengetahuan lansia tentang hidup sehat sehingga mendorong lansia untuk
memenuhi aktivitas fisik lansia yang lebih baik (Darmojo, 2010). Pada penelitian
ini ditemukan bahwa lansia yang berpendidikan SD lebih dominan, namun
pemenuhan aktivitas fisik lansia lebih banyak yang terpenuhi mandiri. Hal ini
dapat dikarenakan oleh pengetahuan yang diperoleh dari pendidikan non formal
selain dari pendidikan formal seperti yang dijelaskan sebelumnya. Selain
pengetahuan yang diperoleh dari non formal, pengetahuan bisa juga dapat
diperoleh dari pengalaman serta informasi yang diperoleh dari media dan orang-

11

orang terdekat. Sehingga lansia akan mampu memenuhi kebutuhan fisiknya secara
mandiri karena sudah memiliki informasi pengetahuan tentang manfaat dari
melakukan aktivitas fisik yang dapat mengakibatkan kekuatan dan kepadatan otot
dan tulang lansia serta membuat tubuh lansia terasa sehat.
Pekerjaan lansia, hampir separuh sebagai wiraswasta sebanyak 18 responden
(45,0%). Lansia yang memiliki pekerjaan sebagai wirasawasta akan terlihat lebih
energi jika dibandingkan dengan yang memiliki pekerjaan sebagai petani dan
sebagainya. Hal ini dikarenkan lansia yang berwiraswasta ingin supaya lebih
menonjolkan kemampuannya dalam pemenuhan aktivitas fisik sehingga
mendorong lansia agar tetap melakukan aktivitas-aktivitas fisik walau usia sudah
tergolong Elderly (60-74 tahun).
4.2.4

Identifikasi Pemenuhan Kebutuhan Aktivitas Fisik Lansia


Berdasarkan data khusus hasil peneliti, diketahui bahwa bahwa pemenuhan

kebutuhan aktivitas fisik lansia di RT 02 RW 02 Kelurahan Tlogomas Kota


Malang sebagian besar sebanyak 15 responden (37,5%) dikategorikan terpenuhi
mandiri. Kemampuan lansia dalam pemenuhan aktivitas berupa merawat diri
sendiri dan dapat melakukan aktivitas sehari-hari. Adapun yang meliputi
kemampuan merawat diri seperti berpindah tempat, makan, berpakaian, buang air
besar/kecil, dan mandi. Ketergantungan usia lanjut terjadi ketika mereka
mengalami penurunan fungsi luhur atau pikun atau mengidap berbagai penyakit
(Darmojo, 2010).
Aktivitas berhubungan erat dengan kemandirian seseorang. Aktivitas dapat
bermanfaat

untuk

mempertahankan

fungsi

sendi. Aktivitas

juga

dapat

memperbaiki kualitas hidup seseorang melalui peningkatan kebugaran dan

12

perbaikan rasa sehat (Ferrini & Ferrini 2008). Kebugaran inilah yang
menyebabkan responden tetap mampu melakukan ADL (Activities of Daily
Living) secara mandiri, baik mandiri penuh maupun sebagian. Hal inilah yang bisa
menjadi penyebab bahwa walaupun lansia tersebut telah mengalami penurunan
fungsi kognitif namun tidak mengalami penurunan tingkat kemandirian dalam
melakukan ADL.
Selain itu Tingginya tingkat kemandirian lansia diantaranya karena orang
lanjut usia telah terbiasa menyelesaikan pekerjaan dirumah tangga yang berkaitan
dengan pemenuhan hayat hidupnya, kemandirian orang lanjut usia dapat dilihat
dari kualitas kesehatan mentalnya (Mangoenprasodjo, 2011). Adapun faktor-faktor
yang mempengaruhi pemenuhan aktivitas lansia (Purnama, 2009) yaitu usia,
kesehatan lansia, hubungan sosial dan dukungan dari keluarga lansia sendiri.

4.2.5

Hubungan Karakteristik Lanjut Usia dengan Pemenuhan Kebutuhan


Aktivitas Fisik Lansia
Berdasarkan analisis data dengan mengunakan uji pearson product moment

dengan mengunakan bantuan program SPSS, didapatkan p value = 0,000 <


(0,05) yang berarti data dinyatakan signifikan. Artinya ada hubungan karakteristik
lanjut usia dengan pemenuhan kebutuhan aktivitas fisik lansia di RT 02 RW 02
Kelurahan Tlogomas Kota Malang.
Dari data karakteristik lansia di RT 02 RW 02 Kelurahan Tlogomas Kota
Malang, diketahui bahwa sebagian besar sebanyak 36 responden (90,0%)
dikategorikan Elderly (60-74). Untuk jenis kelamin lansia, diperoleh sebagian
besar perempuan

sebanyak 24 responden (60,0%). Diperoleh juga status

13

perkawinan lansia, sebagian besar berpasangan sebanyak 24 responden (60,0%).


kemudian pendidikan lansia, diperoleh sebagian besar tamatan SMA sebanyak 15
responden (37,5%) dan yang terakhir adalah pekerjaan lansia, sebagian besar
sebagai wiraswasta sebanyak 18 responden (45,0%). Serta didapatkan juga bahwa
pemenuhan kebutuhan aktivitas fisik lansia sebagian besar sebanyak 15 responden
(37,5%) dikategorikan terpenuhi mandiri.
Kemampuan aktivitas seseorang tidak lepas dari ketidak ada kuatan
sistem persarafan dan muskuloskeletal. Diantaranya dalam sistem saraf, lansia
mengalami penurunan koordinasi dan kemampuan dalam melakukan aktivitas
sehari-hari. Secara umum kondisi fisik seseorang yang telah memasuki masa
lanjut usia mengalami penurunan. Hal ini menyebabkan seseorang dengan usia
lanjut rentan terhadap berbagai penyakit. Oleh karena itu untuk tetap memenuhi
kebutuhan aktivitas fisik lansia, diharapkan selalu mengutamakan budaya hidup
sehat sehingga tubuh lansia dapat terhindar dari penyakit seperti hipertensi,
artritis, diabetes, osteoporosis, dan penyakit umum pada lansia.
Umur lansia juga dapat mempengaruhi pemenuhan aktivitas fisik pada
lansia, hal ini terlihat dari data karakteristik lansia di RT 02 RW 02 kelurahan
Tlogomas Kecamatan Lowokwaru Kota Malang lebih dominan adalah usia 60-74
tahun, dengan demikian lansia dapat memenuhi kebutuhan aktivitas secara
mandiri. Karena pada usia ini lansia masih memiliki kemampuan fisik terutama
kesehatannya cukup prima untuk melakukan aktivitas kesehariannya. Pada usia ini
juga lansia masih memiliki kenginan yang kuat untuk melakukan aktivitas
sehingga lansia dapat memenuhi aktivitas fisik secara mandiri.

14

Selain umur, karakteristik lansia berupa jenis kelamin juga mempengaruhi


pemenuhan aktivitas fisik pada lansia, hal ini terlihat dari sampel yang diteliti di
RT 02 RW 02 kelurahan Tlogomas Kecamatan Lowokwaru Kota Malang lebih
dominan adalah perempuan. Hal ini dapat berpengaruh terhadap pemenuhan
aktivitas lansia dikarenakan perempuan sebagai ibu rumah tangga memiliki peran
penting dalam melakukan aktivitas untuk menunjang kebutuhan anggota keluarga
seperti memasak, menyiapkan makanan dan lain sebagainya. Di lingkungan
keluarga juga perempuan berperan dalam aktivitas ibu-ibu rumah tangga seperti
mengikuti arisan.
Karakterisik lansia berupa status perkawinan juga dapat mepengaruhi lansia
hal ini sesuai dengan data yang diperoleh bahwa lebih dominan lansia
berpasangan (masih lengkap suami/istri). Hal ini dapat mendorong pemenuhan
aktivitas fisik lansia karena dengan status masih lengkap atau berpasangan, tentu
aka ada dukungan atau dorongan baik dari pribadi maupun dari pasangan untuk
melakukan aktivitasnya masing-masing. Aktivitas yang dilakukan dari lansia lakilaki dapat berupa bekerja demi memperoleh hasil tambahan untuk pemenuhan
kebutuhan rumah tangga atau mengikuti kegiatan warga lainnya. Begitu juga hal
serupa dengan pasangannya lansia perempuan, akan terdorong untuk melakukan
aktivitas seperti menyiapkan makan bagi suami dan anggota keluarga, memasak
atau bahkan cuci dan menyetrika pakayan. Aktivitas dari lansia yang masih
berpasangan di atas itu merupakan aktivitas selain dari aktivitas rutinitas lainnya
seperti membersihkan diri, mandi, makan/minum, berpindah tempat.
Karakteristik dari lansia berupa pendidikan juga bisa

dikatakan

mempengaruhi pemenuhan aktivitas lansia, hal ini terlihat dari data yang

15

diperoleh lansia RT 02 RW 02 Kelurahan Tlogomas kecamatan Lowokwaru kota


Malang lebih dominan berpendidikan SMA, hal ini sangat membantu lansia untuk
memiliki pengetahuan mengenai gerakan-gerakan fisik yang secara tidak langsung
dapat memberikan kelenturan dan kekuatan otot dan tulang lansia. Dengan
memiliki kekayaan pengetahuan, lansia akan berpikir lagi ketika hanya duduk dan
berdiam diri tanpa ada gerakan atau aktivitas fisik. Putri (2011) dalam
penelitiannya mengungkapkan kemandirian dalam melakukan ADL pada lansia
dapat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan. Lebih lanjut dikatakan bahwa dengan
pendidikan yang tinggi maka seseorang akan mampu mempertahankan hidupnya
lebih lama dan bersamaan dengan itu dapat mempertahankan kemandiriannya juga
lebih lama karena cenderung melakukan pemeliharaan kesehatannya.
Status pekerjaan lansia juga sangat berpengaruh pada pemenuhan aktivitas
fisik lansia. Hal ini terlihat dari data yang diperoleh sebagian besar lansia
memiliki pekerjaan sebagai wiraswasta. Lansia yang memiliki pekerjaan akan
lebih banyak memiliki aktivitas fisik jika dibandingkan dengan lansia yang tidak
memiliki pekerjaan. Lansia yang bekerja akan terlihat lebih semangat dalam
melakukan aktivitas jika dibandingkan dengan lansia yang tidak bekerja dan tibatiba harus melakukan aktivitas fisik, hal akan akan mengakibatkan cidera otot atau
mungkin lebih parah seperti mengalami patah tulang.
4.2.6

Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data dengan kuesioner

dari lansia yang tersebar di RT 02 RW 02 Kelurahan Tlogomas Kota Malang


sehingga peneliti hanya berfokus pada hasil jawaban kuesioner yang diperoleh,

16

tanpa ada proses sinkronisasi melalui pengamatan untuk mengetahui secara


langsung aktivitas keseharian lansia.

Anda mungkin juga menyukai